Anda di halaman 1dari 5

BLOK ISLAM DISIPLIN ILMU APOTEKER

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

RESUME

PERAN APOTEKER MENURUT UNDANG-UNDANG

OLEH :

NAMA : HAFSAH
STAMBUK : 15120200140
DOSEN : Prof. DR. apt. H. Tadjuddin Naid., S.Si., M.Sc

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
1. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Dalam meningkatkan kesehatan masyarakat perlu keterlibatan tenaga
kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan.
a. Tenaga kesehatan
Setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan
upaya kesehatan. Salah satu tenaga kesehatan adalah apoteker yang memiliki
peran dalam meningkatkan kesehatan masyarakat melalui pemberian informasi
mengenai pengobatan yang akan dilakukan masyarakat atau pasien tersebut
agar keberhasilan dalam pengobatan dapat tercapai dan terhindar dari
medication error.
b. Fasilitas pelayanan kesehatan
Suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif
yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
Salah satunya fasilitas pelayanan kefarmasian yaitu apotek.
Dalam peningkatan derajat kesehatan, farmasis memiliki peran yang
sangat penting dalam praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan
dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
Dalam pelayanan kesehatan di bidang farmasi identik dengan obat
maupun obat tradisional.
a. Obat
Bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi
dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia.
b. Obat tradisional
Bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan
tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan
dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
2. Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
Untuk meningkatkan derajat kesehatan sumber daya manusia Indonesia
dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat perlu dilakukan upaya peningkatan
di bidang pengobatan dan pelayanan kesehatan, antara lain dengan mengusahakan
ketersediaan Narkotika jenis tertentu yang sangat dibutuhkan sebagai obat serta
melakukan pencegahan dan pemberantasan bahaya penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Penyerahan Narkotika hanya dapat dilakukan oleh :
a. Apotek;
b. Rumah sakit;
c. Pusat kesehatan masyarakat;
d. Balai pengobatan;
e. Dokter.
Apotek hanya dapat menyerahkan narkotika kepada :
a. Rumah sakit;
b. Pusat kesehatan masyarakat;
c. Apotek lainnya;
d. Balai pengobatan;
e. Dokter;
f. Pasien
Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang
pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
di sisi lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila
disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat
dan saksama.
Farmasis memiliki peran yang sangat penting untuk mencegah terjadinya
penyalahgunaan obat-obat narkotika dengan cara tidak menyerahkan obat narkotika
kepada pasien tanpa resep dokter dan tidak melayani permintaan obat narkotika
dengan salinan resep atau fotocopy.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian
Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu
Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau
penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Sedian
farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.
Yang terlibat dalam pekerjaan kefarmasian adalah tenaga kefarmasian yaitu
Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan Apoteker sedangkan Tenaga Teknis Kefarmasian
adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian,
yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga
Menengah Farmasi/Asisten Apoteker. Farmasis melakukan pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Peran farmasis dalam pekerjaan kefarmasian :
a. Pengadaan Sediaan Farmasi
Pengadaan Sediaan Farmasi dilakukan pada fasilitas produksi, fasilitas
distribusi atau penyaluran dan fasilitas pelayanan sediaan farmasi. Pengadaan
Sediaan Farmasi dilakukan oleh Tenaga kefarmasian. Pengadaan Sediaan
Farmasi harus dapat menjamin keamanan, mutu, manfaat dan khasiat Sediaan
Farmasi.
b. Produksi Sediaan Farmasi
Produksi sediaan farmasi meliputi kegiatan membuat, merubah bentuk
dan pengemasan kembali sediaan farmasi steril atau non steril untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan baik di industri farmasi obat, industri bahan
baku obat, industri obat tradisional, maupun pabrik kosmetika.
c. Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi
Farmasis berperan dalam penyaluran sediaan farmasi mulainya produk
masuk gudang hingga sampai di tangan konsumen (dalam hal ini apotek, rumah
sakit, PBF).
d. Pelayanan Sediaan Farmasi
Farmasis berperan dalam pelayanan sediaan farmasi seperti meracik atau
menyerahan obat kepada pasien baik yang menggunakan resep ataupun pasien
swamedikasi. Apoteker dapat mengganti obat merek dagang dengan obat
generik yang sama komponen aktifnya atau obat merek dagang lain atas
persetujuan dokter dan/atau pasien; dan c. menyerahkan obat keras, narkotika
dan psikotropika kepada masyarakat atas resep dari dokter sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Selain dari keempat poin di atas, seorang farmasis juga harus menyimpan
Rahasia Kedokteran dan Rahasia Kefarmasian. Rahasia Kedokteran dan Rahasia
Kefarmasian hanya dapat dibuka untuk kepentingan pasien, memenuhi permintaan
hakim dalam rangka penegakan hukum, permintaan pasien sendiri dan/atau
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Keputusan Kepala BPOM RI Nomor HK.00.05.4.1745 Tentang Kosmetik
Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan
pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital
bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan,
mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau
melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.
Kosmetik yang diproduksi dan atau diedarkan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. Menggunakan bahan yang memenuhi standar dan persyaratan mutu serta
persyaratan lain yang ditetapkan;
b. Diproduksi dengan menggunakan cara pembuatan kosmetik yang baik;
c. Terdaftar pada dan mendapat izin edar dari Badan Pengawas Obat dan
Makanan.
Berdasarkan bahan dan penggunaannya serta untuk maksud evaluasi produk
kosmetik dibagi 2 (dua) golongan :
a. Kosmetik golongan I
1) Kosmetik yang digunakan untuk bayi;
2) Kosmetik yang digunakan disekitar mata, rongga mulut dan mukosa lainnya;
3) Kosmetik yang mengandung bahan dengan persyaratan kadar dan
penandaan;
4) Kosmetik yang mengandung bahan dan fungsinya belum lazim serta belum
diketahui keamanan dan kemanfaatannya.
b. Kosmetik golongan II
Kosmetik yang tidak termasuk golongan I.
Farmasis atau Apoteker secara garis besar mengambil peran sebagai
pengawal kualitas serta keamanan kosmetik yang beredar di masyarakat mulai dari
bahan baku, proses produksi, hingga penggunaannya di masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai