Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................... !!
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
A. Kesimpulan
B. Saran
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Efek perangsangan susunan saraf pusat (SPP) baik oleh obat yang
berasal dari alam atau sintetik dapat diperlihatkan pada hewan dan
manusia. Beberapa obat memperlihatkan efek perangsang SPP yang nyata
dalam dosis toksik, sedangkan obat lain memperlihatkan efek
perangsangan SPP sebagai efek samping. Dalam bab ini akan dibicarakan
beberapa obat yang efek utamanya memang menyebabkan perangsangan
SPP dan biasanya disebut sebagai analeptik atau konvulsan.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
1. STRIKNIN
2. TOKSIN TETANUS
3. PIKROTOKSIN
4. PENTILENTETRAZOL
Sediaa Pentilentetrazol merupakan Kristal putih yang mudah larut dalam air,
diperdagangkan dalam bentuk tablet 100 mg, ampuh 3 ml dan vial
berisilarutan 10%.
FARMAKODINAMIK
Pada dosis subkonvulsi, kedua obat ini dapat menimbulkan efek samping
berupa hipertensi, takikardi, aritmia, batuk, bersin, muntah, gatal, tremor,
kakuotot, berkeringat, kemerahan di wajah dan Hiperpereksia.Untuk
mengatasi perangsangan SSP yang berlebihan atau terjadinya kejang ,dapat
di bawahdosis yang menimbulkan kejang ,tidak efektif untuk mengatasi
koma yang dalam ;bahkan depresi post ictal yang terjadi sesudah kejang akan
memperburuk keadaan koma.
7. XANTIN
Sejarah dan kimia
derivat xantin terdiri dari kafein, teofilin, dan teobromin ialah alkaloid yang
terdapat dalam tumbuhan. Sejak dahulu ekstrak tumbuhan ini digunakan
sebagai minuman. Kafein terdapat dalam kopi yang didapat dari coffea
arabica. Teh, dari daun tea simensis, mengandung kafein dan teofilin. Cocoa,
yang didapat dari biji teobroma cacaomengandung kafein dan teobromin.
Penelitian membuktikan bahwa kafein berefek simulasi. Inilah daya tarik
minuman yang mengandung kafein. Kemudian ternyata belum ada senyawa
sintetik yang mempunyai keunggulan terapi senyawa alam.
FARMAKODINAMIK
Kafein dan teofilin dapat menimbulkan mual dan muntah mungkin melalui
efek sentral maupun perifer. Muntah akibat teofilin terjadi bila kadarnya
dalam plasma melebihi 15 µg/ml.
SISTEM KARDIOVASKULAR. Teofilin pernah digunakan untuk pengobatan
darurat payah jantung berdasarkan kemampuanya menurunkan tahanan
perifer, merangsang jantung. Meninggikan perfusi berbagai organ dan
menimbulkan diuresis. Tetapi karena absorpsi dan disposisi teofilin sukar
diduga pada penderita dengan gangguan fungsi sirkulasi, maka sering terjadi
toksisitas serius terhadap SSP dan jantung. Sekarang lebih disukai
vasodilator atau diuretik untuk tujuan tersebut.
Jantung . Pada orang normal kadar terapi teofilin antara 10-20 µg/ml akan
menyebabkan kenaikan moderat frekuensi denyut jantung. Indeks waktu
perangsangan dan waktu kontraksi isovolumetrik ventrikel kiri akan turun
sejalan dengan meningkatnya kekuatan kontraksi dan penurunan beban hulu
jantung (preload).
Kadar rendah kafein dalam plasma akan menurunkan denyut jantung yang
mungkin disebabkan oleh perangsangan nukleus vagus di medula oblongata.
Sebaliknya, kadar kafein dan teofilin yang lebih tinggi menyebabkan
takikardi, bahkan pada individu yang sensitif bahkan pada individu yang
sensitif mungkin menyebabkan aritmia, misalnya kontraksi ventrikel yang
prematur. Aritmia ini dapat dialami oleh orang yang minum kafein
berlebihan.
Tekanan darah. Efek xantin terhadap tekanan darah tidak dapat diramalkan.
Stimulasi pusat vasomotor dan stimulasi langsung miokard akan
menyebabkan kenaikan tekanan darah. Sebaliknya, perangsangan pusat
vagus dan adanya vasodilatasi menyebabkan penurunan tekanan darah.
Resultante kedua efek yang bertentangan ini biasanya sedikit kenaikan
tekanan darah., tidak lebih dari 10 mmHg. Adanya vasodilatasi dan dan
kenaikan curah jantung menyebabkan tekanan nadi naik, aliran darah lebih
cepat dan lebih efisien.
Ada pula beberapa cara kerja yang lain yang pada saat ini
masih kurang mendapat perhatian tetapi yang mungkin sekali berperan
penting sebagai dasar efek metilxantin. Termasuk disini misalnya
kemampuannya mengadakan petensiasi penghambatan terhadap sintesis
prostaglandin, dan juga adanya kemungkinan bahwa metilxantil dapat
mengurangi ambilan (uptake) dan/atau memperlambat metabolisme
katekolamin di jaringan bukan saraf. Untuk memastikan kedua peran
terakhir ini masih diperlukan penelitian lebih lanjut.
Atas aktivitas fosfodiesteraso,lagi pula pada kadar ini jarang sekali terjadi
potensiasi atas efek hormon yang diperantarakan siklik AMP.Sebelum ada
data yang menyakinkan,sukar untuk mengatakan bahwaefek farmakologi
metilxantin berdasarkan penghambatan enzim fosfodiesterase.Tetapi
memang benar bahwa dalam dosis terapi teofilin dapat meningkatkan efek
obat yang merangsang sintesis GMP,dalam hal ini penghambatan enzim
fosfodiesterase mungkin merupakan mekanisme yang penting.
8.3 FARMAKOKINETIK
Saat ini tersedia toefilin lepas lambat,yang dibuat sedemikian rupa agar dosis
toefilin dapat diberikan dengan interval 8, 12 atau 24 jam.Ternyata asediaan
ini bervariasi kecepatan maupun jumlah obserpasiny antar pasien;khusunya
akibat pengaruh adanaya makanan dan pemberian.
Larutan teofilin yang diberikan sebgai anema diabsorbpsi lebih lengkap dan
cepat,sedangkan sediaan supositoria diabsorbpsi lambat dan tidak menentu.
Pemberian toefilin IM harus dihindarkan karena mrnimbulkan nyeri
setempat yang lama.
8.4. INTOKSIKASI
8.5. SEDIAAN
Pentoksifilin (1-(5-oksoheksil)-3,7dimetilxantin) di
Amerikaserikatdigunakanuntukklaudikasiointermitenpadapenyakitpembulu
harteri yang bersifatoklusifkronis. Padaujiklinik,
pentoksifilinterbuktimemperpanjangjaraktempuhberjalansebelummulaitimb
ulgejalaglaudikasio;
ditemukanjugabuktilangsungpenambahanalirandarahpada kaki yang
mengalamiiskemia.Perbaikanklinisiniterutamadisebabkanolehperbaikanflek
sibilitasseldarahmerah yang semula subnormal, penurunankadar fibrinogen
dalam plasma danpenurunanviskositasdarah.
Responsklinikterhadappemberianpentoksifilinsecarakrinis,
tidakberhubungandenganperubahandesistensiperiferdandeyutjantung;
obatinijugatidakbertindaksebagai vasodilator.
Jadicarakerjaobatinibelumjelasbenar. Hasilterapi yang
menguntungkanbaruterlihat 2
minggusudahpengobatan.Dosispentoksifilinyaitu 3 × 400 mg sehari per oral.
INDIKASI
Teofilin juga dapat digunakan pada penyakit ini dengan tujuan yang sama
dengan pengobatan asma. Tetapi, gejala lain yang menyangkut
kardiovaskular akibat penyakit paru obstruktif kronik ini misalnya hipertensi
pulmonal, payah jantung kanan pada Cor Pulmonale, tidak diperbaikin oleh
teofilin. Teofilin tidak menyebabkan dilatasi langsung arteri pulmonalis
namun dapat mampu mengurangi hipoksemia yang mungkin merupakan
penyebab utama terjadinya hipertensi pulmonal.