DISUSUN OLEH :
DOSEN PEMBIMBING:
JURUSAN FARMASI
2020/2021
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan
zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis
reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa
maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi
reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi
kompleks dan lain sebagainya.
Berbicara masalah reaksi asam-basa atau yang biasa juga disebut reaksi penetralan, maka
tidak akan terlepas dari titrasi asam-basa. Perlu dipahami terlebih dahulu bahwa reaksi asam-
basa atau reaksi penetralan dapat dilakukan dengan titrasi asam-basa. Adapun titrasi asam-
basa ini terdiri dari titrasi asam kuat-basa kuat, titrasi asam kuat-basa lemah, titrasi basa
lemah-asam kuat, dan titrasi asam lemah-basa lemah. Titrasi asam-basa ini ditentukan oleh
titik ekuivalen (equivalent point) dengan menggunakan indikator asam-basa. Zat yang akan
ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer,
sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya
diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan. Larutan baku
(standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan konsentrasinya
biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas).Larutan baku primer adalah
suatu larutan yang telah di ketahui secara tepat konsentrasinya melalui metode gravimetri,
nilai konsentrasi di hitung melalui perumusan sederhana, setelah di lakukan penimbangan
teliti zat pereaksi tersebut dan di larutkan dalam volume tertentu.Larutan baku sekunder
adalah suatu larutan dimana kosentrasinya ditentukan dengan jalan pembakuan penggunaan
baku primer, biasanya melalui metode titrimetri
Konsep paling mendasar dan praktis dalam kimia asam basa tidak diragukan lagi
adalah reaksi netralisasi. Reaksi netralisasi berawal dari teori tentang teori asam basa yang di
kemukakan oleh Arhennius, bronted lowry dan Lewis. Menurut arthenius asam adalah suatu
senyawa yang jika dilarutkan dalam air akan melepaskan ion H+ dan basa adalah suatu
senyawa yang jika dilarutkan dalam air akan melepaskan ion OH-. Menurut bronsted lowry
asam adalah suatu zat yang memberikan proton sedangkan basa adalah akseptor proton.
Titrasi asam basa adalah penetapan kadar suatu zat (asam atau basa) berdasarkan atas
reaksi asam basa. Bila titran digunakan larutan asam baku maka penetapan tersebut
dinamakan asidimetri,sedangkan apabila larutan bakunya basa sebagai titran maka penetapan
itu disebut alkalimetri. Reaksi netralisasi adalah suatu reaksi antara senyawa asam dan
senyawa basa dengan menggunakan indikator tertentu untuk menjadikannya suatu senyawa
netral. Pada percobaan netralisasi ini lakukan percobaan asidimetri,dan alkalimetri .Titik
equivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah asam tepat di netralkan
oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung terjadi perubahan pH. PH pada titik
equivalenditentukan oleh sejumlah garam yang dihasilkan dari netralisasiasam basa. Indikator
yang digunakan pada titrasi asam basa adalahyang memiliki rentang pH dimana titik
equivalen berada. Padaumumnya titik equivalen tersebut sulit untuk diamati, yang
mudahdiamati adalah titik akhir yang dapat terjadi sebelum atau sesudah titikequivalen
tercapai. Titrasi harus dihentikan pada saat titik akhir titrasitercapai, yang ditandai dengan
perubahan lonjakan ph . Titik akhirtitrasi tidak selalu berimpit dengan titik equivalen. Dengan
pemilihanindikator yang tepat, kita dapat memperkecil kesalahan titrasi.
B. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memahami, mengetahui, dan menentukan
konsentrasi asam atau basa melalui metode titrasi.
1. Dapar PH
2. Asam Oksalat 0,1 N
3. HCl 0,1 N
D. Prosedur kerja
1. Nyalakan tombol dengan menekan tombol "ON" biarkan selama 5 menit untuk
pemanasan
2. Kalibrasi pH meter
3. Siapkan larutan sampel ( misalnya HCl 0,1N, atau asam asetat 0,1N) masukkan
sejumlah (10-20ml) Larutan kedalam beaker glass 100 ml, letakkan sterer kedalam
beaker glass, putar sterer dan atur kecepatan yang sesuai.
-Tambahkan larutan liter dengan interval 0,2 ml atau 0,5ml sampai terjadi lonjakan
Ph
0 2,61
1 2,61 0
2 2,65 0.04
3 2,73 0,08
4 2,85
0,12
5 3,12
0,37
6 3,41
0,29
7 3,73
0,32
7,5 3,88
0,15 1,60
8 3,99 Ml pentiter = 10 + ( x
1,60+0,59
0,11 0,5)
8,5 4,23
0,24 = 10 +0,365
9 4,36
0,13 = 10,365 ml
9,5 4,64
1,00
Asamoksalat( Percobaan 2 )
0 2,72
1 2,72 0
2 2,75 0,03
3 2,85 0,10
4 2,98
0,13
5 3,31
0,33
6 3,55
0,24
7 3,81
0,26
7,5 3,98
0,17 0,86
8 4,25 Ml pentiter = 9,5 + ( x
0,86+0,005
0,27 0,5)
8,5 4,41
0,16 0,86
9 4,80 = 9,5 + ( x 0,5)
0,91
0,39
9,5 5,43
= 9,5 + 0,473
10 6,92 0,63
= 9,973 ml
10,5 8,36 1,49 0,86
0,86
11 9,43 1,44 0,005 pH TA = 5,43+ ( x 1,49)
0,86+0,005
11,5 9,61 1,07 0,37
= 5,43 + 1,408
0,18 0,89
= 6,838
Asamoksalat( Percobaan 3 )
0 2,67
1 2,69 0,02
2 2,73 0,04
3 2,81 0,08
4 2,92
0,11
5 3,25
0,33
6 3,62
0,37
7 3,87
0,25 1,23
Ml pentiter = 10 + ( x
7,5 3,98 1,23+1,23
0,11 0,5)
8 4,31
0,33 1,23
8,5 4,51 = 10 + ( x 0,5)
2,46
0,20
9 5,08
= 10 + 0,25
0,57
9,5 5,65
= 10,25 ml
10 6,45 0,57
1,23
10,5 8,48 0,8 pH TA = 6,45+ ( x 2,03)
1,23+1,23
11 9,28 2,03 1,23
1,23
= 6,45 + ( x 2,03)
11,5 9,65 0,8 1,23 2,46
= 7,465
HCL ( Percobaan 1 )
0 2,51
1 2,51 0
2 2,53 0.02 2,82
ml pentiter =7+( x 0,5)
2,82+ 3,93
3 2,59 0,06
4 2,69 2,82
0,10 =7+( x 0,5)
6,75
5 2,82
0,13 = 7 + 0,209
6 3,25
0,43 = 7,209 ml
7 4,74
1,49 2,82
7,5 9,05 pH TA = 4,74( x 4,31)
2,82+ 3,93
4,31 2,82
8 9,43 2,82
0,38 3,93 = 4,74 ( x 4,31)
8,5 9,85 6,75
0,42 0,04
= 6,541
HCL ( Percobaan 2 )
0 2,48
1 2,48 0
2 2,51 0.03 1,62
ml pentiter =7+( x 0,5)
1,62+ 3,83
3 2,56 0,05
4 2,64 1,62
0,08 =7+( x 0,5)
5,45
5 2,82
0,18 = 7 + 0,148
6 3,23
0,41 = 7,148ml
7 5,64
2,41 1,62
7,5 9,67 pH TA = 5,64 ( x 4,03)
1,62+ 3,83
4,03 1,62
8 9,87 = 5,64 + 1,198
0,20 3,83
= 6,838
HCL ( Percobaan 3 )
0 2,50
1 2,51 0,01
2 2,53 0,02 1,9
ml pentiter =7+( x 0,5)
1,9+ 3,56
3 2,57 0,04
4 2,70 1,9
0,13 =7+( x 0,5)
5,46
5 2,89
0,19 = 7 + 0,173
6 3,28
0,39 = 7,173ml
7 5,27
1,99 1,9
7,5 9,16 pH TA = 5,27 ( x 3,89)
1,9+ 3,56
3,89 1,9
8 9,49 = 5,27 + 1,354
0,33 3,56
= 6,624
N2 = 10.0,1
10,365
= 0,0965 N
10.0,1 = 9,973.N2
N2 = 10.0,1
9,973
= 0,1003 N
10.0,1 = 10,25.N2
N2 = 10.0,1
10,25
= 0,0975 N
HCl (1)
N→ V1.N1 = V2.N2
10.N1 = 7,209. 0,0965
7,209 x 0,0965
N1 =
10
= 0,0696 N
HCl (2)
N→ V1.N1 = V2.N2
10.N1 = 7,148. 0,1003
7,148 x 0,1003
N1(HCl)=
10
= 0,0717
= 0, 1398 N
HCl (3)
N→ V1.N1 = V2.N2
10,365+ 9,973+10,25
1. Asam oksalat = = 10,196
3
7,209+ 7,148+7,173
2. HCl = = 7,176
3
Normalitas rata-rata
0,0965+0,1003+0,0975
3. Asam oksalat = = 0,0981
3
0,0696+0,0717+ 0,0699
2. HCl = = 0,0704
3
Pembahasan
Pada percobaan yang telah dilakukan pengukuran yang dilakukan merupakan titrasi asam
basa dengan menggunakan lonjakan PH sebagai awal dalam percobaan kita dapat menentukan ml titik
Akhir , ph titik akhir dan normalitas analisa yang digunakan merupakan analisa potensiometri dengan
cara pengukuran potensial dalam larutan yang titik akhir titrasinya ditentukan oleh pengukuran
potensial.
Kesimpulan