Anda di halaman 1dari 36

PROPOSAL PENELITIAN

UJI PENETAPAN KADAR FLAVONOID TOTAL PADA LADA


PUTIH (Pipir albi L.) DAN LADA HITAM (Piper nigrum L.)
DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis

AMELIA S

15020150127

RI

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2018

Universitas Muslim Indonesia


PROPOSAL RENCANA PENELITIAN

UJI PENETAPAN KADAR FLAVONOID TOTAL PADA LADA PUTIH

(Piper albi L) DAN LADA HITAM (Piper nigrum L.) DENGAN METODE

SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis

NAMA : AMELIA S

STAMBUK : 15020150127

PEMBIMBING : 1. Dr. Asni Amin, S.Si., M. Farm.,Apt

2. Asriani Suhaenah, S.Si.,M.Kes.,Apt

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggunaan obat tradisional telah lama digunakan sejak zaman

dahulu hingga sekarang, baik di negara maju maupun yang sedang

berkembang. Menurut World Healthy Organization (WHO), hampir 80 %

umat manusia, menggantungkan dirinya pada tumbuh-tumbuhan sebagai

bahan obat dalam memelihara kesehatannya Pemakaian bahan herbal

alami untuk menangani penyakit dipercaya dapat membantu memberikan

efek kesembuhan dengan memanfaatkan metabolit sekunder yang

dihasilkan seperti, flavonoid (Choirul, 2003).

Suatu tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat pada umumnya

mengandung zat-zat penting hasil metabolit sekunder, yang berperan

dalam menetukan aktivitas dari tumbuhan tersebut , salah satunya adalah

flavonoid.senyawa flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa

Universitas Muslim Indonesia


fenol tebesar yang ditemukan dalam semua tumbuhan berpembuluh

(buah dan sayuran) (Indrawati, N,L & Razimin 2013, h.49)

Sebagaimana firman Allah SWT dalam (QS. Al- A’raf, ayat 58

Terjemahannya :

"Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur

dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-

tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami

mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang

bersyukur”

Flavonoid merupakan senyawa aktif yang dapat berefek sebagai

antiradikal, antioksidan, antibakkteri, antikanker dan antiinflamasi

(Rahmawan,L,S 2008, h.3) Flavonoid terdapat pada semua bagian

tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit batang, kulit tepung sari,

nectar, bunga, buah dan biji ( Neldawati, 2013 h.77).

Uji parameter spesifik kadar total golongan kandungan kimia

bertujuan untuk memberikan informasi kadar kandungan golongan kimia

sebagai parameter mutu ekstrak dalam kaitannya dengan efek

farmakologis (DepKes RI, 2000).

Pada penelitian ini di gunakan buah lada putih dan lada hitam

(Piper nigrum L) yang diambil dari Desa Ujung Baru, Kabupaten Luwu

timur sulawesi selatan . Dimana Tanaman Piper nigrum L. atau lebih

Universitas Muslim Indonesia


dikenal masyarakat sebagai bumbu dapur atau penambah rasa dan

aroma makanan. Selain itu, masyarakat juga dapat menggunakan lada

sebagai obat tradisional, seperti meredakan rematik, menurunkan

deman, membantu sistem pernapasan sebagai anti inflamasi, dan

mengobati perut kembung.

Berdasarkan skrining fitokimia diketahui dalam serbuk simplisia

dari ekstrak etanol buah lada terkandung senyawa flavonoid (Elfahmi et

al. 2012)

Mengingat pentingnya fungsi senyawa flavonoid maka penelitian

kadar flavonoid total yang terkandung dalam tumbuhan lada (Piper

nigrum L.) perlu dilakukan. Dengan demikian pemanfaatan tumbuhan

lada dapat lebih maksimal untuk dijadikan sebagai alternative

pengobatan herbal dalam penyembuhan berbagai macam penyakit serta

penggunaannya dapat di pertanggung jawabkan oleh masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk

menentukan berapa kadar flavonoid yang terdapat pada ekstrak etanol

buah lada putih dan lada hitam ( Piper nigrum L.) menggunakan metode

spektrofotometri UV-Vis ?

C. Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk menetapkan kadar flavonoid

yang terdapat pada ekstrak etanol buah lada putih dan lada hitam (Piper

nigrum L.) secara spektrofotometri UV-Vis.

Universitas Muslim Indonesia


D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar

flavonoid yang terkandung pada ekstrak buah lada putih dan lada

hitam (Piper nigrum L.) menggunakan metode spektrofotometri UV-

Vis.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk menentukan dan

membandingkan kadar flavonoid yang terkandung pada ekstrak buah

lada putih dan lada hitam (Piper nigrum L.) menggunakan metode

spektrofotometri UV-Vis.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis penelitian yang dilakukan diharapkan sebagai

sumber data ilmiah untuk penelitian selanjutnya tentang pemanfaatan

flavonoid yang terkandung pada buah Lada hitam maupun Lada Putih

(Piper nigrum L.) dalam bidang farmasi.

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis penelitian ini adalah sebagai

sumber informasi bagi masyarakat tentang jumlah kandungan

flavonoid buah lada hitam dan lada putih (Piper nigrum L.) sehingga

peman faatan dapat memberikan alterntif pengobatan yang baik

dalam pencegahan atau pengobatan berbagai penyakit.

Universitas Muslim Indonesia


F. Kerangka Pikir

Berdasarkan latar belakang dapat disusun suatu kerangka

pemikiran yang disajikan dalam bentuk bagan berikut :

Buah lada putih (Piper Buah lada dapat mengobati


Masyarakat albi L) dan lada hitam kaki bengkak pada ibu hamil,
(Piper nigrum L.)
nyeri haid, demam, masuk
angin, dan rematik, mencegah
dan mengatasi sakit lambung,
Flavonoid panas dalam, perut kembung,
sakit perut dan sakit kepala
( Arief Hariana, 2013, h. 196 -
199 )
Kadar total flavonoid
dinyatakan dalam bentuk
penyetaraan mg/Eq dengan
kuarsetin dengan Kandungan buah Lada diantaranya
menggunakan metode kamfena, boron, calamene, bisabolene,
spektrofotometri UV-Vis champene, terpen, sesquiterpen,
alkaloid, flavonoid, minyak atsiri,
kavisin, resin, protein dan sejumlah
kecil mineral, saponin, zat putih telur,
Data ilmiah amilum, dihidrokarveol, kanyovilene
oksida, kriptone, serta minyak lada
( Arief . H, 2013, h. 196).

G. Hipotesis Penelitian

Ekstrak buah lada putih (Piper albi L) dan lada hitam (Piper

nigrum L.) mengandung flavponoid dengan kadar tertentu.

Universitas Muslim Indonesia


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman

1. Klasifikasi Tanaman

Tanaman Lada (Piper nigrum L.) dapat diklasifikasikan sebagai

berikut (Integrated Taxonomic Information System, 2018):

Kingdom Plantae

Subkingdom Viridiplantae

Infrakingdom Streptophyta

Superdivision Embryophyta

Division Tracheophyta

Subdivision Spermatophytina

Class Magnoliopsida

Superorder Magnolianae

Order Piperales

Family Piperaceae

Genus Piper L.

Species Piper nigrum L. / Piper albi L

2. Nama Daerah

Pedes (Sunda), merica (Jawa), lada kecik (Bengkulu), lada ketek

(Minangkabau), marica (makassar), rica jawa (Ternate), malita lodawa

(gorontalo) (Arief Hariana 2008, h. 73).

Universitas Muslim Indonesia


3. Deskripsi tanaman

Tanaman lada (Piper nigrum L.) merupakan tumbuhan monokotiil

(berkeping satu), morfologi lada terdiri atas, daun, cabang, batang,

daun, dahan, bunga, buah, dan akar, tanaman ini sering dijuluki the

king of scipice (Rajanya rempah –rempah. Daun tanaman lada

berwarna hijau, berbentuk oval dan runcing dibagian ujung. Daun

tunggal dengan panjang 12-18 cm dengan tangkai yang panjangnya 4

cm. Pada batang tanaman lada disebut juga batang stolon yaitu batang

yang tumbuh tegak keatas dan batang tanaman juga bercabang dan

menjalar. Batang lada berbentuk lunak, agak pipih, dan beruas-ruas

dengan panjang ruas 7-12 cm. Bunga pada tanaman lada berbentuk

majemuk dan tumbuh pada ketiak daun dan memiliki malai 100-150

bunga yang menjadi bakal buah. Memiliki buah/biji berwarna kecoklatan

hitam berdiameter 3-5 mm dan dilindungi daging buah dengan

ketebalan 2-3 cm, dan memiliki akar yang melekat (Masri S. P 2017, h.

2,3,4).

4. Manfaat Tanaman

Buah dan minyak lada dapat digunakan untuk mengobati beberapa

penyakit yaitu sebagai berikut kaki bengkak pada ibu hamil, nyeri haid,

demam, masuk angin, dan rematik, mencegah dan mengatasi sakit

lambung, panas dalam, perut kembung, sakit perut dan sakit kepala

( Arief Hariana, 2013, h. 196 - 199 )

Universitas Muslim Indonesia


5. Kandungan Kimia

Lada (Piper nigrum L.) memiliki rasa pedas, berbau khas, dan

aromatik, Bahan kimia yang terkandung dalam lada diantaranya

kamfena, boron, calamene, bisabolene, champene, terpen,

sesquiterpen, alkaloid, flavonoid, minyak atsiri, kavisin, resin, protein

dan sejumlah kecil mineral, saponin, zat putih telur, amilum,

dihidrokarveol, kanyovilene oksida, kriptone, serta minyak lada ( Arief .

H, 2013, h. 196).

B. Uraian Ekstraksi

1. Definisi ekstraksi

Ekstraksi atau penyarian merupakan proses pemisahan senyawa

dari matriks atau simplisia dengan menggunakan pelarut yang sesuai.

Peran ekstraksi dalam analisis fitokimia sangat penting karena sejak

tahap awal hingga akhir menggunakan proses ekstraksi, termasuk

fraksinasi dan pemurnian. Metode ekstraksi yang digunakan tergantung

pada jenis, sifat fisik, dan sifat kimia kandungan senyawa yang akan

diekstraksi. Pelarut yang digunakan tergantung pada polaritas senyawa

yang akan disari (Hanani 2015, h. 9).

2. Tujuan Ekstraksi

Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik atau memisahkan senyawa

dari campurannya atau simplisia. Ada berbagai cara ekstraksi yang

telah diketahui masing-masing cara tersebut memiliki kelebihan dan

kekurangannya (Hanani 2015. h. 9)

3. Jenis Ekstraksi

Universitas Muslim Indonesia


1) Ekstraksi secara dingin

a. Metode Maserasi

Maserasi adalah cara ekstraksi simplisia dengan merendam

dalam pelarut padasuhu kamar sehingga kerusakan atau

degradasi metabolit dapat diminimalisasi (Hanani 2015. h. 9)

Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang

dilakukan dengan cara merendam bahan dalam pelarut selama

beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari

cahaya. Keuntungan dari metode ini adalah peraalatannya

sederhana . waktu maserasi adalah berbeda-beda, masing-

masing farmakope mencantumkan 4-10 hari. Setelah waktu ini

sebaiknya ditetapkan suatu keseimbangan antara bahan yang di

ekstraksi dalam bagian seblah bagian sel dengan yang masuk

kedalam cairan dan demikian difusi akan berakhir. Keadaan

diam selama maserasi menyebabkan turunnya perpindahan

bahan aktif. Semakin besar perbandingan bahan terhadap cairan

ekstraksi, akan semakin baik hasil yang diperoleh (Voight

1994,h. 566).

b. Metode soxhletasi

Adalah cara ekstraksi menggunakan pelarut organik pada

suhu didih dengan alat soxhlet. Pada soxhletasi, simplisia dan

ekstrak berada pada labu yang berbeda. Pemanasan

mengakibatkan pelarut menguap dan uap masuk dalam labu

pendingin. Hasil kondensasi jatuh bagian simplisia sehingga

Universitas Muslim Indonesia


ekstraksi berlangsung terus menerus dengan jumlah pelarut

relatif konstan. Ekstraksi ini dikenal sebagai ekstraksi

berkeinambungan. (Hanani 2015, h.9)

c. Metode perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan

penyari melalui bahan yang telah dibasahi. Umumna dilakukan

pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan

pengembangan bahan ahap maserasi antara tahap perkolasi

sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus

sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali

bahan ( Depkes RI 2000, h. 11)

2) Ekstraksi secara panas (Depkes RI 2000, h. 10-11)

a. Metode refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada emperatur titik

didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang

relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya

dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5

kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.

b. Digesti

Digesti adalah maserasi dengan pengadukan kontinu pada

temperatr yang lebih tinggi dari temperatur kamar yaitu 40–50 0

C.

Universitas Muslim Indonesia


c. Infusa

Infusa adalah ekstraksi menggunakan pelarut air temperatur

penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air

mendidih, temperatur terukur 90 0 C selama 15 menit). Atau

infusa merupakan cara ekstraksi dengan menggunakan pelarut

air pada suhu 96-98 selama 15-20 menit (dihitung selama suhu

90o C tercapai) bejana infusa tercelup dalam tangas air. Cara ini

sesuai untuk simplisia yang bersifat lunak, seperti bunga dan

daun (Hanani 2015, h. 13)

d. Dekok

Dekok adalah cara ekstraksi yang mirip dengan infusa hanya

saja waktu ekstraksinya lebih lama yaitu 30 menit dan suhunya

mencapai titik didih air.

e. Soxhletasi

Soxhletasi adalah cara ekstraksi menggunakan pelarut

organik pada suhu didih dengan alat soxhlet. Soxhletasi

merupakan metode ekstraksi untuk bahan tahan pemanasan

dengan cara meletakkan bahan yang akan diekstraksi dalam

sebuah kantung ekstraksi (kertas saring) didalam sebuah alat

ekstraksi dari gelas yang bekerja kontinu (Voight 1994,h. 572).

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah (Depkes

1986) :

a. Secara panas seperti refluks dan destilasi uap air karena sampel

langsung dipanaskan dengan pelarut, dimana pada umumnya

Universitas Muslim Indonesia


digunakan untuk sampel yang mempunyai bentuk dan dinding sel yang

tebal. Metode ekstraksi secara panas digunakan untuk sampel yang

tahan panas dan mempunyai tekstur yang keras seperti batang, akar,

dan biji.

b. Secara dingin misalnya maserasi, perkolasi, dan soxhletasi. Ekstraksi

secara dingin digunakan untuk sampel yang lunak, tidak tahan panas,

tidak mudah mengembang dalam cairan penyari.

C. Uraian Flavonoid

Flavonoid aadalah senyawa metabolit sekunder yang memiliki

struktur inti C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubugkan dengan

3 atom C. Biasa dengan 3 atom O yang berupa ikatan oksigen, senyawa

ini dapat dimasukkan sebagi senywa polifenol karena mengandung dua

atau lebih gugus hidroksil, bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam

basa. Umumnya flavonoid berikatan dengan gula membentuk glikosida

yang menyebabkan senyawa ini mudah larut dalam pelarut polar seperti

metanol, etanol, butanol,etil asetat. Bentuk glikosida memiliki warna yang

lebih pucat dibandingkan bentuk aglikon. Dalam bentuk aglikon sifatnya

kurang polar, cenderung lebih mudah larut dalam pelarut kloroform dan

eter (Hanani 2015, h. 103).

Struktur flavonoid merupakan turunan dari inti aromatik flavon atau 2-

fenilbenzopiran. Golongan flavonoid dapat digambarkan deretan senyawa

C6-C3-C6. Artinya kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus cincin C6

(cincin benzen tersubtitusi) disambung oleh rantai alifatik tiga karbon

(Rohman dan Gholib 2007, h. 196).

Universitas Muslim Indonesia


Kerangka C6-C3-C6 Flavonoid ( Redha 2010, hal.12)

1. Klasifikasi Flavonoid

Klasifikasi flavonoid ditentukan oleh pola subtitusi dan hidroksilasi

pada atom C3. Klasifikasi tersebut meliputi flavon, flavanon, flavanolol,

isoflavon, flavonol, flavanonol, kalkon, antosianidin dan neoflavon yang

kerangka umumnya di jelaskan oleh gambar 4. (Rohman dan Gholib

2007, h. 200).

Gambar 3. Kerangka umum klasifikasi flavonoid

Universitas Muslim Indonesia


2. Peranan Flavonoid

Flavonoid terdapat dalam berbagai macam bunga, rempah, dan

madu bee-pollen. Fungsi utamanya adalah sebagai antiradang,

antialergi, anttivirus dan antikanker (Lau 2009, h. 178).

Pada tanaman flavonoid memberikan perlindungan terhadap

adanya stress lingkungan, pengatur pertumbuhan tanaman.

Perlindungan terhadap radiasi ultraviolet dan daya tarik penyerbuk

serangga, jamur, virus dan bakteri disamping sebagai pengendali

hormone dan enzim inhibitor (winarti, 2010 h.207). flavonoid terlibat

dalam filtrasi UV, fiksasi simbiosis, dan pigmentasi bunga ( Gupta, 2015

h.2).

Sedangkan pada manusia efek flavonoid sangat banyak antara

lain dapat bekerja sebagai inhibitor kuat pernafasan, menghambat

fosfodieterase, aldereduktase, monoaminooksidase, protein kinase,

lipooksigenase, flavonoid bertindak sebagai penampang terbaik

bagiradikalhidroksi dan superoksida, dengan demikian melindungi lipid

membran terhadap reaksi yang merusak (Robinson,1995)

3. Analisis Flavonoid

Analisis kandungan flavonoid dilakukan dengan penambahan

pereaksi FeCl3. Sebagai asam lewis, AlCl3 akan membentuk ikatan

kompleks dengan gugus hidroksil dari senyawaan flavonoid. Perubahan

ini diidentifikasikan melalui absorbansi pada daerah sinar tampak

melalui alat spektrofotometer. Semakin banyak kandungan flavonoid

Universitas Muslim Indonesia


dalam satu ekstrak maka secara visual warna kuning yang terbentuk

akan semakin pekat ( Neldawati, 2013 h.77).

Analisis kualitatif flavonoid dapat dilakukan dengan

menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Spektrum serapan ultra violet

dan serapan tampak merupakan cara tunggal yang paling bermanfaat

untuk mengidentifikasi struktur flavonoid. Flavonoid mengandung

sistem aromatis yang terkonjugasi dan dapat menunjukkan pita serapan

kuat pada daerah UV-Vis. Metode tersebut juga dapat digunakan untuk

melakukan uji secara kuantitatif untuk menentukan jumlah flavonoid

yang terdapat dalam ekstrak yang dilakukan dengan mengukur nilai

absorbansinya. Absorbansi sebagai analisa kuantatif dilakukan

berdasarkan Hukum Lambert-Beer. Absorbansi dengan kadar flavonoid

memiliki hubungan yang linear yaitu semakin tinggi absorbansi yang

terukur maka kadar flavonoid yang terkandung didalam suatu tanaman

juga semakin tinggi (Neldawati, 2013 h.78). Menurut Dirjen POM (2014)

range nilai absorbansi yang baik yaitu berkisar antara 0,2-0,8 di daerah

ultraviolet atau cahaya tampak.

Flavonoid terutama berupa senyawa yang larut dalam air.

Mereka dapat diekstraksi dengan etanol 70 % dan tetap ada dalam

lapisan air setelah ekstrak ini dikocok dengan eter minyak bumi.

Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu warnanya berubah bila

ditambah basa atau amonia, jadi mereka mudah dideteksi pada

kromatogram atau dalam larutan (Harborne, 1987 : 70).

Universitas Muslim Indonesia


Isolasi flavonoid umumnya dilakukan dengan metode ekstraksi,

yakni dengan cara maserasi atau sokletasi menggunakan pelarut yang

dapat melarutkan flavonoid. Flavonoid pada umumnya larut dalam

pelarutpolar, kecuali flavonoid bebas seperti isoflavon, flavon,

flavanon,dan flavonol termetoksilasi lebih mudah larut dalam pelarut

semipolar. Oleh karena itu pada proses ekstraksinya, untuk

tujuanskrining maupun isolasi, umumnya menggunakan pelarut

methanol atauetanol. Hal ini disebabkan karena pelarut ini bersifat

melarutkan senyawa–senyawa mulai dari yang kurang polar sampai

dengan polar. Ekstrak methanol atau etanol yang kental, selanjutnya

dipisahkan kandungan senyawanya dengan tekhnik fraksinasi, yang

biasanya berdasarkan kenaikan polaritas pelarut (Monache, 1996).

D. Kuersetin

Kuersetin adalah senyawa kelompok flavonol terbesar, kuersetin

dan glikosidanya berada dalam jumlah sekitar 60-75% dari flavonoid.

Kuersetin dipercaya dapat melindungi tubuh dari beberapa jenis penyakit

degenerative dengan caramencegah terjadinya proses peroksidasi lemak.

Kuersetin memperlihatkan kemampuan mencegah proses oksidasi dari

Low Density Lipoproteins (LDL) dengan cara menangkap radikal bebas

dan menghelat ion logam transisi. Para ilmuan telah melakukan penelitian

untuk mengidentifikasi dan mengetahui jumlah kandungan flavonoid dari

berbagai jenis makanan. Konsentrasi tinggi dari flavonol di temukan dalam

sayuran dan buah (Minarno 2015, h.74)

Universitas Muslim Indonesia


Gambar 2. Struktur kimia kuersetin (Hanani 2015, h 124)

Mekanisme kuersetin sebagai antioksidan sekunder adalah

dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai radikal bebas atau

dengan cara menangkapnya (Salamah 2015, h. 26) ketika flavonol

kuersetin bereaksi dengan radikal bebas, kuersetin mendonorkan

protonnya dan menjadi senyawa radikal tetapi elektron tidak berpasangan

yang dihasilkan didelokalisasi oleh resonansi, hal ini membuat senyawa

kuersetin radikal memiliki energi yang sangat rendah untuk menjadi

radikal yang reaktif (Sutir, 2012 h.21)

Kuersetin dengan berat molekul 302,23 dalton merupakan salah

satu flavonol dari kelompok senyawa flavonoid polifenol yang didapatkan

pada hampir setiap jenis tanaman terutama tanaman buah-buahan.

Umumnya didapatkan dalam bentuk glikosida (turunan gula), dimana

kuersetin merupakan alikon dari molekul rutin tanpa glikosida (Jusuf 2010,

h. 402).

E. Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometri UV-Vis merupakan hasil interaksi antara radiasi

elektromagnetik (REM) dan molekul. REM merupakan bentuk energi

radiasi yang mempunyai sifat gelombang dan partikel (foton). Karena

Universitas Muslim Indonesia


bersifat sebagai gelombang, beberapa parameter perlu diketahui misalnya

panjang gelombang (λ), frekuensi (v), dan bilangan gelombang dan

serapan (A). REM mempunyai vektor elektrik dan vektor magnet yang

bergetar dalam bidang-bidang yang tegak lurus satu sama lain dan

masing – masing tegak lurus pada arah perambatan radiasi (Harmita

2014, h. 19).

Teknik spektrofotometri ultraviolet tampak digunakan secara

umum dilaboratorium analisis kimia. Baik untuk tujuan analisis kualitatif

maupun analisis kuantitatif. Popularitas teknik spektrofotometri ultraviolet

tampak (UV-Vis) disebabkan oleh cara penggunaanya yang mudah dan

cara analisisnya yang cepat. Konsentrasi sampel dapat dihitung dari data

absorbansi spektra UV-Vis menggunakan hukum Lambert-Beer (Gandjar

& Rohman 2015, h.159). Lambert-Beer telah menurunkan secara empirik

hubungan antara intensitas cahaya yang ditransmisikan dan ketebalan

larutan serta hubungan antara intensitas dan konsentrasi zat. Hukum

Lambert-Beer (Harmita 2014, h.20) :

A = log Io = y . b . c = a. b. c
I1

Keterangan : A = Serapan

Io = Intensitas sinar yang datang

I1 = Intensitas sinar yang diteruskan

y = Absorptivitas molekuler

a = Daya serap

b = Tebal larutan atau kuvet

c = Konsentrasi

Universitas Muslim Indonesia


Penyimpanan hukum Beer, pada konsentrasi rendah, grafik

hubungan antara serapan dan konsentrasi biasanya merupakan garis

lurus. Pada konsentrasi yang lebih tinggi,kurva ini dapat membelok kearah

absis atau ordinat. Penyimpangan ini disebabkan kondisi percobaan

sudah tidak dipenuihi lagi, yaitu cahaya tidak cukup monokromatis,

cahaya sampingan mengenai detektor, kepekaan detektor berubah,

intensitas sumber cahaya dalam amplifier detektor berubah-ubah karena

tegangan tidak stabil. Pada diviasi-asosiasi keseimbangan kimia berubah

(sebagai contoh, pada perubahan pH larutan), larutan berfluoresensi dan

temperatur larutan berubah selama pengukuran (Harmita 2014, h. 20).

Ada dua jenis spektrofotometri UV-Vis, yaitu spektrofotometri

berkas tunggal dan spektrofotometri rangkap. spektrofotometri berkas

tunggal memiliki spesifikasi seperti celah keluar sinar monokromatis hanya

satu, wadah atau kuvet yang dapat dilalui sinar hanya satu dan pada

setiap perubahan panjang gelombang alat harus dinolkan. Sedangkan

spektrofotometri berkas rangkap memiliki spesifiksi seperti celah keluar,

sinar monokromatis ada dua, sinar melalui dua wadah atau kuvet

sekaligus dan alat cukup satu kali dinolkan dengan cara mengisi kedua

kuvet dengan larutan blanko (Harmita 2014, h. 23).

Kelebihan utama metode spektrofotometri adalah bahwa metode

ini memberikan cara sederhana untuk menetapkan kuantitas zat dalam

sampel yang sedikit. Selain itu, hasil yang diperoleh cukup akurat, dimana

angka yang terbaca langsung dicatat oleh detector dan tercetak dalam

Universitas Muslim Indonesia


bentuk angka digital atau pun grafik yang sudahdiregresikan (Sudjadi

2008, h.23).

Selain itu kelebihan yang lain dilihat dari penggunaan

spektrofotometer UV-Vis yang efisien dari segi biaya, waktu dan preparasi

yang tidak memerlukan fasegerak jika dibandingkan dengan KCKT, tetapi

kekurangannya yaitu dari hasil analisis yang disebabkan oleh alat yang

tidak terlalu peka (signal berasal dari campuran) (Sabrina, 2013)

Gambar 3. Mekanisme kerja instrument spektrofotometri (Joni 2007,h.28)

Fungsi masing-masing bagian (Joni2007, h. 29-31) :

1. Sumber sinar polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar dengan

berbagai macam rentag panjang gelombang.

1. UV menggunakan lampu deuterium atau disebut juga

heavihydrogen.

2. VIS menggunakan lampu tungsten yang sering disebut lampu

wolfram.

Universitas Muslim Indonesia


3. UV-Vis menggunakan photodiode yang telah dilengkapi

monokromator.

2. Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang, yaitu

mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi

cahaya monokromatis. Pada gambar diatas disebut sebagai

pendispersi atau peyebar cahaya dengan adanya pendispersi hanya

satu jenis cahaya atau cahaya dengan panjang gelombang tunggal

yang mengenal satu sampel.

3. Sel sampel berfungsi sebagai tempat meletakkan sampel, UV,VIS Dan

UV-Vis menggunakan kuvet sebagai tempat sampel, kuvet biasanya

terbuat dari kuarsa atau gelas. Namun kuvet dari kuarsa yang terbuat

dari silica memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini disebabkan yang

terbuat dari kaca dan plastik dapat menyerap UV, sehingga

penggunaan hanya pada spektrofotometer sinar tampak (VIS). Kuvet

biasanya berbentuk persegi panjang dengan lebar 1 cm.

4. Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel

dan mengubahnya menjadi arus listrik.

5. Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya

isyarat listrik yang berasal dari detektor.

Adapun mekanisme kerja dari spektrofotometer adalah mula-mula

sumber radiasi daar berbagai macam sinar tanda (λ) yang berbeda-beda,

masuk kedalam monokromator. Dimonokromator ini cahaya diubah dari

cahaya polikromatik menjadi monokromatik, jadi sinar yang ada pada

monokromator sudah ada λ tertentu. Kemudian dari monkromator sinar

Universitas Muslim Indonesia


menembus kuvet atau sampel, dimana sampel telah dilarutkan dengan

pelarut yang sesuai (pelarut etanol). Dikuvet ini ada cahaya di serap oleh

sampel (absorban) dan ada yang diteruskan disebut transmitan (Marzuki

2012, h. 346)

Universitas Muslim Indonesia


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan bulan Oktober 2018 sampai selesai.

Pelaksanaan penelitian bertempat di Laboratorium Farmakognosi-

Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia.

B. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini yaitu tanaman lada putih (Piper albi L) dan

lada hitam (Piper nigrum L.).Sampel yang digunakan yaitu buah lada putih

(Piper albi L) dan lada hitam (Piper nigrum L.) asal Luwu Timur, Sulawesi

selatan.

C. Metode Kerja

Penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium

dengan menggunakan metode spektrofotometer UV-Vis

D. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan

Alat-alat yang digunakan adalah alat-alat gelas, Penggiling

simplisia, botol semprot, cawan porselin, chamber, corong, labu ukur

(Pyrex®), lampu UV254 nm dan UV366 nm (Philips®), mikropipet (Biohit®

Proline 10-100 µL), pinset, pipa kapiler, pipet skala, pipet tetes, rotary

vakum evaporator (Ika® RV 10 Basic), seperangkat alat soxhletasi,

Universitas Muslim Indonesia


spektrofotometer UV-Vis (Thermo Scientific GENESYS® 10S) dan

timbangan analitik (Ohaus®).

2. Bahan yang digunakan

Air suling, alumunium foil, aluminium klorida 10%, baku

kuarsetin, etanol 96%, FeCl3, kalium asetat, kertas perkamen, kertas

saring, serbuk buah lada putih (Piper albi L) dan lada hitam (Piper

nigrum L.)

E. Prosedur Kerja

1. Penyiapan alat dan bahan

Alat dan bahan disiapkan sesuai dengan kebutuhan penelitian

yang akan dilakukan.

2. Pengambilan dan pengolahan sampel

Pengambilan sampel dilakukan di Luwu timur , Sulawesi Selatan.

buah lada putih (Piper albi L) dan lada hitam (Piper nigrum L.) segar

yang di ambil dari pohon dipisahkan dari pengotor, kemudian untuk

pengolahan buah lada putih, buah lada yang cukup matang direndam

selama 7-14 hari dalam air hingga kulit buah mengelupas sendiri

setelah itu dicuci bersih kemudian dikeringkan selama 3-5 hari di

bawah sinar matahari. Sedangkan untuk pengolahan lada hitam stelah

diambil dari pohonnya kemudian dipisahkan dari cabang buah,

kemudian dikeringkan bersama kulit buahnya selama 5 – 6 hari

dibawah sinar matahari. Setelah kering, buah dibelender hingga

didapatkan konsistensi buah yang lebih halus.

Universitas Muslim Indonesia


3. Ekstraksi buah lada putih (Piper albi L) dan lada hitam (Piper

nigrum L.)

Ditimbang 50 gram masing-masing sampel buah lada putih

(Piper albi L) dan lada hitam (Piper nigrum L.), dimasukan kedalam

alat soklet yang telah diberi kertas saring, masukkan pelarut etanol

95% sebanyak 500 mL ke dalam labu soklet (labu alas bulat), dan

250mL etanol 95% ke dalam tabung soklet untuk membasahi sampel.

Lakukan sokletasi dengan suhu 700 C sampai tetesan siklus tidak

berwarna lagi. Filtrat yang diperoleh kemudian diuapkan dengan

menggunakan rotary evaporator pada suhu tidak lebih dari 500C dan

diuapkan hingga menjadi ekstrak kental. ( Jurnal Borneo Journal of

Pharmascientech, Vol 01, No. 01, Tahun 2017)

4. Uji Skrining Kandungan Flavonoid Ekstrak Etanol buah lada putih

(Piper albi L) dan lada hitam (Piper nigrum L.)

Sebanyak 1 mg masing masing ekstrak etanol buah lada putih

(Piper albi L) dan lada hitam (Piper nigrum L.) ditambahkan dengan 2

tetes FeCl3. Terbentuknya warna hijau atau hijau biru menunjukkan

adanya senyawa flavonoid dalam bahan (Harborne, J.B 1987).

5. Uji Kualitatif Flavonoid

Untuk uji kualitatif flavonoid, dilakukan analisis KLT. Ekstrak

etanolik buah lada putih (Piper albi L) dan lada hitam (Piper nigrum L.)

dilarutkan dengan etanol 96% kemudian ditotolkan pada lempeng KLT.

Lempeng dimasukkan dalam chamber yang berisi eluen n-heksan : etil

asetat (1 : 9). Bercak diamati dibawah sinar UV366 nm. Kemudian

Universitas Muslim Indonesia


disemprot dengan reagen atau pereaksi spesifik. Pereaksi yang sering

digunakan untuk identifikasi flavonoid sebagai pereaksi semprot dalam

KLT adalah AlCl3dan sitroborat yang akan memberikan warna kuning

(Mabry et al., 1970).

6. Uji Kuantitatif Flavonoid

a. Pembuatan larutan standar kuersetin

Ditimbang sebanyak 25 mg baku standar kuersetin dan

dilarutkan dalam 25 mL etanol 96%. Larutan stok dipipet sebayak 1

mL dan dicukupkan volumenya sampai 10 mL dengan etanol 96%

untuk 1000 ppm. Dipipet kembali 5 mL kemudian dicukupkan

volumenya sampai 50 mL dengan etanol 96%. Dari larutan standar

kuersetin 100 ppm, kemudian dibuat beberapa konsentrasi yaitu 2

ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, dan 10 ppm. Dari masing-masing

konsentrasi larutan standar kuersetin ditambahkan 3 mL etanol

96%, 0,2 mL AlCl3, 0,2 mL kalium asetat 1 M, dan 5,6 mL

aquabidestillata. Setelah itu diinkubasi selama 30 menit pada suhu

kamar dan diukur absorbansinya pada spektrofotometer UV Visible

dengan panjang gelombang 440 nm.

b. Penetapan kadar flavonoid total ekstrak etanol buah lada putih

(Piper albi L) dan lada hitam (Piper nigrum L.)

Kandungan flavonoid total merujuk pada prosedur Chang et

al., (2002) dengan beberapa konsentrasi menggunakan kuersetin

sebagai standar. Ditimbang ekstrak etanolik buah lada putih (Piper

albi L) dan lada hitam (Piper nigrum L.) sebanyak 25 mg dan

Universitas Muslim Indonesia


dilarutkan dalam 25 mL etanol 96%. Dari larutan stok dipipet

sebayak 1 mL dan dicukupkan volumenya sampai 10 mL dengan

etanol 96%. Kemudian dipipet 1 mL dan ditambahkan 3 mL etanol

96%, 0,2 mL AlCl3, 0,2 mL kalium asetat 1 M, dan 5,6 mL

aquabidestillata. Setelah itu diinkubasi selama 30 menit pada suhu

kamar dan diukur absorbansinya pada spektrofotometer UVVisible

dengan panjang gelombang 440 nm. Larutan sampel dibuat dalam

tiga kali replikasi untuk setiap analisis dan diperoleh nilai rata-rata

absorbansi.

Universitas Muslim Indonesia


DAFTAR PUSTAKA

Arief . Hariana, 2013, Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, penebar swadaya


: Jakarta, Hal. 73, 196 - 199

Choirul. 2003. Berita Biologi : Jurnal Ilmiah Nasional. Pusat Penelitian


Biologi, Vol. 6 No. 4.

Chang, C. C., Yang, M. H., Wen, H. M., Chern, J. C., 2002. Estimation of
total flavonoid content in propolis by two complementary
colorimetric methods. J Food Drug Ana. 10:178-182.

Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan


Obat Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, ITB, Bandung.
Hal. 10-11

Depkes, 1986. Sediaan Galenik. Jakarta : Depkes RI pp 6-8, 10

Elfahmi, dkk, 2012 Sekolah Farmasi, Isolasi Senyawa Aktif Lignan dari
Buah Lada Hitam (Piper nigrum L.) dan Daun Sirih (Piper betle L.)
Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha 10 Bandung 40132
Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXXVII, No. 1.
Gandjar, I.G., dan Rohman, A. 2015, Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, Hal 159.

Gandjar, IG & Rohman, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,


Yogyakarta, Hal. 196, 200.

Gupta, Pranay Kumar, Siddarth Pulapalli, and Srikanth, 2015, Research


and Review: Journal of Medicinal Chemistry, Tulsi, An Elixir For
Human Life, Volume 4 Issue 1 January-March, Hal 2.

Hanani, E. 2015. Analisis Fitokimia. ECG. Jakarta. Hal: 9, 10, 13, 103, 124

Universitas Muslim Indonesia


Harmita, 2006, Analisis Kuantitatif Bahan Baku Dan Sediaan Farmasi,
Departemen Farmasi Indonesia, Depok, Hal 19,20, 23

Harborne, J. B., 1987, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern


Menganalisis Tumbuhan, Edisi kedua, Hal 70, diterjemahkan oleh
Kosasih Padmawinata dan Iwang Soedira, ITB Press, Bandung.

Indrawati, N., Razimin. 2013. Bawang Dayak Si Umbi Ajaib Penakluk


Aneka Interdisciplinary Reviews: Computational Statistics, hal. 49.

Intagrated Taxonomic Information System, 2018, (Citrus aurantiifolia


(Christm.) Swingle). (Online).http://www.itis.gov/servlet/Sin gleRpt
Diakses pada tgl 17 november 2018

Joni, IM, 2007, Pengantar Biospektroskopi, Universitas Padjajaran,


Bandung, Hal. 28-31.

Jurnal Borneo Journal of Pharmascientech, Vol 01, No. 01, Tahun 20,
Pengaruh metode ekstraksi terhadap Kadar flavonoid ekstrak
etanol umbi Bawang dayak (eleutherine palmifolia(l.)Merr) dengan
metode spektrofotometri ISSN- Print. 2541 – 3651 ISSN- Online.
2548 – 3897

Jusuf, 2010, Kandungan Kuarsetin Dan Pola Proteomic Varietas Jambu


Batu (Psidium guajava L.) Tumbuh Liar Di Kawasan Cibinong
Bogor, Berita Biologi, Vol. 1, No. 3, Hal 402.

Lau, Edwin. 2009. Healty Express Super Sehat dalam 2 Minggu. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka. Hal. 178

Mabry,T.J., Markham, K.R. & Thomas, M.B. 1970. The systematic

identification of flavonoid. Berlin: Spinger-Verlag.

Universitas Muslim Indonesia


Marzuki, Asnah., 2012, Kimia Analisis Farmasi, Dua Satu Press,
Makassar. Hal. 346

Masri Sarep P, 2017, Teknik Budidaya Lada kualitas Ekspor., Jakarta,


Hal.2-4.

Minarno, EB, 2015, Skrining Fitokimia dan Kandungan Total Flavonoid


pada buah Carica Pubescens Lenne & K. Koch Di Kawasan
Bromo,Cangar, dan Dataran Tinggi Dieng. J of biologi el- Hayah,
Vol 5, no 2, Hal 74

Neldawati, Ratnawulan, Gusnedi. 2013. Analisis Nilai Absorbansi dalam


Penentuan Kadar Flavanoid Berbagai Jenis Daun Tanaman Obat.
Padang: Pillar Physics, Vol 2 Hal 77-78.

Neldawati, Ratnawulan, Gusnedi. 2013. Analisis Nilai Absorbansi dalam


Penentuan Kadar Flavanoid Berbagai Jenis Daun Tanaman Obat.
Padang: Pillar Physics, Vol 2 Hal 77-78.

Redha, A 2010, Struktur Sifat Antioksidatif Dan Peranannya Dalam Sistem


Biologis, Jurnal Belian, Vol. 9, Hal 12, 30 dan 197.A

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi ke-4


Terjemahan Kosasih Padmawinata. ITB Press. Bandung.

Sabrina. A, 2013, Perbandingan Metode Spektrofotometri Uv-Vis Dan Kckt


( Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ) Pada analisis Kadar Asam
Benzoat Dan Kafein Dalam Teh Kemasan, Fakultas MIPA UM.

Universitas Muslim Indonesia


Salamah, N, & Widyasari, 2015, Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol
Daun Kelengkeng (Euphoria longan (L) Steud.) Dengan Metode
Penangkapan Radikal 2,2’-Dipenil-1-Pikrilhidrazil, Pharmaciana,
Vol. 5, No.1, Hal 26.

Sjahid, Landiyyun Rahmawan. (2008). Isolasi dan Identifikasi Flavonoid


dari Daun Dewandaru (Eugenia uniflora L.). Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta hal. 3

Sudjadi, 2008, Analisis Kuantitatif Obat, Gadjah Mada University press,


Yogyakarta, Hal. 23

Sutir, Fitriadi, 2012, Analisis Kandungan Senyawa Flavonoid Total dalam


Sediaan Cair Kasumba Turate (Carthamus tinctorius Linn.) secara
Spektrofotometri UV-Vis, Makassar, Universitas Hasanudin, Hal 21.

Voight, R, 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Gajah Mada


University Press, Yogyakarta, Hal 565-566, 572.

Winarti, Sri,2010, Makanan Fungsional. Yogyakarta, Graha Ilmu, Hal 207.

Universitas Muslim Indonesia


LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema Kerja

1. Ekstraksi

Ditimbang 50 gram masing-masing serbuk sampel


buah lada putih (Piper albi L) dan lada hitam
(Piper nigrum L.)

 dimasukan kedalam alat


soklet yang telah diberi kertas
saring
 + pelarut etanol 95% se
banyak 500 mL ke dalam labu
alas bulat
 Dan 250mL etanol 95% ke
dalam tabung soklet
 Lakukan sokletasi dengan
suhu 700 C

Diperoleh filtrat

 uapkan dengan meng


gunakan rotary evaporator
pada suhu tidak lebih dari
500C

Diperoleh tekstrak
kental

Universitas Muslim Indonesia


2. Uji skrining flavonoid ekstrak etanol buah lada putih (Piper albi
L) dan lada hitam (Piper nigrum L.)

Ekstrak etanol buah lada putih


(Piper albi L) dan lada hitam
(Piper nigrum L.)

+ 2 tetes FeCl3

(+flavonoid) hijau / hijau


biru

3. pembuatan kurva standar baku

25 mg baku standar
c
kuarsetin

 + 25 ml etanol

 Dipipet 1 ml & dicukupkan

dengan 10 ml etanol

100 ppm

4 ppm 6 ppm 8 ppm 10


2 ppm
ppm

Dipipet 1 ml

+ 3 mL etanol 96%,

+ 0,2 mL AlCl3,

+ 0,2 mL kalium asetat 1 M,

+ 5,6 mL aquabidestillata

Universitas Muslim Indonesia


Diinkubasi pada suhu ruangan

Diukur dengan

Spektrofotometer UV-Vis

Persamaan linear

4. Penetapan kadar flavonoid total ekstrak etanol etanol buah


lada putih (Piper albi L) dan lada hitam (Piper nigrum L.)

25 mg ekstrak

+ etanol 95%

1,5 mg/ml (1500 ppm)

Dipipet 1 ml

+ 3 ml etanol 96 %

+ 0,2 mL AlCl3,

+ 0,2 mL kalium asetat 1 M,

+ 5,6 mL aquabidestillata

diinkubasi selama 30 menit pada

suhu kamar dan diukur absorbansi

nya pada spektrofotometer UV

Visible dengan panjang

gelombang 440 nm

Universitas Muslim Indonesia


Larutan sampel dibuat dalam tiga

kali replikasi

Data

Universitas Muslim Indonesia

Anda mungkin juga menyukai