Puji syukur atas kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Makalah ini merupakan hasil diskusi tutorial 1 pada blok 6 ini. Penyusun telah
berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan yang terbaik melalui makalah ini.
Namun, sebagai manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, tentu masih banyak
kesalahan yang terdapat dalam makalah ini dan jauh dari kata kesempurnaan.
Untuk itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran dari staf pengajar,
teman-teman, dan siapapun yang membaca laporan ini.
Akhir kata, kami mengharapkan laporan ini dapat bermanfaat dan digunakan
sebagaimana mestinya.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
1. Epidemiologi ............................................................................................ 7
1.1.Definisi ............................................................................................... 7
1.2.Ruang lingkup .................................................................................... 7
1.3.Jenis Studi .......................................................................................... 10
1.4.Design Studi ....................................................................................... 13
1.5.Faktor penyebab (determinasi) .......................................................... 17
2. Screening.................................................................................................. 21
2.1.Definisi ............................................................................................... 21
2.2.Prinsip ................................................................................................ 22
2.3.Validitas ............................................................................................. 22
2.4.Reliabilitas ......................................................................................... 26
3. Pengukuran Jenis Penyakit ...................................................................... 28
3.1.Definisi ............................................................................................... 28
3.2.Jenis Pengukuran ............................................................................... 28
3.3.Prevalensi ........................................................................................... 30
3.4.Insidensi ............................................................................................. 32
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
kesehatan yang terjadi pada masyarakat atau sekelompok manusia
mengenai frekuensi, distribusi masalah dan faktor - faktor yang
mempengaruhinya. (Nasrul,1998)
Epidemiologi berguna untuk mengkaji dan menjelaskan dampak dari
tindakan pengendalian kesehatan masyarakat, program pencegahan,
intervensi klinis dan pelayanan kesehatan terhadap penyakit atau mengkaji
dan menjelaskan faktor lain yang berdampak pada status kesehatan
penduduk. Epidemiologi penyakit juga daapt menyertakan deskripsi
keberadaannya di dalam populasi dan faktor – faktor yang mengendalikan
ada atau tidaknya penyakit tersebut.
4
16. Apa yang dimaksud dalam tingkat prevalensi ?
1.3 Tujuan
5
19. Mengetahui yang dimaksud dalam tingkat insidensi ?
6
BAB II
PEMBAHASAN
I. Epidemiologi
1.1 Definisi
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi
penyakit dan determinasinya pada manusia (MacMahon & Pugh, 1970).
Distribusi penyakit dapat dideskripsikan menurut factor orang (usia, jenis
kelamin, ras), tempat (penyebaran geografis), dan waktu. Sedangkan
pengkajian determinan penyakit mencakup penjelasan pola distribusi
penyakit tersebut menurut factor factor penyebab.
Epidemiologi merupakan salah satu metoda penelitian , yang salah satu
cirinya adalah direncanakannya dan dilaksanakan oleh manusia yang
mempunyai sifat ingin tahu (Fox et al,.1970). Epidemiologi adalah studi
tentang distribusi dan faktor faktor yang menentukan keadaan yang
berhubungan dengan kesehatan atau kejadian kejadian pada kelompok
penduduk tertentu.1
Epidemiologi berasal dari kata ‘epi’ (atas), ‘demos’ (rakyat:
penduduk), dan ‘logos’ (ilmu), sehingga epidemiologi dapat diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari tentang hal hal yang terjadi atau menimpa
penduduk. Epidemiologi tidak terbatas hanya mempelajari tentang epidemi
(wabah).
Epidemiologi didefinisikan sebagai ilmu yang memepelajari sifat,
penyebab, pengendalian, dan faktor-faktor yang mempengaruhi
frekuensidan distribusi penyakit, kecacatan, dan kematian pada populasi
manusia. Ilmu ini meliputi pemberian ciri pada distribusi satus kesehatan,
penyakit, atau masalah kesehatan masyarakat lainnya berdasarkan jenis
kelamin, usia, gas, geografi, agama, pendidikan, pekerjaan, perilaku,
tempat, dan sebagainya.
Robert H. Fletcher ( 1991 ) mendefinisikan epidemiologi adalah disiplin
riset yang membahas tentang distribusi dan determinan penyakit dalam
populasi. Sedangkan Abdel R. Omran (1974) mendefinisikan epidemiologi
sebagai suatu ilmu mengenai terjadinya dan distribusi keadaan kesehatan,
7
penyakit dan perubahan pada penduduk, begitu juga determinannya serta
akibat –akibat yang terjadi pada kelompok penduduk.
1.2 Ruang lingkup1
Ruang lingkup kajian epidemiologi mencakup :
a. Penyakit menular wabah
b. Penyakit menular bukan wabah
c. Penyakit tidak menular
d. Masalah kesehatan lainnya
Secara praktis ruang lingkup epidemiologi lapangan dan komunitas dapat
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu studi mengenai fenomena dan studi
mengenai penduduk, sedangkan ruang lingkup epidemiologi klinik yang
mempelajari mengenai peristiwa klinik serta kaitannya dengan riwayat
alamiah penyakit.
8
Ruang lingkup epidemiologi yang dipopulerkan sebagai 6E, yaitu
1. Etiologi:
Etiologi adalah mengidentifikasi penyebab penyakit dan masalah
kesehatan. Biasanya berkaitan dengan tenaga kesehatan, pelayanan
kesehatan dan kesehatan lingkungan.
Contoh : Tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian
bayi (AKB) di suatu wilayah kerja puskesmas. Maka dapat dicari
penyebabnya, misalnya penolongan kelahiran oleh dukun yang tidak
terlatih (non nakes).2
2. Efikasi :
Efek (daya optimal) dari suatu intervensi kesehatan. Intervensi
kesehatan adalah suatu tindakan (campur tangan) dengan
mengharapkan terjadinya kondisi yang lebih baik dibandingkan
sebelum ada tindakan.2
Contoh : pemberian makanan tambahan pada bayi.
3. Efektivitas :
Besarnya hasil dari suatu tindakan pengetahuan/intervensi dan
besarnya perbedaan antara sebelum dan sesudah tindakan. Yang
dimaksudkan perbedaan disini antara lain berbedaan pengetahuan.
Contoh ruang lingkup efektifitas : seorang dokter gigi menemui
sekelompok warga, sebut saja kelompok melati. Kemudian ia
menanyakan kepada kelompok tersebut: ”apakah kalian mengetahui
masalah karies”? ternyata yang menjawab tidak tahu lebih banyak dari
pada yang tahu, kemudian dokter gigi ini melakukan penyuluhan
tentang penyakit periodontitis( termasuk karies). Beberapa hari
kemudian dokter gigi tersebut kembali untuk menanyakan hal yang
sama kepada kelompok melati, dan yang menjawab tahu lebih banyak
dari pada yang tidak tahu. Kesimpulannya bahea dokter gigi tersebut
berhasil meningkatkan pengetahuan kelompok melati.2
4. Efisiensi
Ruang linkup mengacu pada konsep ekonomi, yaitu pengaruh/hasil
yang diperoleh berdasarkan besarnya biaya.
9
Contoh: bila seorang bidan harus melakukan penyuluhan tentang
anemia dan pencegahannya kepada ibu ibu se wilayah kelurahan.
Maka bidan tersebut, tidak melakukan kunjungan dari rumah ke rumah
ibu ibu tersebut melainkan ibu ibu yang menjadi sasaran penyuluhan
dikumpulkan di suatu tempat kemudian dilakukan penyuluhan.2
5. Evaluasi
Yaitu suatu penilaian secara menyeluruh suatu keberhasilan dalam
program ataupun pengobatan.
Contoh: evaluasi dan penilaian suatu keberhasilan dapat dilakukan
dengan membandingkan sebelum dan sesudah pelaksanaan program
atau pengobatan. Jika suatu penyuluhan dapat dilakukan uji petik
sebelum dan sesudah penyuluhan.2
6. Edukasi
Evaluasi merupakan intervensi berupa peningkatan pengetahuan
tentang kesehatan masyarakat sebagai bagian dari pencegahan
penyakit.
Contoh: dilakukan pelatihan dan keterampilan bagaimana caranya
melakukan pertolongan pertama pada kasus diare.2
10
bertujuan untuk menggambarkan distrbusi suatu masalah
kesehatan melalui variable-variabel penelitian.3
Variable waktu: jam,hari,minggu,bulan, tahun
Variable tempat: desa , kecamatan,kota,Negara
Variable orang: jenis kelamin, umur, ras, status
perkawinan dan lain-lain
Studi deskripsi yang sederhana tentang status kesehatan dari
sebuah komunitas didasarkan pada data yang tersedia secara
rutin atau pada data yang diperoleh melalui
survey-survei.Penelitian –penelitian deskriptif tidak berupaya
untuk menganalisis hubungan antara paparan dengan akibat
yang ditimbulkannya.4
1.
Memberikan masukan tentang pengalokasian sumber
daya dalam rangka perencanaan yang efisien kepada
para perencana kesehatan , administrator kesehatan,
dan pemberi pelayanan kesehatan tentang penyebaran
dan kecenderungan penyakit di suatu populasi
tertentu.
2.
Petunjuk awal untuk merumuskan hipotesis bahwa
suatu variable adalah factor risiko suatu penyakit
3.
Memberikan pengetahuan mengenai riwayat alamiah
penyakit.
Kategori penelitian deskriptif yaitu studi deskriptif individu
dan studi deskriptif populasi.3
11
terpapar (E- ) factor penelitian, memprediksi kejadian penyakit
dan memberikan saran strategi intervasi yang efektif dalam
pengendalian penyakit.3
Prinsip penelitian analitik adalah membandingkan risiko
penyakit antara dua atau lebih kelompok dengan menggunakan
desain studi.Penelitian epidemiologi analitik membandingkan
kelompok-kelompok untuk menentukan adanya peran dari
berbagai factor risiko (paparan) dalam meyebabkan sebuah
penyakit atau masalah kesehatan. Desain studi pada penelitian
analitik terdiri dari Cross sectional, Case control,Cohor.t3
12
penderita penyakit sebagai subjek penelitian. Uji coba lapangan (
field trials) dan uji coba komunitas ( community trials) adalah
rancangan-rancangan eksperimental lain yang melibatkan
partisipan atau peserta orang-orang sehat dan
komunitas-komunitas.4
13
dengan cara mengukur karakteristik dari keseluruhan
populasi.
Tujuan : mendeskripsikan hubungan korelasi antara
penyakit dengan factor-faktor yang diminati dalam
penilitan. Misalnya umur, bulan, penggunaan pelayanan
kesehatan, konsumsi jenis makanan dan obat-obatan.
Kekuatan : rancangan ini tepat untuk penelitian awal
hubungan factor paparan dan penyakit sebab mudah dan
murah
Kelemahan : bukan merupakan rancangan yang kuat
untuk menganalisis hubungan sebab akibat karena : (1)
tidak mampu menjembatani kesenjangan status paparan
dan status penyakit pada tingkat individu (b)
ketidakmampuan mengontrol pengaruh factor perancu
potensial.
14
penelitian cross sectional dapat dipergunakan untuk
memperkirakan adanya hubungan sebab akibat dan
menghasilkan hipotesis spesifik hingga dikatakan
bahwa penelitian cross sectional merupakan
penelitian peralihan antara studi deskriptif dan
analisis.
Tujuannya adalah memperoleh gambaran penyakit
dan determinan populasi sasaran
Keuntungannya adalah cara yang cepat, murah,
dapat digunakan untuk memperkirakan adanya
hubungan sebab-akibat, dapat menghasilkan
hipotesis spesifik untuk penelitian analisis, dan
dapat mengetahui prevalensi penyakit tertentu dan
masalah kesehatan
Kerugiannya adalah tidak dapat digunakan untuk
memantau perubahan yang terjadi dengan
berjalannya waktu dan informasi yang diperoleh
tidak mendalam sehingga sering kali masalah
kesehatan yang dicari tidak diperoleh.
b) Case Control
Case control adalah rancangan penelitian epidemiologi
yang mempelajari hubungan paparan dengan penyakit
dengan cara melihat penyakitnya dahulu baru cari
paparannya.
Ada dua kelompok yaitu kelompok kasus dan kelompok
control.
Kelompok kasus atau kelompok penderita adalah
kelompok individu yang menderita penyakit yang akan
diteliti atau ikut dalam proses penelitian sebagau subjek
studi.
Kelompok control adalah kelompok individu yang
sehata atau tidak menderita penyakit yang akan diteliti,
tetapi mempunyai peluang yang sama dengan kelompok
kasus untuk terpajan oleh factor risiko yang diduga
15
sebagai penyebab timbulnya penyakit dan bersedia
menjadi subjek studi.
Keuntungannya adalah sangat sesuai dengan penyakit
yang jarang terjadi atau penyakit dengan fase laten yang
panjang atau penyakit yang sebelumnya tidak ada,
cepat, membutuhkan sampel yang kecil, biaya
penelitian lebih kecil, tidak dipengaruhi factor etis.
Kerugiannya adalah dapat terjadinya kesalahan
pemilihan kasus, kesalahan dalam pemilihan control,
informasi dari paparan diperoleh dengan mengingat
kembali masa lalu, validasi terhadap data tidak dapat
dilakukan, pengendalian terhadap factor penyerta sulit
dilakukan dengan lengkap, perhitungan risiko relative
hanya merupakan perkiraan, tidak dapat dilakukan
untuk penelitian evaluasi hasil pengobatan.
c) Cohort Studi
Cohort study adalah hubungan antara paparan dan
penyakit dengan cara membanding-bandingkan
kelompok terpapar dan tidak terpapar berdasrkan
status penyakit
Penelitian ini juga salah satu penelitian yang bersifat
longitudinal dengan mengikuti proses perjalanan
penyakit ke depan berdasarkan urutan waktu.
proses perjalanan penelitian kohort :
pada awal penelitian, kelompok terpajan
maupun kelompok tidak terpajan belum
menampakkan gejala penyakit yang diteliti
kedua kelompok diikuti ke depan berdasarkan
sekuens waktu (prospektif)
dilakukan pengamatan untuk mencari insidensi
penyakit (efek) pada kedua kelompok
insidensi penyakit pada keuda kelompok
dibandingkan menggunakan perhitungan
16
statistic untuk menguji hipotesis tentang
hubungan sebab-akibat antara pajanan dan
insidensi penyakit.
17
4. Parasite
5. Protozoa
6. Metazoan
Agen berupa unsur mati :
1. Fisika : sinar radioaktif
2. Kimia : Karbon monoksida, obat-obatan, pertisida, hg,
cadmium, Arsen
3. Fisik : benturan atau tekanan
Unsur pokok kehidupan :
1. Air
2. Udara
Keadaan fisiologis: kehamilan dan persalinan
Kebiasaan hidup : merokok, alkohol, narkotika, dan
lain-lain
Perubahan hormonal : diabetes mrlitus, hipertiroid, dan
lain-lain
Kelainan genetika : down syndrome
18
4. Keadaan fisiologi. Kehamilan dan persalinan memudahkan
terjadinya berbagai penyakit, seperti keracunan kehamilan,
anemia, dan psikosis pascapartum.
5. Kekebalan. Orang-oran yang tidak mempunyai kekebalan
terhadap suatu penyakit akan mudah terserang penyakit
tersebut.
6. Penyakit yang diderita sebelumnya. Misalnya,
rheumatoid artritis, yang mudah kambuh
7. Sifat-sifat manusia. Hygiene perorangan yang jelek akan
mudah terserang penyakitinfeksi. Misalnya balanitis,
kersinoma penis bagi orang yang tidak sirsumsisi.
19
c. Lingkungan social ekonomi5
Yang termasuk dalam faktor sosial ekonomi adalah
pekerjaan, urbanisasi, perkembangan ekonomi, dan becana
alam
Pekerjaan. Pekerjaan yang berhubungan dengan zat
kimia seperti pestisida atau zat fisika seperti zat
radioaktif atau zat yang bersifat karsinogen seperti
asbes akan memudahkan terkena penyakit akibat
pemaparan terhadap zat-zat tersebut.
Urbanisasi. Urbanisasi dapat menimbulkan
berbagai masalah social seperti kepadatan penduduk
dan timbulnya daerah kumuh, perumahan,
pendidikan, dan sampah, dan tinja yang akan
mencemari air minum dan lingkungan. Lingkungan
demikian merupakan penunjang terjadinya berbagai
penyakit infeksi.
Perkembangan ekonomi. Peningkatan ekonomi
rakyat akan mengubah pola konsumsi yang
cenderung memakan makanan yang mengandung
banyak kolesterol, keadaan ini memudahkan
timbulnya penyakit hipertensi dan penyakit jantung
sebagai akibat kadar kolesterol darah yang
meningkat. Sebaliknya, bila tingkat ekonomi rendah
akan timbul masalah perumahan yang tidak sehat,
kurang gizi, dan lain-lain yang memudahlan
timbulnya penyakit infeksi.Bencana alam.
Terjadinya bencana alam akan mengubah sistem
ekologi yang tidak dapat diramalkan sebekumnya.
Misalnya, gempa bumi, banjir, meletusnya gunung
berapi, dan perang yang akan menyebabkan
kehidupan penduduk yang terkena bencana menjadi
todak teratur. Keadaan ini memudahkan timbulnya
berbagai macam penyakitinfeksi.
20
Selain faktor-faktor diatas, sifat-sifat mikroorganusme sebagai
agen penyebab penyakit juga merupakan faktor penting dalam
proses timbulnya penyakit infeksi. Sifat-sifat mikroorganisme
tersebut anara lain
1. Pathogenesis
2. Virulensi
3. Tropisme
4. Serangan terhadap pejamu
5. Kecepatan berkembang biak
6. Kemampuan menembus jaringan
7. Kemampuan memproduksi toksin
8. Kemampuan menimbulkan kekebalan5
II. Screening
2.1 Definisi
2.2 Prinsip-Prinsip
1. Penyakit atau masalah kesehatan merupakan masalah yang serius,dan
merupakan masalah kesehatan masyarakat.
2. Pengobatan yang diterima harus tersedia untuk individu penyakit yang
terungkap pada ssat screening dilakukan.
3. Harus tersedia fasilitas dan pelayan perawatan kesehatan untuk diagnosis
dan pengobatan lanjut penyakit yang ditemukan
4. Penyaki harus memiliki perjalana ynag harus dipelajari dengakeadan awal
dan lanjutanyang dapat diidentifikasi.
5. Harus tersedia test atau uji pemeriksaab tepat dan efektif untuk penyaki.
6. Test dan proses uji harus dapat diterima oleh masyarakat umum
21
7. Riwayat alami penyakit atau kondisi harus cukup dipahami termasuk fase
regular dan perjalanan peyakit, denga periode awal yang dapat
diidentifikasi melalui uji
8. Kebiajakan, prosedur, dan tingkatan uji harus ditentutukan untuk
menentukan siapa yang harus dirujuk untuk pemeriksaan dan tindakan
lebih lanjut.
9. proses harus cukup sederhana sehiingga sebagianbesar kelompok mau
berpatisipasi.
10. Kebijakan iterfensi atau pengobatan yang akan dilakukan setelah
dilakukan screening harus jelas.
11. Screening jangan dijadikan kegiatan yang sesekali saja, tetapi harus
dilakukan dengan proses yang teratur dan barkelanjutan.
2.3 Validitas
2.3.1 Definisi
Sebuah uji dikatakan valid apabila uji itu memberikan kategori - kategori bagi
orang - orang tersebut ke dalam kelompok - kelompok yang terkena penyakit dan
tidak terkena penyakit secara benar, yang diukur dengan menggunakan sensitivitas
dan spesifisitas.6
Likelihood ratio positif adalah probabilitas suatu hasil tes positif pada
penderita sakit.
22
Likelihood ratio negatif adalah probabilitas suatu hasil tes negatif pada
orang yang tidak sakit.
Alat ukur yang valid memiliki tingkat kesalahan yang kecil sehingga
angka yang yang dihasilkan dapat dipercaya sebagai angka yang
sebenarnya atau angka yang mendekati keadaan yang sebenranya.7
23
A. Logical Validity/ face validity
B. Contenta Validity
C. Criterian Validity
1. Concurrent validity
2. Predictive validity
D. Construct Validity
Ditinjau dari metode penelitiannya, validitas dibagi menjadi 2 macam yaitu :8,9
24
A. Validitas Internal8,9
Validitas eksternal dapat berupa hasil ukur tes baku atau tes yang
dianggap baku dapat pula berupa hasil ukur lain yang sudah tersedia dan dapat
dipercaya sebagai ukuran dari suatu konsep atau variabel yang hendak diukur.
Validitas eksternal diperlihatkan oleh suatu besaran yang merupakan hasil
perhitungan statistika. Jika kita menggunakan basil ukur tes yang sudah baku
sebagai kriteria eksternal, maka besaran validitas eksternal dari tes yang kita
kembangkan didapat dengan jalan mengkorelasikan skor hasil ukur tes yang
dikembangkan dengan skor hasil ukur tes baku yang dijadikan kriteria. Makin
tinggi koefisien korelasi yang didapat, maka validitas tes yang dikembangkan
juga makin baik.Kriteria yang digunakan untuk menguji validitas eksternal
digunakan nilai r-tabel. Jika koefisien korelasi antara skor hasil ukur tes yang
dikembangkan dengan skor hasil ukur tes baku lebih besar daripada r-tabel
maka tes yang dikembangkan adalah valid berdasarkan kriteria eksternal yang
dipilih (hasil ukur instrumen baku). Jadi keputusan uji validitas dalam hal ini
adalah mengenai valid atau tidaknya tes sebagai suatu kesatuan, bukan valid
atau tidaknya butir tes seperti pada validitas internal.
25
2.4 Reliabilitas
2.4.1 Definisi3
Reliabilitas adalah suatu kemampuan tes untuk mmenghasilkan nilai yang
konsisten bila tes dilakukan lebih dari satu kali, pada individu dengan kondisi
yang sama.
Reliabilitas dipengaruhi oleh variasi observasi dan variasi
metode-instrumen. Indikator reliabilitas antara lain adalah KAPPA/Koefisien
Kesepakatan Coheren, yang dihitung dengan menggunakan tabel 2x2 apabila
skala pengukuran dikotomi. Akan tetapi bisa juga dengan tabel polikotomi r x c
(baris dan kolom lebih dari dua kategori).
Koefisien KAPPA adalah suatu koefisien asosiasi dari data kategori (mpy
skala berjenjang) yang dikembangkan oleh COHEN bertujuan untuk mengukur
kesepakatan antara 2 pengamatan.3
(a + b)(a + c) + (c + d)(b + d)
Kesepakatan diharapkan (Kh) =
(a + b + c + d)2
(a + d)
Kesepakatan terobservasi (Ko) =
(a + b + c + d)
Nilai kesepakatan :
Baik apabila : Koef KAPPA (K) > 0,75
Sedang apabila : 0,4 ≤ K ≤ 0,75
Buruk apabila : 0 ≤ K ≤ 0,4
26
Gambar tabel 2x2 adalah sebagai berikut:3
Pengamat I
Pengamat II Jumlah
+ -
+
a b a+b
- c d c+d
Sebuah uji dikatakan reliabel bila uji itu memberikan hasil-hasil yang
konsisten.
27
III. Pengukuran Kejadian Penyakit
3.1 Definisi
1. Rate
a) Definisi Rate 4
Rate adalah ukuran suatu kejadian, kondisi, cedera, ketidakmampuan
atau kematian pada suatu unit dalam populasi dan dengan suatu
periode waktu tertentu.
Dalam pengertian rate adalah 2 hal yang harus diperhatikan yaitu :
Angka pada pembilang maupun penyebut dalam rate harus
dalam populasi dan periode waktu yang sama, maka rumusnya
adalah :
28
Adjusted rata atau angka yang disesuaikan yang menggunakan
perhitungan untuk mendapatkan perbandingan dalam dan
diantara populasi yang memiliki karakteristik atau sifat yang
mungkin tidak sama atau mempengaruhi cidera penyakit,
ketidakmampuan dan kematian.
Spesific rate atau angka yang spesifik yaitu memberikan info
rinci dalam bentuk rate menurut usia, agam, ras, jenis kelamin,
dll. Penyebutnya adalah populasi atau sub kelompok spesifik
untuk area geografis tertentu dan periode tertentu.
2. Rasio4
a. Definisi
Rasio adalah perbandingan antara kuantitas pembilang ( numerator) dan
kuantitas penyebut ( denominator). Keduanya tidak harus memiliki sifat
atau ciri yang sama. Nilai rasio jarang digunakan kecuali pada beberapa
hal khusus seperti ratio jenis kelamin dan nilai BOR.
b. Contoh
Rumus dari rasio = x: y
Misal : rasio jenis kelamin laki-laki dan peremopuan dikelas a semester
IV adalah 1:2.
Ratio juga bisa dialikan dengan 100, misalnya untuk menghitung bed
occupation ratio ( BOR) dengan rumus :
29
3.3 Prevalensi
3.3.1 Definisi
Ada dua macam prevalence yaitu Point Prevalence dan Periode Prevalence.
a. Point Prevalence
- Mengukur jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit pada suatu titik
waktu tertentu dibandingkan jumlah penduduk yang mungkin terkena
penyakit ( population at risk) pada saat yang sama.
- Dinyatakan dalam bentuk persen atau permil.
- Point Prevalence rate sering disebut Prevalence rate.
- Point Prevalence rate sering dimanfaatkan untuk mengetahui mutu layanan
kesehatan. Karena jika mutu pelayanan kesehatan suatu penyakit baik
maka diharapkan prevalence rate penyakit tersebut akan rendah.
Cara menghitung point prevalence rate : jumlah mereka yang masih sakit
pada waktu ttt. Nilai ini untuk mengetahui besarnya insidensi serta lamanya
masih sakit.
→ bila data dikumpulkan pada titik waktu ttt = point prevalence rate ( Point
PR)
Keterangan:
30
10
Point PR =100 𝑥 100%
= 10%
b. Periode Prevalence
- Mengukur proposi penduduk yang menderita suatu penyakit lama dan baru
selama periode waktu tertentu dibandingkan jumlah penduduk yang
mungkin terkena penyakit (population at risk) pada pertengahan jangka
waktu tertentu.
- Dinyatakan dalam bentuk persen atau permil.
- Angka Periode Prevalence Rate jarang digunakan. Biasanya digunakan
untuk penyakit yang sulit diketahui masa on setnya (misal penyakit
kanker).
→ bila data dikumpulkan pada rentang waktu ttt = period prevalence rate
( periode PR)
Keterangan:
20+30
Periode PR = 𝑥 100%
100
50
= 𝑥 100%
100
= 50%
31
o Pemanjangan usia penderita tanpa pengobatan
o Peningkatan kasus-kasus baru (peningkatan insidensi)
o Kasus-kasus migrasi ke dalam populasi
o Migrasi keluar dari orang-orang sehat
o Migrasi kedalam dari orang-orang yang rentan
o Peningkatan sarana diagnosik (pelaporan yang telah baik)
3.4 Insidensi4
3.4.1 Definisi
32
Jumlah dari panjang waktu selama masing-masing orang
yang ada di dalam populasi tersebut berada dalam risiko
menderit penyakit yang bersangkutan
Dalam hal ini numerator hanya meliputi penyakit yang terjadi pertama
kali.Unit- unit dari tingkat insidensi harus selalu meliputi sebuah dimeni
tentang waktu (hari,bulan,tahun,dan sebagainya).Tingkat insidensi
memperhitungkan keragaman periode-periode waktu selama
individu-individu tersebut terbebas dari penyakit dan berarti memiliki risiko
untuk terkena penyakit.
Tingkat atau risiko insidensi kumulatif
Tingkat insidensi kumulatif adalah suatu ukuran tentang kejadian
penyakit atau ukuran tentang status kesehatan yang lebih sederhana.Tidak seperti
tingkat insidensi ,maka yang diukur hanyalah denominatornya yang ada permulaan
penelitian saja.
Tingkat insidensi kumulatif (CI) dapat dihitung sebagai:
33
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi penyakit dan
determinasinya pada manusia (MacMahon & Pugh, 1970). Epidemiologi
merupakan salah satu metoda penelitian , yang salah satu cirinya adalah
direncanakannya dan dilaksanakan oleh manusia yang mempunyai sifat ingin tahu
(Fox et al,.1970).Ruang lingkup epidimiologi dipopulerkan 6E,yaitu Etiologi,
Efikasi, Efektivitas, Efisiensi, Evaluasi,dan Edukasi .Jenis studi epidimiologi ada 2
yaitu epidimiologi observasional dan epidimiologi eksperiment.Sedangkan desain
studi ada 3 yaitu penelitian deskriptif,penelitian analitik,dan penelitian
eksperimental.
3.2 SARAN
34
jauh dari kesempurnaan karena akan ditemukan banyak kelemahan dan bahkan
mungkin terdapat kekeliruan,baik dalam hal kepenulisan ataupun
penyajian.Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,kedepannya
penulis lebih fokus dan detail dalam menjelaskan isi makalah diatas dengan
sumber-sumber lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggung jawabkan.Penulis
berharap adanya masukan dari para pembaca sehingga kedepannya menjadi lebih
baik lagi
35
DAFTAR PUSTAKA
36