Anda di halaman 1dari 24

CARA KERJA OBAT TOPIKAL DAN

OBAT ORAL

Kelompok 6 :
1. Aji Wisnu Wardhana (P1337420617012)
2. Elvira Kartika (P1337420617055)
3. Hevy Nur Febriani (P1337420617057)
4. Astika Nugraheni (P1337420617069)
5. Putri Purwaningrum (P1337420617070)
6. Ni Luh Noni Andayani (P1337420617071)
7. Sapna Luthfiyana (P1337420617073)

PRODI S1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2017/2018
CARA KERJA OBAT TOPIKAL DAN
OBAT ORAL

Kelompok 6 :
8. Aji Wisnu Wardhana (P1337420617012)
9. Elvira Kartika (P1337420617055)
10. Hevy Nur Febriani (P1337420617057)
11. Astika Nugraheni (P1337420617069)
12. Putri Purwaningrum (P1337420617070)
13. Ni Luh Noni Andayani (P1337420617071)
14. Sapna Luthfiyana (P1337420617073)

PRODI S1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2017/2018

ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Makalah yang berjudul “Cara Kerja Obat Topikal dan Obat Oral” telah diperiksa dan
disetujui untuk diseminarkan pada :
Hari :
Tanggal :

Semarang, Februari 2018


Pembimbing,

Kurniati Puji Lestari, S.Kep., M.Kes


NIP: 196512041989032001

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas keharirat Tuhan YME, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Cara Kerja Obat Topikal
dan Obat Oral” dengan mudah dan lancar.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Kebutuhan
Dasar Manusia II (KDM II).

Tidak lupa, kami ucapkan terima kasih kepada pembimbing kami, Ibu Kurnia Puji
Lestari, S.Kep., M.Kes, yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini. Tak
lupa kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat berguna untuk para pembaca. Dapat meningkatkan
wawasan kepada pembaca dan para pembaca dapat mengetahui cara kerja obat pada obat
tropikal dan pada obat oral.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini, untuk itu kami
mohon saran dan kritiknya sehingga kami dapat memperbaiki kesalahan kami untuk makalah
selanjutnya.

Semarang, 31 Januari 2018

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................................ ii
Lembar Persetujuan Pembimbing........................................................................................iii
Kata Pengantar........................................................................................................................iv
Daftar Isi...................................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................................1

BAB II ISI
2.1 Definisi Obat Topikal dan Obat Oral.............................................................................2
2.2 Macam Obat...................................................................................................................2
2.2.1 Macam Obat Topikal......................................................................................................2
2.2.2 Macam Obat Oral...........................................................................................................7
2.3 Mekanisme Kerja Obat.................................................................................................11
2.3.1 Mekanisme Kerja Obat Topikal...................................................................................11
2.3.2 Mekanisme Kerja Obat Oral.........................................................................................13
2.3.3 Metabolisme Kerja Obat..........................................................................................13
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan.......................................................................................................................16
3.2 Lampiran Gambar...................................................................................................17
Daftar Pustaka........................................................................................................................19

v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obat topikal adalah obat yang diberikan melalui kulit dan membran mukosa pada
prinsipnya menimbulkan efek lokal. Pemberian topical dilakukan dengan mengoleskannya di
suatu daerah kulit, memasang balutan lembab, merendam bagian tubuh dengan larutan, atau
menyediakan air mandi yang dicampur obat.
Selain dikemas dalam bentuk untuk diminum atau diinjeksikan, berbagai jenis obat
dikemas dalam bentuk obat luar seperti lotion, liniment, pasta dan bubuk yang biasanya
dipakai untuk pengobatan ganggaun dermatologis misalnya gatal-gatal , kulit kering, infeksi
dan lain-lain. Obat topical juga dikemas dalam bentuk obat tetes (instilasi) yang dipakai
untuk tetes mata, telinga, atau hidung serta dalam bentuk untuk irigasi baik mata, telinga,
hidung, vagina, maupun rectum. Dalam memberikan pengobatan kita sebagai perawat harus
mengingat dan memahami prinsip enam benar agar kita dapat terhindar dari kesalahan dalam
memberikan obat, namun ada baiknya kita mengetahui peran masing-masing profesi yang
terkait dengan upaya pengobatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Definisi obat topical dan oral
2. Obat topical dan obat oral serta indikasi dan kontra-indikasi obat topikal dan obat oral
3. Mekanisme kerja obat topical dan obat oral

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi obat topikal dan obat topikal
2. Untuk mengetahui topical dan obat oral serta indikasi dan kontra-indikasi
3. Untuk mengetahui mekanisme kerja obat topical dan obat oral

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Obat Topikal dan Obat Oral


Topikal adalah obat yang cara pemberiannya bersifat lokal, misalnya tetes mata, salep
mata, tetes telinga dan lain-lain. Pemberian obat pada kulit merupakan cara memberikan obat
pada kulit dengan mengoleskan bertujuan mempertahankan hidrasi, melindungi permukaan
kulit, mengurangi iritasi kulit, atau mengatasi infeksi. Pemberian obat pada telinga cara
memberikan obat pada telinga dengan tetes telinga atau salep. Obat tetes telinga ini pada
umumnya diberikan pada gangguan infeksi telinga khususnya pada telinga tengah (otitis
media), dapat berupa obat antibiotik. Pemberian obat pada mata cara memberikan obat pada
mata dengan tetes mata atau salep mata. Obat tetes mata digunakan untuk persiapan
pemeriksaan struktur internal mata dengan cara mendilatasi pupil, untuk pengukuran refraksi
lensa dengan cara melemahkan otot lensa, kemudian juga dapat digunakan untuk
menghilangkan iritasi mata.
Oral adalah obat yang cara pemberiannya bersifat sistemik, misalnya pil, kapsul dan
tablet. Dikatakan sebagai obat oral karena cara pemakainnya dengan cara dimasukkan
melalui oral atau mulut. Dalam pemakain obat oral entu saja membutuhkan bantuan air untuk
dapat mengkonsumsinya. Air juga berpengaruh besar dalam pemakaian obat. Karena dengan
air kita dapat melakukan absosorbsi dengan mudah dan aman.Akan tetapi perlu diperhatikan,
meskipun penggunaan obat oral dikatakan nyaman, ada juga obat oral yang mudah
menginfeksi organ dalam manusia. Misalnya saja pada obat oral yang mengandung garam
besi dan Salisilat. Sehingga dalam mencegah iritasi dari organ dalam terutama pada lambung,
dilakukan pengkapsulan yang efektif.

2.2 Macam Obat


2.2.1 Macam Obat Topikal
1. Cairan
Cairan adalah bahan pembawa dengan komposisi air. Jika bahan pelarutnya murni
air disebut sebagai solusio. Jika bahan pelarutnya alkohol, eter, atau kloroform disebut
tingtura. Cairan digunakan sebagai kompres dan antiseptik. Bahan aktif yang dipakai
dalam kompres biasanya bersifat astringen dan antimikroba.
Indikasi cairan :
Penggunaan kompres terutama kompres terbuka dilakukan pada:

2
a) Dermatitis eksudatif: pada dermatitis akut atau kronik yang mengalami eksaserbasi.
b) Infeksi kulit akut dengan eritema yang mencolok. Efek kompres terbuka ditujukan
untuk vasokontriksi yang berarti mengurangi eritema seperti eritema pada erisipelas.
c) Ulkus yang kotor: ditujukan untuk mengangkat pus atau krusta sehingga ulkus
menjadi bersih.
A. Tetes Mata
Obat tetes mata adalah cairan yang digunakan untuk berbagai kondisi mata,
seperti mata merah dan setelah operasi mata. Tetes mata biasanya mengandung
saline sebagai bahan dasar. Tergantung pada tujuan penggunaannya, tetes mata juga
dapat mengandung pelumas air mata buatan, atau zat anti-kemerahan, serta obat-
obatan. Obat tetes mata ada yang dapat dibeli di warung-warung, ada beberapa yang
merupakan resep dokter, dan ada beberapa yang hanya digunakan oleh spesialis mata.
B. Tetes Hidung
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (Empat): Tetes Hidung (Guttae
Nasales) atau Obat tetes hidung (OTH) adalah obat tetes yang digunakan untuk
hidung dengan cara meneteskan obat kedalam rongga hidung, dapat mengandung zat
pensuspensi, pendapar dan pengawet. Menurut British Pharmakope 2001: Tetes
hidung dan larutan spray hidung adalah larutan, suspensi atau emulsi yang digunakan
untuk disemprotkan atau diteteskan ke dalam rongga hidung Tetes Hidung (Guttae
Nasales) KOMPOSISI Umumnya Obat Tetes Hidung mengandung zat aktif
Antibiotika (ex: Kloramfenikol, neomisin Sultat, Polimiksin B Sultat) Sulfonamida
Vasokonstriktor Antiseptik/germiside (ex: Hldrogen peroksida) Anestetika lokal (ex:
Lidokain HCl) Pada dasarnya sediaan obat tetes hidung sama dengan sediaan cair
lainnya karena bentuknya larutan atau suspensi; sehingga untuk teori sediaan,
evaluasi, dll mengacu pada larutan atau suspensi.
C. Tetes Telinga
Tetes Telinga (Guttae Auriculares) adalah obat tetes yang digunakan untuk
telinga dengan cara meneteskan obat ke dalam telinga. Kecuali dinyatakan lain, tetes
telinga dibuat menggunakan cairan pembawa bukan air (FI III). Tetes Telinga (Guttae
Auriculares) adalah bentuk larutan, suspensi atau salep yang digunakan pada telinga
dengan cara diteteskan atau dimasukkan dalam jumlah kecil ke dalam saluran telinga
untuk melepaskan kotoran telinga (lilin telinga) atau untuk mengobati infeksi,
peradangan atau rasa sakit (Ansel) Tetes Telinga (Guttae Auriculares) adalah bahan
obat yang dimasukkan ke dalam saluran telinga, yang dimaksudkan untuk efek lokal,

3
dimana bahan-bahan obat tersebut dapat berupa anestetik lokal, peroksida, bahan-
bahan antibakteri dan fungisida, yang berbentuk larutan, digunakan untuk
membersihkan, menghangatkan, atau mengeringkan telinga bagian luar. Tetes Telinga
(Guttae Auriculares) adalah bentuk dari obat yang digunakan untuk mengobati dan
mencegah infeksi telinga, khususnya infeksi pada telinga bagian luar dan saluran
telinga (otitis eksterna). Komposisi Tetes Telinga (Guttae Auriculares): Pada
umumnya sediaan tetes telinga dalam bentuk larutan atau suspensi. Pembawa yang
sering digunakan antara lain: 1. Gliserin 2. Propilen glikol 3. PEG dengan BM kecil
seperti PEG 300 Pembawa yang kental ini memungkinkan kontak antara obat dengan
jaringan telinga yang lebih lama. Selain itu karena sifat higroskopisnya,
memungkinkan menarik kelembaban dari jaringan telinga sehingga mengurangi
peradangan dan membuang lembab yang tersedia untuk proses kehidupan
mikroorganisme yang ada.

2. Bedak
Merupakan sediaan topikal berbentuk padat terdiri atas talcum venetum dan
oxydum zincicum dalam komposisi yang sama. Bedak memberikan efek sangat superfi
sial karena tidak melekat erat sehingga hampir tidak mempunyai daya penetrasi. Oxydum
zincicum merupakan suatu bubuk halus berwarna putih bersifat hidrofob. Talcum venetum
merupakan suatu magnesium polisilikat murni, sangat ringan. Dua bahan ini dipakai
sebagai komponen bedak, bedak kocok dan pasta.
Indikasi bedak :
Bedak dipakai pada daerah yang luas, pada daerah lipatan.

3. Salep
Salep merupakan sediaan semisolid berbahan dasar lemak ditujukan untuk kulit
dan mukosa. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok
yaitu: dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang bisa dicuci
dengan air dan dasar salep yang larut dalam air.
A. Indikasi salep :
a) Salep dipakai untuk dermatosis yang kering dan tebal (proses kronik), termasuk
likenifi kasi, hiperkeratosis.
b) Dermatosis dengan skuama berlapis, pada ulkus yang telah bersih.
B. Kontraindikasi salep :

4
Salep tidak dipakai pada radang akut, terutama dermatosis eksudatif karena tidak
dapat melekat, juga pada daerah berambut dan lipatan karena menyebabkan
perlekatan.

4. Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Formulasi krim ada
dua, yaitu sebagai emulsi air dalam minyak (W/O), misalnya cold cream, dan minyak
dalam air (O/W), misalnya vanishing cream.
Indikasi krim :
Krim dipakai pada lesi kering dan superfi sial, lesi pada rambut, daerah intertriginosa.

5. Pasta
Pasta ialah campuran salep dan bedak sehingga komponen pasta terdiri dari bahan
untuk salep misalnya vaselin dan bahan bedak seperti talcum, oxydum zincicum. Pasta
merupakan salep padat, kaku yang tidak meleleh pada suhu tubuh dan berfungsi sebagai
lapisan pelindung pada bagian yang diolesi. Efek pasta lebih melekat dibandingkan salep,
mempunyai daya penetrasi dan daya maserasi lebih rendah dari salep.
Indikasi pasta :
Pasta digunakan untuk lesi akut dan superfi sial.

6. Bedak kocok
Bedak kocok adalah suatu campuran air yang di dalamnya ditambahkan
komponen bedak dengan bahan perekat seperti gliserin. Bedak kocok ini ditujukan agar
zat aktif dapat diaplikasikan secara luas di atas permukaan kulit dan berkontak lebih lama
dari pada bentuk sediaan bedak serta berpenetrasi kelapisan kulit.
Indikasi bedak kocok :
Bedak kocok dipakai pada lesi yang kering, luas dan superfi sial seperti miliaria.

7. Gel
Gel merupakan sediaan setengah padat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari
partikel organik dan anorganik. Gel dikelompokkan ke dalam gel fase tunggal dan fase
ganda.9 Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organic yang tersebar dalam suatu
cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul besar yang

5
terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik (misalnya
karbomer) atau dari gom alam (seperti tragakan). Karbomer membuat gel menjadi sangat
jernih dan halus.
Gel fase ganda yaitu gel yang terdiri dari jaringan partikel yang terpisah misalnya
gel alumunium hidroksida. Gel ini merupakan suatu suspensi yang terdiri dari alumunium
hidroksida yang tidak larut dan alumunium oksida hidrat. Sediaan ini berbentuk kental,
berwarna putih, yang efektif untuk menetralkan asam klorida dalam lambung. Gel segera
mencair jika berkontak dengan kulit dan membentuk satu lapisan. Absorpsi pada kulit
lebih baik daripada krim. Gel juga baik dipakai pada lesi di kulit yang berambut.
Berdasarkan sifat dan komposisinya, sediaan gel memilliki keistimewaan:
a) Mampu berpenetrasi lebih jauh dari krim.
b) Sangat baik dipakai untuk area berambut.
c) Disukai secara kosmetika.

8. Jelly
Jelly merupakan dasar sediaan yang larut dalam air, terbuat dari getah alami
seperti tragakan, pektin, alginate, borak gliserin.

9. Lotion
Lotion merupakan sediaan yang terdiri dari komponen obat tidak dapat larut
terdispersi dalam cairan dengan konsentrasi mencapai 20%. Komponen yang tidak
tergabung ini menyebabkan dalam pemakaian losion dikocok terlebih dahulu. Pemakaian
losion meninggalkan rasa dingin oleh karena evaporasi komponen air. Beberapa
keistimewaan losion, yaitu mudah diaplikasikan, tersebar rata, favorit pada anak. Contoh
lotion yang tersedia seperti losion calamin, losion steroid, losion faberi.

10. Foam aerosol


Aerosol merupakan sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat
aktif yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan. Sediaan ini digunakan
untuk pemakaian lokal pada kulit, hidung, mulut, paru. Komponen dasar aerosol adalah
wadah, propelen, konsentrat zat aktif, katup dan penyemprot. Foam aerosol merupakan
emulsi yang mengandung satu atau lebih zat aktif menggunakan propelen untuk
mengeluarkan sediaan obat dari wadah. Foam aerosol merupakan sediaan baru obat
topikal. Foam dapat berisi zat aktif dalam formulasi emulsi dan surfaktan serta pelarut.

6
Sediaan foam yang pernah dilaporkan antara lain ketokonazol foam dan betametasone
foam.
Keistimewaan foam:
a) Foam saat diaplikasikan cepat mengalami evaporasi, sehingga zat aktif tersisa cepat
berpenetrasi.
b) Sediaan foam memberikan efek iritasi yang minimal.

2.2.2 Macam Obat Oral


1. Obat Tablet
Tablet adalah sedian farmasi yang padat, berbentuk bundar dan pipih atau cembung
rangkap. Bentuk ini paling banyak beredar di Indonesia disebabkan karena bentuk
“tablet” adalah bentuk obat yang praktis dan ekonomis dalam produksi, penyimpanan dan
pemakaiannya. Pembuatan tablet ini selain diperlukan bahan obat juga diperlukan zat
tambahan, yaitu :
a) Zat pengisi untuk memperbesar volume tablet.
b) Zat pengikat dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat.
c) Zat penghancur dimaksudkan agar tablet dapat hancur dalam perut.
d) Zat pelicindimaksudkan agar tablet tidak lekat pada cetakan.
Obat tablet ini terdiri dari beberapa jenis, yaitu :
a. Tablet Biasa
Yaitu tablet yang dicetak, tidak disalut diabsorpsi disaluran cerna dan pelepasan
obatnya cepat untuk segera memberikan efek terapi. Contoh : tablet paracetamol.
b. Tablet Kompresi
Adalah tablet yang dibuat dengan sekali tekanan menjadi berbagai bentuk tablet dan
ukuran, biasanya kedalam bahan obatnya diberi tambahan sejumlah bahan pembantu.
Contohnya : Bodrexin.
c. Tablet Kompresi Ganda
Adalah tablet kompresi berlapis, dalam pembuatannya memerlukan lebih dari satu
kali tekanan. Contohnya : Decolgen.
d. Tablet Trikuat
Tablet kempa atau cetak bentuk kecil umumnya silindris dan biasanya mengandung
sejumlah kecil obat keras . Sudah jarang ditemukan.
e. Tablet Hipodemik

7
Tablet yang dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna dalam air.
Dulu untuk membuat sediaan injeksi hipodermik, sekarang diberikan secara oral.
Contoh: Atropin Sulfat
f. Tablet Sublingual
Dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati). Digunakan dengan meletakkan tablet di
bawah lidah.
Contoh: Tablet Isosorbit dinitrat, Nitroglicerin.
g. Tablet Bukal
Tablet yang digunakan dengan meletakkan di antara pipi dan gusi. Contoh:
Progesteron
h. Tablet Efervescen
Yaitu tablet berbuih dilakukan dengan cara kompresi granulasi yang mengandung
garam-garam effer adalah bahan bahan lain yang mampu melepaskan gas ketika
bercampur dengan air. Harus dikemas dalam wadah tertutup rapat atau kemasan tahan
lembab. Pada etiket tertulis “tidak untuk langsung ditelan”. Contohnya: CDR.
i. Tablet Kunyah
Tablet yamg cara penggunaannya dikunyah. Meninggalkan sisa rasa enak di rongga
mulut, mudah ditelan, tidak meninggalkan rasa pahit, atau tidak enak. biasa digunakan
untuk tablet anak atau pada beberapa multivitamin. Contohnya: Fitkom, Antasida
j. Tablet Salut Gula
Ini merupakan tablet tablet kempa yang terdiri dari penyalut gula. Tujuan penyalutan
ini adalah untuk melindungi obat dari udara dan kelembapan serta member rasa atau
untuk menghindarkan gangguan dalam pemakaiannya akibat rasa atau bau bahan
obat. Contohnya : Pahezon, Arcalion .
k. Tablet Salut Selaput
Tablet ini disalut dengan selaput yang tipis yang akan larut atau hancur di daerah
lambung usus. Contohnya : Fitogen
l. Tablet Hisap
Digunakan untuk pengobatan local disekitar mulut. Contohnya : Ester C, Biovision
Kids
m. Tablet Salut Enteric
Tablet yang disalut dengan lapisan yang tidak atau hancur dilambung tapi di usus.
contoh : Voltaren 50 mg, Enzymfort.

8
Tablet mempunyai beberapa kelebihan, meliputi :
• Lebih mudah disimpan
• Memiliki usia pakai yang lebih panjang dibanding obat bentuk lainnya
• Bentuk obatnya lebih praktis
• Konsentrasi yang bervariasi.
• Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling rendah.
• Tablet tidak mengandung alcohol
• Tablet dapat dibuat dalam berbagai dosis.
Selain itu, tablet juga memiliki beberapa kekurangan, yang meliputi :
• Warnanya cenderung memberikan bahaya.
• Disimpan diluar jangkauan anak-anak untuk menjaga kesalahan
• Orang yang sukar menelan atau meminum obat.
• Keinginan konsumen beda dengan yang kita buat/produk.
• Beberapa obat tidak dapat dikepek menjadi padat dan kompak.

2. Obat Kapsul
Kapsul menjadi salah satu sediaan farmasi yang diproduksi oleh industri maupun
apotek. Kapsul didefinisikan sebagai sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang
keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang dapat dibuat dari pati, gelatin, atau bahan
lainnya yang sesuai.
Kapsul gelatin memiliki banyak keunggulan dibanding sediaan obat lainnya.
Kapsul gelatin tidak berbau, tidak berasa dan mudah digunakan karena saat terbasahinya
oleh air liur akan segera diikuti daya bengkak dan daya larut airnya. Pengisian ke dalam
kapsul disarankan untuk obat yang memiliki rasa yang tidak enak atau bau yang tidak
enak. Kapsul yang dimpan dalam lingkungan yang kering menunjukkan dayha tahan dan
kemantapan penyimpanan yang baik dan dengan teknologi modern, pembuatannya lebih
mudah dan cepat serta ketepatan dosis lebih tinggi daripada tablet. Cara pengisian kapsul
juga tidak perlu memperhitungkan adanya perubahan sifat material asalnya dan pelepasan
zat aktifnya.
Selain gelatin, cangkang kapsul juga dapat dibuat dari pati dan tepung gandum dan
digunakan untuk mewadahi bahan obat berbentuk serbuk. Kapsul pati ini, memiliki
silinder tertutup satu muka atau mangkuk kecil (garis tengah 15-25 mm dan tinggi 10
mm). Walaupun tercantum dalam farmakope, tapi peranannya sampai saat ini tidak ada.

9
Kapsul memiliki beberapa kelebihan yang terdiri dari :
1. Cukup stabil dalam penyimpanan dan transportasi
2. Dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak
3. Tepat untuk obat yang teroksidasi dan mempunyai bau dan rasa yang tidak enak
4. Bentuk kapsul mudah ditelan dibanding bentuk tablet
5. Bentuknya lebih praktis dan menarik.
6. Bahan obat dapat cepat hancur dan larut di dalam perut sehingga dapat segera
diabsorpsi
7. Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari.
Sedangkan kekurangan kapusl terdiri dari :
1. Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang mudah menguap
2. Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang higroskopis (menyerap lembab).
3. Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang kapsul.
4. Tidak dapat diberikan untuk balita.
5. Tidak bisa dibagi-bagi.

3. Obat Kaplet
Kaplet (kapsul tablet) adalah bentuk tablet yang dibungkus dengan lapisan gula dan
biasanya diberi zat warna yang menarik. Bentuk dragee ini selain supaya bentuk tablet lebih
menarik juga untuk melindungi obat dari pengaruh kelembapan udara atau untuk
melindungi obat dari keasaman lambung. Kaplet pun merupakan sedian padat kompak
dibuat secara kempa cetak, bentuknya oval seperti kapsul.
Kelebihan kaplet:
a. Bentuk tablet lebih menarik
b. Kaplet mudah digunakan untuk pengobatan tersendiri dengan bantuan segelas air.
Kekurangan :
a. Disimpan diluar jangkauan anak-anak untuk menjaga kesalahan
b. Orang yang sukar menelan atau meminum obat.

4. Obat Cair
Merupakan sedian cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut,
biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya,cara peracikan, atau
penggunaannya,tidak dimasukan dalam golongan produk lainnya. Formula obat berbentuk
cair tidak hanya mudah ditelan tapi juga bisa diberi tambahan rasa. Kebanyakan formula

10
obat untuk anak dibuat dalam bentuk ini. Beberapa jenis suplemen (seperti vitamin E) juga
dibuat dalam bentuk cair agar lebih mudah dipakai.
Kelebihan :
1. Bentuk obat ini juga lebih mudah diserap di dalam saluran pencernaan
2. Mudah ditelan
3. Kerja obat lebih cepat
4. Penyerapan obat hampir sempurna
5. Bioavailabilitas tinggi
6. Mudah bercampur dengan cairan biologis (getah lambung saluran cerna)
7. Merupakan campuran homogen.
8. Dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan.
9. Kerja awal obat lebih cepat karena obat cepat diabsorpsi.
10. Mudah diberi pemanis, bau-bauan dan warna
11. Untuk pemakaian luar, bentuk larutan mudah digunakan.
Kekurangan :
1. Stabilitas larutan kurang dibanding sediaan padat, contoh vitamin C
2. Kurang dapat menutupi rasa obat tidak enak, contoh garam ferro
3. Merepotkan penderita, karena harus menyiapkan sendok
4. Relatif lebih mahal daripada sediaan padat

2.3 Mekanisme Kerja Obat


2.3.1 Mekanisme Kerja Topikal
1. Cairan
Pada saat diaplikasikan di permukaan kulit, efek dominan cairan akan berperan
melunakkan karena difusi cairan tersebut ke masa asing yang terdapat di atas permukaan
kulit; sebagian kecil akan mengalami evaporasi. Dibandingkan dengan solusio, penetrasi
tingtura jauh lebih kuat. Namun sediaan tingtura telah jarang dipakai karena efeknya
mengiritasi kulit. Bentuk sediaan yang pernah ada antara lain tingtura iodi dan tingtura
spiritosa.
2. Bedak
Oxydum zincicum sebagai komponen bedak bekerja menyerap air, sehingga
memberi efek mendinginkan. Komponen talcum mempunyai daya lekat dan daya slip
yang cukup besar. Bedak tidak dapat berpenetrasi ke lapisan kulit karena komposisinya

11
yang terdiri dari partikel padat, sehingga digunakan sebagai penutup permukaan kulit,
mencegah dan mengurangi pergeseran pada daerah intertriginosa.
3. Salep
Salep dengan bahan dasar hidrokarbon seperti vaselin, berada lama di atas
permukaan kulit dan kemudian berpenetrasi. Oleh karena itu salep berbahan dasar
hidrokarbon digunakan sebagai penutup. Salep berbahan dasar salep serap (salep absorpsi)
kerjanya terutama untuk mempercepat penetrasi karen Dasar salep yang dapat dicuci
dengan air dan dasar salep larut dalam air mampu berpenetrasi jauh ke hipodermis
sehingga banyak dipakai pada kondisi yang memerlukan penetrasi yang dalam.

4. Krim
Penetrasi krim jenis W/O jauh lebih kuat dibandingkan dengan O/W karena
komponen minyak menjadikan bentuk sediaan bertahan lama di atas permukaan kulit dan
mampu menembus lapisan kulit lebih jauh. Namun krim W/O kurang disukai secara
kosmetik karena komponen minyak yang lama tertinggal di atas permukaan kulit. Krim
O/W memiliki daya pendingin lebih baik dari krim W/O, sementara daya emolien W/O
lebih besar dari O/W.
5. Pasta
Sediaan berbentuk pasta berpenetrasi ke lapisan kulit. Bentuk sediaan ini lebih
dominan sebagai pelindung karena sifatnya yang tidak meleleh pada suhu tubuh. Pasta
berlemak saat diaplikasikan di atas lesi mampu menyerap lesi yang basah seperti serum.
6. Bedak kocok
Mekanisme kerja bedak kocok ini lebih utama pada permukaan kulit. Penambahan
komponen cairan dan gliserin bertujuan agar komponen bedak melekat lama di atas
permukaan kulit dan efek zat aktif dapat maksimal.
7. Pasta pendingin
Sedikit berbeda dengan pasta, penambahan komponen cairan membuat sediaan ini
lebiha komponen airnya yang besar. mudah berpenetrasi ke dalam lapisan kulit, namun
bentuknya yang lengket menjadikan sediaan ini tidak nyaman digunakan dan telah jarang
dipakai.
8. Gel
Penetrasi gel mampu menembus lapisan hipodermis sehingga banyak digunakan
padakondisi yang memerlukan penetrasi seperti sediaan gel analgetik. Rute difusi jalur
transfolikuler gel juga baik, disebabkan kemampuan gel membentuk lapisan absorpsi.

12
2.3.2 Mekanisme Kerja Oral
1. Tablet
Obat tablet akan mengalami 3 proses yaitu:
a. Disintegrasi yaitu proses pemecahan tablet atau pil menjadi partikel- partikel yang
lebih kecil
b. Disolusi yaitu proses melarutnya partikel- partikel kecil dalam cairan gastrointestinal
untuk di absorpsi
c. Absorbsi adalah pegerakan partikel- partikel obat dari saluran gastro intestinal ke
dalam cairan tubuh
2. Kapsul
Bahan obat ini dapat cepat hancur dan larut didalam perut sehingga dapat segera di
absorpsi.
3. Kaplet
Kaplet sendiri proses absorbsinya sama dengan obat yang berbentuk tablet, yaitu
mengalami 3 proses yaitu:
a. Disintegrasi yaitu proses pemecahan tablet atau pil menjadi partikel- partikel yang
lebih kecil
b. Disolusi yaitu proses melarutnya partikel- partikel kecil dalam cairan gastrointestinal
untuk di absorpsi
c. absorbsi adalah pegerakan partikel- partikel obat dari saluran gastro intestinal ke dalam
cairan tubuh
4. Cair
Bentuk obat ini juga lebih mudah diserap didalam saluran pencernaan atau lebih mudah
diabsorbsi karena obat dalam bentuk cair tidak mengalami proses pemecahan terlebih
dahulu.

5. Metabolisme Kerja Obat


Para ahli telah memberikan nama untuk empat tahap dasar perjalanan obat dalam
tubuh: penyerapan/absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Seluruh proses ini
disingkat ADME. Ahli farmasi lainnya juga membagi kedalam 4 fase yakni farmasetika
(pra-formulasi dan formulasi obat), biofarmasetika (ketika obat masuk dalam tubuh hingga
obat terlepas dari pembawanya hingga akan diabsorbsi), farmakokinetika (Obat diabsorbsi

13
ke dalam darah, yang akan segera didistribusikan melalui tiap-tiap jaringan dalam tubuh),
farmakodinamika (interaksi obat-reseptor obat, fase metabolisme dan eksresi obat).
a. Absorbsi
Tahap pertama adalah penyerapan. Obat-obatan bisa masuk ke dalam tubuh
dalam berbagai cara, dan mereka diserap ketika mereka melakukan perjalanan dari
berbagai rute pemberian/administrasi ke dalam sirkulasi tubuh.
Beberapa cara yang paling umums seperti melalui mulut/oral (menelan tablet
aspirin), intramuskular (mendapatkan vaksinasi flu dalam otot lengan), subkutan
(suntik insulin tepat di bawah kulit), intravena (menerima kemoterapi melalui
pembuluh darah), atau transdermal (memakai patch kulit).
Obat menghadapi rintangan terbesarnya selama penyerapan. Ketika obat
diminum, maka akan diantarkan melalui saluran pencernaan dan diabsorbsi melalui
pembuluh darah khusus menuju ke hati, di mana sejumlah besar obat dapat dihancurkan
oleh enzim metabolik pada apa yang disebut “lintas pertama obat/first fast effect.” Rute
lain dari pemberian obat yang melewati hati dengan memasuki aliran darah secara
langsung atau melalui kulit atau paru-paru.
b. Distribusi
Setelah obat diserap, tahap berikutnya adalah distribusi. Pada umumnya aliran
darah akan membawa obat-obatan ke seluruh tubuh. Selama langkah ini, efek samping
dapat terjadi ketika obat memiliki efek dalam organ selain organ target. Untuk pereda
nyeri, organ sasaran mungkin otot sakit di kaki; iritasi lambung bisa menjadi efek
samping. Banyak faktor yang mempengaruhi distribusi, seperti kehadiran molekul
protein dan lemak dalam darah yang dapat menempatkan molekul obat terikat untuk
membawa ketempat yang dituju.
Obat yang ditargetkan menuju sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang
belakang) akan menghadapi rintangan besar yakni barikade yang hampir tak tertembus
disebut penghalang darah-otak/blood brain barrier. Blokade ini dibangun khusus
berbentuk kapiler berlapis yang bersama-sama untuk melindungi otak dari zat-zat yang
berbahaya seperti racun atau virus. Namun ahli farmasi telah merancang berbagai cara
untuk menyelinap beberapa obat melewati penghalang ini.
c. Metabolisme
Setelah obat telah didistribusikan ke seluruh tubuh dan telah melakukan
tugasnya, obat akan pecah, atau dimetabolisme. Penguraian dari molekul obat biasanya

14
melibatkan dua langkah yang terjadi sebagian besar di pabrik pengolahan kimia tubuh,
yakni hati.
Hati adalah organ penting yang bekerja terus menerus. Semua yang memasuki
aliran darah baik itu melalui jalur oral, injeksi, inhalasi, kulit atau yang diproduksi oleh
tubuh secara alami akan dimetabolisme di hati.
Proses biotransformasi yang terjadi di hati dilakukan oleh protein dan enzim.
Setiap satu sel manusia memiliki berbagai enzim, yang diambil dari ratusan ribu
repertoar. Masing-masing enzim mengkhususkan diri dalam pekerjaan tertentu.
Beberapa mampu memecah molekul obat, sementara yang lain menghubungkan
molekul kecil menjadi rantai panjang. Reaksi dengan obat membuat suatu substansi
yang lebih mudah untuk dibuang melalui urin. Tidak heran minum obat tertentu maka
warna urin akan berubah.
d. Eksresi
Banyak produk dari hasil pemecahan enzimatik yang biasa disebut metabolit,
biasanya merupakan senyawa yang kurang aktif dari molekul asli obatnya. Untuk
alasan ini, para ilmuwan menyebut hati sebagai organ “detoksifikasi”.
Kadang-kadang metabolit obat yang dihasilkan dapat memiliki kegiatan kimia
mereka sendiri, bahkan memiliki kekuatan serupa dari obat aslinya. Ketika meresepkan
obat-obatan tertentu, dokter harus memperhitungkan efek samping ini.
Setelah enzim hati menyelesaikan pekerjaannya dalam membuat metabolit obat,
selanjutnya akan mengalami tahap akhir waktu dalam tubuh, yakni ekskresi dimana
akan keluar melalui urine atau feses, terkadang melalui keringat.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Obat Topikal adalah obat yang cara penggunaanya dengan cara diaplikan
dipermukaan kulit. Sehingga bersifat lokal atau pada daerah yang diaplikasikan oleh obat
tersebut. Sedangkan obat oral adalah obat yang pengunaanya dengan cara dimasukkan
melalui oral atau mulut, sehingga bersifat simpatik. Simaptik adalah yang menyebar
keseluruh tubuh. Obat topikal terdiri dari obat yang berbentuk cairan, bedak, salep, krim,
pasta, bedak kocok, gel, jelly, lotion dan foam aerosol. Sedangkan bentuk dari obat oral
adalah tablet, kapsul, kaplet dan obat cair. Semuanya mempunyai cara kerja masing-masing.

16
3.2 Lampiran Gambar
3.2.1 Obat Topikal
1. Cairan (Tetes Mata) 5. Krim

2. Bedak 6. Pasta

7. Bedak Kocok

3. Salep

4. Gel

17
3.2.2 Obat Oral
1. Tablet

2. Kapsul

3. Kaplet

4. Cair

18
DAFTAR PUSTAKA
Prharjo Robert. Tekhnik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat. 1995, EGC:Jakarta
Hidayat, A Aziz alimul. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. 2006. Salemba Medika:2006
Stevens,dkk. Ilmu Keperawatan Jilid 2 Edisi 2. 1999, EGC:Jakarta
Kec, Joyce L. Farmakologi:Pendekatan Proses Keperawatan. 1996, EGC:Jakarta

19

Anda mungkin juga menyukai