Anda di halaman 1dari 17

SGD 8 LBM 3 4.

1 PRIOR SURYA

KATA SULIT :
1. Generasi bonding
 JAWAB : Bahan bonding adalah bahan yang berguna untuk menciptakan ikatan
antara permukaan gigi dengan resin komposit dan membentuk hybrid layer pada
dentin.

2. Komposit mikrohibrid ▶️Surya


 JAWAB :
- Resin komposit mikrohibrid merupakan gabungan antara resin komposit
makrofil dan mikrofil. Komposit ini dikembangkan dalam rangka memenuhi
kebutuhan bahan restorasi yang kuat namun tetap estetik, sehingga resin
komposit mikrohibrid lebih unggul dibandingkan dengan resin komposit
mikrofil.

- Komposit mikrohibrid mengandung dua atau lebih bentuk yg tidak


teratur, tapi diameter yang agak seragam,. Distribusi tersebut membuat
volume komposit mikrohibrid terisi 60 % sampai 70 % filler, yang
diterjemahkan secara kasar meningkat menjadi 77% volume dan 84%
berat. Restorasi resin mikrohibrid umumnya bertahan selama 10 tahun
dan warnanya stabil. Resin mikrohibrid merupakan bahan klinis yang
sangat baik karena kekuatan, warna, kemampuan polis dan
metamorfosisnya. Selain resistensi yang sangat baik, bahan ini juga
mudah dipolis dan resisten terhadap plak dan stain
PERTANYAAN :

1.Apa etiologi kasus diskenario? Adit ▶️bul


JAWAB : Trauma gigi pada anak-anak dan remaja dapat disebabkan
karena olahraga, kecelakaan, tindakan kekerasan, dan terjatuh. Trauma
gigi anterior dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung, trauma gigi
secara langsung terjadi ketika benda keras langsung mengenai gigi,
sedangkan trauma gigi secara tidak langsung terjadi ketika benturan yang
mengenai dagu menyebabkan gigi rahang bawah membentur gigi rahang
atas dengan kekuatan atau tekanan besar dan tiba-tiba
Trauma pada wajah atau kepala seringkali diikuti oleh trauma pada gigi.
Trauma yang terjadi pada gigi dapat menimbulkan berbagai akibat pada
gigi tergantung derajat keparahan trauma.
Akibat yang terjadi dapat berupa infraksi korona, fraktur korona tanpa
komplikasi, fraktur korona dengan komplikasi, fraktur korona akar, fraktur
akar, luksasi, hingga avulsi gigi. Bila mahkota atau akar mengalami fraktur,
dapat terjadi beberapa kemungkinan yaitu pulpa dapat sembuh dan tetap
vital, dapat segera mati, atau dapat mengalami degenerasi progresif dan
akhirnya mati.

2.Mengapa pasien diskenario tidak merasakan nyeri ? Adit ▶️


 JAWAB : Pertama itu diawali dengan gigi yg kena trauma, yg mana akan
menyebabkan terbukanya tubulus dentinalis mengakibatkan gigi menjadi lebih
sensitive (giginya jd sensitif semisal kena rangsangan termal baik dingin ataupun
panas, makanya tes vitalitasnya masih menunjukkan hasil positif, yg berarti pulpanya
masih vital). Diskenario diketahui pasien terdapat fraktur hanya dibagian 1/3 insisal
pada gigi 21. Maka dari itu, semisal bagian fraktur hanya mengenai 1/3 insisal brrti
belum mengenai pulpa, jadi pulpanya masih baik2 saja. Sehingga pasien tidak
merasakan nyeri/sakit pada gigi tsb.
 Pertama itu diawali dengan gigi yg kena trauma, yg mana akan menyebabkan
terbukanya tubulus dentinalis mengakibatkan gigi menjadi lebih sensitive (giginya jd
sensitif semisal kena rangsangan termal baik dingin ataupun panas, makanya tes
vitalitasnya masi menunjukkan positif) selain menyebabkan terbukanya tubulus
dentin itu juga bisa menyebabkan kematian pulpa. Hal itutu disebabkan oleh
masuknya toksin mikroorganisme melalui tubulus dentinalis yg kebuka, yg mana
akibatnya bisa terjadi inflamasi pulpa dan juga terputusnya aliran neurovaskular dari
apikal. Regenerasi jaringan yang tidak terjadi dapat menyebabkan sel-sel pulpa
mengalami iskemia dan proses pembentukan akar berhenti. Nah, makanya pasien
tidak merasakan nyeri ataupun sakit.

3. Apa alasan dokter menggunakan generasi bonding pd kasus tsb? Dan generasi bonding ke
berapa yg cocok utk kasus diskenario? Renan▶️adit
JAWAB :

4. Sebutkan apa saja jenis resin komposit dan alasan mengapa dokter memilih resin
komposit mikrohibrid utk kasus diskenario? Marsha▶️Fatati
JAWAB :
1) Resin Komposit Makrofil/ Tradisional
Resin komposit tradisional adalah resin komposit yang berasal dari resin
akrilik yang ditambah dengan filler anorganik seperti glass, quartz, dan,
bahan dengan ukuran partikel rata-rata 10-40 μm. Resin komposit
tradisional memiliki derajat keausan yang sangat tinggi karena matriks
resin yang lunak cenderung terlepas dari partikel keras yang lebih resisten
Sifat fisik resin komposit tradisional adlah keras dan kuat, tetapi sulit
dipolis karena partikel fillernya berukuran besar sehingga menghasilkan
permukaan mikroskopis yang kasar pada restorasi dan akan terlihat serta
terasa berbeda dari gigi asli
2) Resin Komposit Mikrofiller
Jenis resin komposit mikrofill mempunyai ukuran partikel filler yang lebih
kecil dari makrofill, dengan ukuran partikel rata-rata 0,02 μm. Bahan filler
resin komposit ini adalah senyawa anorganik silika koloidal dengan
komposisi sekitar 50% dai total resin komposit. Resin komposit tersebut
mudah dipolis sampai sangat halus dan berkilau sehingga memiliki
kualitas estetik baik
Kekuatan kompresif resin komposit mikrofill baik tetapi secara keseluruhan
sifat fisik dan mekanis bahan ini masih tidak baik untuk aplikasi di daerah
tekanan oklusal berat
3) Resin Komposit Hibrid
Resin komposit dinamakan hibrid karena mengandung partikel filler
berukuran 15-20 μm dan 0,01-0,05 μm. Komposit hibrid menghasilkankan
permukaan yang halus dan estetis yang kompetitif dengan komposit
mikrofil untuk aplikasi restorasi anterior
4) Resin Komposit Mikrohibrid
Komposit mikrohibrid mengandung dua atau lebih bentuk yg tidak teratur,
tapi diameter yang agak seragam,. Distribusi tersebut membuat volume
komposit mikrohibrid terisi 60 % sampai 70 % filler, yang diterjemahkan
secara kasar meningkat menjadi 77% volume dan 84% berat. Restorasi
resin mikrohibrid umumnya bertahan selama 10 tahun dan
warnanya stabil. Resin mikrohibrid merupakan bahan klinis yang sangat
baik karena kekuatan, warna, kemampuan polis dan metamorfosisnya.
Selain resistensi yang sangat baik, bahan ini juga mudah dipolis dan
resisten terhadap plak dan stain
5) Resin Komposit Nano
Kategori terbaru dari resin komposit adalah resin komposit tipe nanofilled
composite. Resin komposit ini mengandung dua jenis partikel filler yaitu
nanomer dan nanocluster. Partikel nanomer mengandung silika dengan
ukuran yang sangat kecil yaitu 25 – 70 nm dengan penambahan silane
dan secara sempurna dapat berikatan dengan matriks resin, dan partikel
nanocluster berukuran 0,4 – 1 μm. Kombinasi kedua partikel dapat
mengurangi celah interstitial dari partikel filler sehingga dapat
meningkatkan muatan filler
6) Polimerisasi Resin Komposit
Polimerisasi adalah reaksi kimia yang terjadi ketika monomer- monomer
resin dengan berat molekul rendah bergabung untuk membentuk rantai
panjang yaitu polimer yang memiliki berat molekul tinggi. Proses
polimerisasi dimulai oleh aktivator (kimia atau sinar) yang menyebabkan
molekul inisiator membentuk radikal bebas (pengisian molekul yang
memiliki elektron tidak berpasangan)

Jenis-jenis resin komposit dapat diklasifikasikan bedasarkan ukuran


partikel bahan pengisi, viskositas dan mekanisme polimerisasi.
Klasifikasi Resin Komposit Berdasarkan Ukuran Partikel
1) Resin Komposit Tradisional (macrofiller)
Resin komposit macrofiller merupakan resin yang berkembang di tahun
1970-an. Resin komposit macrofiller memiliki ukuran partikel filler 20-
30μm. Ukuran rata-rata partikel fillernya adalah 8-12μm dengan ukuran
50μm mungkin juga ada. Jumlah filler di dalam resin komposit berkisar 70-
80% berdasarkan berat dan 60- 65% berdasarkan volume. Filler yang
banyak digunakan pada untuk bahan komposit ini adalah butiran quartz.
2) Resin Komposit Microfiller
Resin komposit microfiller memiliki filler berupa silica koloidal, dengan
ukuran partikel dari 0,02-0,04μm. Partikel filler dalam resin komposit
sebanyak 50% berdasarkan berat 50% berdasarkan volume. Microfiller
resin komposit dikembangkan dengan material yang memiliki kemampuan
polish dan estetis yang baik.
3) Resin Komposit Hibrid
Resin komposit hibrid ada dua macam partikel filler yang berbeda yaitu
silica koloidal sebesar 10-20% ukuran berat dan partikel kaca berukuran
0,6-1,0 μm sebesar 75-80% ukuran berat. Sifat fisik dan mekanis komposit
ini terletak diantara komposit konvensional dan komposit mikrofiller.
Karena permukaannya halus dan kekuatannya baik, komposit ini banyak
digunakan untuk tambalan gigi anterior.
4) Resin Komposit Mikrohibrid
Setelah berkembang resin komposit hibrid, dikembangkanlah resin
komposit mikrohibrid. Mikrohibrid memiliki beberapa jenis ukuran partikel
filler. Partikel filler dapat berupa butiran kaca atau quartz dengan ukuran
2-4 μm ditambah 5-15% partikel microfine berukuran 0,04-1 μm.4
5) Resin Komposit Nanofiller
Nanofiller resin komposit memiliki muatan filler yang tinggi untuk
memperoleh kekuatan dan ketahanan seperti komposit mikrohibrid,
memiliki estetis yang baik serta kekuatan dan ketahanan permukaan yang
hampir sama dengan komposit microfiller. Komposit nanofiller
mengandung partikel filler yang berukuran 0,02-0,1 μm.17
6) Resin Komposit Nanohibrid
Nanohibrid resin komposit merupakan salah satu jenis hibrid resin
komposit yang mengandung partikel filler yang berukuran 0,005-0,01 μm
pada matriks resinnya. Nanohibrid resin komposit dapat dikategorikan
sebagai resin komposit universal pertama dimana kemampuan
penanganannya dan kemampuan poles didapat dari microfiller komposit,
serta kekuatan dan ketahanan pemakaian dari komposit makrohibrid,
sehingga nanohibrid resin komposit dapat digunakan sebagai restorasi
pada gigi anterior dan sekaligus dapat dipakai sebagai restorasi gigi
posterior.

Klasifikasi Berdasarkan Mekanisme Polimerisasi


1) Resin Komposit Diaktivasi Secara Kimia
Resin komposit ini dibuat dalam dua bentuk pasta yaitu base dan catalyst.
Salah satu pasta mengandung inisiator benzoyl peroksida (BP) dan yang
lainnya mengandung aktivator tertiary amine (N,N- dimethyl-p-toluidin).
Jika kedua pasta dicampur amine akan bereaksi dengan benzoyl
peroksida dan membentuk radikal bebas sehingga mekanisme
pengerasan dimulai.
2) Resin Komposit Diaktivasi Dengan Sinar
Sistem pertama yang diaktifkan dengan sinar menggunakan sinar UV
untuk merangsang radikal bebas3. Resin ini tidak perlu pencampuran
karena terdiri dari satu pasta dan mudah dimanipulasi karena mengeras
bila sudah diaplikasikan sinar (working time dapat dikontrol)2. Sistem
pembentuk radikal bebas yang terdiri atas molekul-molekul foto-inisiator
atau aktivator amin terdapat dalam pasta tersebut. Bila tidak disinari, maka
kedua komponen ini tidak akan bereaksi.

Klasifikasi Resin Komposit Berdasarkan Viskositas


1) Resin Komposit Packable
Resin komposit packable memiliki viskositas yang tinggi. Resin ini
mengandung filler 66-70% volume. Komposisi filler yang besar dapat
mengurangi pengerutan dalam proses polimerisasi. Komposisi filler yang
tinggi menyebabkan viskositas resin komposit sehingga sulit mengisi celah
kavitas yang kecil.
2) Resin Komposit Flowable
Resin komposit flowable memiliki viskositas yang rendah yang diaktivasi
oleh sinar. Resin komposit ini mengandung dimetacrylate resin dan
inorganic filler dengan ukuran partikel 0,4-3,0μm dan memiliki muatan filler
42-53% volume. Resin komposit flowable memiliki modulus elastic yang
rendah, sehingga dapat berguna di area servical abfraction. Karena
kandungan bahan pengisi yang rendah sehingga akan lebih mudah
mengisi kavitas yang kecil

5. Pemeriksaan selain diskenario yg bisa dilakukan utk kasus diskenario! Salsa ▶️


JAWAB :

6. Jelaskan bagaimana langkah2 restorasi direk resin komposit mikrohibrid? Fatati▶️surya


JAWAB :
Pada preparasi klas IV yang masih dikelilingi oleh enamel, biasanya restorasi
yang digunakan adalah resin komposit. Pada restorasi yang lebih dalam, resin-
lining ionomer dapat digunakan untuk melindungi dentin. Pada restorasi yang
lebih dangkal, dentin- resin bonding lebih sering digunakan untuk mengganti
dentin.
Pada restorasi Klas IV yang lebih besar yang menggunakan restoratif resin
direk, lebih sering digunakan dua macam komposit resin, yaitu: bahan internal
yang lebih kaku untuk mendukung kekuat (misalnya bahan pengisi hibrid yang
padat) untuk meningkatkan kekuatan dan mengurangi fraktur karena
pengunyahan dan bahan berpartikel kecil (misalnya komposit mikrofil dan
submikron) untuk mendukung countour akhir dan finishing.
 Persiapan preparasi
Pada fraktur yang lebih besar dimana dentin sudah terpapar yang
menyebabkan gigi sensitif saat terkena angin, air dingin dan getaran bur
maka dilakukan anastesi. Kemudian gigi diisolasi dengan rubber dam dan
bersihkan gigi dengan pumice dan air.
 Preparasi
Preparasi disesuaikan dengan bentuk fraktur sepertiga sampai dua
pertiga permukaan insisal, dimana dentin sudah terekspos (terpapar).
Ilustrasi tipe fraktur Klas IV dapat dilihat pada gambar 1.

Pada umumnya gigi anterior memiliki grooves horizontal dan vertikal


untuk menyebunyikan batas dan meningkatkan kesesuaian warna gigi
yang akan meningkatkan estetik (gambar 2).
 Pembuatan chamfer
Chamfer dibuat dengan panjang 1 mm (setengah dari panjang fraktur)
sampai setengah dari kedalaman enamel pada permukaan labial dan
lingual. Tipe dari preparasi ini akan menghasilkan restorasi yang lebih
tahan lama (Gambar 1,B. dan 3). Yang paling penting, pembuangan
chamfer hanya setengah dari seluruh permukaan enamel. Step yang
bertingkat pada permukaan labial enamel akan menghasilkan restorasi
akhir yang lebih estetis.

 Pembuatan beveled margin


Salah satu pilihan pada desain chamfer yang memiliki step bertingkat
adalah mempersiapkan 2 sampai 3 mm bevel pada chamfer (Gambar 1,
C). Bevel ini akan menghasilkan tingkatan warna dari gigi yang
direstorasi. Walaupun beveled margin tidak memiliki ketahanan seperti
chamfer, preparasi bevel memberikan hasil estetis yang lebih konsisten.
 Pelapikan enamel
Preparasi dibersihkan dari semua debris. Pastikan permukaan enamel
bersih dari semua debris dan bahan-bahan yang menutupi dentin.
Setelah gigi yang berdampingan dilindungi dengan strip Mylar, dilakukan
teknik etsa dan bonding enamel. Teknik ini biasanya dilakukan sekitar 20
detik untuk mengetsa enamel dan 10 detik atau kurang untuk mengetsa
dentin, dicuci minimal 5 detik, kemudian dikeringkan sesuai instruksi
pabrik.
 Penumpatan resin komposit
Gigi dietsa dan dikeringkan, kemudian ditambahkan bahan bonding dan
dilakukan polimerisasi dengan light cure. Strip Mylar dipasang kemudian
komposit diaplikasikan dan dibentuk minimal tiga lapis, ketebalan masing-
masing lapisan 1-2 mm. Untuk lapisan pertama, inti komposit biasanya
menggunakan bahan pengisi yang lebih padat. Countour dibentuk
dengan strip Mylar, interproksimal carver, dan eksplorer. Bahan yang
berlebih pada permukaan proksimal dibuang dengan eksplorer.
Polimerisasi minimal 40 detik pada setiap sisi.
 Finishing
Mata bur diamond yang baik digunakan untuk pengurangan sisa bahan.
Ketika mendekati margin, digunakan mata bur diamond mikron atau
cakram fleksibel. Bila menggunakan microfill atau komposit partikel
submikron, komposit dipolis menggunakan rubber cup dan pasta
aluminium oksida. Oklusi memainkan peran penting dalam lamaya
restorasi dapat bertahan. Pada restorasi digunakan oklusi ringan
(terutama pada tonjol), karena komposit akan aus sedikit demi sedikit dari
waktu ke waktu.

1. Pemasangan isolasi rubberdam multiple sebelum dilakukan preparasi dan


penumpatan
2. Preparasi kavitas dari labial & palatal dengan bur intan bulat pada tepi kavitas
dilakukan bevel ±2mm
3. Gunakan matriks seluloid strip dan wedge yang sesuai pada sisi mesial dan distal,
pastikan matriks stabil
4. Aplikasikan etsa pada enamel, setelah 5 detik dilanjutkan pada dentin selama 10 detik
berikutnya (teknik total etsa) & bilas dengan air
5. Ulaskan bonding menggunakan microbrush pada kavitas lembab, diamkan 20 detik,
kemudian tipiskan dengan semprotan udara
6. Sinari bonding di kavitas selama 10 detik
7. Gunakan teknik freehand (menahan matriks pada sisi palatal) tumpat incremental 2
mm kemudian bentuk bagian palatal
8. Setelah bagian palatal terbentuk, lepaskan matriks dan evaluasi hasil penumpatan
9. Tambahkan resin komposit serta lakukan pembentukan anatomi pada sisi labial
10. Sapukan kuas restorasi pada tepi restorasi dengan gerakan searah hingga didapatkan
tepi restorasi yang baik
11. Sinari permukaan restorasi dari jarak maks. 2 mm dari permukaan restorasi selama 20
detik & lakukan evaluasi
12. Finishing menggunakan rubber putih tekanan intermittent & kecepatan rendah
13. Tampilan permukaan restorasi setelah dilakukan finishing. Tepi dan permukaan
restorasi halus
14. Polishing menggunakan disc polisher medium dengan tekanan intermittent &
kecepatan rendah
15. Tampilan permukaan restorasi setelah dilakukan finishing. Tepi dan permukaan
restorasi halus
16. Gloss polishing menggunakan twist rubber tingkat kekasaran fine, tekanan ringan &
kecepatan rendah.
17. High gloss polishing menggunakan bristle brush, tekanan ringan & kecepatan rendah.
18. Tampilan permukaan restorasi setelah tahap high gloss polishing. Permukaan terlihat
halus dan berkilap

7. Apa diagnosis pda skenario tsb? Surya▶️salsa


JAWAB :
Trauma gigi anterior merupakan kerusakan jaringan keras gigi dan atau
periodontal karena kontak yang keras dengan suatu benda yang tidak terduga
sebelumnya pada gigi anterior baik pada rahang atas maupun rahang bawah
atau kedua-duanya.
Klasifikasi trauma gigi yang telah diterima secara luas adalah klasifikasi menurut
Ellis dan Davey (1970) dan klasifikasi yang direkomendasikan dari World Health
Organization (WHO) dalam Application of International Classification of
Diseases to Dentistry and Stomatology. Ellis dan Davey menyusun klasifikai
trauma pada gigi anterior menurut banyaknya struktur gigi yang terlibat, yaitu :
1) Kelas 1 Fraktur mahkota sederhana yang hanya melibatkan jaringan email.
2) Kelas 2 Fraktur mahkota yang lebih luas yang telah melibatkan jaringan
dentin tetapi belum melibatkan pulpa.
3) Kelas 3 Fraktur mahkota gigi yang melibatkan jaringan dentin dan
menyebabkan terbukanya pulpa.
4) Kelas 4 Trauma pada gigi yang menyebabkan gigi menjadi non vital dengan
atau tanpa kehilangan struktur mahkota.
5) Kelas 5 Trauma pada gigi yang menyebabkan kehilangan gigi atau avulsi.
6) Kelas 6 Fraktur akar dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota.
7) Kelas 7 Perubahan posisi atau displacement gigi.
8) Kelas 8 Kerusakan gigi akibat trauma atau benturan pada gigi sulung.

8.Mengapa dokter memilih restorasi resin komposit utk kasus diskenario dan
Kenapa penggunaan komposit harus memperhatikan pemilihan bonding yang tepat? bulan ▶️
septa
JAWAB : Karena resin komposit mempunyai kelebihan yaitu Bahan resin komposit
merupakan bahan yang paling umum digunakan untuk merestorasi gigi insisif yang
mengalami fraktur. Bahan ini ideal untuk merestorasi gigi anterior karena secara estetik
memuaskan dan tahan lama, warna menyerupai gigi asli, tidak mudah larut oleh saliva,
tidak terlihat batas antara restorasi dengan gigi, serta dapat menahan beban kunyah dan
juga mempunyai daya lekat yang baik terhadap jaringan gigi. Sedangkan kalsium
hidroksida efektif dalam membentuk dentin skunder yang membantu melindungi pulpa
dan bersifat bakterisid.

9. Apa saja perbedaan masing2 generasi bonding dan tujuan pengalikasiannya? Septa ▶️
JAWAB :
Perbedaan bonding generasi V dan VII

Perbedaan Generasi V Generasi VII

Pada bonding generasi V, Bonding generasi VII


perlekatan resin komposit pengaplikasian
dan email gigi dimulai dari bahan hanya
terbentuknya mikroporositas dilakukan dalam satu
setelah pengaplikasian etsa. tahap.
Mikropositas tersebut dapat Bahan etsa, primer
terbentuk sempurna apabila dan adhesiv dijadikan
permukaan email bersih dari dalam satu tahap.
smear layer dan terjadi Sistem ini dapat
demineralisasi superfisial mengurangi terjadiny
permukaan email akibat overetching,
proses pengetsaan. Smear overdrying dan
layer merupakan lapisan overwetting. Sistem ini
debris yang menutupi juga
permukaan email atau membuat prosedur
dentin saat gigi dipreparasi bonding menjadi lebih
dengan ketebalan sekitar sederhana sehingga
0,5– 5um. Lapisan ini dapat dapat mempersingkat
mempengaruhi ikatan waktu kerja serta
adhesive antara gigi dengan mengurangi efek
bahan restorasi. negatif
Setelah proses pengetsaan dari banyaknya
dilanjutkan dengan tahapan pada sistem
pencucian dan pengeringan bonding generasi V.9
lalu dilanjutkan Bonding generasi VII
pengaplikasian bahan mengandung
bonding yang terdiri dari bahan organik yang
bahan primer dan adhesive. sangat asam untuk
Bahan bonding akan mengetsa, bahan
membasahi email dengan pembawa yang dapat
energi permukaan yang membasahi
tinggi dan masuk ke dalam permukaan kavitas
mikroporositas dengan dan resin
tekanan kapiler. Polimerisasi hidrofilik. Masalah
bonding setelah bonding yang sering timbul
disinar akan membentuk pada bonding ini
perlekatan resin ke adalah pengetsaan
mikroporositas email dengan yang kurang maksimal
ikatan mikromekanik yang serta polimerisasi
kuat atau resin tag yang resin yang tidak
merupakan mekanisme maksimal dapat
utama adhesi ke menyebabkan iritasi
email. Resin komposit akan pulpa.
berikatan dengan Namun, bonding ini
bahan bonding pada resin memiliki kelebihan
tag melalui ikatan yaitu semua bagian
kimia. gigi yang teretsa oleh
bahan primer akan
terlindungi oleh bahan
adhesif sehingga
dapat mengurangi
sensitifitas pasca
operatif

 Evaluasi Kebocoran Tepi Bonding Generasi V dan Bonding Generasi VII


Pada Restorasi Kelas V Resin Komposit Microhybrid. Retnani Driastuti,
Sartika Puspita.2015. Stomatognatic (J. K. G Unej) Vol. 12 No. 2, 2015:
38-41

1) Generasi I
Generasi pertama sistem bonding dentin dikembangkan di akhir tahun
1950 dan awal tahun 1960, tersusun atas surface-active co-monomer
NPG GMA (N-phenylglycine glycidyl methacrylate) (N-penylglisin glisidil
metakrilat). Komonomer ini dapat berikatan dengan kalsium di permukaan
gigi, membentuk ikatan kimia yang tahan air. NPG-GMA adalah molekul
bifungsi atau agen ganda. Ini berarti bahwa salah satu ujung molekul
berikatan dengan dentin sedangkan yang lainnya (berpolimerisasi)
berikatan dengan resin komposit. Kekuatan ikat material ini dengan dentin
hanya berkisar 2-3 MPa (megapaskal). Secara in vitro, hasilnya tidak
memuaskan terutama saat merestorasi lesi servikal non karies. Bahan ini
direkomendasikan terutama untuk kavitas kecil, seperti kelas III dan kelas
V.
2) Generasi II
Generasi kedua adhesif dentin adalah material fosfat-ester (phenyl P dan
hydroxyethyl methacrylate (hidroksietil metakrilat) [HEMA] dalam etanol).
Produk generasi ini diperkenalkan pertama kali di Jepang dengan nama
Clearfil Bond System FC pada tahun 1978. Mekanisme perlekatan ini
mengandalkan reaksi antara gugus fosfat yang bermuatan negatif dengan
ion kalsium yang bermuatan positif di smear layer. Kekuatan ikat generasi
ini hanya berkisar 1-5 MPa (megapaskal), masih jauh dari nilai klinis yang
diharapkan, yaitu: 10 MPa (megapaskal). Generasi ini tidak membasahi
dentin dengan baik, tidak berpenetrasi di smear layer secara menyeluruh
sehingga tidak mencapai permukaan dentin guna membentuk ikatan ion
ataupun resin tags di tubulus dentin. Pengujian in vitro selama 6 bulan
mengecewakan.

3) Generasi III
Sistem generasi ketiga mulai dikenalkan sekitar tahun 1980-an. Prinsip
generasi ketiga adhesif dentin adalah tidak menghilangkan seluruh smear
layer tetapi memodifikasinya sehingga monomer asam (phenyl P atau
PENTA) dapat berpenetrasi. Hasil uji laboratoris memuaskan, namun hasil
uji klinis tidak memuaskan. Ethylene diamine tetra acetic acid (EDTA)
dalam generasi ini digunakan dalam perkembangannya, untuk
menghilangkan smear layer. Adapun kendala penggunaannya adalah
EDTA dapat menghilangkan zat anorganik, namun tidak dapat
menghilangkan zat organik di smear layer.
4) Generasi IV
Smear layer tidak hanya berfungsi sebagai ”diffusion barrier” untuk
mengurangi permeabilitas dentin, namun juga berfungsi sebagai
penghalang bagi penetrasi bahan adhesif di dentin. Generasi keempat
adhesif dentin menggunakan etsa asam dentin untuk menghilangkan
smear layer. Generasi ini dikenal dengan teknik “total-etch” atau etch-and-
rinse. Teknik ini terdiri atas 3 (tiga) tahap, yaitu: penggunaan gel asam
fosfat, aplikasi primer yang berisi monomer hidrofilik reaktif yang terlarut
dalam etanol/aseton/air, aplikasi bahan bonding resin yang mengandung
atau tidak mengandung filler. Pelarut etanol/aseton/air dalam primer
bertujuan menggantikan cairan yang berasal dari matriks dentin dan
membawa monomer ke jaringan dentin yang telah didemineralisasi dan
jaring-jaring kolagen. Bahan bonding mengandung monomer yang bersifat
hidrofobik, seperti: Bis-GMA, dikombinasikan dengan molekul hidrofilik,
seperti: HEMA Teknik untuk bonding dentin ini popular di tahun 1990-an
hingga saat ini.
5) Generasi V
Mulai dikenalkan pada pertengahan tahun 1990-an. Sistem bonding ini
bertujuan untuk menyederhanakan prosedur klinis dengan mengurangi
langkah aplikasi bonding dan mempersingkat waktu kerja. Generasi
kelima ini dikembangkan untuk membuat penggunaan bahan bonding
lebih dapat diandalkan bagi para praktisi. Generasi ini dikenal dengan
istilah two-step etch-and-rinse adhesives atau sistem “one bottle”. Istilah
“one bottle” digunakan karena primer dan bahan bonding ada dalam satu
botol. Etsa tetap diperlukan dan digunakan terpisah. Kekuatan ikatan
terhadap dentin hampir mendekati ikatan terhadap email secara in vitro,
sehingga penelitian terarah untuk menyederhanakan prosedur adhesif.
6) Generasi VI
Mulai dikenalkan pada akhir tahun 1990-an hingga awal tahun 2000-an,
yang dikenal dengan istilah two-step self-etch systems atau self-etching-
primer (SEP). Self-etching-primer mengkombinasikan etsa dan primer,
memungkinkan monomer resin menembus (penetrasi) substrat dentinal
melalui smear layer tanpa membilas etsa dan pengeringan, sehingga
mengurangi kemungkinan over-wetting atau over-drying yang
berpengaruh terhadap adhesi. Air merupakan komponen SEP, penting
bagi monomer asam untuk mengionisasi dan demineralisasi. Oleh karena
itu, dentin tetap lembab ketika aplikasi SEP dan kolapsnya kolagen fibril
dapat dihindari. Kelembaban dentin terjaga namun SEP rentan terhadap
degradasi hidrolitik.
Komposisi SEP antara lain: monomer ester asam fosfat (10-MDP), 4-
META dan phenyl-P. Self-etching-primer berbeda dengan asam fosfat
dalam mendemineralisasi email dan kekuatan ikatannya secara klinis tidak
sekuat etsa asam fosfat. Teknik ini tidak sesensitif etch-and-rinse. Tipe
adhesif tidak berkorelasi dengan sensitifitas post-operatif.
7) Generasi VII
Generasi ini diperkenalkan di akhir tahun 2002 dan dikenal dengan istilah
one-step self-etch adhesives atau “all-in-one”. Generasi ini
mengkombinasikan etsa, primer dan bahan bonding dalam satu larutan
agar aplikasinya mudah. All-in-one adhesives mengandung uncured ionic
monomers sehingga dapat berkontak dengan restorasi resin komposit
secara langsung. Tipe ini bersifat seperti membran semi permiabel
sehingga dapat memicu degradasi hidrolitik ikatan resin-dentin. Beberapa
monomer resin yang digunakan terlalu bersifat hidrofilik sehingga rentan
terhadap degradasi.
8) Generasi VIII
Perkembangan nanoteknologi di bidang kedokteran gigi memicu
penemuan nanokomposit dan nano-adhesif yang mengandung nanofillers.
Bahan nano-bonding adalah larutan yang berisi nanofillers guna
memperkuat ikatan terhadap email dan dentin, absorbsi stres dan waktu
penyimpanan yang lebih lama. Jenis bahan adhesif ini dikenal sebagai
generasi ke delapan. Generasi ini mengandung partikel silica berukuran
nano dan bersifat dual-cure. Pada tahun 2010, Voco America
memperkenalkan VOCO, Futurabond DC, suatu bahan adhesif nano-
reinforced, self-cured, light-cured dan dual-cured one-step, self-etch dalam
satu sistem. Pabrik mengungkapkan bahwa kekuatan adhesif mencapai
lebih dari 30 MPa (megapaskal), baik di dentin dan email terhadap resin
komposit.
 Fibriyanto, E. 2020. Bahan Adhesif Restorasi Resin Komposit. Jurnal
Kedokteran Gigi Terpadu. 2(1)

 Berdasarkan perkembangannya, bonding agent dibagi menjadi 8 tipe : bonding


generasi pertama, bonding generasi kedua, bonding generasi ketiga, bonding
generasi keempat, bonding generasi kelima, bonding generasi keenam, bonding
generasi ketujuh dan bonding generasi kedelapan. Berdasarkan tahapan prosedur
kerjanya, bonding agent dibagi menjadi 3 tipe : 3 steps bonding agent (aplikasi etsa,
primer, dan adhesive secara simultan dan terpisah), 2 steps bonding agent (etsa dan
primer/primer dan adhesive berada pada satu kemasan, sementara etsa/adhesive
diaplikasikan secara terpisah) dan 1 step bonding agent (etsa, primer dan adhesive
berada dalam satu kemasan). Bonding agent juga diklasifikasi menurut sistem
etsanya menjadi 2 tipe yaitu total-etch system/rinse technique dan self-etch
system/non-rinse technique.
 Jenis bonding yang saat ini digunakan adalah bonding total-etch dan self-etch.
Perbedaan dari kedua jenis bonding ini adalah prosedur etsanya. Bonding total-etch
memiliki prosedur etsa yang terpisah dari komponen primer dan adhesivenya
sementara bonding jenis self-etch memiliki komponen monomer asam dalam
primernya sehingga prosedur etsa tidak dilakukan. Bonding generasi keempat dan
kelima termasuk bonding jenis total-etch ini, sementara yang termasuk bonding jenis
self-etch adalah bonding generasi keenam, ketujuh, dan kedelapan. Jenis bonding
yang saat ini paling banyak digunakan dan mudah didapatkan adalah bonding
generasi kelima dan ketujuh.
Bonding gigi adalah teknik memperbaiki penampilan gigi dengan menempelkan bahan
tertentu pada gigi yang rusak. Bahan yang digunakan biasanya berupa resin yang telah
disesuaikan agar warna dan bentuknya menyerupai gigi alami. Prosedur ini memang
bertujuan untuk memperbaiki penampilan gigi yang rusak.

10. Perbedaan bonding total etching dan self etching ? Adit


JAWAB :
 Jenis bonding yang saat ini digunakan adalah bonding total-etch dan self-etch.
Perbedaan dari kedua jenis bonding ini adalah prosedur etsanya. Bonding total-etch
memiliki prosedur etsa yang terpisah dari komponen primer dan adhesivenya
sementara bonding jenis self-etch memiliki komponen monomer asam dalam
primernya sehingga prosedur etsa tidak dilakukan. Bonding generasi keempat dan
kelima termasuk bonding jenis total-etch ini, sementara yang termasuk bonding jenis
self-etch adalah bonding generasi keenam, ketujuh, dan kedelapan. Jenis bonding
yang saat ini paling banyak digunakan dan mudah didapatkan adalah bonding
generasi kelima dan ketujuh.

Anda mungkin juga menyukai