RESIN KOMPOSIT
Dosen Pembimbing:
drg. Dewi Puspitasari, M.Si
DISUSUN OLEH
KELOMPOK A4
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya kami selaku kelompok A4 dapat menyelesaikan Laporan
Akhir Praktikum Resin Komposit pada Blok 6 Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Lambung Mangkurat. Semoga laporan akhir ini diharapkan dapat
bermanfaat untuk pembaca dan untuk pembelajaran selanjutnya.
Penyusun
ii
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................2
1.4 Kompetensi Praktikum...................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
2.1 Definisi Resin Komposit................................................................................3
2.2 Klasifikasi Resin Komposit............................................................................3
2.3 Komposisi Resin Komposit............................................................................5
2.4 Kegunaan Resin Komposit.............................................................................6
2.5 Sifat Resin Komposit......................................................................................6
2.6 Manipulasi Resin Komposit...........................................................................9
BAB III METODE PRAKTIKUM.....................................................................10
3.1 Alat...............................................................................................................10
3.2 Bahan............................................................................................................10
3.3 Cara Kerja.....................................................................................................11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................13
4.1 Hasil praktikum............................................................................................13
4.2 Pembahasan..................................................................................................13
BAB V PENUTUP................................................................................................17
5.1 Kesimpulan...................................................................................................17
5.2 Saran.............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
4
5
Resin ini disebut juga resin komposit self-cured, yang terdiri dari
dua pasta. Salah satu pasta berisi inisiator benzoyl peroxide dan
pasta lainnya berisi activator tertiary amine.
- Resin komposit diaktivasi oleh sinar
Bahan resin komposit yang dipolimerisasi dengan sinar dipasarkan
dalam bentuk suatu pasta dalam sebuah tube. Resin ini mudah
dimanipulasi karena mengeras bila sudah diaplikasikan sinar
(working time dapat dikontrol).
- Resin komposit dual-cured
Resin ini merupakan sistem dua pasta, yang mengandung inisiator
dan aktivator cahaya dan kimia (Sakaguchi et al, 2012),
(Anusavice, 2013).
b. Sifat Thermal
Koefisien termal ekspansi resin komposit adalah 25-38 x 10 -6 untuk bahan
pengisi kecil dan 55-68 x 10-6 untuk bahan pengisi halus (microfine).
Sedangkan konduktifitas thermal resin komposit partikel kecil adalah 25-30
x 10-4 kalori/detik/cm2 dan 12-15 x 10-4 kalori/detik/cm2 untuk resin
komposit partikel halus (Sakaguchi R, 2019).
c. Penyerapan Air
Penyerapan air adalah jumlah air yang diserap oleh bahan dalam kurun
waktu tertentu per satuan pemukaan atau per volume. Penyerapan air
tergantung pada kandungan filler di dalam resin komposit, semakin tinggi
kandungan filler, maka semakin sedikit penyerapan airnya (Heymann,
2011).
d. Kelarutan
Kelarutan adalah penurunan berat bahan per satuan luas permukaan atau per
volume akibat larutnya bahan atau disintegrasi bahan dengan saliva atau
cairan di dalam rongga mulut dalam kurun waktu tertentu. Kelarutan resin
komposit berkisar antara 0,25-2,5 mg/mm3. Hal ini mempermudah
terjadinya kerusakan, mengurangi ketahanan dan meningkatkan risiko abrasi
pada resin komposit (Sakaguchi R, 2019).
e. Kestabilan Warna
Penyesuaian warna dengan struktur gigi agar diperoleh tampilan klinis yang
estetis sangatlah penting. Retakan karena tekanan pada matriks polimer dan
pelepasan bahan pengisi karena hidrolisis mengakibatkan peningkatan
opasitas. Diskolorisasi juga dapat terjadi karena oksidasi dari pertukaran air
di dalam matriks polimer, atau sebagian polimer tidak bereaksi dengan
sistem akselerator dan inisiator (Sakaguchi R, 2019).
2. Sifat Mekanis
a. Kekuatan dan Elastisitas
8
3. Sifat Biologis
a. Biokompatibilitas
Hampir semua komponen utama dari resin komposit (Bis-GMA, TEGDMA,
dan UDMA) bersifat sitotoksik. International Standard Operation (ISO)
melakukan pengujian terhadap toksisitas bahan kedokteran gigi dengan
merendam bahan resin komposit di dalam berbagai macam medium air dan
organik untuk melihat respon biologis dari bahan resin komposit (Sakaguchi
R, 2019).
4. Sifat Optis
9
a. Radiopacity
Beberapa partikel bahan pengisi seperti glass kuarsa, lithium-aluminium dan
silica merupakan bahan yang tidak radiopak, maka harus dicampur dengan
bahan pengisi lain agar menghasilkan radiopak. Pada komposisi nanofiller,
radiopacity dibuat menggunakan zirconia nanomerik (5-7 nm) ata dengan
memasukkan zirconia bersama nanocluster bersama silika (Sakaguchi R,
2019).
METODE PRAKTIKUM
3.1 Bahan
a. Visible light cure composite resin
b. Vaselin
3.2 Alat
a. LED light curing unit
b. Celluloid strip
c. Lempeng Kaca
d. Sonde
e. Plastic filling Instrument
f. Cetakan plastik diameter 6 mm, tebal 4 mm dan tebal 2 mm
10
11
c.
d. Atur lama penyinaran pada LED light curing unit sesuai dengan lama
penyinaran visible light cure composite (mengikuti aturan pabrik) .
11
12
e. Letakan ujung fiber optic tip LED light curing unit sedekat mungkin atau
menempel pada permukaan komposit. Nyalakan sinar dan tunggu sampai
dengan lama waktu sesuai dengan pengaturan sebelumnya.
f. Periksa hasil curing resin komposit memakai sonde, dengan menggores atau
menusuk permukaan komposit yang dekat sinar, maupun daerah yang jauh
dengan sinar.
BAB IV
Ketebalan
Mould
Awal (mm) Akhir (mm)
6 mm 6,02 5,77
4 mm 4,25 3,28
4.2 Pembahasan
Berdasarkan proses polimerisasi resin komposit dibagi menjadi tiga
macam yaitu lightcured composite (aktivasi dengan menggunakan sinar), self-
13
14
Penyinaran bahan resin komposit sedikitnya adalah 30–40 detik. Hal ini
diperlukan untuk mendapatkan polimerisasi yang maksimal. Walaupun proses
penyinaran atau polimerisasi oleh VLC sepenuhnya dikontrol oleh operator
yang dalam hal ini dokter gigi, teknik penyinaran seperti posisi dan arah sinar,
intensitas sinar, ketebalan bahan restorasi, dan lamanya waktu penyinaran
sering kurang dipahami. Penyinaran yang kurang akan mengakibatkan
mengerasnya lapisan luar saja dan menghasilkan lapisan yang tidak matang
atau lunak pada bagian dasar (Susanto, 2005).
Terdapat tiga kali percobaan yang dilakukan dalam praktikum ini, dengan
dua data sesuai (pada mould 6 mm dan 4 mm) dan satu data tidak sesuai (pada
mould 2 mm). Beberapa hal penting dapat mempengaruhi hasil percobaan
seperti intensitas sinar pada saat penyinaran yang rendah akan mempengaruhi
nilai kekuatan dari sinar itu sendiri, hal ini berakibat langsung terhadap
kekerasan bahan resin, dan menurunnya nilai intensitas sinar dapat
menyebabkan turunnya nilai kekerasan bahan tumpat resin komposit. Kedua
adalah pengaruh kelembaban tangan operator di ujung instrumen pada saat
meletakkan bahan resin komposit sinar ke dalam cetakan, hal ini
menyebabkan polimerisasi tidak dapat berlangsung dan nilai kekerasannya
akan menurun. Selain itu, pada data yang tidak sesuai, faktor kesalahan data
juga perlu diperhatikan. Hal ini dipengaruhi dari berbagai macam faktor
16
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bahan restorasi resin komposit telah banyak digunakan di dunia
Kedokteran Gigi modern. Bahan tersebut digunakan untuk merestorasi karies,
abrasi enamel, dan juga untuk estetika karena memiliki kesesuaian yang baik
dengan Gigi. Resin komposit berasal dari campuran dua bahan atau lebih yang
mempunyai sifat maupun struktur berbeda dengan tujuan memperoleh material
yang unggul dari struktur penyusunnya. Resin komposit dipolimerisasi melalui
tiga macam cara yaitu light-cured composite, self-cured composite, dan dual-
cured composited. Proses polimerisasi terjadi dalam tiga tahapan yaitu inisiasi
dimana molekul besar terurai karena proses panas menjadi radikal bebas titik
proses pembebasan tersebut menggunakan sinar tampak yang dimulai dengan
panjang gelombang 460-485 nm. Tahap kedua adalah propagasi, pada tahap ini
monomer yang diaktifkan akan saling berikatan sehingga tercapai polimer dengan
jumlah monomer tertentu. Tahap terakhir adalah terminasi dimana rantai
membentuk molekul yang stabil. Ada banyak cara yang dipakai untuk
menanggulangi proses penyusutan dan meningkatkan kekerasan seperti:
menambah bonding agent, menambah lapisan daya tahan elastis, meningkatkan
intensitas light curing, memakai teknik peletakan bahan resin komposit selapis
demi selapis, menggunakan monomer low shrinking dan memasukkan bahan
fluoride pada monomer resin untuk mencegah terjadinya marginal pada kavitas.
Penyinaran bahan resin komposit sedikitnya adalah 30-40 detik. Hal ini
diperlukan untuk polimerisasi yang maksimal. Penyinaran yang tidak menyeluruh
pada permukaan tumpatan resin komposit juga akan menyebabkan penyusutan.
Hal ini dihubungkan dengan berat molekul dari monomer resin dan jumlah
monomer yang berikatan menjadi polimer resin. Intensitas Sinar juga perlu
diperhatikan, untuk itu ujung alat Sinar harus diletakkan sedekat mungkin dengan
permukaan tumpatan sejauh 1 mm tanpa menyentuhnya. Kekerasan bahan resin
17
18
komposit juga ditentukan oleh ketebalan bahan. Idealnya Sinar resin komposit
diletakkan sebagai bahan restorasi sekitar 2-2,5 mm, dengan demikian dapat
menembus masuk sampai lapisan paling bawah. Dari hasil praktikum diketahui
bahwa hasil curing resin komposit pada mould ketebalan 6 mm didapatkan
ketebalan akhir 5,77. Selanjutnya, hasil curing resin komposit pada mould
ketebalan 4 mm didapatkan ketebalan akhir 3,28 mm. Selanjutnya hasil curing
resin komposit pada mould ketebalan 2 mm didapatkan akhir 2,23 mm. Dari hasil
tersebut dapat diketahui bahwa mould yang tebal mempengaruhi intensitas
penyinarannya juga, semakin tebal mould maka semakin lama intensitas
penyiinarannya.
5.2 Saran
Dokter gigi harus mampu mengikuti perkembangan alat dan bahan
tumpatan yang terbaru agar dapat memberikan kepuasan terhadap restorasi gigi
pasien. Beberapa hal penting yang dapat mempengaruhi hasil percobaan tersebut
adalah intensitas sinar pada saat penyinaran yang rendah akan mempengaruhi nilai
kekuatan dari sinar itu sendiri, hal ini berakibat langsung terhadap kekerasan
bahan resin, dan menurunnya nilai intensitas sinar menyebabkan menurunnya
nilai kekerasan bahan tumpat resin komposit sinar. Kedua adalah pengaruh
kelembaban tangan operator di ujung instrumen pada saat meletakkan bahan resin
komposit sinar ke dalam cetakan, hal ini menyebabkan polimerisasi tidak dapat
berlangsung dan nilai kekerasannya akan menurun. Selain itu, pada data yang
tidak sesuai, faktor kesalahan data juga perlu diperhatikan. Hal ini dipengaruhi
dari berbagai macam faktor diantaranya adalah kesalahan dalam pembacaan data,
kesalahan dalam menggunakan alat pengukuran, kesalahan dalam perataan, dan
perbedaan kehalusan permukaan hasil curing resin komposit.
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, KJ. 2003. Philip’s Science of Dental Materials. 11th ed. WB Saunders:
Missouri. pp: 401 – 411
Anusavice KJ. 2013. Phillip’s Science Of Dental Materials. 12th ed. St.Louis:
Saunders Elsevier
Anusavice K. Phillips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Ed 10. Jakarta:
EGC; 2013.
Heymann HO, Swift Jr EJ, Ritter AV. 2011. Sturdenvant’s art and science of
operative dentistry. 6th ed. Chapel Hill,NC: Elsevier