Anda di halaman 1dari 7

2.

4 Polysulfida
Polisulfida merupakan material cetak elastomer pertama yang dikenalkan
tahun 1950. Material cetak ini dikenal dengan mercaptan atau Thiokol. Bentuknya
seperti pasta yang terdiri dari 2 jenis pasta yaitu base dan akselerator. Material ini
dibagi menjadi tiga berdasarkan viskositasnya yaitu light bodied, medium bodied,
heavy bodied. Nama komersil produk ini adalah permlastic (kerr), coes-flex (lead
dioxide system), omni flex (copper hydroxide system). Komposisi polisulfida
yaitu base nya terdiri dari liquid polimer polisulfida (80%-85%), inert fillers
seperti titanium dioksida, seng sulfate, copper carbonate/silica (16%-18%)
sedangkan untuk reactornya terdiri dari lead dioxide (60-68%), Dibutyl phthalate
(30-35%), sulfur (3%), substansi lain seperti magnesium, retarder dan deodorants
(2%). Material ini memiliki waktu setting sekitar 12,5 menit pada suhu 37 0C
namun pada suhu yang lebih rendah memiliki setting time yang rendah
(manapallil 2016).

Reaksi yang terjadi saat kedua jenis pasta dicampurkan yaitu terjadi
reaksi kimia dimana polimer cair set menjadi lebih padat namun lebih elastis dan
fleksibel seperti karet. Terjadi reaksi awal dioksida dengan polimer polisulfida
yang mengkibatkan rantai memanjang dari oksidasi terminal group senyawa -SH
dan terjadi hubungan silang karena oksidasi oleh tambahan jenis senyawa -SH
yang dinyatakan dalam reaksi berikut:

2.4.1 Sifat Polysulfida

a. Elastisitas

Polysulfida memiliki elastisitas yang baik dan kekerasan yang rendah sehingga
dapat menentukan jarak antar model cetak dengan gigi yang cukup (manapallil
2016).

b. Stabilitas Dimensional
Mampu menyusut sekitar 0,45% dan berlanjut setelah setting. Elastomer jenis ini
memiliki deformasi permanen tertinggi (3-5%) dibanding elastomer yang lain
(manapallil 2016).

c. Daya ketahanan terhadap robekan

Elastomer ini memiliki daya robekan yang baik yaitu sekitar 4000gr/cm
(manapallil 2016).

2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Polisulfida

Kelebihan Material ini adalah

a. Mampu menghasilkan permukaan yang sangat detail


b. Memiliki fleksibiltas yang baik
c. Daya penyimpanan yang baik (manapallil 2016).

Kelemahan material ini adalah

a. Bau dan warna yang kurang nyaman. Bisa menempel pada linen dan
berantakan.
b. Material sangat kental dan lengket serta sulit dicampur.
c. Memiliki setting time yang lama
d. Hidrofobik sehingga mulut harus dalam kondisi kering sebelum mencetak
(manapallil 2016).

2.4.3 Manipulasi Polisulfida

Manipulasi dari elastomer ini dapat dilakukan dengan cara static mixing
yaitu teknik untuk mengubah 2 fluida (seperti pasta) menjadi campuran homogeny
tanpa teknik campuran secara mekanik. Alat yang digunakkan adalah mixing gun
untuk menekan kedua silinder cartridge yang mengandung base dan katalis secara
terpisah serta mixing tip. Static mixing dilakukan dengan cara menekan base dan
katalis menuju mixing tip, Material akan berotasi membentuk sirkulasi/putaran
sehingga material tercampur. Material akan diinjeksikan tepat dalam tray yang
sudah dilapisi bahan adhesi. Hal ini akan mengefektifkan waktu pencampuran
karena tidak memerlukan waktu yang lama. Teknik ini dilakukan pada crown
sementara dan jembatan akrilik serta semen untuk luting (Anusavice et al, 2012).
2.5 Silikon Adisi (Polyvinil Siloxane)

Materi ini dapat berbentuk tubes, cartridge yang digunakkan dengan


dispensing gun, putty jars yaitu 2 jar dengan ukuran yang seimbang, dan terdapat
autodispenser elektrik berukuran besar dan alat untuk mencampur. Material ini
dibagi menjadi 2 jenis yaitu base dan reaktor. Komposisi dari base adalah poly
(methyl hydrogen siloxane), siloxane prepolymers, fillers (amorphous silica atau
fluorocarbon), palladium-hydrogen absorber, retarder, agen warna. Reactor
memiliki komposisi divinyl polysiloxane, siloxane prepolymer, katalis platinum
salt (chloroplatinic acid), fillers. Setting time dari material ini adalah 8-9 menit
(manapallil 2016).

Reaksi yang terjadi adalah yaitu base polymer menyatu dengan senyawa
vinyl dan terhubung dengan senyawa silane yang diaktivasi oleh platinum salt.
Vinyl siloxane dan silane harus seimbang jika tidak akan menghasiilkan
gelembung pada model cetak akibat adanya produksi gas hidrogen. Untuk
mengatasinya dapat ditambahkan palladium untuk menyerap hydrogen
(manapallil 2016).
2.5.1 Sifat Polyvinil Siloxane

1. Sifat fisis

a. Viskositas
Elastomer jenis ini memiliki 3 jenis viskositas yaitu light bodied, medium
bodied, heavy bodied dan putty. Rata-rata bahan silicon adisi memiliki
tingkat viskositas menengah sampai keatas yang berarti bentuk
materialnya dapat dikategorikan sangat kental (Mc Cabe and Walls 2009).

2. Sifat Mekanis

a. Flow
Polyvinil Siloxane memiliki flow yang baik dengan konsistensi cairan
yang baik karena dapat menembus daerah subgingival yang akan
digunakkan untuk preparasi subgingival (Stępień and Dejak 2020).
b. Elasticity
Elastomer ini memiliki fleksibiltas dan elastisitas yang rendah dan lebih
keras dibanding polisulfida. Saat melepas elastomer dari gigi pasien harus
dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjadi keretakan (Manapallil 2016).

2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan material ini adalah

a. Memiliki stabilitas dimensional dibanding elastomer yang lain


b. Masa simpan 1-2 tahun
c. Menghasilkan detail yang sangat baik dibanding produk elastomer lainnya
(manapallil 2016).

Kekurangan material ini adalah

a. Bau yang kurang enak serta warna yang kurang menarik.


b. Kemungkinan menyebabkan alergi bila berkontak dengan kulit secara
langsung
c. Sangat hidrofobik (manapallil 2016).

2.5.3 Manipulasi Polyvinil Siloxane


Manipulasinya dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu Hand mixing dan Dynamis
Mechanical mixing.

a. Hand Mixing
Dilakukan dengan cara pengguna mengeluarkan material dengan ukuran
yang sama pada mixing pad/ glass slab. Hal pertama yaitu keluarkan
katalis terlebih dahulu baru base, setelah itu lakukan pengadukan dengan
spatula blade. Proses ini dilakukan sampai pasta tercampur lalu diletakkan
pada model cetak yang dibuat. Teknik terbaik dilakukan dengan
menggunakkan satu jari sampai tercampur dengan baik (Anusavice et al,
2012).
b. Dynamic mechanical Mixing
Teknik ini menggunakan alat/mesin untuk menguleni material sampai
pada mixing tip menuju model cetak. Ketika mesin bekerja didalam
mixing tip mencampur material dan di ekstrudat melalui tip. Impeller
pada teknik ini berfungsi untuk mencampur material dengan baik ketika
lewat. Jumlah material yang diperlihara pada mixing tip lebih baik
daripada menggunakkan teknik static mixing. Penggunaan alat ini untuk
material dengan viskositas tinggi sehingga tidak perlu mengeluarkan
banyak usaha (Anusavice et al, 2012).
Daftar Pustaka
1. Manapallil JJ. 2016. Basic Dental Materials: 4th Edition. Philadelphia:
Jaypee Medical Inc.
2. Anusavice KJ, Shen C, Rawls HR. 2012. Phillips’ Science of Dental
Materials: 12th edition. Misouri: Elsevier Saunders.
3. McCabe JF and Walls AWG. 2009. Applied Dental Materials: 9th edition.
USA: Blackwell Publishing Ltd.
4. Stępień JM and Dejak B. 2020. Assessment of the flow of impression
material into the gingival sulcus depending on the type of impression
material used and the impression-taking technique. Protet Stomatol;
70(2):123-131.

Anda mungkin juga menyukai