Elastomer termasuk sebagai bahan cetak berbahan dasar polimer sintetis dengan
struktur amorf (susunan atom yang tidak teratur) yang memiliki struktur rantai cross-
linked dan dapat diregangkan (stretched) dan kembali dengan cepat dimensi semula.
Secara kimiawi, terdapat tiga jenis elastomer berdasarkan backbone rantai polimernya,
yaitu polisulfida, silikon (kondensasi dan addisi) dan polieter. Elastomer tersedia dalam
dua komponen pasta base dan catalyst (liquid) yang dicampur sebelum pencetakan.
konsistensi seperti extra low, low, medium, heavy dan putty. Extra low dan putty hanya
tersedia pada jenis silikon kondensasi dan addisi. Polisulfida hanya tersedia dalam
konsistensi light-body dan heavy-body. Silikon kondensasi tidak memiliki produk heavy-
body. Sedangkan polieter tersedia dalam konsistensi low, medium dan high. Pigmen
1. Polisulfida (mercaptan)
Digunakan untuk fixed partial denture karena tingkat akurasi yang tinggi. Bahan ini
mengandung polimer sulfida berat molekul rendah (~4,000 MW) dan polimerisasi terjadi
dengan reaksi kondensasi dimana air sebagai produk sampingan (by product). Polisulfida
tersedia dalam dua tube pasta base dan catalyst yang akan dicampur bersama. Pasta base
mengandung mercaptan multifungsi (-SH) yang disebut polimer sulfida, filler yang sesuai
(seperti lithopone atau titanium dioxide) 12% sampai 50% untuk menambah strength
(kekuatan), plasticizer (seperti dibutyl phtalate) 17% untuk memberi viskositas yang tepat
pada pasta dan sulfur dalam jumlah kecil sekitar 0,5% sebagai akselerator (mempercepat
reaksi). Pasta catalyst, yang disebut juga reaktor atau akselerator, berisi lead dioxide 30%,
filler dan plasticizer seperti pada pasta base dan asam oleat atau asam stearat sebagai
retarder (memperlambat reaksi) untuk mengontrol reaksi setting. Lead dioxide memberi
karakteristik warna coklat. Peningkatan temperatur dan kelembapan dapat mempercepat
reaksi. 1,2
Sifat mekanis bahan ini meliputi elastic recovery yang lebih rendah dibandingkan
dengan silikon dan polieter. Flow bahan ini paling tinggi dibanding elastomer jenis
lainnya. Flow paling tinggi terdapat pada polisulfida konsistensi light-body dan terendah
memiliki tear strength paling tinggi dari semua bahan karet sehingga memungkinkan
Pada proses manipulasi, bahan ini dicampur pada mixing pad dengan spatula.
Panjang pasta base sama dengan pasta catalyst (rasio1:1), lalu dicampur merata. Mixing
time 45-60 detik. Working time sekitar 5-7 menit. Working time dan setting time
memendek pada kelembapan dan temperatur tinggi. Bahan ini mengalami shrinkage
Keuntungan dari penggunaan polisulfida ini yaitu working time yang panjang, tear
strength yang tinggi, flow yang tinggi, detail cetakan yang akurat, fleksibilitas yang tinggi
sehingga mudah melewati undercut dan harganya lebih murah dibanding silikon dan
polieter.2
Kerugian bahan ini yaitu memerlukan sendok cetak individual, bau kurang sedap,
lead oxide dapat mewarnai pakaian dan dapat berefek toksik serta hanya akurat pada
pengisian pertama. 2
2. Silikon Kondensasi
Digunakan untuk fixed partial denture dan ideal untuk inlay single unit. Bahan ini
tersedia dalam sistem paste-liquid catalyst dengan viskositas low, medium, high dan very
high (putty). Pasta base mengandung poly(dimethylsiloxane) berat molekul tinggi dengan
terminal hydroxy groups (-OH), orthoalkylsilicate dengan struktur cross-link dan filler
inorganik. Pasta mengandung 30%-40% filler, sementara pada putty mengandung 75%
filler. Pasta atau liquid catalyst mengandung metal organic ester seperti tin octoate atau
dibutyl tin dilaurate dan oily diluent. Ethil alkohol merupakan produk sampingan (by
product). 1,2
Sifat mekanis pada silikon kondensasi yaitu memiliki elastic recovery yang sangat
baik. Flow rendah kurang dari 0,1% yang menunjukkan bahan ini dapat terjadi distorsi
disebabkan tekanan ringan. Flexibilitas lebih rendah daripada polisulfida, dengan kata lain
silikon lebih kaku daripada polisulfida. Tear strength lebih rendah daripada polisulfida.
Bahan ini dapat mengalami shrinkage 0,2-1% selama 24 jam. Shrinkage dimulai pada jam
pertama, ini lebih besar daripada polisulfida dan polieter. Shrinkage yang tinggi ini
disebabkan polimerisasi dan penguapan alkohol. Akurasi dapat diperoleh dengan cara
dalam bentuk sediaan pasta base dan liquid catalyst. Pada bentuk ini, digunakan dengan
perbandingan 1 tetes liquid catalyst tiap inci pasta base. Setting time (6-8 menit) lebih
pendek daripada polisulfida. Cetakan harus diisi sesegera mungkin karena polymerization
shrinkage yang tinggi. Kelembapan dan temperatur tinggi dapat memperpendek setting
time. 2
menyenangkan, sangat elastis dan setting time dapat dikontrol dengan akselerator.
Kerugian bahan ini cenderung tidak akurat karena terjadinya shrinkage dan harus
3. Silikon Addisi
Sering juga disebut polyvinyl siloxane (PVS) atau vinyl polysiloxane (VPS).
Digunakan untuk fixed dan removable denture karena sangat akurat. Bahan ini mengalami
mengandung filler. Tidak ada produk sampingan (by product) yang dihasilkan sehingga
memiliki dimensional stability yang lebih tinggi daripada silikon kondensasi. Adanya
retarder yang dicampurkan pada bahan dapat memperpanjang working dan setting time.
Bahan ini tersedia dalam viskositas light, medium, heavy dan putty. 1-3
Working time dan setting time bahan ini lebih cepat daripada polisulfida, sehingga
retarder sering ditambahkan untuk memperpanjang working time. Elastisitas bahan sangat
tinggi dan menunjukkan dimensional shrinkage yang sangat rendah. Rigidity (kekakuan)
bahan tinggi sehingga sulit melewati undercut disebabkan fleksibilitas yang rendah. Tear
strength mirip dengan silikon kondensasi, tetapi lebih rendah daripada polisulfida. 1-3
saat setting, palladium ditambahkan untuk menyerap hidrogen dan mencegah terjadinya
Keuntungan bahan ini yaitu akurasi yang tinggi dan dimensional stability tinggi
setelah setting. Deformation recovery bahan ini sangat baik, tidak mewarnai pakaian,
memiliki warna dan aroma yang menyenangkan, dapat digunakan dengan sendok cetak
individual maupun pabrik. Bahan ini dapat diisi 1 minggu setelah pencetakan dan
Kerugian bahan ini lebih mahal, lebih rigid daripada silikon kondensasi dan sulit
melewati undercut. Tear strength yang tidak terlalu tinggi beresiko jika melewati daerah
retraksi gingiva. Jika tidak ada hidrogen absorber dapat terjadi bubles di permukaan die.
Bersifat hidrofobik sehingga sulit diisi dengan stone. Sulfur pada sarung tangan latex dan
4. Polieter
Digunakan untuk pencetakan gigi dengan preparasi yang sedikit tanpa undercut yang
yang banyak. Kekakuannya tinggi dan working time pendek. Polieter tersedia dalam
viskositas low, medium dan high. Polieter tersedia dalam dua pasta. Pasta base
mengandung polieter berat molekul rendah dengan ethylene-imine terminal group, filler
Pasta catalyst mengandung aromatic sulfonic acid ester dan thickening agent
Sewaktu pasta base dan catalyst dicampur, polimerisasi ionik terjadi pembukaan
cincin ethylene-imine dan rantai memanjang. Reaksi yang mengubah pasta menjadi karet
sebagai berikut :
Sifat mekanis polieter mirip dengan silikon addisi. Formula awal polieter memiliki
working dan setting time yang pendek dan fleksibilitas rendah. Thinner (pengencer)
ditambahkan untuk meningkatkan working time dan fleksibilitas tanpa kehilangan sifat
fisis dan mekanis. Namun, formula terbaru memiliki working time 2,5 menit dan setting
time 4,5 menit. Bahan dapat mengalami shrinkage 0,3% setelah 24 jam. Karena karet ini
menyerap air dan perubahan dimensi. Elastic recovery tinggi yaitu antara polisulfida dan
silikon addisi. Flow dan fleksibilitas bahan ini sangat rendah (stiffness tinggi) serta tear
Manipulasi polieter mirip dengan polisulfida dan silikon. Pasta base dan catalyst
yang sama panjang dicampur dengan cepat (30-45 detik), karena working time yang
pendek. Bahan ini mudah dicampur. Hati-hati sewaktu mencampur bahan, harus dihindari
kontak dengan kulit dan mukosa karena bahan bereaksi dengan jaringan. Pencampur jenis
handheld gun dapat mencampur dengan cepat dan tanpa terjadi bubles. 2
Keuntungan polieter antara lain mudah dimanipulasi dan dicampur, lebih akurat
daripada polisulfida ataupun silikon kondensasi. Bahan ini menghasilkan detail permukaan
yang baik dan mudah diisi dengan stone. Jika dijaga tetap kering, dimensi akan stabil
sampai 1 minggu. 2
Kerugian bahan ini antara lain harganya mahal, working dan setting time yang
pendek, stiffness yang tinggi setelah setting membatasi penggunaannya. Rasanya pahit,
Kelas II daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang
masih ada, tetapi berada hanya pada salah satu sisi rahang (unilateral free-
end)
Kelas III daerah tak bergigi terletak di antara gigi-gigi yang masih ada di
bagian posterior maupun anterior dan unilateral
Kelas IV daerah tak bergigi terletak pada bagian anterior dari gigi-gigi
yang masih ada dan melewati garis tengah.
Pada klasifikasi kelas I, II, dan III, apabila terdapat tambahan daerah tak
bergigi dapat disebut sebagai modifikasi. Untuk menentukan klasifikasi,
dilakukan dengan cara melihat daerah tak bergigi dari yang paling posterior.
Contoh:
Pada gambar diatas dapat diklasifikasikan ke dalam kelas III dan terdapat 2
daerah tak bergigi lainnya, maka disebut kelas II modifikasi 2.
Kelas II adalah daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi
yang masih ada, tetapi berada hanya pada salah satu sisi rahang (unilateral
free-end)
Kelas III daerah tak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangganya
tidak mampu memberikan dukungan bagi protesa secara keseluruhan
Kelas IV daerah tak bergigi terletak pada bagian anterior dari gigi-gigi
yang masih ada dan melewati garis tengah.
Kelas V daerah tak bergigi paradental dimana gigi anterior tidak dapat
digunakan sebagai penahan
Kelas VI daerah tak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga dapat
digunakan sebagai penahan
1.
Pada gambar diatas dapat diklasifikasikan ke dalam kelas II dan terdapat 2
tambahan daerah tak bergigi, 1 di anterior dan 1 di posterior. Maka dapat
diklasifikasikan menjadi kelas II modifikasi 1A1P.
2.
Pada gambar diatas dapat diklasifikasikan ke dalam kelas I dan terdapat
tambahan 1 daerah tak bergigi di anterior. Maka dapat diklasifikasikan menjadi
kelas I modifikasi IA
b. Dukungan mukosa, yaitu jika semua gaya oklusal didukung oleh jaringan lunak
dan tulang yang berada di bawahnya
c. Dukungan kombinasi, yaitu jika semua gaya oklusal didukung oleh gigi,
jaringan lunak dan tulang yang berada di bawahnya
Gambar 2. Sendok cetak individu yang telah dibentuk bagian labial flange.
2. Bukal flange :
a Pasif : pipi diangkat lalu ditarik ke arah luar, ke bawah, dan ke dalam lalu digerakkan
mundur dan maju.
b Aktif : pasien diinstruksikan untuk mengerutkan bibir dan tersenyum (gambar 2).
Gambar 3. Sendok cetak individu dengan daerah frenulum bukal pada pembentukan
bukal flange.
3. Daerah distobukal : RA Posterior
a Pasif : pipi ditarik ke arah luar, ke bawah, dan ke dalam.
b Aktif : pasien diinstruksikan untuk membuka mulut dengan lebar, tutup dan gerakkan
mandibula dari sisi ke sisi. Membuka mulut dengan lebar menggambarkan kedalaman
dan lebar dari distobukal flange seperti yang diatur oleh otot, sementara mandibula
bergerak dari sisi ke sisi, disediakan untuk pergerakan dari prosesus koronoid (gambar
3).
Gambar 4. Sendok cetak individu dengan daerah distobukal pada pembentukan bukal
flange.
Gambar 5. Sendok cetak individu dengan pembentukan pada daerah posterior seal.
B. Border Moulding Rahang Bawah
1. Labial flange : RB Anterior
a Pasif : bibir sedikit terangkat ke arah luar, ke bawah, dan ke dalam (gambar 5).
Gambar 6. Pembentukan daerah labial flange.
2. Bukal flange : RB Posterior
a Pasif : pipi diangkat ke arah luar, ke atas, dan ke dalam dan digerakkan mundur dan
maju.
b Aktif : pasien diinstruksikan untuk mengerutkan bibir dan tersenyum (gambar 6).
2. Carbon Marker
3. Undercuts Gauge
4. wax cutting
Surverying GTL
1. Part of insertion and part of displacement
- Bertujuan untuk menentukan arah masuk dan keluar suatu protesa
- Menggunakan analyzing rod
- Daerah yang disurvei adalah seluruh bagian model kerja yang
bersinggungan dengan plat akrilik. Dilakukan analisa undercut hingga
tercapai undercut minimal
2. Menentukan lengkung terbesar dan undercut (desire and undesire)
- Bertujuan untuk
Menandai lengkung terbesar undercut
Menentukan posisi lengan retentif dan lengan pengimbang
- Menggunakan carbon marker
- Daerah yang disurvei adalah seluruh bagian model kerja yang
bersinggungan dengan plat akrilik
3. Tripoding
- Bertujuan menentukan 3 tanda untuk reposisi model kerja pada meja model
- Membentuk 3 garis di sisi lateral atau anterior pada model
6. Bagaimana cara membuat base plate dan bite rim pada GTL (Tinggi, Lebar dan Bentuk)
“PEMBUATAN BASE PLATE”
ALAT :
1.Bunsen
2.Le cron
3.Chip Blower
BAHAN :
1.Malam merah
2.Spiritus
CARA PEMBUATAN :
Pembuatan Base Plate untuk rahang atas dan rahang bawah pada prinsipnya sama.
a.Gambar disain gigi tiruan penuh yang akan dibuat pada model kerja.
Perhatikan batas-batas anatomical landmark rahang atas dan rahang bawah.
Bite rim adalah tanggul gigitan yang terbuat dari lembaran malam yang
berfungsi untuk menentukan tinggi gigitan pada pasien yang sudah kehilangan
semua gigi agar mendapatkan kontak oklusi. Ada dua metode yang digunakan dalam
pembuatan bite rim yaitu teknik cor dan teknik gulung. Hal yang paling penting dari
pembuatan bite rim ini adalah menetukan dimensi vertikal, oklusi sentrik, dan
menentukan profile pasien.
CARA PEMBUATAN :
Prosedur untuk rahang atas dan rahang bawah sama, buatlah RA terlebih dahulu.
a.Ambil selembar modelling wax, dilunakkan diatas api spiritus pada satu sisi
kemudian digulung
b.Dilunakkan lagi untuk sisi berikutnya dan digulung. Dibuat 4 sampai 5 gulungan,
berbentuk silinder
c.Gulungan malam yang berbentuk silinder dibentuk tapal kuda
Cara meletakkan Bite rim diatas Base plate:
Gulungan wax diletakkan diatas base plate sesuai dengan garis alveolar ridge
kemudian tepi wax dipanaskan dan direkatkan dengan proc.Alveolaris. Sudut bite rim
terhadap base plate dibuat 80– 85 terhadap dataran oklusal.
Bagian posterior pada occlusal dibagi dua oleh garis alveolar ridge menjadi :
Bagian buccal: 3 mm
Bagian lingual: 3 mm
Para ahli dalam penelitiannya telah mengembangkan metode untuk menentukan dimensi
vertikal yaitu metode konvensional dan antropometri.
a. Metode konvensional yang digunakan secara luas yaitu two dot technique. Metode
konvensional secara garis besar dibagi atas metode mekanik dan fisiologis.
- Metode mekanis antara lain menentukan relasi linggir, penggunaan gigi tiruan
lama, serta catatan pra-ekstraksi dan pengukurannya. Salah satu pengukuran
catatan pra-ekstraksi menggunakan two dot technique untuk mengukur tinggi
sepertiga bagian bawah.
- Metode fisiologis termasuk penentuan posisi fisiologis istirahat, estetik, fonetik,
ambang batas penelanan, serta sensasi taktil dan kenyamanan.
Semua hasil perkiraan pengukuran DVO secara mekanis dan fisiologis dianggap
sebagai nilai sementara sampai dilakukan observasi fonetik dan estetik.
b. Metode Wilis (Pengukuran struktur anatomi)
- Pasien diminta duduk dengan rileks dan permukaan oklusal sejajar lantai
- Dimensi Vertikal Rest Posisi (DVRP) dicari dengan cara mengukur jarak titik A
pupil - sudut mulut dengan jarak titik B hidung – dagu menggunakan kaliper. Pada
keadaan rest posisi, jarak pupil - sudut mulut sama dengan jarak titit hidung - dagu
(PM = HD)
- Kemudian mencari Dimensi Vertikal Oklusi (DVO), pada keadaan oklusi sentrik
dengan cara, DVO = DVRP - Free way space (2-4 mm).
c. Metode antropometri merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
penentuan DVO. Leonardo da Vinci dan Mc Gee (1947) menyatakan terdapat
hubungan antara DVO dengan berbagai pengukuran antropometri. Pengukuran wajah
digunakan untuk menentukan DVO, salah satunya proporsi wajah yaitu tinggi
sepertiga wajah bagian bawah
8. Bagaimana cara menentukan relasi sentris menggunakan metode pasif dan nucleus
walkhoff
A. CARA PENETAPAN RELASI SENTRIK
1. CARA PASIF
1.1. Metode gysi
Pada metode Gysi, operator meletakkan ibu jari telunjuk pada bagian ventral
muskulus masseter pasien. Pasien diinstruksikan untuk rileks dan operator
mendorong mandibular ke posterior. Pasien kemudian diinstruksikan untuk
menggigit sehingga posisi kondilus dalam fossa glenoid tidak tegang. Kedua
galengan gigit lalu difiksasikan.
1.2. Metode Rehm
Metode ini dilakukan dengan meletakkan ibu jari dan telunjuk di bagian
vestibulum menekan bite rim, lalu jari tengah dibengkokkan dibawah dagu,
mandibula didorong ke posterior secara perlahan, pasien mengigit dan fiksasikan.
1.3. Metode Gravitasi
1. Pasien diminta duduk dikursi dan diinstruksikan agar kepala mengadah ke atas
2. Oleh gaya gravitasi, mandibula akan terdorong ke posterior sehingga kondilus
akan menempati posisi paling posterior tetapi tidak tegang pada fossa glenoid
3. Pasien disuruh menggigit dan kedua tanggul/galengan gigitan difiksasi
1.4. Metode Green
Pasien diminta menggigit kuat. Bila relasi sentrik benar maka otot temporalis
ventral akan terasa menggelembung pada saat diraba dengan jari-jari tangan kanan
dan kiri. Kedua galengan gigit difiksasi.
Perlekatan anatomis dari bagian belakang dan tengah otot-otot temporalis dan
suprahioid (terutama glenoideus dan digastrikus), diperkuat dengan sebuah
penelitian yang menunjukkan otot-otot ini menggerakkan dan menghentikan
mandibula dalam posisinya yang paling mundur terhadap maksila. Otot-otot
temporalis , masseter dan pterigoideus medial menganggkat mandibula ke posisi
vertikal tehadap maksila.
1.5. Cara Nucleus Walkhoff
a. instruksikan pasien untuk merelaksasikan mandibulanya sementara operator
menggerakan mandibular pasien kearah atas dan belakang hingga pasien
merasakan kontak oklusi pertama pada bagian posterior
b. metode nucleus walkhoff, yaitu pasien diinstruksikan untuk mengangkat dan
meletakan ujung lidahnya pada posisi paling atas dan belakang mulut
c. beritahu pasien untuk memajukan rahang atasnya dibandingkan mandibulanya
dalam keadaan bagian posterior berkontak, dan bantuan tekanan ringan dari
operator pada daerah dagu
d. menengadahkan pasien dengan bantuan kursi agar terdapat bantuan gravitasi untuk
meretrudkan posisi mandibular
9. Jelaskan tahapan MMR pada GTSL dan GTL
MAXILLO MANDIBULAR RELATIONSHIP
1. Mula-mula pasien dipersilahkan duduk pada dental chair, dataran oklusal sejajar
dengan Lantai
2. Lakukan insersi bite rim untuk melihat retensi, stabilisasi, ketinggian dan
kesesuaiannya di rongga mulut
3. Penetapan bidang orientasi dengan menilai dataran oklusal bite rim
Tentukan garis camper dengan menghubungkan titik di bawah ini :
Tragus telinga kanan dan kiri ke batas tepi bawah dari ala nasi. Ketiga titik
tersebut dihubungkan dengan benang yang direkatkan dengan selotip
Pemasangan Fox Oclusal Guide Plane pada permukaan oklusal bite rim
Evaluasi sudut pandang anterior :
bila dilihat dari anterior Fox Oclusal Guide Plane pada bite rim sejajar
garis pupil
Tinggi bidang incisal bite rim rahang atas 2 mm dibawah garis bibir atas
(pada waktu rest position)
Evaluasi sudut pandang lateral :
apabila dilihat dari lateral bagian lateral Fox Oclusal Guide bite rim atas
sejajar dengan garis camper
Speech
Metode ini menginstruksikan pasien untuk mengucapkan huruf “M” secara
terus menerus hingga pasien merasa lelah. Kemudian dilakukan
pengukuran segera setelah pasien berhenti. Metode lain yang dapat
digunakan yaitu pasien diajak berbicara dengan dokter gigi hingga lelah
kemudian dilakukan engukuran dengan cara yang sama.
Ekspresi wajah
Metode ini melihat bentuk ekspresi wajah. Posisi wajah yang benar terjadi
jika otot mata, hidung, dan dagu dalam posisi rilleks. Serta bibir atas dan
bawah berada pada satu garis lurus.
6. Fiksasi
Beberapa teknik fiksasi relasi sentris yang dapat dilakukan antara lain:
Metode fisiologis
Taktil atau inter-oklusal cheek record
Pressureless method/ nick and notch
- Pasien berada pada posisi tegak dengan bidang oklusal sejajar lantai
- Melakukan pembuatan trought / pengurangan wax pada permukaan
oklusal bite rim rahang bawah dari mesial premolar hingga histal
biterim sebanyak 3mm. Posisi trought harus sejajar dengan nick dan
notch.
- Pembuatan notch sebanyak 1 buah pada rahang atas tepat diatas trought
berbentuk cekungan “V” shape memoton bidang oklusal
11. Jelaskan tahap penyusunan gigi GTL anterior & posterior RA dan RB
PEMASANGAN ANASIR GIGI ANTERIOR RAHANG ATAS
Gigi
Tampak Labial Tampak Proksimal Tampak Incisal
Gigi Protrusive
Centric Occlusion Oclussion
Tampak
Tampak Labial Tampak Proksimal Incisal
inci
siv
31, 41 Sumbu gigi tegak lurus Bagian cervical Incisal edge us
terhadap bidang incisal. permukaan labialcentralis superior kanan
sedikit depresi ber
kon
dan kiri tak
dengan incisal edge
cen
tral
incisivus is
inferior kanan dan kiri
33, 43 Sumbu gigi miring ke mesial Bagian cervical Facies incisalis atas
ba
wa
permukaan labial dan h
lebih prominent menunjukkan
ed
ge
Ujung cups berada hubungan to
diantara gigi-gigi edge
caninus superior dan Incisal edge
incisivus lateralis incisivus lateralis
superior superior kanan dan
kiri berkontak
sisi
mesi
dengan al
gigi-gigi caninus
inferior
b
u
k
14, 24 sumbu gigi tegak lurus Sumbu gigi tegak Tonjol al
bi
d
a
n
bite-rim lurus bidang oklusal menyentuh g
sisi mesial menyentuh sisi oklusal
distal gigi 23
Tonjol palatinal
menggantung
b
u
k
15, 25 sumbu gigi tegak lurus Sumbu gigi tegak lurus Tonjol al
bi
d
a
n
bite-rim menyentuh g
bidang oklusal
Sisi mesial menyentuh sisi oklusal
distal gigi 24 Tonjol palatinal
bi
d
a
n
menyentuh g
oklusal
16, 26 sumbu gigi miring ke arah Tonjol mesio-palatinal menyentuh bidang
mesial oklusal
Tonjol mesio-bukal dan tonjol disto-bukal
dinaikkan 0,5 mm dari bidang oklusal
Tonjol disto-palatinal dinaikkan 0,5 - 0,75 dari
bidang oklusal
17, 27 sumbu gigi lebih miring Tonjol mesio-bukal dan mesio-palatinal lebih
daripada molar superior menggantung lebih kurang 1 mm daripada
pertama (6o) tonjol mesio-bukal dan tonjol mesio-palatinal
gigi molar superior pertama
lebih
Tonjol disto-bukal menggantung
daripada tonjol disto-bukal gigi molar superior
pertama
Tonjol disto-palatinal lebih menggantung
daripada gigi molar superior pertama
Gigi Working
Centric Occlusion Occlusion
Balancing Occlusion
36, 46 sesuai klasifikasi angleTonjol mesio-distalTonjol mesio-bukal dan
kelas 1 molar pertama inferior
disto-bukal molar
Inklinasi mesio-distal kanan berkontak inferior
tonjol mesio-bukal molar dengan antara tonjol pertama kiri
superior pertama berada dibukal premolarberkontak dengan
pal
ati
mesio-buccal groove molar superior kedua kanantonjol nal
inferior pertama dan tonjol mesio-bukal premolar superior
Inklinasi mesio-
lingual
molar superior pertama kedua kiri dan tonjol
tonjol mesio-palatinal molar kanan
superior pertama berada di
mesio-palatinal molar
fossa central molar inferior superior pertama kiri
pertama
d
i
s p
t a
o d
35, 45 Inklinasi mesio-distal: Slope tonjol - Slope mesial a
Tonjol buccal premolar bukal premolar tonjol bukal premolar
inferior kedua terletak inferior keduainferior kedua
diantara premolar berkontak denganberkontak dengan
m
e
s
i
o
superior kedua dan slope tonjol - slope distal pada tonjol
premolar superior bukal premolarlingual premolar
pertama dengan ujung superior kedua superior pertama
tonjolnya berkontak Slope tonjol m
e
s
i
o
-
dengan marginal ridge bukal premolar
premolar superior kedua inferior kedua
dan premolar superior berkontak dengan
d
i
s
t
o
pertama slope tonjol -
Tonjol lingual premolar bukal premolar
inferior kedua terletak superior pertama
l
i
n
g
u
a
diantara tonjol palatinal Tonjol l
premolar superior kedua premolar inferior
dan premolar superior kedua berkontak
area
pertama dengan disto-
Inklinasi buko- lingual premolar
lingual: superior pertama
m
e
s
i
o
Tonjol bukal premolar dan area -
inferior kedua berada di lingual premolar
garis central superior kedua
developmental groove
premolar superior kedua
dan premolar superior
pertama
ad
34, an
44 Tonjol bukal premolar Tampak Bukal Tidak terlihat ya
disto- dengan
inferior pertama terletak Slope bukal kontak gigi
diantara tonjol bukal premolar iatasnya
n
f
e
r
i
o
r
ber
kon
premolar superior kedua dan pertama tak
caninus superior, dengan dengan slope mesio-
pre
mo
ujung tonjolnya berkontak bukal lar
dengan marginal ridge superior kedua, dan
mesio-
premolar superior kedua dan slope bukal
i
n
f
e
r
i
o
caninus superior premolar r
ber
kon
pertama tak
dengan slope disto-
c
a
n
i
n
u
bukal s
superior
Tampak
Lingual
disto-
Slope lingual
i
n
f
e
r
i
o
premolar r
pertarna ber
kon
tak
m
e
s
i
o
dengan slope -
pre
mo
palatinal lar
superior pertama
i
n
f
e
r
i
37, o mesio
47 Garis inklinasi mesio- Tonjol molar r Tonjol -bukal
in
ber fe
kon ri
bukal molar inferior kedua kedua tak molar or
m
e
s
i
o
dengan tonjol - berko
sup kedua ntak
kontak dengan garis tepi eri
bukal molar or
t dengan tonjol disto-
o
n
j
o
l m
pada tonjol disto-bukal pertama dan - ol
sup palatinal ar
eri
tonjol molar or
molar superior pertama
kedua superior pertama
Posisi dari tonjol palatinal disto-
molar inferior kedua Tonjol bukal
molar in
fe
ri
or
berko
berkontak dengan fossa, kedua ntak
to
nj
central molar superior dengan ol
kedua. mesio-palatinal
su
pe
ri
molar or
kedua
12. Sebutkan minimal 8 faktor yang mempengaruhi retensi GTL dan minimal 3 faktor
yang mempengaruhi resistensi GTL
PENGERTIAN
Retensi dapat didefinisikan sebagai kekuatan menahan dari suatu gigi tiruan terhadap
gaya lepas (gaya vertical) pada saat gigi tiruan tersebut dalam keadaan diam
Stabilisasi merupakan kekuatan menahan dari suatu gigi tiruan terhadap kekuatan
gaya horizontal pada saat gigi tiruan berfungsi
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETENSI
1. Daya adhesi saliva terhadap fitting surface dan jaringan. Daya kohesi
molekul saliva mempertahankan keutuhan film saliva
Adhesi yang terjadi antara saliva dengan mukosa dan basis gigi tiruan terjadi
akibat tekanan ion antara c glikoprotein saliva dan permukaan epitel atau resin
akrilik; Kohesi, yaitu mekanisme ketertarikan fisik antara molekul yang sama.
Kekuatan retensi ini dihasilkan dari lapisan cairan saliva yang terdapat
diantara basis gigi tiruan dan mukosa yang bekerja mempertahankan integritas
permukaan cairanl;
2. Interfacial surface tension = tegangan permukaan antara dua permukaan yaitu
Saliva diantara mukosa dan gigi tiruan dan Udara dalam mulut
Retensi terjadi karena perbedaan tekanan antara film saliva dan udara
Tegangan permukaan antar fasial adalah daya tahan dua permukaan yang
merekat dengan perantaraan selapis tipis cairan terhadap gaya yang
memisahkannya. Semua bahan basis mempunyai tegangan permukaan yang
lebih besar jika dibandingkan dengan mukosa rongga mulut, tetapi setelah
dilapisi oleh pelikel saliva maka tegangan permukaan semakin menurun yang
dapat memaksimalkan luas permukaan antara saliva dan basis gigitiruan
3. Intimate tissue contact yaitu dekatnya titik kontak antara fitting surface dan
jaringan pendukung. semakin dekat semakin retensi
4. Tekanan atmosfer terhadap ruang hampa
Peripheral seal & post dam harus menekan sedikit masuk ke jaringan lunak.
Tekanan atmosfer, yaitu ketika suatu gaya tegak lurus terjadi searah dari
daerah dukungan gigi tiruan, maka tekanan antara gigi tiruan dan mukosa
menurun dibandingkan dengan keadaan sekitarnya, hal inilah yang menahan
gaya yang dapat melepaskan gigitiruan
5. Gravitasi
Menurut Watt dan McGregor (1992), retensi terutama dipengaruhi oleh tiga
faktor yaitu :
1. Ketepatan kontak antara fitting surface gigi tiruan dan mukosa mulut dengan
teknik mencetaknya harus baik dan tepat.
2. Perluasan basis gigi tiruan yaitu makin luas daerah yang tertutup basis maka
makin retentif.
3. Peripheral seal (tepi sayap gigi tiruan) tepat berada pada fornik/mucobuccal
dan bersambung dengan posterior palatal seal (post dam) pada RA sehingga
membentuk circular seal vacuum area / hampa udara. Pada rahang bawah
peripheral seal tidak bersambung sehingga hanya terbentuk pengap area.