Anda di halaman 1dari 39

1.

Sebutkan pembagian 4 tipe bahan elastomer


BAHAN CETAK ELASTOMER

Elastomer termasuk sebagai bahan cetak berbahan dasar polimer sintetis dengan

struktur amorf (susunan atom yang tidak teratur) yang memiliki struktur rantai cross-

linked dan dapat diregangkan (stretched) dan kembali dengan cepat dimensi semula.

Secara kimiawi, terdapat tiga jenis elastomer berdasarkan backbone rantai polimernya,

yaitu polisulfida, silikon (kondensasi dan addisi) dan polieter. Elastomer tersedia dalam

dua komponen pasta base dan catalyst (liquid) yang dicampur sebelum pencetakan.

Elastomer diformulasikan dengam penambahan kandungan fillernya dalam beberapa

konsistensi seperti extra low, low, medium, heavy dan putty. Extra low dan putty hanya

tersedia pada jenis silikon kondensasi dan addisi. Polisulfida hanya tersedia dalam

konsistensi light-body dan heavy-body. Silikon kondensasi tidak memiliki produk heavy-

body. Sedangkan polieter tersedia dalam konsistensi low, medium dan high. Pigmen

ditambahkan untuk memberi warna yang berbeda pada setiap bahan. 1

1. Polisulfida (mercaptan)

Digunakan untuk fixed partial denture karena tingkat akurasi yang tinggi. Bahan ini

mengandung polimer sulfida berat molekul rendah (~4,000 MW) dan polimerisasi terjadi

dengan reaksi kondensasi dimana air sebagai produk sampingan (by product). Polisulfida

tersedia dalam dua tube pasta base dan catalyst yang akan dicampur bersama. Pasta base

mengandung mercaptan multifungsi (-SH) yang disebut polimer sulfida, filler yang sesuai

(seperti lithopone atau titanium dioxide) 12% sampai 50% untuk menambah strength

(kekuatan), plasticizer (seperti dibutyl phtalate) 17% untuk memberi viskositas yang tepat

pada pasta dan sulfur dalam jumlah kecil sekitar 0,5% sebagai akselerator (mempercepat

reaksi). Pasta catalyst, yang disebut juga reaktor atau akselerator, berisi lead dioxide 30%,

filler dan plasticizer seperti pada pasta base dan asam oleat atau asam stearat sebagai

retarder (memperlambat reaksi) untuk mengontrol reaksi setting. Lead dioxide memberi
karakteristik warna coklat. Peningkatan temperatur dan kelembapan dapat mempercepat

reaksi. 1,2

Sifat mekanis bahan ini meliputi elastic recovery yang lebih rendah dibandingkan

dengan silikon dan polieter. Flow bahan ini paling tinggi dibanding elastomer jenis

lainnya. Flow paling tinggi terdapat pada polisulfida konsistensi light-body dan terendah

pada heavy-body. Fleksibilitas light-body lebih tinggi daripada heavy-body. Polisulfida

memiliki tear strength paling tinggi dari semua bahan karet sehingga memungkinkan

digunakan pada daerah subgingiva. 2

Pada proses manipulasi, bahan ini dicampur pada mixing pad dengan spatula.

Panjang pasta base sama dengan pasta catalyst (rasio1:1), lalu dicampur merata. Mixing

time 45-60 detik. Working time sekitar 5-7 menit. Working time dan setting time

memendek pada kelembapan dan temperatur tinggi. Bahan ini mengalami shrinkage

0,45% setelah 24 jam, sehingga harus diisi 1 jam setelah pencetakan. 2

Gambar 3. Bahan Cetak Polisulfida

Keuntungan dari penggunaan polisulfida ini yaitu working time yang panjang, tear

strength yang tinggi, flow yang tinggi, detail cetakan yang akurat, fleksibilitas yang tinggi

sehingga mudah melewati undercut dan harganya lebih murah dibanding silikon dan

polieter.2
Kerugian bahan ini yaitu memerlukan sendok cetak individual, bau kurang sedap,

lead oxide dapat mewarnai pakaian dan dapat berefek toksik serta hanya akurat pada

pengisian pertama. 2

2. Silikon Kondensasi

Digunakan untuk fixed partial denture dan ideal untuk inlay single unit. Bahan ini

tersedia dalam sistem paste-liquid catalyst dengan viskositas low, medium, high dan very

high (putty). Pasta base mengandung poly(dimethylsiloxane) berat molekul tinggi dengan

terminal hydroxy groups (-OH), orthoalkylsilicate dengan struktur cross-link dan filler

inorganik. Pasta mengandung 30%-40% filler, sementara pada putty mengandung 75%

filler. Pasta atau liquid catalyst mengandung metal organic ester seperti tin octoate atau

dibutyl tin dilaurate dan oily diluent. Ethil alkohol merupakan produk sampingan (by

product). 1,2

Sifat mekanis pada silikon kondensasi yaitu memiliki elastic recovery yang sangat

baik. Flow rendah kurang dari 0,1% yang menunjukkan bahan ini dapat terjadi distorsi

disebabkan tekanan ringan. Flexibilitas lebih rendah daripada polisulfida, dengan kata lain

silikon lebih kaku daripada polisulfida. Tear strength lebih rendah daripada polisulfida.

Bahan ini dapat mengalami shrinkage 0,2-1% selama 24 jam. Shrinkage dimulai pada jam

pertama, ini lebih besar daripada polisulfida dan polieter. Shrinkage yang tinggi ini

disebabkan polimerisasi dan penguapan alkohol. Akurasi dapat diperoleh dengan cara

pencetakan pertama menggunakan viskositas putty dan setelah setting, dilakukan

pencetakan kedua menggunakan light body, sehingga shrinkage lebih rendah. 2


Manipulasi silikon kondensasi sama seperti polisulfida, kecuali jika bahan silikon

dalam bentuk sediaan pasta base dan liquid catalyst. Pada bentuk ini, digunakan dengan

perbandingan 1 tetes liquid catalyst tiap inci pasta base. Setting time (6-8 menit) lebih

pendek daripada polisulfida. Cetakan harus diisi sesegera mungkin karena polymerization

shrinkage yang tinggi. Kelembapan dan temperatur tinggi dapat memperpendek setting

time. 2

Keuntungan penggunaan silikon kondensasi, antara lain bersih, aromanya

menyenangkan, sangat elastis dan setting time dapat dikontrol dengan akselerator.

Penggunaan sistem putty-wash dapat meningkatkan keakuratan sehingga tidak perlu

menggunakan sendok cetak individual. 2

Kerugian bahan ini cenderung tidak akurat karena terjadinya shrinkage dan harus

diisi dalam waktu 1 jam dan sangat hidrofobik. 2

Gambar 4. Bahan Cetak Silikon Kondensasi

3. Silikon Addisi

Sering juga disebut polyvinyl siloxane (PVS) atau vinyl polysiloxane (VPS).

Digunakan untuk fixed dan removable denture karena sangat akurat. Bahan ini mengalami

reaksi polimerisasi addisi antara divinylpolysiloxane dan polymethylhydrosiloxane dengan

chloroplatinic acid sebagai catalyst. Pasta base mengandung polymethylhydrosiloxane.

Pasta catalyst mengandung divinylpolysiloxane dan platinum salt. Kedua pasta

mengandung filler. Tidak ada produk sampingan (by product) yang dihasilkan sehingga

memiliki dimensional stability yang lebih tinggi daripada silikon kondensasi. Adanya
retarder yang dicampurkan pada bahan dapat memperpanjang working dan setting time.

Bahan ini tersedia dalam viskositas light, medium, heavy dan putty. 1-3

Working time dan setting time bahan ini lebih cepat daripada polisulfida, sehingga

retarder sering ditambahkan untuk memperpanjang working time. Elastisitas bahan sangat

tinggi dan menunjukkan dimensional shrinkage yang sangat rendah. Rigidity (kekakuan)

bahan tinggi sehingga sulit melewati undercut disebabkan fleksibilitas yang rendah. Tear

strength mirip dengan silikon kondensasi, tetapi lebih rendah daripada polisulfida. 1-3

Silikon addisi mudah dimanipulasi. Karena kemungkinan terjadi pelepasan hidrogen

saat setting, palladium ditambahkan untuk menyerap hidrogen dan mencegah terjadinya

bubles di permukaan die stone . 2

Keuntungan bahan ini yaitu akurasi yang tinggi dan dimensional stability tinggi

setelah setting. Deformation recovery bahan ini sangat baik, tidak mewarnai pakaian,

memiliki warna dan aroma yang menyenangkan, dapat digunakan dengan sendok cetak

individual maupun pabrik. Bahan ini dapat diisi 1 minggu setelah pencetakan dan

memungkinkan pengisian berulang. 2

Kerugian bahan ini lebih mahal, lebih rigid daripada silikon kondensasi dan sulit

melewati undercut. Tear strength yang tidak terlalu tinggi beresiko jika melewati daerah

retraksi gingiva. Jika tidak ada hidrogen absorber dapat terjadi bubles di permukaan die.

Bersifat hidrofobik sehingga sulit diisi dengan stone. Sulfur pada sarung tangan latex dan

rubber dam dapat menghambat polimerisasi. 2


Gambar 5. Bahan Cetak Silikon Addisi

4. Polieter

Digunakan untuk pencetakan gigi dengan preparasi yang sedikit tanpa undercut yang

yang banyak. Kekakuannya tinggi dan working time pendek. Polieter tersedia dalam

viskositas low, medium dan high. Polieter tersedia dalam dua pasta. Pasta base

mengandung polieter berat molekul rendah dengan ethylene-imine terminal group, filler

seperti colloidal silica dan plasticizer : 1-3

Pasta catalyst mengandung aromatic sulfonic acid ester dan thickening agent

membentuk pasta dengan filler :

Sewaktu pasta base dan catalyst dicampur, polimerisasi ionik terjadi pembukaan

cincin ethylene-imine dan rantai memanjang. Reaksi yang mengubah pasta menjadi karet

sebagai berikut :
Sifat mekanis polieter mirip dengan silikon addisi. Formula awal polieter memiliki

working dan setting time yang pendek dan fleksibilitas rendah. Thinner (pengencer)

ditambahkan untuk meningkatkan working time dan fleksibilitas tanpa kehilangan sifat

fisis dan mekanis. Namun, formula terbaru memiliki working time 2,5 menit dan setting

time 4,5 menit. Bahan dapat mengalami shrinkage 0,3% setelah 24 jam. Karena karet ini

menyerap air dan perubahan dimensi. Elastic recovery tinggi yaitu antara polisulfida dan

silikon addisi. Flow dan fleksibilitas bahan ini sangat rendah (stiffness tinggi) serta tear

strength rendah. 1-3

Manipulasi polieter mirip dengan polisulfida dan silikon. Pasta base dan catalyst

yang sama panjang dicampur dengan cepat (30-45 detik), karena working time yang

pendek. Bahan ini mudah dicampur. Hati-hati sewaktu mencampur bahan, harus dihindari

kontak dengan kulit dan mukosa karena bahan bereaksi dengan jaringan. Pencampur jenis

handheld gun dapat mencampur dengan cepat dan tanpa terjadi bubles. 2

Keuntungan polieter antara lain mudah dimanipulasi dan dicampur, lebih akurat

daripada polisulfida ataupun silikon kondensasi. Bahan ini menghasilkan detail permukaan

yang baik dan mudah diisi dengan stone. Jika dijaga tetap kering, dimensi akan stabil

sampai 1 minggu. 2

Kerugian bahan ini antara lain harganya mahal, working dan setting time yang

pendek, stiffness yang tinggi setelah setting membatasi penggunaannya. Rasanya pahit,

akan distorsi jika disimpan dalam air atau kelembapan tinggi. 2


Gambar 6. Bahan Cetak Polieter

2. Jelaskan tahapan penentuan dan pembuatan GTSL (4 tahap)


Terdapat 4 tahap dalam pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan, yaitu:
1. Menentukan klasifikasi dari masing-masing daerah tak bergigi.
a. Klasifikasi daerah tak bergigi menurut Kennedy
 Kelas I  daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang
masih ada dan berada pada kedua sisi rahang (bilateral free-end)

 Kelas II  daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang
masih ada, tetapi berada hanya pada salah satu sisi rahang (unilateral free-
end)

 Kelas III  daerah tak bergigi terletak di antara gigi-gigi yang masih ada di
bagian posterior maupun anterior dan unilateral

 Kelas IV  daerah tak bergigi terletak pada bagian anterior dari gigi-gigi
yang masih ada dan melewati garis tengah.

Pada klasifikasi kelas I, II, dan III, apabila terdapat tambahan daerah tak
bergigi dapat disebut sebagai modifikasi. Untuk menentukan klasifikasi,
dilakukan dengan cara melihat daerah tak bergigi dari yang paling posterior.
Contoh:

Pada gambar diatas dapat diklasifikasikan ke dalam kelas III dan terdapat 2
daerah tak bergigi lainnya, maka disebut kelas II modifikasi 2.

b. Klasifikasi daerah tak bergigi menurut Applegate – Kennedy


Klasifikasi Applegate-Kennedy membagi semua keadaan tak bergigi menjadi
enam, yaitu:
 Kelas I  daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang
masih ada dan berada pada kedua sisi rahang (bilateral free-end)

 Kelas II  adalah daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi
yang masih ada, tetapi berada hanya pada salah satu sisi rahang (unilateral
free-end)

 Kelas III  daerah tak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangganya
tidak mampu memberikan dukungan bagi protesa secara keseluruhan

 Kelas IV  daerah tak bergigi terletak pada bagian anterior dari gigi-gigi
yang masih ada dan melewati garis tengah.
 Kelas V  daerah tak bergigi paradental dimana gigi anterior tidak dapat
digunakan sebagai penahan

 Kelas VI  daerah tak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga dapat
digunakan sebagai penahan

Selain keenam kelas tersebut di atas, Klasifikasi Applegate-Kennedy mengenal


juga modifikasi untuk daerah tak bergigi tambahan. Bila tambahan ini terletak di
anterior, maka disebut modifikasi A. Pada penambahan yang terletak di posterior,
maka disebut modifikasi P. Apabila terdapat beberapa daerah tak bergigi tambahan
dapat ditulis jumlah daerah tak berigigi tambahannya. Contoh

1.
Pada gambar diatas dapat diklasifikasikan ke dalam kelas II dan terdapat 2
tambahan daerah tak bergigi, 1 di anterior dan 1 di posterior. Maka dapat
diklasifikasikan menjadi kelas II modifikasi 1A1P.
2.
Pada gambar diatas dapat diklasifikasikan ke dalam kelas I dan terdapat
tambahan 1 daerah tak bergigi di anterior. Maka dapat diklasifikasikan menjadi
kelas I modifikasi IA

2. Menentukan jenis dukungan dari setiap daerah tak bergigi .


Prinsip dukungan gigi tiruan sebagian lepasan adalah semua kemampuan dari
jaringan mulut untuk melawan atau menahan gaya oklusal yang diterima protesa.
Terdapat tiga jenis dukungan gigi tiruan sebagian lepasan, yaitu:
a. Dukungan gigi, yaitu jika semua gaya oklusal didukung oleh gigi –gigi
penyangga yang membatasi daerah tak bergigi

b. Dukungan mukosa, yaitu jika semua gaya oklusal didukung oleh jaringan lunak
dan tulang yang berada di bawahnya

c. Dukungan kombinasi, yaitu jika semua gaya oklusal didukung oleh gigi,
jaringan lunak dan tulang yang berada di bawahnya

3. Menentukan jenis penahan.


Penahan adalah bagian dari GTSL yang berfungsi menahan protesa tetap pada
tempatnya. Penahan terbagi dalam dua kelompok, yaitu :
a. Penahan langsung
Penahan langsung adalah penahan yang berkontak langsung dengan gigi
penyangga, dapat berupa cengkeram atau kaitan presisi. Contoh cengkeram:

b. Penahan tak langsung


Penahan tak langsung adalah penahan yang membantu retensi dengan cara
melawan gaya oklusal, penahan ini bekerja pada basis protesa. Gaya ini bisa
berupa aksi yang ditimbulkan makanan lengket atau aksi otot pada tepi protesa
pada saat membuka mulut. Penahan tak langsung harus ditempatkan sejauh
mungkin dari garis fulkrum. Jarak antara penahan tak langsung dengan garis
fulkrum disebut lengan pengungkit (lever arm). Penahan tak langsung dapat
berupa sandaran oklusal tambahan, sandaran kaninus, plat akrilik anterior
setinggi singulum, dukungan rugae.

4. Menentukan jenis konektor.


Konektor pada tiap rahang dapat terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Konektor utama  bagian dari protesa yang menghubungkan bagian protesa
yang terletak pada salah satu sisi rahang dengan yang ada pada sisi lainnya.
Contoh:

b. Konektor minor  bagian protesa yang menghubungkan konektor utama


dengan bagian lain, misalnya penahan langsung atau sandaran oklusal.
3. Bagaimana cara membuat sendok cetak individual
Prosedur Pembuatan Personal Tray GTSL dan GTL :
1. Membuat outline batas fornix (perbatasan mukosa bergerak dan tak bergerak)
 Garis tegas pada mukobukal fold
2. Membuat desain personal tray pada model studi dengan menggambar batas-batas
personal tray ±2 mm dari batas fornix (perbatasan mukosa bergerak dan tak
bergerak)
 Garis putus-putus
 Bebaskan daerah frenulum bukalis & frenulum labialis
 Outline SCI daerah posterior RA dibuat dengan cara menambah 2mm pada
batas palatum mole dan palatum durum atau berbatas pada 2 mm
dibelakang AH Line
 Outline SCI daerah posterior RB dibuat pada 1/3 daerah retromolar pad
3. Pemberian jarak ±2 mm ini bertujuan untuk memberikan ruang guna manipulasi
wax pada tahapan border moulding
4. Bahan personal tray dapat berupa shellac base plate. Pada personal tray berbahan
shellac base plate, proses dimulai dengan melunakkan shellac baseplate diatas
Bunsen (lampu spirtus)
5. Lalu ditekan-tekan di atas model studi hingga membentuk struktur anatomis model
6. Kelebihan shellac base plate kemudian dipotong dengan pisau malam atau gunting
ketika masih lunak
7. Pembuatan perforasi pada sendok cetak
 Lubang dibuat dengan mengunakan still bur bulat no.8 dengan jarak
masing-masing lebih dari 5 mm
 Lubang dibuat pada seluruh permukaan
8. Setelah selesai pembuatan lubang seluruh permukaan, personal tray kemudian
diberi pegangan dibagian anterior
 Diletakkan pada area insisal
 Arah tangkai vertikal
 Tepi tangkai tumpul

4. Bagaimana tahapan border moulding pada :


Lilin spacer masih berada pada sendok cetak selama prosedur border moulding
berlangsung dan sebelum melakukan prosedur border moulding, tepi sendok cetak
dikurangi terlebih dahulu 2 mm dari batas jaringan yang harus dicetak. Apabila
menggunakan greenstick compound sebagai bahan border moulding, secara bertahap
compound dipanaskan dengan lampu spiritus dan didinginkan dengan cara direndam di
dalam air selama beberapa detik hingga mencapai suhu kerja sekitar 490 C (1200 F)
sampai 600 C (1400 F), agar pasien tidak merasakan panas dari greenstick yang sudah
dilunakkan dan agar greenstick tidak terlalu cair. Greenstick ditambahkan sedikit demi
sedikit pada tepi luar sendok cetak individu, kemudian dimasukkan ke dalam rongga
mulut pasien untuk membentuk tepi yang cocok dengan gerakan fisiologis dari struktur
anatomi pembatas gigi tiruan. Prosedur border moulding dilakukan secara berurutan
dimulai dari vestibulum bukal, kemudian vestibulum labial, daerah posterior palatum
pada rahang atas dan bagian lingual dari rahang bawah. Setelah prosedur border
moulding selesai, lilin spacer dibuang dari permukaan dalam sendok cetak fisiologis.
Ada 2 metode dalam melakukan border moulding yaitu :
1. Incremental / sectional border moulding
Pada metode ini bagian luar dari sendok cetak disempurnakan secara terpisah, sesuai
dengan anatomi landmark pada daerah tersebut. Material yang digunakan pada metode
ini adalah greenstick compound. Putty dan heavy body elastomer juga dapat
digunakan.

A. Border Moulding Rahang Atas


Moulding dapat dilakukan dengancara mengikuti bagian dan urutan sebagai berikut:
1. Labial flange : RA Anterior
a Pasif : bibir diangkat lalu ditarik ke arah luar dan ke bawah, lalu baru ditekan ke
gingiva.
b Aktif : pasien diinstruksikan untuk mengerutkan bibir dan menghisap jari sang dokter
(gambar 1).

Gambar 1. Pembentukan adonan sesuai bentuk rahang.

Gambar 2. Sendok cetak individu yang telah dibentuk bagian labial flange.

2. Bukal flange :
a Pasif : pipi diangkat lalu ditarik ke arah luar, ke bawah, dan ke dalam lalu digerakkan
mundur dan maju.
b Aktif : pasien diinstruksikan untuk mengerutkan bibir dan tersenyum (gambar 2).
Gambar 3. Sendok cetak individu dengan daerah frenulum bukal pada pembentukan
bukal flange.
3. Daerah distobukal : RA Posterior
a Pasif : pipi ditarik ke arah luar, ke bawah, dan ke dalam.
b Aktif : pasien diinstruksikan untuk membuka mulut dengan lebar, tutup dan gerakkan
mandibula dari sisi ke sisi. Membuka mulut dengan lebar menggambarkan kedalaman
dan lebar dari distobukal flange seperti yang diatur oleh otot, sementara mandibula
bergerak dari sisi ke sisi, disediakan untuk pergerakan dari prosesus koronoid (gambar
3).

Gambar 4. Sendok cetak individu dengan daerah distobukal pada pembentukan bukal
flange.

4. Daerah posterior palatal : RA Posterior


a Aktif : pasien diinstruksikan untuk mengatakan “AH” dengan singkat (gambar 4).

Gambar 5. Sendok cetak individu dengan pembentukan pada daerah posterior seal.
B. Border Moulding Rahang Bawah
1. Labial flange : RB Anterior
a Pasif : bibir sedikit terangkat ke arah luar, ke bawah, dan ke dalam (gambar 5).
Gambar 6. Pembentukan daerah labial flange.
2. Bukal flange : RB Posterior
a Pasif : pipi diangkat ke arah luar, ke atas, dan ke dalam dan digerakkan mundur dan
maju.
b Aktif : pasien diinstruksikan untuk mengerutkan bibir dan tersenyum (gambar 6).

Gambar 7. Pembentukan daerah bukal flange.


3. Bukal flange ( daerah distobukal) : RB Posterior
a Pasif : pipi ditarik ke bukal untuk memastikan agar tidak terjebak pada sendok cetak
lalu digerakkan ke atas dan ke dalam.
b Aktif & pasif : masseteric notch dicatat dengan cara interview dengan pasien,
sementara dokter gigi menekan sendok cetak ke bawah (gambar 7).

Gambar 8. Pembentukan daerah distobukal.


4. Anterior lingual flange : (RB Lingual Anterior)
a Aktif : pasien diinstruksikan untuk menjulurkan lidah dan mendorong lidah kearah
palatal anterior. Panjang dan ketebalan masing-masing tepi dari area tersebut dapat
bertambah (gambar 8).
Gambar . Pembentukan bagian anterior dari lingual flange.
5. Middle portion dari lingual flange :
a Aktif : pasien diinstruksikan untuk menjulurkan lidah dan menjilat bibir bagian atas
dari sisi ke sisi (gambar 9).

Gambar 10. Pembentukan bagian tengan dari lingual flange.


6. Distolingual flange : (RB Lingual Posterior)
a Aktif : pasien diinstruksikan untuk menjulurkan lidah kemudian letakkan lidah pada
bagian distal palatal pada kanan dan kiri vestibulum distal (gambar 10)

Gambar 11. Pembentukan bagian distolingual dari lingual flange.


2. Single-step/simultaneous border moulding
Pada metode ini seluruh pinggiran pada sendok cetak dihaluskan pada setiap tahapan.
Material border moulding diletakkan disekeliling tepi dengan single step dan dicetak
dengan teknik sectional secara bersamaan. Putty dan heavy body elastomer ideal untuk
metode ini. Greenstick compound tidak dianjurkan untuk metode ini, selama material
tersebut tidak memungkinkan untuk menghaluskannya melalui keseluruhan panjang
tepi.(

5. Bagaimana tahapan surveying model kerja (GTL dan GTSL)


Alat-alat surveying
1. Analyzing root

2. Carbon Marker
3. Undercuts Gauge

4. wax cutting

TAHAPAN SURVEYING GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN


Survey dilakukan pada model studi maupun model kerja. Model dipasang pada meja basis
dengan bidang oklusal hampir sejajar dengan basis datar surveyor
- Evaluasi Bidang bimbing
Bidang bimbing adalah permukaan gigi asli atau restorasi yang dibuat diatas
gigi tersebut, yang dibuat menjadi datar dan sejajar dengan arah pemasangan
geligi tiruan yang sedang dibuat.
- Evaluasi daerah retensi
Alat : undercut gauge dengan ukuran 0,001-0,003 inch
Pengukuran pada permukaan bukal dan lingual gigi yang akan digunakan
sebagai gigi penahan
- Evaluasi masalah hambatan (interference)
Hambatan dapat berupa gigi malposisi atau tonjolan tulang, sehingga dapat
dikurangi dengan cara pembedahan , ekstraksi, mengikis permukaan atau
menguabh kontur gigi dengan pemasangan restorasi tuang
- Evaluasi faktor estetik
Arah pemasangan terpilih harus dipertimbangjan lagi dari segi estetik , baik
mengenai penempatan lengan cengkeram maupun menyusun elemennya.
- Mnentukan arah masuk serta keluar  dilakukan Pemiringan Model Rahang
(Tilting the cast)
Alat : analyzing rod
a. Tilting anterior
Tepi anterior model dimiringkan kebawah, dan digunakan untuk kasus
berujung bebas yang lebih posterior dari gigi premolar.
Arah pemasangan dari posterior ke anterior
b. Tilting posterior
Arah pemasangan dari anterior ke posterior. Digunakan untuk kasus
banyak kehilangan gigi anterior
c. Pemiringan lateral (left or right tilt)
Digunakan untuk kasus posisi salah satu gigi penyangganya abnormal.
Ct : gigi milar kiri bawah sangat miring kea rah lingual
- Menentukan lengkung tersebsar pada bukal gigi abutment dan semua
permukaan palatal
Alat : carbon marker
- Rekaman hubungan model kerja dengan surveyor (recording)
Tujuan : agar mengembalikan model rahang pada posisi semula pada meha
surveyor mana saja
Alat : analysing root dan pensil
Cara rekaman yang bisa digunakan :
a. Tripoding (tripodization)
Pembuatan 3 buah tanda pada permukaan model kerja dan terletak
pada bidang horizontal yang sama.
b. Pemberian tanda garis pada 3 sisi berlawanan pada model
c. Pemberian tanda goresan
d. Pemasangan pin
- BLOCK OUT  penutupan area undercut dari hasil survey
a. Area dibawah garis survey ditutup dengan gips/ inlay wax (malam biru)
menggunakan le crown mess
b. Gips / wax dibentuk hingga lurus arah vertical dari garis survey
c. Bersihkan dan rapikan sisa bahan blockout.

Surverying GTL
1. Part of insertion and part of displacement
- Bertujuan untuk menentukan arah masuk dan keluar suatu protesa
- Menggunakan analyzing rod
- Daerah yang disurvei adalah seluruh bagian model kerja yang
bersinggungan dengan plat akrilik. Dilakukan analisa undercut hingga
tercapai undercut minimal
2. Menentukan lengkung terbesar dan undercut (desire and undesire)
- Bertujuan untuk
Menandai lengkung terbesar undercut
Menentukan posisi lengan retentif dan lengan pengimbang
- Menggunakan carbon marker
- Daerah yang disurvei adalah seluruh bagian model kerja yang
bersinggungan dengan plat akrilik
3. Tripoding
- Bertujuan menentukan 3 tanda untuk reposisi model kerja pada meja model
- Membentuk 3 garis di sisi lateral atau anterior pada model

6. Bagaimana cara membuat base plate dan bite rim pada GTL (Tinggi, Lebar dan Bentuk)
“PEMBUATAN BASE PLATE”
ALAT :
1.Bunsen
2.Le cron
3.Chip Blower
BAHAN :
1.Malam merah
2.Spiritus

CARA PEMBUATAN :
Pembuatan Base Plate untuk rahang atas dan rahang bawah pada prinsipnya sama.

a.Gambar disain gigi tiruan penuh yang akan dibuat pada model kerja.
Perhatikan batas-batas anatomical landmark rahang atas dan rahang bawah.

b.Tentukan garis tengah model, dengan cara:


Garis tengah rahang atas ditarik melalui:
 Frenulum labialis superior
 Titik tengah antara kedua povea palatini
 Titik tengah antara tonjol rugae palatina dan tengah-tengah papila insisivum.
Garis tengah rahang bawah ditarik melalui:
 Frenulum labialis inferior
 Titik tengah jarak tepi lingual prosesus alveolaris posterior.

c.Tentukan area post dam / posterior palatal seal


Area post dam adalah daerah jaringan lunak yang merupakan batas pertemuan antara
palatum mole dengan palatum durum . Area ini dapat menjadi tambahan retensi bagi basis
gigi tiruan rahang atas pada tepi posterior selama masih dalam batas-batas fisiologis (basis
netral/ tidak terlalu menekan) Outline post dam berbeda-beda pada pasien tergantung
klasifikasi bentuk palatum molle, serta lebar dan kedalaman tahanan jaringan.

Cara pembuatan post dam:


 Gambar midline pada model
 Gambar garis batas posterior yaitu daerah vibrating line yang terletak pada 1- 2
mm di belakang fovea palatina dan melalui kedua hamular notch
 Lakukan pengerokan dengan lekron dari posterior ke anterior, membentuk tepi
yang landai di sebelah anterior mengikuti bentuk anatomis permukaan model
d.Model kerja dibasahi dengan air.
e.Ambil selembar malam merah/ wax, panaskan diatas api spiritus sampai menjadi lunak.
f.Malam merah/ wax yang sudah lunak diletakkan diatas model kerja dan ditekankan mulai
bagian palatum dengan batas-batas sesuai dengan desain. Untuk rahang bawah, agar
malam lebih mudah dilekukkan sesuai dengan lengkung rahang dapat dibuat belahan pada
lembaran malam.
g.Tekuk kelebihan malam pada tepi baseplate pada area yang berbatasan dengan
mucobuco fold, sehingga terbentuk peripherial seal dengan tebal 0,5 mm dan lebar 0,5 mm
sepanjang tepian base plate yang menghadap mucobucofold.
h.Dilakukan pemotongan sesuai dengan desain pada model kerja,semua frenulum harus
bebas dan ketebalan malam merata 1,5 – 2 mm untuk daerah tepi 2 - 3 mm

PEMBUATAN BITE RIM / GALANGAN GIGIT DAN FIKSASI


ALAT :
1.Bunsen
2.Le cron
3.Chip Blower
4.Glass Plate
BAHAN :
1.Malam merah
2.Spiritus
3.Isi Staples

Bite rim adalah tanggul gigitan yang terbuat dari lembaran malam yang
berfungsi untuk menentukan tinggi gigitan pada pasien yang sudah kehilangan
semua gigi agar mendapatkan kontak oklusi. Ada dua metode yang digunakan dalam
pembuatan bite rim yaitu teknik cor dan teknik gulung. Hal yang paling penting dari
pembuatan bite rim ini adalah menetukan dimensi vertikal, oklusi sentrik, dan
menentukan profile pasien.

CARA PEMBUATAN :
Prosedur untuk rahang atas dan rahang bawah sama, buatlah RA terlebih dahulu.
a.Ambil selembar modelling wax, dilunakkan diatas api spiritus pada satu sisi
kemudian digulung
b.Dilunakkan lagi untuk sisi berikutnya dan digulung. Dibuat 4 sampai 5 gulungan,
berbentuk silinder
c.Gulungan malam yang berbentuk silinder dibentuk tapal kuda
Cara meletakkan Bite rim diatas Base plate:
Gulungan wax diletakkan diatas base plate sesuai dengan garis alveolar ridge
kemudian tepi wax dipanaskan dan direkatkan dengan proc.Alveolaris. Sudut bite rim
terhadap base plate dibuat 80– 85 terhadap dataran oklusal.

Ukuran Bite rim rahang atas :


Anterior + basis :
Tinggi: 12 - 14 mm
Lebar: 4 – 6 mm
Posterior + basis:
Tinggi: 10-12 mm
Lebar: 6 – 8 mm
Bagian posterior pada occlusal dibagi dua oleh garis alveolar ridge
menjadi :
Bagian buccal: 4 mm
Bagian palatinal: 2 mm

Ukuran Bite rim rahang bawah :


Anterior + basis :
Tinggi: 9 - 10 mm
Lebar: 4 - 6 mm
Posterior + basis:
Tinggi: 9 - 10 mm
Lebar: 6 – 8 mm

Bagian posterior pada occlusal dibagi dua oleh garis alveolar ridge menjadi :
Bagian buccal: 3 mm
Bagian lingual: 3 mm

SYARAT POSISI GALANGAN GIGIT :

UNTUK RAHANG ATAS :


A.Bagian anterior permukaan labial galangan gigit terletak 8 – 10 mm di depan
titik tengah papila insisivum,
B.Permukaan oklusal dibuat datar sejajar permukaan lantai. Dicek dengan
menggunakan glass plate.
C.Pelekatan dan bentuk galangan gigit disempurnakan hingga tidak terlihat batas
antara galangan dan lempeng gigit.

UNTUK RAHANG BAWAH :


A.Bagian Anterior tidak melampaui tepi sayap labial lempeng ke arah anterior.
B.Tinggi galangan gigit posterior rahang bawah sejajar dengan basis model atau
1/2 - 1/3 atas retromolar pad dengan panjang sampai kira-kira 5 mm di depan
retromolar pad.
C.Pelekatan dan bentuk galangan gigit disempurnakan hingga tidak terlihat batas
antara galangan dan lempeng gigit.

7. Jelaskan metode-metode dalam menentukan dimensi vertical (DVRP & DVO)


Menurut Glossary of Prosthodontic Terms, “dimensi vertikal adalah jarak antara dua titik
anatomi yang dipilih, yaitu satu titik pada maksila dan satu titik pada mandibula”. Dimensi
vertikal dibagi atas dimensi vertikal oklusi (DVO) dan dimensi vertikal istirahat (DVI).
Dimensi vertikal oklusi adalah jarak antara dua titik anatomi yang dipilih ketika posisi
oklusi sentrik, sedangkan dimensi vertikal istirahat merupakan jarak antara dua titik
anatomi yang dipilih ketika mandibula dalam keadaan posisi istirahat fisiologis. Dalam
keadaan normal, gigi-gigi tidak berkontak saat posisi istirahat pada pasien yang memiliki
gigi geligi. Ruang yang terbentuk antara gigi-gigi pada posisi istirahat ini disebut Free
Way Space (FWS). Ketika beroklusi, gigi geligi kontak satu sama lain dan ruang ini akan
hilang. DVO selalu lebih kecil 2 – 4 mm dari dimensi vertikal istirahat.

Para ahli dalam penelitiannya telah mengembangkan metode untuk menentukan dimensi
vertikal yaitu metode konvensional dan antropometri.
a. Metode konvensional yang digunakan secara luas yaitu two dot technique. Metode
konvensional secara garis besar dibagi atas metode mekanik dan fisiologis.
- Metode mekanis antara lain menentukan relasi linggir, penggunaan gigi tiruan
lama, serta catatan pra-ekstraksi dan pengukurannya. Salah satu pengukuran
catatan pra-ekstraksi menggunakan two dot technique untuk mengukur tinggi
sepertiga bagian bawah.
- Metode fisiologis termasuk penentuan posisi fisiologis istirahat, estetik, fonetik,
ambang batas penelanan, serta sensasi taktil dan kenyamanan.
Semua hasil perkiraan pengukuran DVO secara mekanis dan fisiologis dianggap
sebagai nilai sementara sampai dilakukan observasi fonetik dan estetik.
b. Metode Wilis (Pengukuran struktur anatomi)
- Pasien diminta duduk dengan rileks dan permukaan oklusal sejajar lantai
- Dimensi Vertikal Rest Posisi (DVRP) dicari dengan cara mengukur jarak titik A
pupil - sudut mulut dengan jarak titik B hidung – dagu menggunakan kaliper. Pada
keadaan rest posisi, jarak pupil - sudut mulut sama dengan jarak titit hidung - dagu
(PM = HD)
- Kemudian mencari Dimensi Vertikal Oklusi (DVO), pada keadaan oklusi sentrik
dengan cara, DVO = DVRP - Free way space (2-4 mm).

c. Metode antropometri merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
penentuan DVO. Leonardo da Vinci dan Mc Gee (1947) menyatakan terdapat
hubungan antara DVO dengan berbagai pengukuran antropometri. Pengukuran wajah
digunakan untuk menentukan DVO, salah satunya proporsi wajah yaitu tinggi
sepertiga wajah bagian bawah

8. Bagaimana cara menentukan relasi sentris menggunakan metode pasif dan nucleus
walkhoff
A. CARA PENETAPAN RELASI SENTRIK
1. CARA PASIF
1.1. Metode gysi
Pada metode Gysi, operator meletakkan ibu jari telunjuk pada bagian ventral
muskulus masseter pasien. Pasien diinstruksikan untuk rileks dan operator
mendorong mandibular ke posterior. Pasien kemudian diinstruksikan untuk
menggigit sehingga posisi kondilus dalam fossa glenoid tidak tegang. Kedua
galengan gigit lalu difiksasikan.
1.2. Metode Rehm
Metode ini dilakukan dengan meletakkan ibu jari dan telunjuk di bagian
vestibulum menekan bite rim, lalu jari tengah dibengkokkan dibawah dagu,
mandibula didorong ke posterior secara perlahan, pasien mengigit dan fiksasikan.
1.3. Metode Gravitasi
1. Pasien diminta duduk dikursi dan diinstruksikan agar kepala mengadah ke atas
2. Oleh gaya gravitasi, mandibula akan terdorong ke posterior sehingga kondilus
akan menempati posisi paling posterior tetapi tidak tegang pada fossa glenoid
3. Pasien disuruh menggigit dan kedua tanggul/galengan gigitan difiksasi
1.4. Metode Green
Pasien diminta menggigit kuat. Bila relasi sentrik benar maka otot temporalis
ventral akan terasa menggelembung pada saat diraba dengan jari-jari tangan kanan
dan kiri. Kedua galengan gigit difiksasi.
Perlekatan anatomis dari bagian belakang dan tengah otot-otot temporalis dan
suprahioid (terutama glenoideus dan digastrikus), diperkuat dengan sebuah
penelitian yang menunjukkan otot-otot ini menggerakkan dan menghentikan
mandibula dalam posisinya yang paling mundur terhadap maksila. Otot-otot
temporalis , masseter dan pterigoideus medial menganggkat mandibula ke posisi
vertikal tehadap maksila.
1.5. Cara Nucleus Walkhoff
a. instruksikan pasien untuk merelaksasikan mandibulanya sementara operator
menggerakan mandibular pasien kearah atas dan belakang hingga pasien
merasakan kontak oklusi pertama pada bagian posterior
b. metode nucleus walkhoff, yaitu pasien diinstruksikan untuk mengangkat dan
meletakan ujung lidahnya pada posisi paling atas dan belakang mulut
c. beritahu pasien untuk memajukan rahang atasnya dibandingkan mandibulanya
dalam keadaan bagian posterior berkontak, dan bantuan tekanan ringan dari
operator pada daerah dagu
d. menengadahkan pasien dengan bantuan kursi agar terdapat bantuan gravitasi untuk
meretrudkan posisi mandibular
9. Jelaskan tahapan MMR pada GTSL dan GTL
MAXILLO MANDIBULAR RELATIONSHIP
1. Mula-mula pasien dipersilahkan duduk pada dental chair, dataran oklusal sejajar
dengan Lantai
2. Lakukan insersi bite rim untuk melihat retensi, stabilisasi, ketinggian dan
kesesuaiannya di rongga mulut
3. Penetapan bidang orientasi dengan menilai dataran oklusal bite rim
Tentukan garis camper dengan menghubungkan titik di bawah ini :
 Tragus telinga kanan dan kiri ke batas tepi bawah dari ala nasi. Ketiga titik
tersebut dihubungkan dengan benang yang direkatkan dengan selotip
 Pemasangan Fox Oclusal Guide Plane pada permukaan oklusal bite rim
 Evaluasi sudut pandang anterior :
 bila dilihat dari anterior Fox Oclusal Guide Plane pada bite rim sejajar
garis pupil

 Tinggi bidang incisal bite rim rahang atas 2 mm dibawah garis bibir atas
(pada waktu rest position)
 Evaluasi sudut pandang lateral :
 apabila dilihat dari lateral bagian lateral Fox Oclusal Guide bite rim atas
sejajar dengan garis camper

4. Penetapan dimensi vertikal


 Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencari dimensi vertikal yaitu:
 Swalloring and relax
- Pasien duduk didental unit dengan posisi rileks dan bidang oklusal
sejajar lantai
- Membuat 2 buah titik pada ujung hidung dan petengahan jaringan
lunak pada tulang simphisis mandibula (ujung dagu)
- Pasien di instruksikan membasahi bibir dan melakukan gerakan
menelan
- Lakukan pengukuran pada titik referensi
 Sensasi taktil
- Pasien diinstruksikan untuk membuka mulut lebar hingga otot
mastikasi lelah
-Pasien menutup mulut secara perlahan dan berhenti jika pasien sudah
merasa nyaman dan otot mastikasi rileks
 Pengukuran struktur anatomi (Willis guide)
- Pasien diminta duduk dengan rileks dan permukaan oklusal sejajar
lantai
- Dimensi Vertikal Rest Posisi (DVRP) dicari dengan cara mengukur
jarak titik A pupil - sudut mulut dengan jarak titik B hidung – dagu
menggunakan kaliper. Pada keadaan rest posisi, jarak pupil - sudut
mulut sama dengan jarak titit hidung - dagu (PM = HD)
- Kemudian mencari Dimensi Vertikal Oklusi (DVO), pada keadaan
oklusi sentrik dengan cara, DVO = DVRP - Free way space (2-4 mm).
- D

 Speech
Metode ini menginstruksikan pasien untuk mengucapkan huruf “M” secara
terus menerus hingga pasien merasa lelah. Kemudian dilakukan
pengukuran segera setelah pasien berhenti. Metode lain yang dapat
digunakan yaitu pasien diajak berbicara dengan dokter gigi hingga lelah
kemudian dilakukan engukuran dengan cara yang sama.
 Ekspresi wajah
Metode ini melihat bentuk ekspresi wajah. Posisi wajah yang benar terjadi
jika otot mata, hidung, dan dagu dalam posisi rilleks. Serta bibir atas dan
bawah berada pada satu garis lurus.

5. Pencatatan Relasi Sentrik


 Untuk mendapatkan sentrik relasi, pasien diminta mengadahkan kepala
sedemikian rupa sehingga processus condyidens akan tertarik ke fossa yang
paling belakang karena terikan dari otot dan diminta buka-tutup mulut
berulang-ulang sampai pasien biasa dengan oklusi tersebut posisi proc.
Condylus berada di anteroposterior terhadap fossa glenoid
 Dilakukan pengecekan 3 garis yaitu garis median, garis C kanan dan garis C
kiri, dan garis senyum. Relasi sentrik yang tepat didapat apabila pasien diminta
membuka menutup mulut, maka ketiga garis diatas berada pada satu garis lurus
(antra rahang atas dan bawah)

6. Fiksasi
Beberapa teknik fiksasi relasi sentris yang dapat dilakukan antara lain:
 Metode fisiologis
 Taktil atau inter-oklusal cheek record
 Pressureless method/ nick and notch
- Pasien berada pada posisi tegak dengan bidang oklusal sejajar lantai
- Melakukan pembuatan trought / pengurangan wax pada permukaan
oklusal bite rim rahang bawah dari mesial premolar hingga histal
biterim sebanyak 3mm. Posisi trought harus sejajar dengan nick dan
notch.

- Pembuatan notch sebanyak 1 buah pada rahang atas tepat diatas trought
berbentuk cekungan “V” shape memoton bidang oklusal

- Membuat 1 buah nick didepan notch berbentuk cekungan “V” shape


namun tidak memotong bidang oklusal.

- Permukaan nick dan notch dilubrikasi dengan petrolatum gell.


- Try in biterim agar pasien terbiasa dengan posisi relasi sentris. Setelah
pasien terbiasa biterim dilepas
- Lakukan penambahan wax pada trough hingga melebihi dataran oklusal
biterim setinggi 1.5mm.
- Biterim rahang atas dipasang terlebih dahulu
- Biterim rahang bawah kemudian dimasukan kedalam water bath agar
malam melunak. Metode lain yang dapat digunakan yaitu dengan
memanaskan bagian trough dengan spirtus.
- Insersi biterim rahang bawah. Kemudian pasien diinstruksikan untuk
melakukan relasi sentris menutup mulut hingga bagian anterior dari
biterim hampir bersinggungan namun tidak menempel.
- Lepas biterim lalu rendam dalam air dingin hingga wax mengeras.
Kelebihan wax kemudian dirapikan.

- Lakukan pengecekan dengan melepas biterim. Hasil yang baik ditandai


dengan nick dan notch tercetak sempurna dan biterim mudah untuk
dilepas pasang.
 Pressure methode
 Metode fungsional
 Needlehouse methode
 Patterson methode
 Metode grafis
 Intra oral
 Ekstraoral

10. Bagaimana cara membuat double v groove


- Buat dibuat V-groove pada bite rim rahang atas regio P1 dan M1
- Pada rahang bawah daerah V-groove dikurangi kira-kira 2 mm.
- Bite rim rahang bawah diberi gulungan malam kecil yang telah dilunakkan
dibawah V-groove Rahang Atas.
- V-groove pada Rahang Atas diolesi vaselin. Rahang atas dan bawah dikatupkan,
mulut dilihat apakah V-groove dan kontranya sudah tepat, kemudian lakukan
membuka dan menutup berulang-ulang.
- Transfer ke articulator

11. Jelaskan tahap penyusunan gigi GTL anterior & posterior RA dan RB
PEMASANGAN ANASIR GIGI ANTERIOR RAHANG ATAS

Anasir Penentuan Pemasangan Anasir Gigi

Gigi
Tampak Labial Tampak Proksimal Tampak Incisal

11, 21 Inklinasi mesio-distal Inklinasi labio-palatal Incisal edge menempel


o
(85 ) Bagian 1/3 bite-rim bawah atau
Sumbu atau as gigi hampir permukaan labial metal plate articulator
sejajar atau miring sedikit agak depresi
membentuk sudut 50 dengan Incisal edge terletak
median line pada bite-rim bawah

12, 22 Inklinasi mesio-distal (80o) Facies labialis agak ke


Sumbu gigi membentuk sudut palatal dan mengikuti
lebih besar daripada incisivus lengkung bite-rim
centralis superior. rahang atas
Incisal edge menggantung
dan berjarak 1 mm dari
bite-rim bawah
Bagian mesio-incisal
berkontak dengan facies
distalis incisivus centralis
superior
13, 23 Inklinasi mesio-distal Inklinasi labio - palatal Permukaan labial
Sumbu gigi sedikit miring bagian distal lebih
atau hampir sejajar dengan Bagian 1/3 labio- ke palatal dari
median line, maksimum, cervical lebih lengkung bite-rim
outline distal tegak lurus bite- prominent rahang bawah
o
rim rahang bawah (85 ) Pemasangan gigi
Puncak cups menventuh anterior rahang atas
bidang oklusi sisi kanan sama
Sisi mesio-incisal dengan sisi kiri
berkontak dengan sisi Pemasangan gigi
disto -incisal incisivus anterior rahang atas
lateralis superior sisi kanan dan sisi
kiri harus simetris
PEMASANGAN ANASIR GIGI ANTERIOR RAHANG BAWAH

Anasir Penentuan Pemasangan Anasir Gigi

Gigi Protrusive
Centric Occlusion Oclussion

Tampak
Tampak Labial Tampak Proksimal Incisal

inci
siv
31, 41 Sumbu gigi tegak lurus Bagian cervical Incisal edge us
terhadap bidang incisal. permukaan labialcentralis superior kanan
sedikit depresi ber
kon
dan kiri tak
dengan incisal edge
cen
tral
incisivus is
inferior kanan dan kiri

32, 42 Sumbu gigi sedikit miring ke Permukaan labial tegak


mesial lurus bidang incisal

33, 43 Sumbu gigi miring ke mesial Bagian cervical Facies incisalis atas
ba
wa
permukaan labial dan h
lebih prominent menunjukkan
ed
ge
Ujung cups berada hubungan to
diantara gigi-gigi edge
caninus superior dan Incisal edge
incisivus lateralis incisivus lateralis
superior superior kanan dan
kiri berkontak
sisi
mesi
dengan al
gigi-gigi caninus
inferior

PEMASANGAN ANASIR GIGI POSTERIOR RAHANG ATAS

Anasir Penentuan Pemasangan Anasir Gigi


Gigi
Inklinasi mesio-distal Inklinasi bukal-palatal Tonjol Cuspid

b
u
k
14, 24 sumbu gigi tegak lurus Sumbu gigi tegak Tonjol al
bi
d
a
n
bite-rim lurus bidang oklusal menyentuh g
sisi mesial menyentuh sisi oklusal
distal gigi 23
Tonjol palatinal
menggantung

b
u
k
15, 25 sumbu gigi tegak lurus Sumbu gigi tegak lurus Tonjol al
bi
d
a
n
bite-rim menyentuh g
bidang oklusal
Sisi mesial menyentuh sisi oklusal
distal gigi 24 Tonjol palatinal
bi
d
a
n
menyentuh g
oklusal
16, 26 sumbu gigi miring ke arah Tonjol mesio-palatinal menyentuh bidang
mesial oklusal
Tonjol mesio-bukal dan tonjol disto-bukal
dinaikkan 0,5 mm dari bidang oklusal
Tonjol disto-palatinal dinaikkan 0,5 - 0,75 dari
bidang oklusal

17, 27 sumbu gigi lebih miring Tonjol mesio-bukal dan mesio-palatinal lebih
daripada molar superior menggantung lebih kurang 1 mm daripada
pertama (6o) tonjol mesio-bukal dan tonjol mesio-palatinal
gigi molar superior pertama
lebih
Tonjol disto-bukal menggantung
daripada tonjol disto-bukal gigi molar superior
pertama
Tonjol disto-palatinal lebih menggantung
daripada gigi molar superior pertama

PEMASANGAN ANASIR GIGI POSTERIOR RAHANG BAWAH

Anasir Penentuan Pemasangan Anasir Gigi

Gigi Working
Centric Occlusion Occlusion
Balancing Occlusion
36, 46 sesuai klasifikasi angleTonjol mesio-distalTonjol mesio-bukal dan
kelas 1 molar pertama inferior
disto-bukal molar
Inklinasi mesio-distal kanan berkontak inferior
tonjol mesio-bukal molar dengan antara tonjol pertama kiri
superior pertama berada dibukal premolarberkontak dengan
pal
ati
mesio-buccal groove molar superior kedua kanantonjol nal
inferior pertama dan tonjol mesio-bukal premolar superior
Inklinasi mesio-
lingual
molar superior pertama kedua kiri dan tonjol
tonjol mesio-palatinal molar kanan
superior pertama berada di
mesio-palatinal molar
fossa central molar inferior superior pertama kiri

pertama

d
i
s p
t a
o d
35, 45 Inklinasi mesio-distal: Slope tonjol - Slope mesial a
Tonjol buccal premolar bukal premolar tonjol bukal premolar
inferior kedua terletak inferior keduainferior kedua
diantara premolar berkontak denganberkontak dengan
m
e
s
i
o
superior kedua dan slope tonjol - slope distal pada tonjol
premolar superior bukal premolarlingual premolar
pertama dengan ujung superior kedua superior pertama
tonjolnya berkontak Slope tonjol m
e
s
i
o
-
dengan marginal ridge bukal premolar
premolar superior kedua inferior kedua
dan premolar superior berkontak dengan
d
i
s
t
o
pertama slope tonjol -
Tonjol lingual premolar bukal premolar
inferior kedua terletak superior pertama
l
i
n
g
u
a
diantara tonjol palatinal Tonjol l
premolar superior kedua premolar inferior
dan premolar superior kedua berkontak
area
pertama dengan disto-
Inklinasi buko- lingual premolar
lingual: superior pertama
m
e
s
i
o
Tonjol bukal premolar dan area -
inferior kedua berada di lingual premolar
garis central superior kedua
developmental groove
premolar superior kedua
dan premolar superior
pertama

ad
34, an
44 Tonjol bukal premolar Tampak Bukal Tidak terlihat ya
disto- dengan
inferior pertama terletak Slope bukal kontak gigi
diantara tonjol bukal premolar iatasnya
n
f
e
r
i
o
r
ber
kon
premolar superior kedua dan pertama tak
caninus superior, dengan dengan slope mesio-
pre
mo
ujung tonjolnya berkontak bukal lar
dengan marginal ridge superior kedua, dan
mesio-
premolar superior kedua dan slope bukal
i
n
f
e
r
i
o
caninus superior premolar r
ber
kon
pertama tak
dengan slope disto-
c
a
n
i
n
u
bukal s
superior
Tampak
Lingual
disto-
Slope lingual
i
n
f
e
r
i
o
premolar r
pertarna ber
kon
tak
m
e
s
i
o
dengan slope -
pre
mo
palatinal lar
superior pertama
i
n
f
e
r
i
37, o mesio
47 Garis inklinasi mesio- Tonjol molar r Tonjol -bukal
in
ber fe
kon ri
bukal molar inferior kedua kedua tak molar or
m
e
s
i
o
dengan tonjol - berko
sup kedua ntak
kontak dengan garis tepi eri
bukal molar or
t dengan tonjol disto-
o
n
j
o
l m
pada tonjol disto-bukal pertama dan - ol
sup palatinal ar
eri
tonjol molar or
molar superior pertama
kedua superior pertama
Posisi dari tonjol palatinal disto-
molar inferior kedua Tonjol bukal
molar in
fe
ri
or
berko
berkontak dengan fossa, kedua ntak
to
nj
central molar superior dengan ol
kedua. mesio-palatinal
su
pe
ri
molar or
kedua

12. Sebutkan minimal 8 faktor yang mempengaruhi retensi GTL dan minimal 3 faktor
yang mempengaruhi resistensi GTL

PENGERTIAN
Retensi dapat didefinisikan sebagai kekuatan menahan dari suatu gigi tiruan terhadap
gaya lepas (gaya vertical) pada saat gigi tiruan tersebut dalam keadaan diam
Stabilisasi merupakan kekuatan menahan dari suatu gigi tiruan terhadap kekuatan
gaya horizontal pada saat gigi tiruan berfungsi
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETENSI
1. Daya adhesi saliva terhadap fitting surface dan jaringan. Daya kohesi
molekul saliva mempertahankan keutuhan film saliva
Adhesi yang terjadi antara saliva dengan mukosa dan basis gigi tiruan terjadi
akibat tekanan ion antara c glikoprotein saliva dan permukaan epitel atau resin
akrilik; Kohesi, yaitu mekanisme ketertarikan fisik antara molekul yang sama.
Kekuatan retensi ini dihasilkan dari lapisan cairan saliva yang terdapat
diantara basis gigi tiruan dan mukosa yang bekerja mempertahankan integritas
permukaan cairanl;
2. Interfacial surface tension = tegangan permukaan antara dua permukaan yaitu
Saliva diantara mukosa dan gigi tiruan dan Udara dalam mulut

Retensi terjadi karena perbedaan tekanan antara film saliva dan udara
Tegangan permukaan antar fasial adalah daya tahan dua permukaan yang
merekat dengan perantaraan selapis tipis cairan terhadap gaya yang
memisahkannya. Semua bahan basis mempunyai tegangan permukaan yang
lebih besar jika dibandingkan dengan mukosa rongga mulut, tetapi setelah
dilapisi oleh pelikel saliva maka tegangan permukaan semakin menurun yang
dapat memaksimalkan luas permukaan antara saliva dan basis gigitiruan
3. Intimate tissue contact yaitu dekatnya titik kontak antara fitting surface dan
jaringan pendukung. semakin dekat semakin retensi
4. Tekanan atmosfer terhadap ruang hampa
Peripheral seal & post dam harus menekan sedikit masuk ke jaringan lunak.
Tekanan atmosfer, yaitu ketika suatu gaya tegak lurus terjadi searah dari
daerah dukungan gigi tiruan, maka tekanan antara gigi tiruan dan mukosa
menurun dibandingkan dengan keadaan sekitarnya, hal inilah yang menahan
gaya yang dapat melepaskan gigitiruan
5. Gravitasi

RB memperkuat retensi. Pada RB mengandalkan gravitasi karena tidak ada


vakum area agar gak jatuh , grafitasi ada dibawah pada gigi tiruan RB
menandakan makin besar gravitasi maka semakin bagus.
RA mengurangi retensi
Gravitasi yang terjadi pada saat pasien berada dalam posisi berdiri gaya
gravitasi berfungsi sebagai kekuatan retensi pada gigi tiruan penuh mandibula
dan kekuatan yang melepaskan pada gigi tiruan penuh maksila
6. Kontrol neuromuskuler /kontrol otot2 mastikasi (otot mastikasi ada
m.maseter, pterigoid lateral, medial, temporalis). Gerakan otot mulut (pipi,
bibir, lidah) digunakn untuk mengontrol/mengendalikan gigi tiruan yaitu
retensi,stabilisasi. Pada orang yang sudah lama menggunakan gigi tiruan maka
orang tersebut lama kelamaan akan bisa mengendalikan gigi tiruannya agar
tidak lepas dan dipengaruhi juga dengan kontrol neuromaskular yang bagus
sehingga membantu retensi dan stabilisasi.
7. Otot-otot oral dan wajah merupakan kekuatan retensi tambahan yang
didapatkan jika (1) posisi anasir yang tepat pada neutral zone antara otot pipi
dan lidah (2) permukaan gigi tiruan yang halus dengan bentuk yang tepat.
Apabila kedua hal diatas tercapai maka otot-otot secara otomatis dapat
menahan gigitiruan.
8. Undercut, rotasi arah pasang dan kesejajaran dinding merupakan faktor retensi
karena kelenturan mukosa dan submukosa pada permukaan daerah pendukung
gigi tiruan memungkinkan adanya sedikit undercut yang dapat menambah
retensi gigitiruan.Pada undercut yang diduduk terlebih dahulu pada saat arah
pasang, biasanya pada arah berlawanan dari arah vertikal dibutuhkan rotasi
pada saat pemasangan maka gigi tiruan akan memiliki ketahanan terhadap
gaya vertikal yang melepaskan.
9. Residual Ridge, bentuk dan ketinggian sisa tulang alveolar itu penting karena
tidak ada lagi gigi yang dapat dipakai sebagai pegangan terutama pada rahang
atas yang berhubungan juga dengan kedalaman vestibulum. makin tinggi lingir
ridge maka makin bagus.
10. Faktor kompresibilitas jaringan lunak dan tulang dibawahnya untuk
menghindari rasa sakit dan terlepasnya gigi tiruan saat berfungsi. Lakukan test
pada mukosa mulut menggunakan dengan burnisher dan jika mukosa flabby
tidak menguntungkan
11. Ketinggian frenulum. frenulum yang tinggi cenderung melepas gigi tiruan.
frenulum harus bebas, jika tertekan maka frenulum akan ngelawan sehingga
mudah lepas
12. Macroglossy dan aktivitas lidah.
13. Kekentalan saliva
14. Ada atau tidaknya torus palatina dan mandibula  alveolektomi dan
alveoplasty torus palatina dan mandibula jika mengganggu

Menurut Watt dan McGregor (1992), retensi terutama dipengaruhi oleh tiga
faktor yaitu :
1. Ketepatan kontak antara fitting surface gigi tiruan dan mukosa mulut dengan
teknik mencetaknya harus baik dan tepat.
2. Perluasan basis gigi tiruan yaitu makin luas daerah yang tertutup basis maka
makin retentif.
3. Peripheral seal (tepi sayap gigi tiruan) tepat berada pada fornik/mucobuccal
dan bersambung dengan posterior palatal seal (post dam) pada RA sehingga
membentuk circular seal vacuum area / hampa udara. Pada rahang bawah
peripheral seal tidak bersambung sehingga hanya terbentuk pengap area.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STABILISASI


1. Inklinasi gigi
Harus ada sudut inklinasi yang benar antara anasir gigi rahang atas dan
Rahang bawah terhadap processus aloveolaris maksila dan mandibula.
2. Lereng sendi atau sudut luncur sendi harus ada curve von Spee, Monson
dan anti Monson kemanapun mandibula bergerak, gigi-gigi rahang atas
dan rahang bawah harus tetap berkontak secara seimbang (vertikal pin
tetap pada incisal table).
3. Anterior menunjukkan deep over bite dan Posterio balancing side dan
working side
4. Over extension.
Pemeriksaan stabilisasi dilakukan pada saat berfungsi dengan
menggerakkan otot – otot pipi. Disuruh instruksi saat berfungsi (makan,
ngunyah, menelan)

Anda mungkin juga menyukai