Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH INDIKASI KONTRAINDIKASI DAN EFEK SAMPING

OBAT TERHADAP SISTEM SARAF


Disusun untuk memenuhi tugas Farmakologi Keperawatan

Dosen Pengampu : Ervina Lili Neri, S.Kep., Ns., M.Kep


Dosen Fasilitator : Herman, S.Kep, Ns., M.Kep

Disusun oleh :
KELOMPOK V
KELAS REG. A2

Afifah Fauziah I1031211051 Adinda Puspasari I1031211082


Dea Asbuma I1031211060 Erja Natha Adit Pratama I1031211087
Nadia Ananda I1031211065 Tri Bulan Miranda I1031211092
Fitria Tantianoverianti I1031211066 M. Iksan Ramadhan I1031211095
Marwa Qatrunnada. A. S I1031211075 Piddy Lhoksuma. E. N I1031211102

FAKULTAS KEDOKTERAN
PRODI KEPERAWATAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2023
DAFTAR ISI

BAB I..................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..............................................................................................................................3
A. Latar Belakang.......................................................................................................................3
B. Tujuan....................................................................................................................................5
BAB II................................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................................6
A. Obat Perangsang Sistem Saraf Pusat.....................................................................................6
B. Indikasi dan Kontraindikasi Obat..........................................................................................8
C. Obat Generik.........................................................................................................................9
D. Efek Samping Obat..............................................................................................................10
BAB III.............................................................................................................................................11
KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................................................11
A. Kesimpulan..............................................................................................................................11
B. Saran.........................................................................................................................................11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem saraf adalah salah satu sistem koordinasi yang bertugas
menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh
tubuh. Sistem saraf memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi baik di lingkungan luar
maupun dalam. Untuk menanggapi rangsangan, sistem saraf memiliki tiga
komponen yaitu reseptor, penghantar impuls, dan efektor. Secara umum
sistem saraf dapat dibedakan menjadi dua golongan fungsional utama yaitu
sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom (SSO). Sistem saraf somatik
berhubungan dengan fungsi yang sadar dan dipengaruhi oleh kehendak
seperti gerak badan, sikap tubuh dan gerakan pernafasan. Sedangkan SSO
dapat bekerja sendiri, tidak dipengaruhi secara langsung oleh kendali
kesadaran, dan berhubungan dengan pengontrolan fungsi organ-organ
dalam tubuh seperti jantung, aliran darah, pencernaan, eksresi, dan lain-lain
proses yang penting untuk kehidupan.
Obat-obatan yang bekerja terhadap susunan saraf pusat berdasarkan
efek farmakodinamiknya dibagi atas dua golongan besar yaitu: merangsang
atau menstimulasi secara langsung maupun tidak langsung merangsang
aktivitas, dan menghambat atau mendepresi secara langsung maupun tidak
langsung memblokir proses tertentu pada aktivitas otak, sumsum tulang
belakang dan saraf-sarafnya. Obat yang bekerja terhadap sistem saraf pusat
terbagi menjadi beberapa golongan besar, yaitu perangsang sistem saraf
pusat, penekan sistem saraf pusat, analgesik-antipiretik, anti konvulsi, dan
psikofarmaka.
Obat otonom yaitu obat-obat yang bekerja pada susunan saraf
otonom, dimulai dari sel syaraf hingga sel efektor. Obat ini berpengaruh
secara spesifik dan bekerja pada dosis kecil. Efek suatu obat otonom dapat
diperkirakan jika respons berbagai organ otonom terhadap impuls syaraf
otonom diketahui. Obat otonom mempengaruhi transmisi neurohormonal
dengan cara menghambat atau mengintensifkannya. Terdapat beberapa
kemungkinan pengaruh obat pada transmisi sistem kolinergik dan
adrenergic, yaitu menghambat sintesis atau pelepasan transmitor,
menyebabkan penglepasan transmitor. berikatan dengan reseptor, dan
menghambat destruksi transmitor. Obat yang bekerja pada sistem saraf
otonom terbagi menjadi beberapa golongan, yaitu kolinergik
(parasimpatomimetik), adrenergik (simpatomimetik), antikolinergik
(parasimpatolitik), dan antiadrenergik (simpatolitik).
Obat merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya
penyelenggaraan kesehatan. Sebagian besar intervensi medik
menggunakan obat, oleh karena itu diperlukan obat tersedia pada saat
diperlukan dalam jenis dan jumlah yang cukup, berkhasiat nyata dan
berkualitas baik (Sambara, 2007). Saat ini banyak sekali beredar berbagai
macam jenis obat baik itu produk generik maupun produk dagang, pada
umumnya konsumen atau masyarakat lebih tertarik untuk mengkonsumsi
produk obat bermerk/produk dagang dibandingkan produk generik, hal itu
disebabkan adanya anggapan bahwa obat generik mutunya lebih rendah
dari pada produk yang bermerk dagang (Rahayu dkk, 2006).
Dalam kedokteran , indikasi adalah alasan yang sah untuk
menggunakan tes, pengobatan, prosedur, atau operasi tertentu. Peran utama
dari bagian pelabelan Indikasi dan Penggunaan adalah untuk
memungkinkan praktisi perawatan kesehatan dengan mudah
mengidentifikasi terapi yang sesuai untuk pasien dengan
mengkomunikasikan dengan jelas indikasi yang disetujui obat. Bagian
indikasi dan penggunaan menyatakan penyakit atau kondisi, atau
manifestasi atau gejala-gejalanya, untuk mana obat tersebut disetujui, serta
apakah obat tersebut diindikasikan untuk perawatan, pencegahan, mitigasi,
penyembuhan, pemulihan, atau diagnosis penyakit itu atau kondisi. Dalam
hal dampaknya terhadap kesehatan, ada dua jenis kontraindikasi, yaitu :

1. Kontraindikasi relatif
Suatu kondisi yang dapat meningkatkan risiko buruk bagi kesehatan jika
mengonsumsi obat tersebut. Meskipun demikian pada situasi tertentu
ketika tidak ada pilihan lain maka obat ini dapat dikonsumsi.
2. Kontraindikasi absolut
Jenis kontraindikasi yang harus benar-benar dipatuhi karena jika tetap
dilakukan akan berbahaya bagi kesehatan.

B. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami obat yang bekerja terhadap sistem syaraf
2. Mengetahui dan memahami Obat-obat Perangsang Sistem Saraf Pusat
3. Mengetahui dan memahami indikasi, kontra indikasi dan efeksamping
obat terhadap sistem syaraf.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Susunan saraf pusat berkaitan dengan sistem saraf manusia yang


merupakan suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan
saling berhubungan satu dengan yang lain.Fungsi sistem saraf antara
lain: mengkoordinasi, buruk dan mengontrol interaksi antara individu
dengan lingkungan sekitarnya.
Stimulan sistem saraf pusat (SSP) adalah obat yang dapat
merangsang serebrum medula dan sumsum tulang belakang. Stimulasi
daerah korteks otak-depan oleh senyawa perangsang SSP akan
meningkatkan hati, penarikan kelelahan pikiran dan semangat
bertambah.

A. Obat Perangsang Sistem Saraf Pusat

Kelompok utama dari perangsang sistem saraf pusat adalah


amfetamin dan kafein yang merangsang korteks cerebri otak, analeptic dan
kafein yang bekerja pada batang otak dan medulla untuk merangsang
pernafasan, dam obat-obat yang menimbulkan anoreksia. Pemakaian
amfetamin yang panjang dapat menimbulkan ketergantungan psikologis
dan toleransi, suatu keadaan dimana dibutuhkan dosis yang lebih tinggi
untuk mendapatkan respon awal. Berikut ini obat Perangsang Sistem Saraf
Pusat:
a) Amfetamin
 Dosis: Dewasa : 5-20 mg; Anak > 6 th : 2,5- 5
mg/hari
 Indikasi: untuk narkolepsi, gangguan penurunan
perhatian
 Efek samping : Euforia dan kesiagaan, tidak dapat
tidur, gelisah, tremor, iritabilitas dan beberapa
masalah kardiovaskuler (takikardi, palpitasi, aritmia)
b) Metilfenidat
 Dosis: Anak : 0.25 mg/kgBB/hari; Dewasa : 10 mg
3x/hr
 Indikasi: Untuk pengobatan depresi mental,
pengobatan keracunan depresan SSP, syndrom
hiperkinetik pada anak.
 Kontraindikasi : hipertiroidisme, penyakit ginjal.
 Efek samping : insomnia, mual, iritabilitas, nyeri
abdomen, nyeri kepala, tachicardia Reaksi yang
merugikan : takikardia, palpitasi, meningkatkan
hiperaktivitas.
c) Kafein
 Dosis: apnea pada bayi : 2.5-5 mg/kgBB/hr,
keracunan obat depresan : 0.5-1 gr kafein
NaBenzoat (IMr)
 Indikasi: Untuk menghilangkan rasa kantuk,
menimbulkan daya pikir yang cepat, perangsang
pusat pernafasan dan fasomotor, untuk merangsang
pernafasan pada apnea bayi premature.
 Kontraindikasi: diabetes, kegemukan,
hiperlipidemia, gangguan migren, anxietas.
 Efek samping: sukar tidur, gelisah, tremor, takikardi,
takipnea Reaksi yang merugikan: mempengaruhi
SSP dan jantung ( > dari 500 mg).
d) Niketamid
 Dosis : 1-3 ml untuk perangsang pernafasan
 Indikasi : merangsang pusat pernafasan
 Efek samping : kejang (pada dosis berlebihan)
e) Doksapram
 Dosis: 0.5-1.5 mg/kgBB IV
 Indikasi: perangsang pernafasan
 Efek samping: hipertensi, tachicardia, aritmia, otot
kaku, muntah
B. Indikasi dan Kontraindikasi Obat
a. Dalam kedokteran , indikasi adalah alasan yang sah untuk
menggunakan tes, pengobatan, prosedur, atau operasi tertentu.
Peran utama dari bagian pelabelan Indikasi dan Penggunaan
adalah untuk memungkinkan praktisi perawatan kesehatan
dengan mudah mengidentifikasi terapi yang sesuai untuk pasien
dengan mengkomunikasikan dengan jelas indikasi yang
disetujui obat.
b. Bagian indikasi dan penggunaan menyatakan penyakit atau
kondisi, atau manifestasi atau gejala-gejalanya, untuk mana
obat tersebut disetujui, serta apakah obat tersebut diindikasikan
untuk perawatan, pencegahan, mitigasi, penyembuhan,
pemulihan, atau diagnosis penyakit itu atau kondisi.
c. Kontraindikasi adalah salah satu hal yang harus diperhatikan
sebelum kita meminum obat. Apalagi jika obat tersebut tanpa
resep dokter. Kontraindikasi menerangkan mengenai kondisi-
kondisi yang tidak cocok atau berisiko untuk mengonsumsi
obat tersebut. Misalnya pada keterangan obat dijelaskan bahwa
obat tersebut kontraindikasi hipertensi, ini berarti obat tersebut
tidak boleh dikonsumsi atau tidak akan bekerja sebagaimana
mestinya pada orang yang menderita hipertensi, bahkan bisa
berisiko terhadap kesehatan orang tersebut.

Dalam hal dampaknya terhadap kesehatan,ada dua jenis kontraindikasi


yaitu :
a) Kontraindikasi relatif Suatu kondisi yang dapat meningkatkan
risiko buruk bagi kesehatan jika mengonsumsi obat tersebut.
b) Kontraindikasi absolut Jenis kontraindikasi yang harus benar-
benar dipatuhi karena jika tetap dilakukan akan
berbahaya bagi kesehatan.yang beredar di Indonesia tersedia
dalam beberapa golongan. Penggolongan ini dilakukan guna
meningkatkan kemanan dan ketepatan penggunaan serta
distribusi obat.

C. Obat Generik
a) Sinarizin
 Indikasi:Kelainan vestibuler seperti vertigo, tinitus,
mual dan muntah
 Kontra indikasi: Kehamilan/menyusui, hipotensi dan
serangan asma
 Efek samping:Gejala ekstra piramidal, mengantuk,
sakit kepala,dll
 Sediaan Cinnarizine (generik) tablet 25 mg

b) Dimenhidrinat
 Indikasi:Mual, muntah, vertigo, mabuk perjalanan dan
kelainan labirin
 Kontra indikasi:Serangan asma akut, gagal jantung
dan kehamilan
 Efek samping:Mengantuk dan gangguan psikomotor
 Sediaan Generik
c) Klorpromazin HCl
 Indikasi:Mual dan muntah -Kontra indikasi:Gangguan
hati dan ginjal
 Efek samping:Mengantuk, gejala ekstra piramidal, dll
Sediaan Klorpromazin generik tablet 25, 100 mg
d) Perfenazin
 Indikasi:Mual dan muntah berat
 Kontra indikasi dan efek samping : lihat klorpromazin
HCl Sediaan Perfenazin (Generik) tablet 2, 4, 8 mg

e) Proklorperazin
 Indikasi: Mual dan muntah akibat gangguan pada
labirin
 Kontra indikasi dan efek samping: lihat klorpromazin
HCl
 Sediaan Generik
f) Trifluoperazin
 Indikasi: Mual dan muntah berat
 Kontra indikasi dan efek samping : lihat klorpromazin
HCl
 Sediaan Trifluoperazin HCl (generik) tabl. 1,5 mg

D. Efek Samping Obat


Efek samping adalah efek fisiologis yang tidak berkaitan dengan
efek obat yang diinginkan. Semua obat mempunyai efek samping, baik
yang diingini maupun tidak. Efek samping biasanya dapat diprediksikan
dan mungkin berbahaya atau kemungkinan berbahaya.
Efek samping terjadi karena interaksi yang rumit antara obat
dengan sistem biologis tubuh, antar individu bervariasi. efek samping
obat yang biasa terjadi :
1. Penggunaan lebih dari satu obat sehingga interaksi antara obat
menjadi tumpang tindih pengaruh obat terhadap organ yang
sama
2. Obat-obat tersebut punya efek saling berlawanan terhadap organ
tertentu Reaksi merugikan merupakan batas efek yang tidak
diinginkan dari obat yang mengakibatkan efek samping yang
ringan sampai berat.
Reaksi merugikan selalu tidak diinginkan. Efek toksik atau toksitas
suatu obat dapat diidentifikasi melalui pemantauan batas terapetik obat
tersebut dalam plasma. Jika kadar obat melebihi batas terapetik, maka
efek toksik kemungkinan besar akan terjadi akibat dosis yang berlebih
atau penumpukan obat.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sistem
saraf manusia yang merupakan suatu jaringan saraf yang kompleks,
sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem
saraf berfungsi untuk mengkoordinasi, buruk dan mengontrol interaksi
antara individu dengan lingkungan sekitarnya. Perawat harus
mengetahui indikasi dan kontraindikasi serta efek samping dari obat.
Indikasi adalah alasan yang sah untuk menggunakan tes, pengobatan,
prosedur, atau operasi tertentu dan kontraindikasi adalah salah satu hal
yang harus diperhatikan sebelum kita meminum obat, serta efek
samping obat adalah efek fisiologis yang tidak berkaitan dengan efek
obat yang diinginkan. Semua obat mempunyai efek samping, baik yang
diinginkan maupun tidak. Efek samping biasanya dapat diprediksikan
dan mungkin berbahaya atau kemungkinan berbahaya. Jadi sebagai
perawat perlu mengetahui dan paham mengenai indikasi, dan
kontraindikasi, serta efek samping sebelum memberikan obat terhadap
pasien.

B. Saran
1. Diharapkan setelah membaca makalah ini lebih dapat memahami
tentang obat yang bekerja terhadap sususan sistem syaraf, dan juga
dapat memahami indikasi, kontra indikasi serta efek samping obat
terhadap sistem syaraf
2. Kelompok dapat memiliki pemahaman terhadap beberapa kasus
yang berkaitan dengan pemberian obat untuk perangsang sistem
syaraf dan paham terhadap indikasi,kontraindikasi serta efek
samping terhadap sistem syaraf.
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. (2021). Penggolongan obat berdasarkan khasiat dan penggunaan.


UGM PRESS.
Mata, U. M. S. S. T., & Keperawatan II, K. I. D. (2020).
PENGGOLONGAN OBAT, FARMAKODINAMIKA DAN
FARMAKOKINETIK, INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI
SERTA EFEK SAMPING OBAT.
Lestari, Siti. (2016). Farmakologi dalam Keperawatan
Sunaryo, Hadi., Dwitiyanti., Dwita, Lusi., & Siska. (2020). Farmakologi Obat
Sistem Saraf. Jakarta Selatan: Uhamka Press.

Anda mungkin juga menyukai