Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Farmakologi merupakan mempelajari bagaimana cara obat

mempengaruhi sistem biologikal serta mempelajari respon makhluk hidup

terhadap pemberian suatu obat. Obat merupakan setiap agent kimia yang

mempengaruhi setiap proses biologikal serta obat juga merupakan

substansi atau bahan yang digunakan untuk mendiagnosa,

menyembuhkan, mengatasi, membebaskan, dan mencegah penyakit.

Sistem saraf otonom (SSO) adalah suatu sistem saraf eferen

(motorik) yang mempersarafi organ-organ dalam seperti otot-otot polos,

otot jantung, dan berbagai kelenjar. Sistem ini melakukan fungsi kontrol,

misalnya seperti kontrol tekanan darah, motilitas gastrointestinal, sekresi

gastrointestinal, pengosongan kandung kemih, proses berkeringat, suhu

tubuh, dan beberapa fungsi lain.

Karakteristik utama SSO adalah kemampuan memengaruhi dengan

sangat cepat (misal: dalam beberapa detik saja denyut jantung dapat

meningkat hampir dua kali semula, demikian juga dengan tekanan darah

dalam belasan detik, berkeringat yang dapat terlihat setelah dipicu dalam

beberapa detik, juga pengosongan kandung kemih).

Dalam praktikum kali ini akan diujikan berbagai macam obat

golongan sistem saraf otonom seperti bisoprolol, cendocarpin,

cendotropin, dan epinefrin untuk mengetahui efek apa yang akan terjadi
pada tubuh hewan coba mencit (Mus Musculus). Adapun efek efek yang

akan dilihat pada tubuh hewan coba mencit (Mus Musculas) seperti

bradikardia, diare, grooming, midriasis, miosis, piloereksi, takikardia,

tremor, vasodilatasi, vasokokontriksi, dan saliva.

B. Maksud Percobaan

Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk menentukan efek

yang terjadi terhadap hewan coba mencit (Mus Musculas) dengan

menggunakan obat sistem saraf otononom Bisoprolol, Cendocarpin,

Cendotropin, dan Epinefrin.

C. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui efek yang

terjadi terhadap hewan coba mencit (Mus Musculas) dengan

menggunakan obat sistem saraf otononom Bisoprolol, Cendocarpin,

Cendotropin, dan Epinefrin.

D. Prinsip Percobaan

Adapun prinsip dari praktikum ini adalah menentukan bagaimana

efek dari pemberian golongan-golongan obat sistem saraf otonom

Bisoprolol, Cendocarpin, Cendotropin, dan Epinefrin yang sudah

diinjeksikan pada hewan coba mencit (Mus Musculas).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan

bersambungan serta terdiri terutama dari jaringan saraf. Dalam

mekanisme sistem saraf, lingkungan internal dan stimulus eksternal

dipantau dan diatur oleh kemampuan khusus seperti iritabilitas, atau

sensitifitas terhadap stimulus, dan konduktifitas atau kemampuan untuk

mentransmisi suatu respon terhadap stimulus, diatur oleh sistem saraf

dalam tiga cara utama yaitu input sensorik, aktivitas integrative dan output

motorik (Sloane, 2004).

Sistem saraf adalah suatu sistem yang saling bekerja sama untuk

mengelola suatu informasi sehingga akan menghasilkan suatu reaksi.

System saraf sama dengan sistem endokrin yaitu keduanya mengurus

sebagian besar pengaturan tubuh. Pada umumnya system saraf ini

mengatur aktifitas tubuh secara cepat (Setiadi, 2007).

Sistem saraf kita terdiri dari dua kelompok yakni Susunan Saraf

Pusat (SSP) yang meliputi otak dan sumsum tulang belakang, dan Sistem

Saraf Perifer dengan saraf-saraf yang secara langsung atau tak langsung

ada hubungannya dengan SSP. Saraf perifer ini terbagi lagi kedalam dua

bagian, yaitu Susunan Saraf Motoris yang bekerja sekehendak kita,

misalnya otot-otot lurik (kaki, tangan, dan sebagainya) serta Susunan


Saraf Otonom (SSO) yang bekerja menurut aturannya sendiri (Tjay dan

Rahardja, 2002).

Sistem saraf otonom adalah sistem saraf yang tidak dapat

dikendalikan oleh kemauan kita melalui otak. System saraf otonom

mengendalikan beberapa organ tubuh seperti jantung, pembuluh darah,

ginjal, pupil mata, lambung dan usus. System saraf ini dapat dipicu

(induksi) atau dihambat (Inhibisi) oleh senyawa obat (Sulistia, 2009).

Susunan Saraf Otonom (SSO), juga disebut susunan saraf vegetatif,

meliputi antara lain saraf-saraf dan ganglia (majemuk dari ganglion yang

artinya simpul saraf) yang merupakan persarafan ke otot polos dari

berbagai organ (bronchia, lambung, usus, pembuluh darah, dan lain-lain).

Termasuk kelompok ini pula adalah otot jantung (lurik) serta beberapa

kelenjar (ludah, keringat, dan pencernaan). Dengan demikin, sistem saraf

otonom tersebar luas di seluruh tubuh dan fungsinya adalah mengatur

secara otonom keadaan fisiologi yang konstan, seperti suhu badan,

tekanan, dan peredaran darah serta pernafasan (Tjay dan Rahardja,

2002).

Dalam sistem saraf otonom, diperlukan dua neuron untuk mencapai

organ target, yaitu neuron praganlionik dan neuron pascaganglionik.

Semua neuron praganglionik melepaskan asetilkolin sebagai

transmiternya (Gilman, 2008).

Penggolongan obat sistem saraf otonom terbagi atas (Mardjono,

2009) :
a. Simpatomimetik (agonis adrenergik) yaitu obat yang efeknya

menyerupai efek yang ditimbulkan oleh aktivitas susunan saraf

simpatis.

b. Simpatolitik (antagonis adrenergik) yaitu obat yang menghambat

timbulnya efek akibat aktivitas saraf simpatis.

c. Parasimpatomimetik (agonis kolinegik) yaitu obat yang efeknya

menyerupai efek yang ditimbulkan oleh aktivitas susunan saraf

parasimpatis.

d. Parasimpatolitik (antagonis kolinergik) yaitu obat yang menghambat

timbulnya efek akibat aktivitas saraf parasimpatis.

Pada susunan saraf otonom, impuls disalurkan ke organ tujuan

(efektor, organ ujung) secara tak langsung. Saraf otonom di beberapa

tempat terkumpul di sel-sel ganglion, dimana terdapat sinaps, yaitu sela di

antara dua neuron (sel saraf). Saraf yang meneruskan impuls dari SSP ke

ganglia dinamakan neuron preganglioner, sedangkan saraf antara ganglia

dan organ ujung disebut neuron post-ganglioner. Impuls dari SSP dalam

sinaps dialihkan dari satu neuron kepada yang lain secara kimiawi dengan

jalan neurotransmitter (juga disebut neurohormon). Bila dalam suatu

neuron impuls tiba di sinaps, maka pada saat itu juga neuron tersebut

membebaskan suatu neurohormon di ujungnya, yang melintasi sinaps dan

merangsang neuron berikutnya. Pada sinaps yang berikut dibebaskan

pula neurohormon dan seterusnya hingga impuls tiba di organ efektor

(Tjay dan Rahardja, 2002).


Sistem saraf otonom berfungsi untuk memelihara

keseimbangandalam organisme atau sistem dunia alam. Sistem ini

mengatur fungsi-fungsi yang tidak dibawah kesadaran dan kemauan :

Sirkulasi dengan cara menaikkan atau menurunkan aktivitas jantung dan

khususnya melalui penyempitan dan pelebaran\pelebaran pembuluh

darah. Pernapasan dengan cara menaikkan atau menurunkan frekuensi

pernapasan dan penyempitan atau pelebaran otot bronkus. Peristaltik

saluran cerna, tonus semua otot polos dari midal kandung empedu, ureter,

kandung kemu\ih, uterus dan lain-lain. Sekresi kelenjar keringat,kelenjar

air ludah, kelenjar lambung, dan kelenjar-kelenjar lain (Syaifuddin, 2002).

Saraf adrenergik. Sebaliknya, neuron post-ganglioner dari SO

meneruskan impuls dari SSP dengan melepaskan neurohormon adrealin

da atau non-adrenalin (NA) pada ujungnya. Neuron ini dinamakan saraf

adrenergik. Adrenalin juga dihasilkan oleh bagian dalam (medulla) dari

anak ginjal (Tjay dan Rahardja, 2002).

Obat-obat otonom adalah obat-obat yang dapat mempengaruhi

penerusan impuls dalam susunan saraf otonom dengan jalan

mengganggu sintesa, penimbunan, pembebasan, atau penguraian

neurotransmitter atau mempengaruhi kerjanya atas atas reseptor khusus.

Akibatnya adalah dipengaruhinya fungsi otot polos dan organ, jantung,

dan kelenjar dopamin (Tjay dan Rahardja, 2002).

Penggolongan obat SSO dapat juga sebagai berikut (Mycek, 2001) :

1. Agonis kolinergik
Agonis kolinergik dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:

1) Bekerja langsung: Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini

yaitu: Asetilkolin, betanekol, karbakol, dan pilokarpin.

2) Bekerja tak langsung (reversibel): Obat-obat yang termasuk dalam

kelompok ini yaitu: edrofonium, neostigmin, fisostigmin, dan

piridostigmin.

3) Bekerja tak langsung (ireversibel): Obat-obat yang termasuk dalam

kelompok ini yaitu: ekotiofat dan isoflurofat.

2. Antagonis kolinergik

Antagonis kolinergik terbagi ke dalam 3 kelompok, yaitu:

1) Obat antimuskarinik: Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini

yaitu: atropin, ipratropium, dan skopolamin.

2) Penyekat ganglionic: Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini

yaitu: mekamilamin, nikotin, dan trimetafan.

3) Penyekat neuromuscular: Obat-obat yang termasuk dalam

kelompok ini yaitu: atrakurium, doksakurium, metokurin,

mivakurium, pankuronium, piperkuronium, rokuronium, suksinilkolin,

tubokurarin, dan vekuronium.

3. Agonis adrenergik

Agonis adrenergik terbagi ke dalam 3 kelompok, yaitu:

1) Bekerja langsung

Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: albuterol,

klonidin, dobutamin, dopamin, epinefrin, isopreterenol,


metapreterenol, metoksamin, norepinefrin*, fenilefrin, ritodrin, dan

terbutalin.

2) Bekerja tak langsung

Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: amfetamin dan

tiramin.

3) Bekarja ganda

Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: efedrin dan

metaraminol.

4. Antagonis adrenergic

Antagonis adrenergik terbagi ke dalam 3 kelompok, yaitu:

a) Penyekat alfa

Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: doxazosin,

fenoksinbenzamin, fentolamin, prazosin, dan terazosin.

b) Penyekat beta

Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: asebutolol,

atenolol, labetalol, metoprolol, nadolol, pindolol, propranolol, dan

timolol.

B. Uraian Probandus dan Hewan Coba

1. Mencit (Kusumawati, 2004)

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Sub Filum : Vertebrata

Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia

Sub Ordo : Myoimorphia

Famili : Muridae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus

2. Karakteristik Hewan Uji Mencit (Kusumawati, 2004)

Mencit dewasa memiliki berat badan 25-40 g untuk betina dan

20-40 g untuk jantan, temperature tubuh 36,5 0C, kebutuhan air ad

libtum, kebutuhan makan 4-5 g/hari, pubertas 28-49 hari, glukosa 62,8-

176 mg/dL, kolesterol 26,0-82,4 mg/dL.

C. Uraian Bahan

1. Bisoprolol (MIMS, 2010)

Nama paten : BISOPROLOL

Indikasi : Hipertensi

Kontraindikasi : kardiogenik, sindrom sick sinus, bradikardia.

Farmakodinamik : anti aritmia kelas II, Beta adrenergik bloker

Farmakokinetika : Onset beta-bloker oral 1-2 jam, durasi 6 jam.

Distribusi Vd= 3,9 L/kg untuk dewasa menembus

plasenta, sejumlah kecil masuk air susu. Ikatan

protein pada bayi 68% dan dewassa 93%.

Metabolisme aktif dihati dan kombinasi tidak

aktif.
Dosis : awal 5 mg 1 x/hr, dapat ditingkatkan menjadi

10-20 mg 1 x/hr.

2. Cendocarpine (Ganiswara, 2012)

Komposisi : Tiap 5 tetes mengandung pilokarpin HCl1%

Indikasi : Antiglukoma dan miotikum

Kontraindikasi : -

Produksi : Ethica

Nama paten lain : Adrenal, epicarpine

Efek samping : Gangguan SSP, Aritmia jantung, edema paru

3. Cendrotropine (Ganiswara, 2012)

Komposisi : Antropin sulfat 45 mg

Indikasi : Sebagai midriatikum, spasmodik saluran cerna,

keracunan organofosfat dan oftalmik

Kontraindikasi : Penderita jantung dan penderita glukoma,

sudut sempit serta penderita hipertensi.

Nama paten lain : Atrovent

Efek samping : Bradikardi, retensi urin, midriasis

4. Epinefrin (Ganiswara, 2012)

Zat aktif : Epinefrin

Golongan Obat : Anti alergi

Indikasi : Pengobatan anfilaksis, berupa bronkospasme

akut atau eksaserbasi asma yang berat

Kontra indikasi : Hipersensitif terhadap anestesi local tipe amida


Efek samping : Kecemasan, pusing, penglihatan kabur, sedasi,

tinnitus.

Farmakokinetik : Metabolisme : diambil oleh saraf adrenergic dan

dimetabolisme oleh monoamine oksidase dan

katekol-o-metiltransferase.

Farmakodinamik : Obat dalam sirkulasi mengalami metabolism di

hepar. Eksresi urin atau sebagai inaktif

metanefrin, dan sulfat dan derivate hidroksi

asam mandelat.

Interaksi obat : Potensiasi dengan anti aritmia. Adrenalin

menekan respon antidepresan trisiklik,

penghambat saraf adrenergik dan resiko aritmia

jantung meningkat dengan anestesi halogen dan

glikosida

Dosis obat : Injeksi parenteral, Dewasa : 0,3-0,5 mg SC atau

IM, dapat diulangh bila perlu tiap 10 15 menit.

Anak-anak dan bayi : 0,01 mg/kg atau 0,3 mg.

Waktu paruh : 4 jam

Diabsorpsi di saluran cerna

Diekskresi di ginjal

Dosis : - Biasanya diawali dengan 2 x 4 Ommg/hari

- Pada gangguan ritma jantung 0,5 setiap 2

menit sampai dosis sebesar 0,1 mg


BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan

a. Alat yang digunakan

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum adalah kanula,

lap kasar, lap halus, spoit 1 mL dan stopwatch.

b. Bahan yang digunakan

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum adalah

Aquadest pro injeksi, Bisoprolol, Cendocarpin, Cendotropin, dan

Epinefrin.

B. Prosedur Kerja

a. Penyiapan Hewan Coba

Dalam percobaan ini menggunakan 5 ekor mencit yang dibagi

pada 5 kelompok yaitu 1 ekor perkelompok. Dipilih mencit yang sehat

dan berat badan yang sesuai. Mencit dipuasakan selama kurang lebih

8 jam. Mencit ditimbang dan diberi tanda.

b. Perlakuan Hewan Coba

Disiapkan 5 ekor mencit dengan bobot sekitar 20-30 gram.

Kemudian mencit dibagi dalam 5 kelompok yaitu 1 mencit

perkelompok. Kelompok 1 diberikan Cendotropin pada mencitnya

secara IP, kelompok 2 diberikan Cendocarpin pada mencitnya secara

IP, kelompok 3 diberikan cendotropin secara oral lalu cendocarpin

secara IP pada mencitnya, kelompok 4 diberi epinefrin secara IP, dan


kelompok 5 diberikan bisoprolol secara oral setelah 15 menit kemudian

diberikan epinefrin secara IP.

c. Cara Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Disiapkan hewan coba (mencit) sebanyak 5

3. Ditimbang masing-masing mencit dan dihitung Vp nya

4. Pada mencit 1 diberikan Cendrotropin secara intraperitoneal (IP),

mencit 2 diberikan Cendocarpin secara intraperitoneal (IP), mencit

3 diberikan Cendotropin+Cendokarpin secara intraperitoneal (IP),

mencit 4 diberikan Epinefrin secara intraperitoneal (IP), dan

Bisoprolol secara oral.

5. Diamati mencit pada menit ke 15, 30, 60, dan 90. Pengamatan

meliputi bradikardia, diare, grooming, midriasis, miosis, piloereksi,

takikardia, tremor, vasodilatasi, vasokontriksi, dan saliva.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

a. Kelompok 1 (Cendotropin)

Perlakuan BB Pengamatan pada menit

Obat : cendotropin 15 30 60 90

Miosis - - + +

Midriasis + - - -

Diare - - - -

Tremor - - - -

Vasodilatasi - + - -
22 g
Vasokontriksi + - + -

Grooming - - + -

Piloereksi - + - -

Takikardia + - + -

Bradikardia - + -

Saliva - - - -
b. Kelompok 2 (Cendocarpin)

Perlakuan BB Pengamatan pada menit

Obat : cendocarpin 15 30 60 90

Miosis - - - +

Midriasis + + + -

Diare - + + -

Tremor + + - -

Vasodilatasi - - - +
26 g
Vasokontriksi + + + +

Grooming + + + -

Piloereksi + - - -

Takikardia + + + -

Bradikardia - - + +

Saliva + + - -
c. Kelompok 3 (Cendocarpin+Cendotropin)

Perlakuan BB Pengamatan pada menit

Obat :
30 30
cendocarpin+cendotropin

Miosis + +

Midriasis - -

Diare - -

Tremor + +

Vasodilatasi 31 g - -

Vasokontriksi + +

Grooming + +

Piloereksi - -

Takikardi + +

Bradikardi - -

Saliva - -
d. Kelompok 4 (Epinefrin )

Perlakuan BB Pengamatan pada menit

Obat : epinefrin 15 30 60 90

Miosis + - - -

Midriasis - + + +

Diare - - - -

Tremor - + + +

Vasodilatasi - - + +
22 g
Vasokontriksi + + - -

Grooming + + + +

Piloereksi + + + +

Takikardi + + + +

Bradikardi - - - -

Saliva - - - -
e. Kelompok 5 (Bisoprolol)

Perlakuan BB Pengamatan pada menit

Obat : bisoprorol 15 30 60 90

Miosis - - + -

Midriasis - + - -

Diare - - - -

Tremor + - - -

Vasodilatasi - + -
20 g
Vasokontriksi + - - -

Grooming + + - -

Piloereksi + + - -

Takikardia + - - -

Bradikardi - - - -

Saliva - - - -

B. Pembahasan

Sistem saraf otonom (SSO) adalah suatu sistem saraf eferen

(motorik) yang mempersarafi organ-organ dalam seperti otot-otot polos,

otot jantung, dan berbagai kelenjar. Sistem ini melakukan fungsi kontrol,

misalnya seperti kontrol tekanan darah, motilitas gastrointestinal, sekresi


gastrointestinal, pengosongan kandung kemih, proses berkeringat, suhu

tubuh, dan beberapa fungsi lain.

Karakteristik utama sistem saraf otonom (SSO) adalah kemampuan

memengaruhi dengan sangat cepat (misal: dalam beberapa detik saja

denyut jantung dapat meningkat hampir dua kali semula, demikian juga

dengan tekanan darah dalam belasan detik, berkeringat yang dapat

terlihat setelah dipicu dalam beberapa detik, juga pengosongan kandung

kemih).

Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk menentukan efek

yang terjadi terhadap hewan coba mencit (Mus Musculas) dengan

menggunakan obat sistem saraf otononom Bisoprolol, Cendocarpin,

Cendotropin, dan Epinefrin.

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui efek yang

terjadi terhadap hewan coba mencit (Mus Musculas) dengan

menggunakan obat sistem saraf otononom Bisoprolol, Cendocarpin,

Cendotropin, dan Epinefrin.

Adapun hewan coba yang digunakan pada percobaan ini adalah

Mencit (Mus Muskulus) karena struktur anatomi mencit mirip dengan

struktur anatomi manusia dan Mencit (Mus Muskulus) yang digunakan

adalah mencit jantan. Karena hormon hewan jantan lebih rendah daripada

hormon pada hewan betina sehingga pada saat pengamatan praktikan

akan lebih mudah melihat efek yang terjadi pada hewan coba mencit (Mus

Muskulus) dengan jenis kelamin jantan.


Adapun Percobaan yang dilakukan kelompok 1 dengan pemberian

Cendotropine secara intraperitonial terhadap mencit menghasilkan efek

bradikardia, grooming, midriasis, miosis, piloereksi, takikardia,

vasokontriksi, dan vasodilatasi. Pada pengamatan ini efek diare, saliva,

dan tremor dari cendotropin tidak terlihat.

Adapun percobaan yang dilakukan kelompok 2 dengan pemberian

Cendocarpine secara intraperitonial terhadap mencit (Mus Muskulus)

menghasilkan efek bradikardia, diare, grooming, midriasis, miosis,

piloereksi, takikardia, tremor, vasodilatasi, vasokontriksi, dan saliva.

Adapun percobaan yang dilakukan kelompok 3 dengan pemberian

Cendrotropin secara intraperitonial kemudian diberi Cendocarpin secara

intraperitonial terhadap mencit (Mus Muskulus) menghasilkan efek

grooming, miosis, takikardia, tremor, dan vasokontriksi. Pada pengamatan

ini efek bradikardia, diare, midriasis, saliva, piloereksi, dan vasodilatasi

dari Cendotropin dan Cendocarpin tidak terlihat.

Adapun percobaan yang dilakukan kelompok 4 dengan pemberian

Epinefrin secara intraperitonial terhadap mencit (Mus Muskulus)

menghasilkan efek grooming, midriasis, miosis, piloereksi, takikardia,

tremor, vasodilatasi, dan vasokontriksi. Pada pengamatan ini efek

bradikardia, diare, dan saliva tidak terlihat.

Adapun percobaan yang dilakukan kelompok 5 dengan pemberian

Bisoprolol secara secara oral terhadap mencit (Mus Muskulus)

menghasilkan efek grooming, midriasis, miosis, piloereksi, takikardia,


tremor, vasodilatasi, dan vasokontriksi. Pada pengamatan ini efek

bradikardia, diare, dan saliva tidak terlihat.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Adapun hasil yang didapatkan kelompok 2 (dua) saat percobaan

dapat disimpulkan bahwa pemberian obat Cendocarpine secara

intraperitonial terhadap mencit (Mus Muskulus) menghasilkan efek

bradikardia, diare, grooming, midriasis, miosis, piloereksi, takikardia,

tremor, vasodilatasi, vasokontriksi, dan saliva.

B. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan adalah untuk asisten agar

selalu mendampingi praktikannya pada saat praktikum agar tidak

terjadinya kesalahan pada saat praktikum berlangsung.


DAFTAR PUSTAKA

Ganiswara, S. 2012. Farmakologi dan Terapi Edisi V. Bagian


Farmakologi dan terapi kedokteran I : Jakarta.

Goodman and Gilman.,2008. Dasar Farmakologi Terapi . EGC. Jakarta.


Kusumawati, D., 2004, Bersahabat dengan Hewan Coba, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Mardjono, Mahar. 2009. Farmakologi dan Terapi. Balai Penerbit FKUI :
Jakarta.
Mycek, J. M. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi ke-2. PT Elex
Media Komputindo Kelompok Gramedia. Jakarta.

Syaifuddin. 2002. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Widya


Medika. Jakarta.
Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Penerbit


Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Sulista, dkk. 2009. Farmakologi Dan Terapi. Depertemen Farmakologik


dan Teraupetik. Jakarta.

Tjay, Tan Hoan. 2007. Obat-Obat Penting. Penerbit PT Elex Media


Komputindo Kelompok Kompas-Gramedia : Jakarta.
LAMPIRAN

A. Skema kerja

Hewan coba ( mencit )

Cendotropin cendocarpin Cendocarpin+Cendotropin Epinefrin Bisoprorol

Amati pada menit 15, 30, 60 dan 90

B. Perhitungan

1. Cendokarpin

Untuk 2 mencit (Dibuat dalam 5 mL)

Dosis obat = 10 mg/5 mL

Penyelesaian:
10
Dosis umum manusia = 60 = 0,166 /

37
Dosis umum mencit = 0,166 = 2,047 /
3

2,047
Dosis max mencit = 30 = 0,061
1000

5
Larutan stok = 1 0,061 = 0,3
5

Pengenceran

10 mg/5 mL = 2 mg/mL 5 mL ( 2 mg/5 mL)

X 5 mL (0,3 mg/5

mL)

2 = 0,3
5

= 0,75 /5

M1.V1 = M2.V2

2 mg x V1 = 0,3 mg x 5 mL
1,5
V1 = = 0,75 mL/5mL
2

2. Cendotropin

Untuk 2 mencit (dalam 5 mL)

Dosis obat = 5 mg/5 mL

Penyelesaian:
5
Dosis umum manusia = 60 = 0,083 /

37
Dosis umum mencit = 0,083 = 1,023 /
3

1,023
Dosis max mencit = 30 = 0,03
1000

5
Larutan stok = 1 0,03 = 0,15 /5

Pengenceran

5 mg/5 mL = 1 mg/mL 5 mL ( 1 mg/5 mL)

X 5 mL (0,15 mg/5

mL)

1 = 0,15
5

= 0,75 /5

M1.V1 = M2.V2
2 mg x V1 = 0,3 mg x 5 mL
1,5
V1 = = 0,75 mL/5mL
2

3. Epinefrin

Untuk 2 mencit (dibuat dalam 5 mL)

Dosis obat = 1 mg/mL

Penyelesaian:
1
Dosis umum manusia = 60 = 0,16 /

37
Dosis umum mencit = 0,016 = 0,197 /
3

0,197
Dosis max mencit = 30 = 0,005
1000

5
Larutan stok = 1 0,005 = 0,025 /5

Pengenceran

1 mg/mL 5 mL (1 mg/5 mL)

1 mL 5 mL (0,2 mg/5

mL)

1 mL 5 mL

(0,04mg/5mL) x

5 mL (0,025mg/5mL)

2 = 0,025
5

= 0,625 /5

M1.V1 = M2.V2

0,2 mg x V1 = 0,025 mg x 5 mL
V1 = 0,625 mL/5mL

4. Bisoprolol

Untuk 1 mencit (dibuat dalam 5 mL)

Dosis obat = 5 mg/tab

Penyelesaian:
5
Dosis umum manusia = 60 = 0,083 /

37
Dosis umum mencit = 0,083 = 1,023 /
3

1,023
Dosis max mencit = 30 = 0,03
1000

5
Larutan stok = 1 0,03 = 0,15 /5

0,03
Berat yang ditimbang = 206,92 = 1,241
5

Anda mungkin juga menyukai