RESIN KOMPOSIT
DISUSUN OLEH
KELOMPOK B5
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
berupa kesehatan dan kesempatan sehingga makalah praktikum dental material
berjudul “Resin Komposit” ini dapat selesai sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Rasa terima kasih kami ucapkan kepada drg. Dewi Puspitasari, M.Si
selaku dosen yang telah membimbing dalam praktikum dental material Resin
Komposit ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah praktikum dental
material Resin Komposit ini dengan baik dan lancar.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...........................................................................................i
ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1
1.3 Tujuan Praktikum.........................................................................................2
1.4 Manfaat Praktikum.......................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................3
2.1 Definisi Resin Komposit..............................................................................3
2.2 Fungsi Resin Komposit................................................................................3
2.3 Komposisi Resin Komposit.........................................................................4
2.4 Klasifikasi Resin Komposit.........................................................................5
2.4.1 Berdasarkan Ukuran Partikel..............................................................5
2.4.2 Berdasarkan Viskositas.......................................................................7
2.4.3 Berdasarkan Polimerisasi....................................................................8
2.4.4 Berdasarkan Penggunaan....................................................................8
2.5 Sifat Resin Komposit...................................................................................9
2.5.1 Sifat Fisik............................................................................................9
2.5.2 Sifat Mekanik....................................................................................12
2.5.3 Sifat Kimia........................................................................................14
2.5.4 Sifat Biologi......................................................................................17
2.6 Mekanisme Light Curing...........................................................................17
BAB III METODE PRAKTIKUM.....................................................................19
3.1 Bahan.........................................................................................................19
3.2 Alat.............................................................................................................19
3.3 Cara Kerja..................................................................................................20
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................22
4.1 Hasil Pengamatan.......................................................................................22
4.2 Pembahasan................................................................................................22
BAB V PENUTUP................................................................................................24
5.1 Kesimpulan................................................................................................24
5.2 Saran..........................................................................................................24
iii
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
3
2
dini. Opasitas adalah warna visual dan translusen yang dapat menyesuaikan
dengan warna email dan dentin. Sedangkan
4
pigmen warna bertujuan agar warna resin komposit menyerupai warna gigi geligi
asli(Tulenan, 2014; Kafalia, 2017; Noviyani, 2018).
Resin komposit memiliki karakteristik warna yang menyerupai warna
gigi. Hal ini menyebabkan resin komposit sangat cocok digunakan sebagai
restorasi pada gigi anterior. Seiring dengan peningkatan kekuatan mekanis resin
komposit, seperti kekuatan tarik dan tekan yang tinggi membuat material ini
menjadi alternatif sebagai bahan restorasi pada gigi posterior. Resin komposit
merupakan bahan tumpatan gigi yang banyak digunakan untuk menggantikan
struktur gigi yang hilang serta memodifikasi warna dan kontur gigi dengan tujuan
estetik. Pada penggunaan resin komposit diharapkan dapat bertahan selama
mungkin dalam mulut. Adapun indikasi dan kontraindikasi dalam penggunaan
komposit, yaitu sebagai sealant pada restorasi resin preventif untuk mencegah
terjadinya karies pada daerah cekungan yang dalam dan sempit. Kontraindikasi
penggunaan resin komposit, yaitu tekanan pengunyahan yang besar, pasien
dengan insidensi karies tinggi, dan pasien yang sensitif terhadap material
komposit(Triwardhani, 2014; Tulenan, 2014).
Secara singkat, resin komposit digunakan untuk untuk hal-hal sebagai
berikut (Manappallil, 2016).
1. Restorasi gigi anterior dan gigi posterior (langsung atau tidak langsung)
2. Melapisi mahkota logam dan gigi palsu sebagian cekat (resin prostodontik)
3. Untuk membangun cores (post core)
4. Pengikatan braket ortodontik
5. Restorasi cor terukir
6. Mahkota keramik, tiang, inlay, onlay, dan laminasi
7. Sealant pit dan fissure
8. Laminasi estetika
9. Perbaikan restorasi porselen yang terkelupas
agar dapat diaplikasikan. Coupling agent berfungsi untuk menyatukan filler dan
matriks resin. Selain ketiga komponen tersebut, komposisi resin komposit juga
dapat ditambahkan dengan aktivator, inisiator, pigmen dan ultraviolet absorben.
Tambahan komponen tersebut dapat berfungsi saat proses polimerisasi dan warna
resin komposit sesuai dengan warna gigi. Penambahan komponen bahan pengisi
ke dalam matriks resin secara signifikan dapat meningkatkan sifat mekanis resin
komposit(Anusavice KJ, 2003).
mengunci dan menahan aliran. Hal ini menyebabkan resin yang tidak
diawetkan menjadi
8
proksimal dan oklusal pada gigi posterior yang juga melibatkan seluruh
cusp pada gigi tersebut(Istikharoh, 2018).
tinggi, karena resin matriks yang lunak lebih cepat hilang sehingga
akhirnya filler lepas(McCabe, 2016).
biru diperlukan untuk memulai reaksi karena diketon dan amina dapat
berada dalam campuran komposit yang sama dan tidak ada reaksi yang
terjadi hingga terkena cahaya biru(Manappallil, 2016).
Polimerisasi terdiri dari suatu mekanisme tertentu. Polimerisasi
dengan mekanisme adisi dimulai oleh radikal bebas. Radikal bebas dapat
dihasilkan oleh aktivasi kimiawi atau energi eksternal, seperti panas,
cahaya, atau gelombang mikro. Berdasarkan aktivasi polimerisasi, terdapat
tiga jenis utama, yaitu chemically activated resins, light-activated resins,
dan kombinasi (dual cure). Chemically activated resins yang merupakan
sistem dua pasta, yaitu pasta basa yang mengandung inisiator benzoil
peroksida dan pasta katalis yang mengandung aktivator amina tersier,
yaitu N, N-dimetil-p-toluidin(Manappallil, 2016).
Faktor yang mempengaruhi jumlah total resin yang
terpolimerisasi antara lain, sebagai berikut(Manappallil, 2016).
1. Transmisi cahaya melalui material
2. Tingkatan warna (shade) dari resin
3. Jumlah photoinitiator dan inhibitor yang ada
4. Waktu pengerasan (curing time)
Curing time memerlukan waktu 80 sampai 240 detik dengan
cahaya intensitas rendah sedangkan untuk mendapatkan hasil yang
sama, cahaya intensitas tinggi hanya memerlukan pencahayaan 20
sampai 60 detik.
5. Intensitas cahaya
6. Jenis lampu
7. Ketebalan resin
Ketebalan lebih dari 2-3 mm sulit dilakukan pengerasan
karena kurangnya penetrasi cahaya.
8. Jarak dari cahaya
Jarak optimal adalah 1 mm dengan cahaya diposisikan 90
derajat dari permukaan resin.
15
permukaan curing tip (mW/cm2) yang tergantung pada tipe LCU yang digunakan.
Jumlah energi yang
18
digunakan untuk mempolimerisasi bahan disebut dengan the energy density (hasil
dari irradiance dan waktu penyinaran). Penurunan irradiance dapat dikompensasi
dengan cara memperpanjang waktu pemaparan terhadap resin
komposit(Anusavice, 2013; Pasril, 2013).
Light Curing Unit (LCU) yang sering digunakan untuk mengaktifkan
resin komposit adalah sinar QTH (Quartz Tungste Halogen) yang dapat
menghasilkan panas dan LED (Light Emitting Diode) yang dapat menghasilkan
intensitas sinar yang tinggi. Pada praktikum ini, penyinaran dilakukan dengan
menempelkan ujung light curing ke permukaan seluloid strip selama 20 detik.
Intensitas sinar diukur terlebih dahulu menggunakan alat curing radiometer untuk
memastikan besar intensitas sinar agar sesuai dengan yang dibutuhkan(Pasril,
2013).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Bahan
a. Visible light composite resin
3.2 Alat
a. LED light curing unit
b. Celluloid strip
c. Lempeng Kaca
d. Sonde
e. Plastik filling Instrument
f. Jangka Sorong
g. Mould atau cetakan dengan mur berukuran tebal 6mm, 4mm, dan 2mm
19
20
d. Atur lama penyinaran pada LED light curing unit sesuai dengan lama
penyinaran visible light cure composite (mengikuti aturan pabrik).
e. Letakan ujung fiber optic tip LED light curing unit sedekat mungkin /
menempel pada permukaan komposit. Nyalakan sinar dan tunggu sampai
dengan lama waktu sesuai dengan pengaturan sebelumnya.
20
4.2 Pembahasan
Dari praktikum online yang telah dilaksanakan, pada percobaan pertama
dengan tinggi mold 6 mm mengalami sedikit perubahan dari ketebalan awal dan
ketebalan akhir setelah dikikis dengan selisih 0,25, pada percobaan dengan tinggi
mold 4 mm mengalami perubahan dari ketebalan awal dan ketebalan akhir setelah
dikikis dengan selisih 0,97, sedangkan pada percobaan dengan tinggi mold 2 mm
terjadi kesalahan pengukuran pada saat praktikum karena angka pengukuran
setelah dikikis lebih besar daripada angka pengukuran sebelum dikikis tetapi pada
saat praktikum terlihat jika pada tinggi mold 2 mm tidak mengalami perubahan
pada ketebalan awal dan ketebalan akhir yang membuktikan bahwa pada proses
curing atau pengerasan dengan menggunakan LED light curing unit pada resin
komposit mengeras dengan sempurna sampai ke dasar karena umumnya batas
normal curing adalah 2 mm, sedangkan pada percobaan dengan tinggi mold 4 mm
dan 6 mm pada
22
23
saat dikikis mengalami perubahan ketebalan karena proses curing pada resin
komposit belum sempurna sampai ke dasar sehingga ada bagian bawah yang
masih belum mengeras dan masih bisa dikikis. Ketebalan dengan lebih dari 2 mm
akan menyebabkan proses curing yang terjadi belum sempurna karena tidak
terlalu banyak penetrasi cahaya yang masuk sampai ke dasar sehingga dapat
mengakibatkan bagian bawah atau dasar resin komposit masih belum mengeras
dengan sempurna. Jika berada di bawah cahaya normal mereka tidak bereaksi.
Namun bila terkena cahaya yang panjang gelombang photoinitiator maka akan
aktif dan bereaksi dengan amina untuk membentuk radikal bebas yang kemudian
bisa memulai polimerisasi(Manappallil, John J, 2016; Pasril Y dan Pratama WA.,
2013)
Light Curing Unit pada resin komposit untuk mengaktifkan dengan cara
sinar QTH (Quartz Tungste Halogen) yang dapat mengeluarkan panas sedangkan
LED (Light Emitting Diode) yang dapat mengeluarkan intensitas sinar yang
tinggi. Proses pengerasan resin komposit menggunakan alat Visible Light Cure
(VLC). Sumber cahaya resin komposit untuk fotoaktif menggunakan QTH dan
blue LED. Sumber cahaya QTH bersumber dari bohlam 75 W dan terdapat
penyaring sehingga akan menjadi lebih panas dan membuat panjang gelombang
sekitar 470-480 nm. Sumber cahaya LED bersumber dari galium nitrit yang
berfungsi untuk memancarkan sinar dan tidak menggunakan penyaring, tidak
mengeluarkan panas dibandingkan dengan QTH, lebih tahan lama, dan
penyerapan camphorquinone oleh VLC. Jenis LED lebih baik dibandingkan
dengan QTH. Menurut penelitian Laura Cebalos dkk (2005) menjelaskan bahwa
keefektifan penyinaran berpengaruh pada sinar yang digunakan, merek bahan,
ketebalan bahan, dan intensitas paparan sinar. Light Curing Unit (LCU)
merupakan alat untuk mengeluarkan sinar yang terang yang berfungsi untuk
menginisiasi photopolymerisation dari bahan restorasi sinar tampak. Keluaran
sinar dari LCU disebut irradiance yang artinya adalah kekuatan sinar yang
dikeluarkan per satuan permukaan curing tip (mW/cm2). Irradiance bervariasi
antara 600 dan 2400 mW/cm2, tergantung pada tipe LCU yang digunakan.
Faktor-faktor yang dapat memberikan pengaruh kedalaman tingkat polimerisasi
resin komposit, yaitu sumber cahaya yang digunakan, waktu paparan sinar, warna
23
dari resin komposit, tipe dari resin komposit, kualitas sinar yang dipancarkan, dan
letak posisi penyinaran(Pasril Y dan Pratama WA., 2013).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Resin komposit digunakan untuk mengganti struktur gigi dan
memodifikasi bentuk dan warna gigi sehingga akhirnya diharapkan dapat
mengembalikan fungsinya. Resin komposit merupakan salah satu jenis bahan
tumpatan yang paling sering digunakan karena merupakan bahan tumpatan yang
memiliki warna sama dengan gigi. Resin komposit terdiri dari empat komponen
utama, yaitu matriks polimer organik, partikel filler inorganik, coupling agent,
dan sistem inisiator-akselerator. Adapun indikasi dan kontraindikasi dalam
penggunaan komposit, yaitu sebagai sealant pada restorasi resin preventif untuk
mencegah terjadinya karies pada daerah cekungan yang dalam dan sempit.
Kontraindikasi penggunaan resin komposit, yaitu tekanan pengunyahan yang
besar, pasien dengan insidensi karies tinggi, dan pasien yang sensitif terhadap
material komposit.
5.2 Saran
Resin komposit memiliki karakteristik warna yang menyerupai warna gigi.
Hal ini menyebabkan resin komposit sangat cocok digunakan sebagai restorasi
pada gigi anterior. Seiring dengan peningkatan kekuatan mekanis resin komposit,
seperti kekuatan tarik dan tekan yang tinggi membuat material ini juga menjadi
alternatif sebagai bahan restorasi pada gigi posterior.
24
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice KJ, Shen C, Rawls HR. 2003. Phillips’ Science of Dental Materials.
11th Ed. Missouri, USA: Elsevier Saunders.
Anusavice KJ, Shen C, Rawls HR. 2013. Phillips’ Science of Dental Materials.
12th Ed. Missouri, USA: Elsevier Saunders.
Kafalia RF, Firdausy MD, Nurhapsari A. 2017. Pengaruh Jus Jeruk Dan Minuman
Berkarbonasi Terhadap Kekerasan Permukaan Resin Komposit.
ODONTO Dental Journal. 4(1): 38-43.
Manappallil, John J. 2016. Basic Dental Material 4th Edition. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers. 328-344.
McCabe JF, Walls AW. 2016. Bahan Kedokteran Gigi. Edisi 9. Jakarta: EGC.
Noort VR. 2007. Introduction to dental material. 3rd Ed. Toronto: Mosby
Elsevier.
Powers JM, Wataha JC. 2008. Dental materials properties and manipulation. 9th
Ed. St Louis: Mosby Elsevier.
Ratih DN, Novitasari A. 2017. Kekerasan mikro resin komposit packable dan
bulkfill dengan kedalaman kavitas berbeda. Majalah Kedokteran Gigi
Indonesia. 3(2): 76- 82.
Riva YR, Rahman SF. 2019. Dental Composite Resin: A Review. The 4th
Biomedical Engineering’s Recent Progress In Biomaterials, Drugs
Development, Health, And Medical Devices: Proceedings Of The
International Symposium Of Biomedical Engineering (ISBE). 2019: 1-6.
Widiadnyani NKE. 2019. Perawatan saluran akar satu kali kunjungan pada gigi
dengan karies servikal dilanjutkan dengan restorasi komposit dan pasak
fiber. Bali Dental Journal. 3(2): 85-91.
Widyastuti NH, Hermanegara NA. 2017. Perbedaan Perubahan Warna Antara
Resin Komposit Konvensional, Hibrid, dan Nanofil Setelah Direndam
dalam Obat Kumur Chlorhexidine Gluconate 0,2%. Jurnal Ilmu
Kedokteran Gigi. 1(1): 52-57.