MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu
Tugas mata kuliah Farmakologi Umum Veteriner
Oleh :
KATA PENGANTAR
Puji syukur mari senantiasa kita panjatkan kepada Allah swt. atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul Obat Adrenergik dan Anti Adrenergik walaupun dalam bentuk yang
sederhana. Salawat dan salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan Nabi
Muhammad Saw.
Dalam pengerjaan makalah ini tak lepas dari berbagai hambatan, maka dari
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini. Semoga kita semua senantiasa diberikan berkah
dan rahmat oleh-Nya.
Penulis memohon maaf dan memohon kesediaan para pembaca untuk
memberikan masukan yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini
kedepannya, semoga kelak makalah ini dapat dijadikan referensi bagi yang
membutuhkan.
Sekian dan Terima Kasih.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
....................................................................................
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
ialah
ilmu
yang
mempelajari
cara
membuat,
1.2.2.
1.2.3.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengantar
Bagian motor (eferen) dari sistem saraf dibagi dalam dua subbagian
besar yaitu otonom dan somatik. sistem saraf otonom (SSO; Autonomic
Nervous System, ANS) sifatnya independen di mana aktivitasnya tidak
dipengaruhi kontrol kesadaran. SSO terutama berkaitan dengan dengan
fungsi viseral (seperti curah jantung, aliran darah ke berbagai organ, sistem
pencernaan, dsb.) yang penting bagi kehidupan. Sistem saraf somatik adalah
nonotonom dan berkaitan dengan fungsi yang dipengaruhi oleh kesadaran,
seperti gerakan, pernapasan, dan postur. Kedua sistem mendapat masukan
aferen penting (sensoris) yang menyebabkan sensasi dan memodifikasi
keluaran motor melalui lengkung refleks dengan berbagai ukuran dan
kompleksitas (Katzung, 2001).
Sistem Saraf mempunyai beberapa sifat yang sama dengan sistem
endokrin, yang merupakan sistem utama lain untuk mengontrol fungsi
tubuh. Termasuk di dalamnya adalah integrasi tingkat tinggi di dalam otak,
kemampuan mempengaruhi proses yang terjadi di dalam tubuh di area yang
jauh, dan penggunaan umpan balik negatif secara luas. Kedua sistem
tersebut menggunakan bahan kimia sebagai transmitter dari informasinya.
Di dalam sistem saraf transmitter kimia berada di antara sel saraf dan antara
sel saraf dan sel-sel efektor mereka. Transmisi kimia terjadi melalui rilis
sejumlah kecil substansi transmitter dari terminal saraf ke dalam celah
simpatik. Transmitter kemudian melewati celah secara difusi dan
mengaktifkan atau menghambat sel pascasinaps dengan cara berikatan
dengan molekul reseptor khusus (Katzung, 2001).
Dengan menggunakan obat-obat yang menyerupai atau menghambat
kerja dari transmitter kimia, kita bisa secara selektif memodifikasi fungsi
otonomik. Fungsi ini melibatkan berbagai macam jaringan efektor, termasuk
otot jantung, otot polos, endotelium pembuluh darah, kelenjar eksokrin, dan
ujung saraf prasinaptik. Obat otonom sangat berguna dalam beberapa
keadaan klinis. Sebaliknya, sejumlah besar obat yang digunakan untuk
tujuan lain mempunyai efek yang tidak diinginkan pada fungsi otonomik
(Katzung, 2001).
Obat golongan ini disebut obat adrenergik karena efek yang
ditimbulkannya mirip perangsangan saraf adrenergik, atau mirip efek
neurotransmitor norepinefrin dan epinefrin (yang disebut juga nor adrenalin
dan adrenalin) dari susunan sarat simpatls. Golongan obat ini disebut juga
obat simpatik atau simpatomimetik, tetapi nama inl kurang tepat karena
aktivitas susunan saraf simpatis ada yang diperantarai oleh transmitor
asetilkolin (Setiawati, 1995).
Kerja obat adrenergik dapat dibagi dalam 7 :
perifer
(1) perangsangan
peningkatan
kewaspadaan,
aktivitas
psikomotor.
dan
misalnya peningkatan
glikogenolisis di hati dan l.ipolisis dan penglepasan asam lemak bebas dari
jaringan lemak: (6) efek endokrin,
dengan
adrenoseptor
bloker
ini
bekerja
secara
langsung,
membentuk
ini
dapat
menimbulkan
efek
melalui
Berdasarkan
efek
farmakologis
atau
penggunaan
pada
mata,
menimbulkan
efek
vasokonstriksi,
golongan
yang
ini
serupa.
memperlihatkan
efek
Sebagai
ialah
contoh
dibenamin,
yang
fenoksibenzamin,
ditemukan
yang
pertama
potensinya
6-10
kali;
kali
dan
potensi
2. Derivat imidazolin
Fentolamin
nonselektif
yang
dan
tolazolin
kompetitif.
adalah
Efeknya
-Bloker
pada
sistem
kardiovaskular mirip sekali dengan fenoksibenzamin. Obatobat ini juga menghambat reseptor serotonin, melepaskan
histamin dari sel mast, merangsang reseptor muskarinik di
saluran cerna, merangsang sekresi asam lambung, saliva, air
mata dan keringat.
3. Alkaloid ergot
Terdapat 3 jenis alkaloid ergot alam yakni
ergonovin, ergotamin, dan ergotoksin. Jenis ergonovin, yang
tidak
mempunyai
menunjukkan
efek
rantai
samping
polipeptida,
tidak
penghambatan
adrenergik.
Jenis
inti
asam
lisergat
memperkuat
efek
kontraksi
uterus
setelah
partus
dan
untuk
b. 1-Bloker Selektif
Dalam golongan ini termasuk derivat kuinazolin dan
beberapa obat lain, misalnya indoramin dan urapidil, yang masih
belum mapan statusnya sehingga tidak akan dibahas di sini.
Derivat kuinazolin, dalam kelompok ini termasuk
prazosin sebagai prototipe, terazosin, doksazosin, trimazosin dan
bunazosin. Semuanya merupakan antagonis kompetitif pada
reseptor 1 yang sangat selektif dan sangat poten. Rasio
selektivitasnya (afinitas terhadap reseptor 1 dibanding reseptor
2) sekitar 300 untuk prazosin dan > 600 untuk doxazosin.
c. 2-Bloker Selektif.
Sebagai 2 bloker yang selektif hanya dikenal
yohimbin,
yang
ditemukan
dalam
kulit
batang
pohon
ini
banyak
di
pakai
untuk
impotensi
meskipun
adrenoseptor
(-Bloker),
10
2.3. Farmakokinetik
2.3.1. Absorpsi
Absorpsi, yang merupakan proses penyerapan obat dari
tempat pemberian, menyangkut kelengkapan dan kecepatan proses
tersebut. Kelengkapan dinyatakan dalam persen dari jumlah obat
yang diberikan. Tetapi secara klinik, yang lebih penting ialah
bioavabilitas. Istilah ini menyatakan jumlah obat, dalam persen
terhadap dosis, yang mencapai sirkulasi sistemik dalam bentuk
utuh/aktif. Ini terjadi karena, untuk obat-obat tertentu, tidak semua
yang diabsorpsi dari tempat pemberian akan mencapai sirkulasi
sistemik. Sebagian akan dimetabolisme oleh enzim di dinding usus
pada pemberian oral dan/atau dihati pada lintasan pertamanya
melalui organ-organ tersebut. Metabolisme ini disebut metabolisme
atau eleminasi lintas pertama (first pass metabolism or elimination)
atau eliminasi prasistemik. Obat demikian mempunyai bioavabilitas
oral yang tidak begitu tinggi meskipun absorpsi oralnya mungkin
hampir sempurna. Jadi istilah bioavailabilitas menggambarkan
kecepatan dan kelengkapan absorpsi sekaligus metabolisme obat
sebelum mencapai sirkulasi sistemik. Eliminasi lintas pertama ini
dapat dihindari atau dikurangi dengan cara pemberian parenteral
(misalnya lidokain), sublingual (misalnya nitrogliserin), rektal, atau
memberikannya bersama makanan (Setiawati, et.all. 1995).
Contoh obat pada golongan adrenergik yaitu, Epinefrin.
Pada pemberian oral, epi tidak mencapai dosis terapi karena
sebagian besar dirusak oleh enzim COMT dan MAO yang banyak
terdapat pada dinding usus dan hati. Pada penyuntikan SK, absorpsi
yang lambat terjadi karena vasokontriksi lokal, dapat dipercepat
dengan memijat tempat suntikan. Absorpsi yang lebih cepat terjadi
11
2.3.2. Distribusi
Setelah diabsorpsi, obat akan didistribusikan ke seluruh
tubuh melalui sirkulasi darah. Selain tergantung dari aliran darah,
distribusi
obat
juga
ditentukan
mampu
melewatkan semua
molekul obat bebas, Kecuali di otak. Obat yang mudah larut dalam
lemak akan melintasi membran sel dan terdistribusi ke dalarn sel,
12
sedangkan
obat
dalam lemak
akan
sulit
Derajat ikatan
obat
dengan
dan
protein
sendiri. Pengikatan
secara
aktif,
komponen
fosfolipid, atau
obat yang
reservoar
obat
untuk
yang
bersitat
basa lemah
akibat
menurun, maka
adanya
reservoar
ini dapat
obat dari
tempat kerjanya
ke jaringan
kerja obat. Fenomen ini hanya terjadi pada obat yang sangat larut
13
dalam
otak.
Tetapi karena
kadar dalam
tiopental
dalam
kembali ke dalam
cepat
lain,
berdifusi
ke
celah antarsel
endotel
perikapiler
untuk
kapiler
tetapi juga
mencapai cairan
membran
harus
sel gila
lnterstitial jaringan
otak.
seluruhnya
lemak.
misalnya
atau
amonium
masuk ke otak dari darah. Penisilin dosis besar sekali dapat masuk
ke otak, tetapi penisilin
otak bila terdapat
radang
dapat masuk ke
(2)
secara difusi pasif lewat sawar darah otak dan sawar darah- CSS
di pleksus koroid untuk obat yang larut lemak; dan (3) Ikut
bersama aliran CSS melalul vili araknoid ke sinus vena untuk
14
endogen,
Janin terdiri dari sel epitel vili dan sel endotel kapiler janin;
jadi,
oral
yang dicerna
darah Ibu
dalam
janin
waktu
ke sirkulasi
Janin.
mencapai keseimbangan
paling
cepat 40 menit
2.3.3. Metabolisme
Biotransformasi
perubahan
struktur
atau
metabolism
obat
ialah
proses
melalui
kerja obat.
Tetapi, ada obat yang metabolitnya sama aktif, lebih aktif, atau
lebih toksik. Ada obat yang merupakan calon obat (prodrug) justru
diaktifkan oleh enzim biotransformasi ini. Metabolit aktif akan
mengalami biotransformasi lebih lanjut dan/atau dieksresikan
sehingga kerjanya berakhir (Setiawati, et.all. 1995).
Enzim yang berperan dalam biotransformasi obat dapat
dibedakan berdasarkan letaknya di dalam sel, yakni enzim mikrosom
yang terdapat dalam retikulum endoplasma halus (yang pada isolasi
in vitro membentuk mikrosom), dan enzim nonmikrosom. Kedua
macam enzim metabolisme ini terutama terdapat dalam sel hati,
tetapi juga terdapat di sel jaringan lain misalnya ginjal, paru, epitel
saluran cerna, dan plasma. Dilumen saluran cerna juga terdapat
enzim nonmikrosom yang dihasilkan oleh flora usus. Enzim
15
3-metoksi-4-hidroksifeniletilenglikol,
2.3.4. Ekskresi
Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ
ekskresi dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi atau dalam
16
bentuk asalnya. Obat atau metabolit polar diekskresi lebih cepat dari
pada obat larut lemak, kecuali pada ekresi melalui paru (Setiawati,
et.all. 1995).
Salah satu organ yaitu ginjal, merupakan organ ekresi yang
terpenting. Ekskresi di sini merupakan resultante dari 3 proses, yakni
filtrasi di glomerulus, sekresi aktif di tubuli proksimal, dan
reabsorpsi pasif di tubuli proksimal dan distal (Setiawati, et.all.
1995).
Ekskresi obat juga terjadi melalui keringat, liur, air mata,
air susu, dan rambut, tetapi dalam jumlah yang relatif kecil sekali
sehingga tidak berarti dalam pengakhiran efek obat. Liur dapat
digunakan sebagai pengganti darah untuk menentukan kadar obat
tertentu. Rambut pun dapat digunakan untuk menemukan logam
toksik, misalnya arsen, pada kedokteran forensik (Setiawati, et.all.
1995).
2.4. Farmakodinamik
2.4.1. Interaksi Obat dengan tubuh
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat yang
bekerja pada sistem reseptor, tempat kerja, atau sistem fisiologik
yang sama sehingga terjadi efek yang aditif, sinergistik atau
antagonistik. Interaksi farmakodinamik merupakan sebagian besar
dari interaksi obat yang penting dalam klinik. Berbeda dengan
interaksi farmakokinetik, interaksi farmakodinamik seringkali dapat
di ekstrapolasikan ke obat lain yang segolongan dengan obat yang
berinteraksi, karena penggolongan obat memang berdasarkan
persamaan efek farmakodinamiknya. Di samping itu, kebanyakan
interaksi farmakodinamik dapat diramalkan kejadiannya, karena itu
dapat dihindarkan bila dokter mengetahui mekanisme kerja obat
yang bersangkutan dan menggunakan logikanya (Setiawati, 1995).
17
(klorpromazin).
Dengan
demikian,
obat
ini
18
terhadap
aktivasi
reseptor
yang
19
sampai
berminggu-minggu
setelah
obat
karena
sebagian
besar
katekolamin
yang
kronik
reserpin
menimbulkan
20
Adrenergik,
misalnya
Epinefrin.
Epinefrin
21
2.5. Indikasi
Untuk Adrenergik, salah satu contohnya yaitu manfaat Epi dalam
klinik berdasarkan efeknya terhadap pembuluh darah, jantung dan otot polos
bronkus. Penggunaan paling sering ialah untuk menghilangkan sesak nafas
akibat bronkokontriksi, untuk mengatasi reaksi hipersensitivitasnya terhadap
obat maupun alergen lainnya, dan untuk memperpanjang masa kerja
anestetik lokal. Epi juga dapat digunakan untuk merangsang jantung pada
waktu henti jantung oleh berbagai sebab. Secara lokal obat ini digunakan
untuk menghentikan perdarahan kapiler (Setiawati, 1995).
Untuk Anti Adrenergik, salah satunya yaitu Fenoksibenzamin.
Penggunaan
utama
fenoksibenzamin
adalah
untuk
pengobatan
2.6. Kontraindikasi
Untuk Adrenergik, salah satu contohnya ialah Epinefrin. Epi
dikontraindikasikan pada penderita yang mendapat -bloker nonselektif,
karena kerjanya yang tidak terimbangi pada reseptor pembuluh darah
dapat menyebabkan hipertensi yang berat dan perdarahan otak (Setiawati,
1995).
Untuk Anti Adrenergik, salah satu contohnya ialah Reserpin.
Depresi biasanya muncul dengan sangat perlahan dalam waktu bermingguminggu sampai berbulan-bulan sehingga mungkin tidak dihubungkan
dengan pemberian reserpin. Reserpin harus dihentikan begitu muncul gejala
depresi dan obat ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan riwayat
depresi. Pemberian kronik reserpin menimbulkan supersensitivitas terhadap
22
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1. Simpulan
Sistem Saraf mempunyai beberapa sifat yang sama dengan sistem
endokrin, yang merupakan sistem utama lain untuk mengontrol fungsi
tubuh. Termasuk di dalamnya adalah integrasi tingkat tinggi di dalam otak,
kemampuan mempengaruhi proses yang terjadi di dalam tubuh di area yang
jauh, dan penggunaan umpan balik negatif secara luas. Kedua sistem
tersebut menggunakan bahan kimia sebagai transmitter dari informasinya.
Di dalam sistem saraf transmitter kimia berada di antara sel saraf dan antara
sel saraf dan sel-sel efektor mereka. Dengan menggunakan obat-obat yang
menyerupai atau menghambat kerja dari transmitter kimia, kita bisa secara
selektif memodifikasi fungsi otonomik. Fungsi ini melibatkan berbagai
macam jaringan efektor, termasuk otot jantung, otot polos, endotelium
pembuluh darah, kelenjar eksokrin, dan ujung saraf prasinaptik. Obat
otonom sangat berguna dalam beberapa keadaan klinis. Sebaliknya,
sejumlah besar obat yang digunakan untuk tujuan lain mempunyai efek
yang tidak diinginkan pada fungsi otonomik. Obat adrenergik adalah obat
yang ditimbulkannya mirip perangsangan saraf adrenergik, atau mirip efek
neurotransmitor norepinefrin dan epinefrin (yang disebut juga nor adrenalin
dan adrenalin) dari susunan sarat simpatls. Golongan obat ini disebut juga
obat simpatik atau simpatomimetik, tetapi nama inl kurang tepat karena
aktivitas susunan saraf simpatis ada yang diperantarai oleh transmitor
asetilkolin. Penghambat adrenergik, adrenolitik, atau anti adrenergik ialah
golongan obat yang menghambat perangsangan adrenergik. Berdasarkan
tempat kerjanya, golongan obat ini dibagi atas antagonis adrenoseptor dan
penghambat saraf adrenergik.
24
DAFTAR PUSTAKA