FAKULTAS FARMASI
Disusun oleh :
Nama : AMELIA S
NIM : 15020150127
FAKULTAS FARMASI
MAKASSAR
2016
UJI OBAT EPINEFRIN SEBAGAI OBAT SISTEM SARAF OTONOM
YAITU GOLONGAN SIMPATOMIMETIK TERHADAP MENCIT (Mus
muscullus)
ABSTRAK
c) Penyekat neuromuskular
Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: atrakurium,
doksakurium, metokurin, mivakurium, pankuronium, piperkuronium, rokuronium,
suksinilkolin, tubokurarin, dan vekuronium.
3. Agonis adrenergik
Agonis adrenergik terbagi ke dalam 3 kelompok, yaitu:
a) Bekerja langsung
Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: albuterol, klonidin,
dobutamin, dopamin, epinefrin, isopreterenol, metapreterenol, metoksamin,
norepinefrin, fenilefrin, ritodrin, dan terbutalin.
b) Bekerja tak langsung
Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: amfetamin dan
tiramin.
c) Bekarja ganda
Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: efedrin dan
metaraminol.
4. Antagonis adrenergik
Antagonis adrenergik terbagi ke dalam 3 kelompok, yaitu:
a) Penyekat α-
Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: doxazosin,
fenoksinbenzamin, fentolamin, prazosin, dan terazosin.
b) Penyekat β–
Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: asebutolol, atenolol,
labetalol, metoprolol, nadolol, pindolol, propranolol, dan timolol.
(Mycek, Mary.J, dkk. 2001: 35-79).
\
METODE PENELITIAN
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu alat suntik dan jarum suntik,
kanula, papan datar bulat (platform), gelas piala, Erlenmeyer, dan labu takar 10,
25, 50, dan 100 mL.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu cendotropin, cendocarpin,
bisoprolol, popanolol, dan Na.CMC.
Prosedur kerja
Hewan: Mencit jantan/betina
HASIL PENGAMATAN
Kelompok I
Kelompok II
Perlakuan BB Pengamatan Pada Menit
Obat : Cendocarpin (i.p) M1 M2 15" 30" 60" 90"
Miosis - - - - - - - + - -
Diare - - + - + + - - - -
Tremor - + - - - - - - - -
Vasokontriksi + + + + + + + + + +
Grooming - + + + - + - + - +
Piloereksi - - + - - - - - - -
Takikardia - - + - - - - + - -
Bardikardia - - - - - - + - - -
Saliva - - + + - - - - - -
Kelompok III
Perlakuan BB Pengamatan Pada Menit
Obat : Epinefrin (i.p) M 15" 30" 60" 90"
Miosis - - -
Midriasis - + +
Diare - - -
Tremor - - -
Vasodilatasi - - -
Vasokontriksi - + +
Grooming - - -
Piloereksi - - +
Takikardia - + +
Bardikardia - - -
Saliva - - -
Kelompok IV
Perlakuan Pengamatan
Obat Epinefrin + Na- 15 30 60 90
CMC
Miosis +
Midriasi +
Diare +
Tremor +
Vasodilatasi +
Vasokontriksi +
Grooming +
Piloereksi + +
Takikardia +
Bradikardia +
Saliva
Kelompok V
Perlakuan Pengamatan pada menit
15 30 60 90
Obat : propranolol
I II I II I II I II
Miosis - - - - √ - √ -
Midriasis - - √ - - - - -
Tremor √ - - - - - - -
Vasodilatasi √ - - - √ - √ -
Vasokontriksi - - √ - - - - -
Takikardia - - √ - √ - √ -
PEMBAHASAN
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak
maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan.
Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk
sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat
pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung
ganglion disebut urat saraf post ganglion.
Sistem saraf otonom berfungsi untuk mempertahankan keadaan tubuh dalam
kondisi terkontrol tanpa pengendalian secara sadar. Sistem saraf otonom bekerja
secara otomatis tanpa perintah dari sistem saraf sadar. Sistem saraf otonom juga
disebut sistem saraf tak sadar, karena bekerja diluar kesadaran
Struktur jaringan yang dikontrol oleh sistem saraf otonom yaitu otot jantung,
pembuluh darah, iris mata, organ thorakalis, abdominalis, dan kelenjar tubuh.
Secara umu, sistem saraf otonom dibagi menjadi dua bagian, yaitu sistem saraf
simpatis dan sistem saraf parasimpatis.
Sistem Saraf Simpatis
Sistem saraf simpatis terbagi juga menjadi dua bagian, yaitu saraf otonom
kranial dan otonom sakral. Sistem saraf ini berhubungan dengan sumsum tulang
belakang melalui serabut-serabut sarafnya, letaknya didepan column vertebrae.
Sistem saraf simpatis ini berfungsi untuk: Mensarafi otot jantung, Mensarafi
pembuluh darah dan otot tak sadar, Mempersarafi semua alat dalam seperti
lambung, pancreas dan usus, Melayani serabut motorik sekretorik pada kelenjar
keringat, Serabut motorik pada otot tak sadar dalam kulit, Mempertahankan tonus
semua otot sadar
Obat sistem saraf otonom dapat dibagi menjadi Agonis adrenergik
(simpatomimetik), Antagonis adrenergik (simpatolitik), Agonis kolinergik
(parasimpatomimetik), Antagonis adrenergik (parasimpatolitik).
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu spoit injeksi dan
spoit oral atau kanula. Bahan yang digunakan adalah aquadest, alkohol, air untuk
injeksi, Na-CMC 1%, adrenalin, atropin sulfat, pilokarpin HCl, dan propranolol.
Adapun hasil yang diperoleh dari percobaan ini yaitu, digunakan hasil dari
kelompok III obat Epinefrin secara IP.
Mekanisme kerja Epinefrin sebagai berikut:
Kardiovaskuler : Kerja utama epinefrin adalah pada sistem kardiovaskular.
Senyawa ini memperkuat daya kontraksi otot jantung (miokard) (inotropik positif
: kerja β1) dan mempercepat kontraksi miokard (kronotropik positif : kerja β1).
Oleh karena itu, curah jantung meningkat pula. Akibat dari efek ini maka
kebutuhan oksigen otot jantung jadi meningkat juga. Epinefrin mengkonstriksi
arteriol di kulit, membrane mukosa, dan visera (efek α) dan mendilatasi pembuluh
darah ke hati dan otot rangka (efek β2). Aliran darah ke ginjal menurun. Oleh
karena itu, efek kumulatif epinefrin adalah peningkatan tekanan sistolik bersama
dengan sedikit penurunan tekanan diastolik. Pada jantung, adrenalin atau epinefrin
bekerja meningkatkan kekuatan kontraksi dan frekuensi jantung. Curah jantung
akan naik. Selama tekanan darah rata-rata (harga rata-rata antara tekanan sistol
dan tekanan diastol) tidak naik, tidak terjadi pengaturan lawan reflektrolik dari
parasimpatis. Pada penggunaan adrenalin, harus pula dipertimbangkan bahwa
senyawa ini akan meninggikan pemakaian oksigen dan oleh karena itu walau
terjadi dilatasi arteria koronaria, dapat timvbul serangan angina pektoris
Respirasi ., Epinefrin menimbulkan bronkodilatasi kuat dengan bekerja langsung
pada otot polos bronkus (kerja β2). Pada kasus syok anafilaksis.
Berdasarkan praktikum dapat dilihat pada menit ke 15 terjadi Midrialisis
(pelebaran pupil) dapat dilihat dari mata mencit yang membesar dan terjadi
takikardia (peningkatan denyut jantung) pada menit ke 15. Pada menit ke 30
terjadi tremor dan Bradikardia (penurunan denyut jantung ) pada mencit. Pada
Menit selanjutnya mencit tidak mengalami aktifitas (mati)
Pada praktikum ini, pada percobaan 1 melakukan pemberian obat
cendotropin terhadap mencit, hal ini bertujuan untuk melihat efek
farmakodinamik suatu obat terhadap mencit. Langkah pertama adalah alat dan
bahan disiapkan terlebih dahulu diatas meja, dan di tutupi dengan kain, usahakan
tertutup semua. Mencit di simpan diatas kain, lalu di beri obat cendotropin secara
i.p sesuai volume pemerian yang telah di hitung.Amati perubahan pada menit ke
15, 30, 60 dan 90 setelah pemerian obat.Pengamatan meliputi pupil mata, diare,
tremor, kejang, warna dan daun telinga, grooming dan sebagainya. Setelah
melakukan pemerian obat, Pada mencit pertama dengan berat 25 gram, diperoleh
hasil bahwa pada menit ke 15 terjadi takikardia atau jantung berdetak kencang,
pada menit ke 30 terjadi grooming, dan pada menit ke 90 terjadi Miosis (
mengecilnya pupil), vasokontriksi ( menyempitnya pembuluh darah), piloereksi,
dan takikardia. Kemudian pada menit ke 90 terjadi Vasokontriksi, Piloereksi dan
Brakikardia.
Percobaan kedua, pemberian obat Cendocarpin (i.p) dengan cara
menyuntikkan di bagian bawah perut hewan coba yaitu 2 ekor mencit (Mus
muscullus) dan diamati pada menit ke 15, 30, 60 dan 90 memberikan efek
farmakodinamika pada hewan coba tersebut. Pada mencit pertama (M1) yang
mempunyai berat badan 24 gram dengan Vp 0.8 ml sebelum diberikan perlakuan
sudah mengalami vasokontriksi yang ditandai dengan warna telinganya yang
pucat. Sedangkan pada mencit kedua (M2) dengan berat badan 21 gram sudah
mengalami tremor yang ditandai kejang-kejang pada tubuhnya, vasokontriksi dan
grooming yang ditandai dengan selalu mengusap wajah. Setelah diberikan
perlakuan dengan pemberian cendocarpin (i.p) dimana pada mencit pertama (M1)
dengan volume pemberian yaitu 0.8 ml pada menit ke 15 mengalami diare,
vasokontriksi, grooming, piloereksi, takikardia dan saliva yang berlendir. Pada
menit ke 30 mengalami diare, vasokontriksi dan grooming. Pada menit ke 60
mengalami vasokontriksi, grooming dan bradikardia. Dan pada menit ke 90
mengalami vasokontriksi. Pada mencit kedua (M2) dengan pemberian 0.7 ml
cendocarpin (i.p) pada menit ke 15 mengalami vasokontriksi, grooming dan saliva
yang berlendir. Pada menit ke 30 mengalami diare, vasokontriksi dan grooming.
Pada menit ke 60 mengalami miosis, vasokontriksi, grooming, dan takikardia.
Dan pada menit ke 90 mengalami vasokontriksi dan grooming.
Percobaan keempat, Pemberian obat epinefrin (i:p) dengan cara
menyuntikkan di bawah perut hewan coba yaitu 2 ekor mencit (Mus muscullus)
dan diamati pada menit ke 15, 30, 60 dan 90 memberikan efek farmakodinamika
pada hewan coba tersebut. Pada mencit yang mempunyai berat badan 27 gram
dengan Vp 0,9 ml sebelum diberikan perlakuan sudah mengalami vasokontriksi
yang ditandai dengan warna telinga yang pucat, mata midriasis, piloereksi dan
takikardia. Pada percobaan ini menggunakan obat epinerfin, dimana obat ini
termasuk dalam golongan obat simpatis yang bekerja sebagai agonis adrenergik.
Obat Epinefrin dan Na-CMC efek yang didapatkan hewan coba (mencit) ketika
disuntikkan sampel obat yaitu Pada menit 90 mencit mengalami Miosis, Pada
menit 60 terdapat efek Midriasi, Diare dan Vasodilatasi. Pada menit ke 30 mencit
mengalami vasokontriksi, Piloereksi, serta Bradikardia. Dan pada menit ke 15
mencit mengalami efek Tremor, Grooming, Piloereksi dan Takikardia. Sesuai
dengan sampel obat pada kelompok 4, Epinefrin termasuk dalam golongan obat simpatis
(meningkatkan kerja organ tubuh). Lebih rincinya Epinefrin ada pada Agonis adrenergik
yang bekerja secara kerja langsung. Dimana, obat berikatan langsung dengan reseptor alfa
dan beta.
Percobaan kelima, pengujian obat propranolol pada hewan coba mencit
(Mus Muscullus) dilakukan untuk mengetahui bagaimanakah efek
farmakodinamik dari obat propranolol dengan menggunakan parameter
pengamatan berupa grooming, salivasi, vasokontriksi, vasodilatasi, takikardia,
bradikardia, piloereksi dan diare dengan jangka waktu tertent terjadi pada mencit
dimenit ke 15, 30, 60 dan 90.Hewan coba yang digunakan pada praktikum ini
yaitu mencit (Mus Muscullus)sebanyak 2 ekor yang kemudian diberikan obat
propranolol secara oral. Pemberian obat propranolol menggunakan spoit dan
kanula melalui mulut mencit sebanyak 0,66 ml dan 0,76 ml. Propanolol adalah
suatu obat penghambat beta-adrenoseptor yang terutama digunakan untuk terapi
aritmia dan antiangina.Propanolol memiliki khasiat menghambat kecepatan
konduksi impuls dan mendepresi pembentukan fokus ektopik (efek hantaran yang
menyebabkan denyut abnormal). Obat ini mempunyai efek yang sangat kecil yang
tak perlu dikhawatirkan pada reseptor dan muskarinik, tetapi ia dapat menyekat
beberapa reseptor serotonin didalam otak, meskipun kepentingan klinisnya tidak
jelas. Obat ini tidak memiliki kerja agonis parsial yang lebih dideteksi pada
reseptor.Dengan demikian diketahui bahwa propanolol merupakan salah satu
golongan simpatolitik. Setelah pemberian obat propranolol pada mencit dan telah
dilakukan pengamatan untuk mencit yang pertama sebanyak 0,66 ml, pada menit
ke 15 mencit mengalami tremor/kejang dan vasodilatasi/pelebaran pembuluh
darah, pada menit ke 30 mencit mengalami midriasi/pelebaran pupil mata seperti
matanya akan keluar, vasokontriksi dan takikardia/meningkatnya denyut jantung
karena terjainya penyempitan pembuluh darah, pada menit ke 60 mencit
mengalami miosis, vasodilatasi dan takikardia dan pada menit ke 90 mencit
mengalami miosis, vasodilatasi/pembuluh darah melebar dan takikardia hal ini
terjadi dikarenakan obat propranolol itu termasuk dalam penghambat − 𝛽 yang
menghasilkan efek simpatis. Namun pada mencit kedua yang telah diberi obat
propanolol mengalami kematian setelah pemberian obat hal ini dikarenakan
pemberian obat pada mencit salah, obat tersebut tidak tepat masuk kedalam
tenggorokan mencit melainkan masuk ke saluran pernapasannya sehingga terjadi
kematian pada mencit tersebut, kurangnya pengetahuan, pengalaman dan kehati-
hatian menyebabkan hal itu terjadi.
KESIMPULAN
Saran
Sebaiknya bahan-bahan yang digunakan dapat diperhatikan dengan baik agar
praktikum dapat berjalan dengan baik dan hasil yang didapatkan lebih akurat. Dan
asisten sebaiknya selalu mendampingi praktikan agar praktikan tidak melakukan
kesalahan saat melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Gibson , John, 2002. Fisiologi dan Anatomi modern untuk perawat. Edisi 2, EGC
: Jakarta
LAMPIRAN
Skema Kerja :