Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA

TITRASI ASAM BASA

DISUSUN OLEH :

1. PUTRI WULANDARI (PO.71.39.1.20.063)


2. MUHAMMAD AL-FASIH (PO.71.39.1.20.067)
3. ASI ANISA (PO.71.39.1.20.073)
4. SALSYABILA WONIKA (PO.71.39.1.20.075)
5. OLLA THIIFU NUR’ANNISA (PO.71.39.1.20.079)

DOSEN PEMBIMBING:

1. VERA ASTUTI, S.Farm, Apt, M.Kes

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

JURUSAN FARMASI

2020/2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan
zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis
reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa
maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi
reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi
kompleks dan lain sebagainya.

Berbicara masalah reaksi asam-basa atau yang biasa juga disebut reaksi penetralan, maka
tidak akan terlepas dari titrasi asam-basa. Perlu dipahami terlebih dahulu bahwa reaksi asam-
basa atau reaksi penetralan dapat dilakukan dengan titrasi asam-basa. Adapun titrasi asam-
basa ini terdiri dari titrasi asam kuat-basa kuat, titrasi asam kuat-basa lemah, titrasi basa
lemah-asam kuat, dan titrasi asam lemah-basa lemah. Titrasi asam-basa ini ditentukan oleh
titik ekuivalen (equivalent point) dengan menggunakan indikator asam-basa. Zat yang akan
ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer,
sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya
diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan. Larutan baku
(standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan konsentrasinya
biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas).Larutan baku primer adalah
suatu larutan yang telah di ketahui secara tepat konsentrasinya melalui metode gravimetri,
nilai konsentrasi di hitung melalui perumusan sederhana, setelah di lakukan penimbangan
teliti zat pereaksi tersebut dan di larutkan dalam volume tertentu.Larutan baku sekunder
adalah suatu larutan dimana kosentrasinya ditentukan dengan jalan pembakuan penggunaan
baku primer, biasanya melalui metode titrimetri

Konsep paling mendasar dan praktis dalam kimia asam basa tidak diragukan lagi
adalah reaksi netralisasi. Reaksi netralisasi berawal dari teori tentang teori asam basa yang di
kemukakan oleh Arhennius, bronted lowry dan Lewis. Menurut arthenius asam adalah suatu
senyawa yang jika dilarutkan dalam air akan melepaskan ion H+ dan basa adalah suatu
senyawa yang jika dilarutkan dalam air akan melepaskan ion OH-. Menurut bronsted lowry
asam adalah suatu zat yang memberikan proton sedangkan basa adalah akseptor proton.

Titrasi asam basa adalah penetapan kadar suatu zat (asam atau basa) berdasarkan atas
reaksi asam basa. Bila titran digunakan larutan asam baku maka penetapan tersebut
dinamakan asidimetri,sedangkan apabila larutan bakunya basa sebagai titran maka penetapan
itu disebut alkalimetri. Reaksi netralisasi adalah suatu reaksi antara senyawa asam dan
senyawa basa dengan menggunakan indikator tertentu untuk menjadikannya suatu senyawa
netral. Pada percobaan netralisasi ini lakukan percobaan asidimetri,dan alkalimetri .Titik
equivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah asam tepat di netralkan
oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung terjadi perubahan pH. PH pada titik
equivalenditentukan oleh sejumlah garam yang dihasilkan dari netralisasiasam basa. Indikator
yang digunakan pada titrasi asam basa adalahyang memiliki rentang pH dimana titik
equivalen berada. Padaumumnya titik equivalen tersebut sulit untuk diamati, yang
mudahdiamati adalah titik akhir yang dapat terjadi sebelum atau sesudah titikequivalen
tercapai. Titrasi harus dihentikan pada saat titik akhir titrasitercapai, yang ditandai dengan
perubahan lonjakan ph . Titik akhirtitrasi tidak selalu berimpit dengan titik equivalen. Dengan
pemilihanindikator yang tepat, kita dapat memperkecil kesalahan titrasi.

B. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memahami, mengetahui, dan menentukan
konsentrasi asam atau basa melalui metode titrasi.

C. Alat dan Bahan


Alat :
4. Labu takar
1. Pontensiometri 5. Botol semprot
2. Biuret 6. Sterer
3. Beaker glass
Bahan :

1. Dapar PH
2. Asam Oksalat 0,1 N
3. HCl 0,1 N

D. Prosedur kerja

1. Nyalakan tombol dengan menekan tombol "ON" biarkan selama 5 menit untuk
pemanasan

2. Kalibrasi pH meter

3. Siapkan larutan sampel ( misalnya HCl 0,1N, atau asam asetat 0,1N) masukkan
sejumlah (10-20ml) Larutan kedalam beaker glass 100 ml, letakkan sterer kedalam
beaker glass, putar sterer dan atur kecepatan yang sesuai.

4. Celupkan elektroda pH, digital akan menunjukkan pH awal titrasi

5. Letakkan biuret berisi Larutan pentiter (NaOH 0,1N)

6. Lakukan titrasi Orientasi dengan menambahkan larutan pentiter sampai


menunjukkan titik akhir (terjadi kelarutan pH drastis)

7. Lakukan titrasi dengan menambahkan larutan pentiter:

- Pertama tambahkan 5ml, catat pH

- Lalu dengan interval 1ml sampai mendekati titik akhir

-Tambahkan larutan liter dengan interval 0,2 ml atau 0,5ml sampai terjadi lonjakan
Ph

- Lanjutkan titrasi 2-3kali penambahan larutan pentiter

8. Lakukan titrasi minimal 2kali.


E. HasilPengamatan

Asam oksalat ( Percobaan 1 )

ml PH ΔpH/Δv Δ²pH/Δv² Perhitungan


Pentiter

0 2,61

1 2,61 0
2 2,65 0.04
3 2,73 0,08
4 2,85
0,12
5 3,12
0,37
6 3,41
0,29
7 3,73
0,32
7,5 3,88
0,15 1,60
8 3,99 Ml pentiter = 10 + ( x
1,60+0,59
0,11 0,5)
8,5 4,23
0,24 = 10 +0,365
9 4,36
0,13 = 10,365 ml
9,5 4,64

10 4,97 0,28 1,63


pH TA = 4,97( x 1,93)
1,63+0,59
10,5 6,9 0,33
= 4,97 + 1,410
11 8,24 1,93 1,60
= 6,38
11,5 9,24 1,34 0,59

1,00
Asamoksalat( Percobaan 2 )

ml PH ΔpH/Δv Δ²pH/Δv² Perhitungan


Pentiter

0 2,72

1 2,72 0
2 2,75 0,03
3 2,85 0,10
4 2,98
0,13
5 3,31
0,33
6 3,55
0,24
7 3,81
0,26
7,5 3,98
0,17 0,86
8 4,25 Ml pentiter = 9,5 + ( x
0,86+0,005
0,27 0,5)
8,5 4,41
0,16 0,86
9 4,80 = 9,5 + ( x 0,5)
0,91
0,39
9,5 5,43
= 9,5 + 0,473
10 6,92 0,63
= 9,973 ml
10,5 8,36 1,49 0,86
0,86
11 9,43 1,44 0,005 pH TA = 5,43+ ( x 1,49)
0,86+0,005
11,5 9,61 1,07 0,37
= 5,43 + 1,408
0,18 0,89
= 6,838
Asamoksalat( Percobaan 3 )

ml pH ΔpH/Δv Δ²pH/Δv² Perhitungan


pentiter

0 2,67

1 2,69 0,02
2 2,73 0,04
3 2,81 0,08
4 2,92
0,11
5 3,25
0,33
6 3,62
0,37
7 3,87
0,25 1,23
Ml pentiter = 10 + ( x
7,5 3,98 1,23+1,23
0,11 0,5)
8 4,31
0,33 1,23
8,5 4,51 = 10 + ( x 0,5)
2,46
0,20
9 5,08
= 10 + 0,25
0,57
9,5 5,65
= 10,25 ml
10 6,45 0,57
1,23
10,5 8,48 0,8 pH TA = 6,45+ ( x 2,03)
1,23+1,23
11 9,28 2,03 1,23
1,23
= 6,45 + ( x 2,03)
11,5 9,65 0,8 1,23 2,46

0,37 = 6,45 + 1,015

= 7,465
HCL ( Percobaan 1 )

ml PH ΔpH/Δv Δ²pH/Δv² Perhitungan


Pentiter

0 2,51

1 2,51 0
2 2,53 0.02 2,82
ml pentiter =7+( x 0,5)
2,82+ 3,93
3 2,59 0,06
4 2,69 2,82
0,10 =7+( x 0,5)
6,75
5 2,82
0,13 = 7 + 0,209
6 3,25
0,43 = 7,209 ml
7 4,74
1,49 2,82
7,5 9,05 pH TA = 4,74( x 4,31)
2,82+ 3,93
4,31 2,82
8 9,43 2,82
0,38 3,93 = 4,74 ( x 4,31)
8,5 9,85 6,75
0,42 0,04
= 6,541
HCL ( Percobaan 2 )

ml PH ΔpH/Δv Δ²pH/Δv² Perhitungan


Pentiter

0 2,48

1 2,48 0
2 2,51 0.03 1,62
ml pentiter =7+( x 0,5)
1,62+ 3,83
3 2,56 0,05
4 2,64 1,62
0,08 =7+( x 0,5)
5,45
5 2,82
0,18 = 7 + 0,148
6 3,23
0,41 = 7,148ml
7 5,64
2,41 1,62
7,5 9,67 pH TA = 5,64 ( x 4,03)
1,62+ 3,83
4,03 1,62
8 9,87 = 5,64 + 1,198
0,20 3,83
= 6,838

HCL ( Percobaan 3 )

ml PH ΔpH/Δv Δ²pH/Δv² Perhitungan


Pentiter

0 2,50

1 2,51 0,01
2 2,53 0,02 1,9
ml pentiter =7+( x 0,5)
1,9+ 3,56
3 2,57 0,04
4 2,70 1,9
0,13 =7+( x 0,5)
5,46
5 2,89
0,19 = 7 + 0,173
6 3,28
0,39 = 7,173ml
7 5,27
1,99 1,9
7,5 9,16 pH TA = 5,27 ( x 3,89)
1,9+ 3,56
3,89 1,9
8 9,49 = 5,27 + 1,354
0,33 3,56
= 6,624

 Perhitungan Pembakuan/Penetapan Kadar


 Asam Oksalat (1)
N→ V1.N1 = V2.N2

10.0,1 = 10, 365.N2

N2 = 10.0,1
10,365
= 0,0965 N

 Asam Oksalat (2)


N→ V1.N1 = V2.N2

10.0,1 = 9,973.N2

N2 = 10.0,1
9,973
= 0,1003 N

 Asam Oksalat (3)


N→ V1.N1 = V2.N2

10.0,1 = 10,25.N2

N2 = 10.0,1
10,25
= 0,0975 N
 HCl (1)
N→ V1.N1 = V2.N2
10.N1 = 7,209. 0,0965

7,209 x 0,0965
N1 =
10

= 0,0696 N

 HCl (2)
N→ V1.N1 = V2.N2
10.N1 = 7,148. 0,1003
7,148 x 0,1003
N1(HCl)=
10
= 0,0717

= 0, 1398 N
 HCl (3)
N→ V1.N1 = V2.N2

10.N1 = 7,173. 0,0975 N


7,173 x 0,0975
N1 =
10
= 0,0699
ml pentiter rata-rata

10,365+ 9,973+10,25
1. Asam oksalat = = 10,196
3
7,209+ 7,148+7,173
2. HCl = = 7,176
3
Normalitas rata-rata
0,0965+0,1003+0,0975
3. Asam oksalat = = 0,0981
3
0,0696+0,0717+ 0,0699
2. HCl = = 0,0704
3

F. Pembahasan dan Kesimpulan

Pembahasan

Pada percobaan yang telah dilakukan pengukuran yang dilakukan merupakan titrasi asam
basa dengan menggunakan lonjakan PH sebagai awal dalam percobaan kita dapat menentukan ml titik
Akhir , ph titik akhir dan normalitas analisa yang digunakan merupakan analisa potensiometri dengan
cara pengukuran potensial dalam larutan yang titik akhir titrasinya ditentukan oleh pengukuran
potensial.

Kesimpulan

1. Buret adalah alat yang digunakan berisi larutan pentitrasi (NaOH)


2. Larutan dapar pospat 4 dan 7 sebagai pengkalibrasi
3. Magnet stirer sebagai pengaduk/penghomogen larutan pentiter dan sampel
4. Asam oksalat 0,1N & HCl 0,1N sebagai sampel bahan
5. Lonjakan PH asam oksalat terjadi pada ml ke 9,5 dan 10 sedangkan untuk HCl terjadi pada ml
ke 7
6. Semakin besar ml pentiter, maka semakin kecil normalitasnya, begitu juga sebaliknya
7. Semakin besar ml pentiter, maka semakin kecil PH larutannya, begitupun sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai