Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

SISTEM SARAF OTONOM

Tugas Farmakologi Bahan Alam

Disusun oleh :

Kelompok 3

Aulinda Serlin (201805110640 )

Rosdiana Howay (20180511064051)

Sara Debora Lemauk (20180511064020)

Vicky Radithya (201805110640)

PROGRAM STUDI FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2021
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................3
2.1 Penelaahan Menyeluruh Sistem Syaraf Otonom..............................................................3
2.2 Saraf Simpatis (Torakolumbal)........................................................................................4
2.2.1 Pengertian Saraf Simpatis.........................................................................................4
2.2.2 Anatomi dan Fisiologi Saraf Simpatis......................................................................4
2.2.3 Fungsi Saraf Simpatis...............................................................................................5
2.3 Saraf Parasimpatis............................................................................................................6
2.3.1 Pengertian Saraf Parasimpatis...................................................................................6
2.3.2 Anatomi dan Susunan Saraf Prasimpatis..................................................................7
2.3.3 Fungsi Saraf Parasimpatis.........................................................................................7
2.4 Interaksi antara Saraf Simpatis dan Saraf Parasimpatis...................................................8
2.5 Integrasi dan pengawasan fungsi otonom......................................................................12
BAB III PENUTUP..................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................19
3.2 Saran...............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia memiliki sistem saraf yang bekerja pada tubuhnya,Sistem saraf dibagi menjadi
dua yaitu sistem saraf pusat dan sitemsaraf perifer. Sistem saraf otonom adalah sistem saraf yang
tidak dapat di kendalikan oleh kemauan kita melalui otok. Fungsi saraf otonom mengatur
motilitas dan sekresi pada kulit, pembuluh darah, dan organvisceral dengan cara merangsang
pergerakan otot polos dan kelenjar eksokrin. Regulasi otonom dibawa oleh serabut saraf simpatis
danparasimpatisKarena sistem saraf otonom itu terutama berkenaan dengan pengendalian organ-
organ dalam secara tidak sadar , kadang- kadangdisebut juga susunan saraf tak sadar. Menurut
fungsinya system saraf otonom dibagi dalam dua bagian, yaitu system simpatis yang terletak
didepan kolumna vertebra dan berhubungan serta bersambung dengansumsum tulang belakang
melalui serabut-serabut saraf. System saraf parasimpatis yang terbagi dalam dua bagian yang
terdiri atas sarafotonom cranial dan saraf otonom sacralObat-obat yang menghasilkan efek
terapeutik utamanya dengancara menyerupai atau mengubah fungsi system saraf otonom disebut
obat-obat otonom. mengobat-obat otonom ini bekerja dengan caramerangsang bagian system
saraf otonom atau menghambat kerjasystem saraf ini.

Dalam dunia farmasi, sangat penting mempelajari sistem sarafotonom karena dengan
mempelajari sistem saraf otonom maka kita kitadapat mengetahui mekanisme kerja obat yang
akan mempengaruhisistem saraf otonom tersebut. Oleh karena itu, sebagai seorangfarmasis kita
sangat perlu pengetahuan tentang sistem saraf otonom. Agar kita dapat mengatahui efek
farmakodinamik sistem saraf otonomdari obat sistem saraf otonom yang akan diberikan.Bagian
sistem saraf yang mengatur fungsi viseral tubuh disebut sistem saraf otonom. Sistem ini
membantu mengatur tekanan arteri, motilitas dan sekresi gastro- intestinal pengosongan kandung
kemih, berkeringat suhu tubuh dan banyak aktivitas lainnya. Ada sebagian yang diatur saraf
otonom sedangkan yang lainnya sebagian saja .

Sistem saraf otonom adalah bagian sistem saraf tepi yang mengatur fungsi viseral tubuh.
Sistem saraf otonom terutama diaktifkan oleh pusat-pusat yang terletak di medula spinalis,
batang otak, dan hipotalamus. Juga, bagian korteks serebri khususnya korteks limbik, dapat
menghantarkan impuls ke pusat-pusat yang lebih rendah sehingga demikian mempengaruhi
pengaturan otonomik.

Sistem saraf otonom terdiri dari dua subsistem yaitu sistem saraf simpatis dan sistem
saraf parasimpatis yang kerjanya saling berlawanan. Sebenarnya tidak ada penyamarataan yang
dapat dipakai untuk menjelaskan apakah rangsangan simpatis atau parasimpatis dapat
menyebabkan timbulnya eksitasi atau inhibisi pada suatu organ tertentu. Oleh karena itu, untuk
dapat mengerti fungsi simpatis dan parasimpatis, kita harus mempelajari seluruh fungsi kedua
sistem saraf ini pada masing-masing organ.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defeni Sisistem Otonom

Sistem saraf otonom atau saraf tak sadar merupakan bagian dari sistem saraf tepi (SST)
yang terletak khusus pada sumsum tulang belakang yang bekerja mengatur dan mengendalikan
otot jantung, otot–otot polos, dan sejumlah kelenjar secara permanen. Artinya, sistem saraf
tersebut bekerja melayani berbagai struktur dalam tubuh. Misalnya, jantung, paru–paru, saluran
pencernaan, pembuluh darah, kantong kemih, dan kelenjar keringat. Disebut sistem saraf otonom
karena sifat kerja sistem saraf ini tidak menurut kemauan atau kehendak kita. (Syaifuddin, 2014).

Sistem ini merupakan sistem saraf eferen (motorik) yang mempersarafi organ viseral
umum, mengatur, menyelaraskan, dan mengkoordinasikan aktivitas visel vital, termasuk
pencernaan,suhu badan, tekanan darah dan segi perilaku emosional lainnya. Bagian sistem saraf
inilah yang mengatur fungsi viseral tubuh disebut sebagai sistem saraf otonomik.Sistem ini
membantu mengatur tekanan arteri, motilitas, dan sekresi gastrointestinal, pengosongan kandung
kemih, berkeringat,suhu tubuh dan banyak aktivitas lainnya, dimana beberapa diantaranya atau
sebagian diatur oleh sistem saraf otonom. (Syaifuddin, 2014).

Salah satu sifat yang menonjol dari sistem saraf otonomik adalah kecepatan atau
intensitas yang ada di dalam sistem saraf ini dapat mengubah fungsi viseral (refleks otonom).
Dalam waktu beberapa detik secara tidak disadari dapat timbul keringat dan terjadi pengosongan
kandung kemih. Jadi, sistem saraf yang bekerja melalui serat-serat saraf otonomik dapat dengan
cepat dan secara efektif mengatur sebagian besar atau seluruh fungsi internal tubuh. Sistem saraf
otonom, terutama diaktifkan oleh pusat-pusat yang terletak pada medula spinalis, batang otak
dan hipotalamus. Seringkali sistem saraf otonom ini bekerja sebagai refleks viseral. Jadi, sinyal
pusat di dalam ganglion otonomik, medula, batang otak atau hipotalamus, pusat-pusat ini
sebaliknya akan menjalarkan respons refleks yang sesuai kembali ke organ-organ viseral dan
mengatur organ-organ tersebut. Sistem saraf otonom bergantung pada sistem saraf pusat dan
antara keduanya dihubungkan oleh urat-urat saraf eferen dan saraf eferen ini seolah-olah
berfungsi sebagai sistem saraf pusat saraf otonom terutama berkenaan dengan organ-organ
dalam. (Pearce, 2015).

Menurut sifat kerjanya, terdiri dari dua bagian yaitu saraf simpatis dan saraf parasimpatis.
2.2 Saraf Simpatis (Torakolumbal)

2.2.1 Pengertian Saraf Simpatis

Sistem Saraf simpatik adalah bagian dari sistem saraf otonom yang cenderung bertindak
berlawanan terhadap sistem saraf parasimpatik, seperti mempercepat detak jantung dan
menyebabkan kontraksi pembuluh darah. Sistem ini mengatur fungsi kelenjar keringat dan
merangsang sekresi glukosa dalam hati. Sistem saraf simpatik diaktifkan terutama dalam kondisi
stres. Bandingkan sistem saraf parasimpatik. (Bahrudin, 2013).

2.2.2 Anatomi Dan Fisiologi Saraf Simpatis

Saraf simpatis merupakan rangkaian dua buah neuron. Neuron yang meninggalkan
sumsum tulang belakang tidak langsung menuju kesuatu organ tubuh, tetapi berakhir dulu pada
suatu sinapsis yang ada di dalam ganglion. Dari ganglion baru kemudian dengan perantaraan
neuron yang lain menuju ke organ tubuh. (Feriyawati, 2006).

Sistem simpatis memiliki ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang yang
menempel pada sumsum tulang belakang, sehingga memilki serabut pra-ganglion pendek dan
serabut post ganglion yang panjang. Serabut pra-ganglion adalah serabut saraf yang menuju
ganglion dan serabut saraf yang keluar dari ganglion disebut serabut post-ganglion. Saraf
simpatis terbagi menjadi dua bagian yang terdiri dari saraf otonom cranial dan saraf otonom
sacral. Terletak di depan columna vertebra dan berhubungan dengan sumsum tulang belakang
melalui serabut-serabut saraf. (Feriyawati, 2006).

Berdasarkan letaknya, ganglia simpatetik digolongkan menjadi :

a. Ganglia servikalis, terdiri dari 3 ganglia yaitu :

1. ganglia servikalis superior


2. ganglia servikalis media
3. ganglia servikalis inferior

b.Gangalia thorakilis

c. Gangalia lumbalis
Gambar gangalion pada saraf
parasimpatis

Gambar gangalia servikaslis dan Gambar gangalion lubalis


distribusinya
2.2.3 Fungsi Saraf Simaptis

Berikut fungsi dari saraf simpatis :

a) Mempercepat denyut jantung


b) Mempersempit diameter pembuluh darah
c) Memperlambat proses pencernaan
d) Memperkecil bronkus
e) Menurunkan tekanan darah
f) Memperlambat gerak peristaltis
g) Memperlebar pupil
h) Menghambat sekresi empedu
i) Menurunkan sekresi ludah
j) Meningkatkan sekresi adrenalin

(Bahrudin, 2013)

Gamabar fungsi saraf simpatis

2.3 Saraf Parasimpatis

2.3.1 Pengertian Saraf Parasimpatis

Saraf parasimpatik merupakan saraf yang berpangkal pada sumsum lanjutan (medula
oblongata) dan dari sakum yang merupakan saraf pre-ganglion dan post-ganglion. sistem saraf
ini di sebut juga dengan sistem saraf kraniosakral, karena saraf preganglion keluar dari daerah
otak dan daerah sakral. Fungsi dari saraf Parasimpatik umumnya memperlambat kerja organ-
organ tubuh. Susunan saraf parasimpatik berupa jaring- jaring yang berhubung-hubungan
dengan ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Urat sarafnya menuju ke organ tubuh yang
dikuasai oleh susunan saraf simpatik. (Setiadi.,2007).

2.3.2 Anatomi Dan Susuna Saraf Parasimpatis

Susunan saraf parasimpatik berupa jaring-jaring yang berhubung-hubungan dengan


ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Urat sarafnya menuju ke organ tubuh yang dikuasai
oleh susunan saraf simpatik.Saraf parasimpatis adalah saraf yang berpangkal pada medulla
oblongata dan pada daerah sacrum dari medulla spinalis. Oleh karena itulah saraf parasimpatis
disebut juga saraf craniosacral. Saraf sensoris parasimpatis memiliki ganglion di suatu tempat
yang terletak antara organ visceral dengan saraf pusat, sedang saraf motorisnya tidak
membentuk rantai saraf seperti saraf motoris simpatis dan ganglion yang terbentuk antara
saraf satu dengan yang kedua terletak berdekatan dengan organ visceral yang disarafinya.
Gambar anatomi saraf parasimpatis

2.3.3. Fungsi Saraf Parasimpatis

Adapun fungsi saraf parasimpatis yaitu :

a) Menghambat denyut jantung


b) Memperlebar diameter pembuluh darah
c) Mempercepat proses pencernaan
d) Memperlebar bronkus
e) Menaikkan tekanan darah
f) Mempercepat gerak peristaltis
g) Mempersempit pupil
h) Mempercepat sekresi empedu
i) Menaikkan sekresi ludah
j) Meninurunkan sekresi adrenalin.
(Evelyn.,2011 ).

Gambar fungsi saraf parasimpatis

2.4 Interaksi Anatara Saraf Simpatis Dan Saraf Parasimpatis

Sistem saraf simpatik dan system saraf parasimpatik bekerja pada organ (efektor) yang
sama. Akan tetapi, pengaruh yang ditimbulkannya bersifat berlawanan satu dengan yang
lainnya agar tercapainya homoestatis (keseimbangan).
2.5 Integrasi Dan Pengawasan Fungsi Otonom

Saraf merupakan sistem yang berfungsi untuk mengatur berbagai fungsi organ di dalam
tubuh secara terintegrasi sehingga memungkinkan suatu makluk hidup dapat beradaptasi
dengan perubahan yang terjadi pada lingkungan disekitarnya. Susunan saraf menerima
berbagai informasi dari dalam dan dari luar tubuh, dan mengkoordinasikan semua aktifitas
organ di dalam tubuh kita. Susunan saraf berfungsi untuk merencanakan dan
mengkoordinasikan tingkah laku, sehingga memegang peranan dalam tingkah laku subjektif
suatu makhluk hidup. Untuk menjalankan fungsi yang begitu bervariasi, susunan saraf
merupakan organ yang paling awal mengalami deferensiasi pada masa embriogenesis dan
merupakan organ yang paling besar pada saat lahir. Selain morfologinya yang khusus, neuron
dari susunan saraf merupakan struktur yang menyusun dan mengatur dirinya sendiri (self-
organizing & self regulating). Sifat yang unik dari neuron ini sebagian merupakan ekspresi yang
unik dari gen, dan sebagian lagi adalah akibat perkembangan dan pengalaman individu dari
setiap mahluk hidup (Siregar, 1995).

Sistem saraf tersusun dari berbagai struktur khusus yang berfungsi untuk menerima,
menyimpan dan menyebarkan informasi. Dengan demikian sistem saraf mengintegrasikan
aktivitas berbagai sel, jaringan, dan organ, sehingga memungkinkan suatu organisme
multiseluler yang kompleks berfungsi sebagai satu kesatuan unit pertumbuhan, perkembangan
dan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Untuk memahami bagaimana proses
penerimaan, penyimpanan dan penyebaran implus pada sususnan saraf, diperlukan
pemahaman mengenai biolistrik yang merupakan dasar dari pengetahuan kita tentang
perubahan potensial yang dihasilkan oleh pergerakan ion melalui membran sel. Komunikasi
antara satu neuron dengan neuron yang lainnya atau dengan otot dan kelenjar adalah melalui
proses transmisi sinaptik (Synaptic transmission). Transmisi sinaptik terjadi sinaps dimana akson
dari suatu neuron (sel presinaptik) akan berhubungan dengan dendrit, akson, dari suatu neuron
lainnya, atau dengan otot serta kelenjar.

Sistem saraf tersusun dari satu alat komunikasi dan integrasi untuk organisme yang
dicirikan oleh cepatnya reaksi dan lokalisasi yang tepat dari tempat kerjanya. Fungsinya
didasarkan atas suatu infrastruktur selular yang sangat sempurna, adanya hubungan
bercabang, yang menghasilkan kerja dengan kecepatan tinggi dan cepat, umumnya sistem saraf
mengatur aktifitas alat-alat tubuh yang mengalami perubahan relatif cepat: seperti pergerakan
otot rangka, pergerakan otot polos pada alat pencernaan dan sekresi beberapa kelenjar.
Contoh fungsi sistem saraf dalam mengatur dan mengkoordinasikan berbagai aktifitas dari
fungsi tubuh adalah berhubungan sistem pencernaan dan sistem peredaran darah. Sistem
pencernaan tidak ada artinya jika tidak didampingi oleh sistem peredaran darah untuk
menyerap dan mengedarkan berbagai zat makanan yang telah dicerna. Berbagai sistem
tersebut bekerja sama tidak sembarangan. Waktu dan tempat dari satu perangkat kegiatan
berhubungan erat dengan berbagai kegiatan lainnya. Beberapa kegiatan tubuh, seperti berjalan
dan menguyah merupakan kegiatan yang disadari oleh individu manusia, sedangkan kegiatan
lain pengaturan denyut jantung, sekresi enzim dan gerakan pristaltik (gerakan yang terjadi pada
otot-otot pada saluran pencernaan) merupakan aktivitas yang tidak disadari (otonom).
Semuanyan itu dikoordinasikan oleh sistem saraf sebagai jaringan khusus yang menghubungkan
seluruh tubuh dan sebagian lain diatur oleh sistem hormonal sebagai sekresi kimia yang
dikeluarkan oleh kelenjar endokrin ke dalam peredaran darah.Jadi peran utama sistem saraf
dalam kehidupan organisme adalah mengatur dan mengontrol berbagai aktivitas pada berbagai
organ dan seluruh tubuh manusia. Kontraksi otot, sekresi kelanjar, kerja jantung, metabolisme
dan masih banyak proses lain yang beroperasi dalam tubuh yang dikontrol oleh sistem saraf,
sistem saraf berhubungan dengan berbagai organ dan sistem, mengkoordinasikan semua
aktivitas dan menjamin fisiologis organisme serta membantu dalam pemeliharaan kesaruan
organisme dengan lingkungan (Hadojo,2012 ).

2.6 Bahan Alam Yang Digunakan

Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan ekstrak air kulit batang taya memiliki aktivitas
menghambat reseptor-β adrenergik. Ekstrak air kulit batang taya dosis 100 mg/kgBB
menunjukkan aktivitas yang setara dengan atenolol 4,5 mg/kgBB.
Atenolol merupakan salah satu obat anti hipertensi dengan mekanisme menghambat pada
reseptor beta adrenergik, sehingga ketika diberi adrenalin tidak terjadi kenaikan tekanan darah
karena adrenalin tidak dapat berikatan dengan reseptor beta adrenergik.
Daftar Pustaka

Bahrudin, M.Neurolgi Klinis.malang : UMM press 2013

Handojo, Yurita. 2012. Atlas Berwarna dan Teks Fisiologi. Hipokrates : Bandung

Pearce , C. Evelyn . 2015.Anatomi dan Fisiologi oleh Paramedis.Jakarta :PT Gramedia Pustaka
Utama.

Pearce, Evelyn. 2011. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Kompas Gramedia : Jakarta

Pearce, Evelyn. 2011. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Kompas Gramedia : Jakarta

Syaifudin , H. 2014.Anatomi fisiologi . Jakarta : EGC

Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Graha Ilmu : Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai