Anda di halaman 1dari 13

Maxillofacial Prosthetic Materials : An Update

Deepthi V S: Maxillofacial Prosthetic Materials Journal of International Medicine and Dentistry 2016;
3(1): 02-11. Published by JIMB

Abstrak
Kelainan atau cacat pada tubuh yang mempengaruhi penampilan dan fungsi bisa
menyebabkan seseorang tidak mampu menjalani kehidupannya secara normal.
Kerusakan pada wajah bisa terjadi karena kelainan kongenital, trauma ataupun bedah
tumor. Rekonstruksi bedah mungkin tidak dapat mengembalikan ukuran dan lokasi
akibat cacat yang terjadi. Kondisi medis pasien dan keinginan pasien dapat
menggagalkan bedah rekonstruksi. Dalam kasus tersebut rehabilitasi prostetik
diindikasikan. Restorasi prostetik dapat mengembalikan anatomi dan tampilan normal,
melindungi jaringan dan memberikan efek psikologis yang bermanfaat bagi pasien.
Sejumlah bahan tersedia dan telah digunakan untuk bahan prostetik maksilofasial.
Tujuan jurnal ini adalah untuk memberikan beberapa pengetahuan tentang bahan yang
digunakan untuk prostetik maksilofasial

Pendahuluan

Sejak abad keenam belas bedah untuk memperbaiki cacat pada wajah telah digantikan
dengan konstruksi menggunakan berbagai bahan atau material. Prostetik maksilofasial
didefinisikan sebagai cabang ilmu prostodontikyang berkonsentrasi pada restorasi dan
penggantian system stomatognati dan struktur wajah dengan bahan buatan yang dapat
dilepaskan ataupun tidak.
Ini mencakup rehabilitasi prostetik pasien dengan kerusakan atau cacat pada system
oral dtaupun fasial yang terjadi karena bawaan, sakit ataupun trauma. Beberapa
material tersedia dan telah digunakan sebagai bahan prostetik maksilofasial.
Diantaranya terbuat dari kayu, lilin, metal dan yang terbaru terbuat dari polimer.
Polimer dan elastomer adalah bahan utama pada zaman modern yang digunakan
sebagai bahan rekonstruksi prostetik maksilofasial. Selain itu Polymethylmethacrylate,
polydimethylsiloxane dan polieteretan juga telah diuji dan telah digunakan sebagai
bahan yang awet, warnanya stabil danmudah dimanipulasi. Material terbaru telah
diperkenalkan yang memiliki unsur yang sangat baik namun juga terdapat beberapa
kekurangan. Belum ada bahan yang ada yang tidak memiliki efek yang tidak
diinginkan. Namun, baru-baru ini telah dilakukan berbagai penelitian untuk
mendapatkan bahan yang diinginkan yang dapat memperbaiki bahan-bahan
sebelumnya. Jurnal ini merangkum beberapa jenis bahan yang digunakan sebagai
bahann prostetik maksilofasial.

Silikon
Silikon diperkenalkan sekitar tahun 1946 yang digunakan pertama kali oleh Barnhart
(1960) untuk protesa ekstraoral. Saat ini Silicon merupakan bahan yang paling banyak
digunakan untuk restorasi fasial. Silicon merupakan kombinasi antara kompon organic
dan anorganik. Berdasarkan penggunaan, silikon dikategorikan menjadi beberapa
kelas, kelas implant, kelas medis, kelas bersih dan kelas industri. Silikon kelas implant
harus disertai dengan control makanan dan pemberian obat dan telah melalui pengujian
yang ketat. Protesa fasial terutama dibuat dari silikon kelas medis dan silicon kelas
bersih digunakan untuk pembungkus dan tempat makanan.
Langkah pertama pembuatan silicon adalah dengan cara pengurangan unsur silica.
Silicon dikombinasikan dengan methyl chloride sehingga membentuk dimethyl
dischlorosiloxane, yang apabila bereaksi dengan air akan membentuk tampilan yang
translusen, polimer putih, yang disebut Poly Dimethyl Siloxane. Viskositasnya
bergantung pada panjang ranai polimer. Filler ditambahkan untuk meningkatkan
kekuatan polimer. Crosslingking agen ditambahkan agar silicon tahan terhadap degrasi
saat terpapar oleh beberapa factor lingkungan. Proses ikatan silang yang terjadi disebut
vulcanization. Silikon terdiri dari dua bentuk yang pertama silicon yang membutuhkan
energy panas untuk vulcanization (heat to effect vulcanization
(HTV)) dan yang keduayang dapat divulkanisasi pada suhu ruangan (vulcanize at room
Temperature (RTV)).
a. Silikon RTV
Ini adalah jenis silicon yang terbuat dari dua komponen yang tersedia dalam
beberapa tingkat kekerasaan dari sangat lunak hingga sedang. Biasanya dari 15
shore A sampai 40 Shore RTV. Silikon RTV bisa dibenuk (curing) dengan
bantuan katalis dari platina, timah atau kompon dibutyltin dilaurate.
Keuntungan dari silkon RTV adalah estetis, pewarnaan mudah, manipulasi
mudah, thin margins possible, dan bersifat adesif kompetibel. Kekurangannya
adalah, bisa terjadi perubahan warna, teknik manipulasi sensitive, sulit
diperbaiki, warna memudar dan mengelupas serta kurang tahan lama.
Silastic 382 and 399
Pada silicon RTV seperti silastic 382 dan 399 polimerisasi terjadi melalui reaksi
kondensasi yang membutuhkan stannous octuate sebagai katalis dan Ortho
Alkyl Silikat sebagai agen pengikat. Bahan pengisi seperti silica sering
ditambahkan untuk meningkatkan tensile strength silikon. Bisa dimanipulasi
dengan cetakan batu. Hal utama yang diharapkan dari bahan ini adalah
opasitasnya.

MDX 4-4210
Merupakan elastomer yang memiliki bahan dasar modifikasi
polydimethylsiloxane (PDMS) struktur dan mekanisme vulkanisasi melibatkan
penambahan kelompok Si-H ke Sivinyl unit. Katalis bereaksi silang
menggunakan platina sebagai katalisator. Curing reaction sensitive terhadap
beberapa kontaminasi yang ampu berikatan dengan platina amina, belerang dan
timah. Senyawa tersebut menghambat curing.
Terjadinya perubahan sifat pada bahan pengisi ,elastomer elastomer MDX-4-
4210 tidak opak seperti silastic dan silicon berbahan pengisi lainnya. Ini
merupakan suatu perbaikan dari silicon lainnya yang menampilkan estetis lebih
baik. Perbaikan yang paling penting adalah menambah tear strength silicon, dan
ini lebih baik daripada silicon RTV lain atau silicon LTV. Sebagai bahan
protesa, pinggiran silicon biasanya tipis, bisa dibentuk dengan aman minimal
resiko kerusakan pada saat pemakaian dan pelepasan protesa. Bahan dasar
polimer adalah PDMS, elastomer ini mirip dengan silastic, dapat terpengaruh
pewarnaan dari luar, tidak dapat berikatan secara kuat dengan beberapa bahan
adhesive. Ini merupakan salah satu silicon kelas medis yang cukup terkenal
diantara para dokter. Terdiri dari dua komponen. Material ini tidak berbahan
pengisi yang berat dan memiliki transluensi yang baik. Memiliki katalis asam
kloroplatinat dan hidrometilsiloksan sebagai agen cross-linking.
Polimerisasi adalah reaksi penambahan tanpa reaksi produk sampingan. Proses
pemasakan material memiliki tensile strength yang baik peningkatan
perpanjangan dan ketahanan terhadap gaya tarik. Hal ini dapat membantu
dalam mendesain protesa dengan pinggiran yang tipis dengan resiko kerusakan
yang minimal pada saat pemasangan dan pelepasan protesa. Tekstur permukaan
dan kekerasannya menyerupai kulit asli. Materialnya tidak bersifat toksik,
warna stabil, dan biokompetibel.
Bahan dasar yang bersih seperti madu konsistensinya ditimbang untuk
mendapatkan jumlah yang dibutuhkan. Bubuk bedak ditambahkan pada bahan
dasar untuk menambah opasitas hingga mencapai transluensi yang diinginkan.
Fiber merah dan bubuk filler ditambahkan hingga menyatu dengan bahan dasar.
Pasien dapat membantu dokter dalam menentukan warna sampai sesuai dengan
keinginan pasien. Hasil curing diberi nama dan disimpan didalam refrigerator
sampai pertemuan berikutnya. Perbandingan katalis dan bahan dasar adalah
1:10. Katalis dan bahan dasar diaduk bersamaan dengan bahan dasar
menggunakan spatula fleksibel. De-airing dilakukan didalam vakum dengan
gaya 30 psi selama 30 sampai 40 menit, dan bahan siap setting selama 2,5 jam.
Prosesnya sederhana yang dapat dilakukan pada cetakan yang telah
dipersiapkan. Sebelumnya pada cetakan diberi agen crown mould releasing
atau larutan sabun 5% untuk memudahkan pelepasan silicon apabila proses
pemasakan telah selesai. Harus diperhatikan juga untuk menghindari jamur
dapat dibantu dengan petroleum residual atau menggunakan tanah liat pada saat
curing. Releasing agent dibiarkan mongering selama satu jam. Cetakan
dimasukkan kedalam oven pembakaran dengan suhu 500 selama satu sentengah
jam. Kemudian dicampurkan dengan MDX 4-4210 dengan menggunaka
syringe dan dibiarkan mengendap selama 15 menit. Kemudian dimasukkan
kedalam web clamps dengan suhu 80o selama dua jam atau padasuhu 150 o
selama 15 menit.
Adanya perbaikan sifat seperti tekstur permukaan dan kekerasan sehingga
memiliki kemiripan dengan jaringan kulit asli serta kompabilitasnya yang bisa
melekat dengan baik dengan kulit sehingga silicon ini banyak dipakai
dilingkungan para dokter. Silicon ini juga memiliki kestabilan warna dan
keawetan yang cukup panjang sehingga bagus digunakan untuk prostetik
maksilofasial. Namun, harus diperhatikan kemungkinan adanya perubahan sifat
apabila ada penambahan agen pewarnaan.

A-2186 (Factor II)


A-2186 dibuat dengan modifikasi rantai polimer yang memiliki tensile strength
yang besar, persentasi elongasi yang lebih panjang dan memiliki permukaan
yang lebih halus dai HTV silicon dan silicon RTV lainnya.silikon jenis ini juga
memperlihatkan tidak adanya efek toksisitas pada test kultur jaringan.
Silicon ini diperkenalkkan pada tahun 1986 oleh Factor II (Lakeside, AZ,
merupakan silicon berkatalis platina. Silicon memiliki dua bagian transluensi
yang memiliki perbandingan katalis dan bahan dasar 1:10. Tingkat polimerisasi
tinggi , tersedia secara komersil pada tahun 1987, namun tidak terlalu diminati
untuk bahan prostetik.
Pada tahun 2000, Factor II memperkenalkan A-2000 yang memiliki
perbadingan 1:1 dan yang terbaru dari Faktor –II A-2006 pada tahun 2006. Sara
M. Zayed dkk menyimpulkan bahwa penambahan molekul SiO2 kosentrasi 3%
dapat meningkatkan sifat mekanis elastomer silicon (A-2186)

Cosmesil
Menurut G L Polyosis, Cosmesil K10 menunjukkan sifat fisik yang serupa
dengan MDX4-4210.13. Wolfaardt dkk mengungkapkan bahwa Cosmesil bisa
bersifat biokompatibel dan dapat digunakan untuk kasus yang berkontak
dengan jaringan internal tubuh yang berbatasan dengan permukaan eksternal.
Begara dkk meneliti bahwa penambahan ZnO2 dengan kosentrasi rendah dapat
memberikan perlindungan terhadap sinar ultrasonic. Penelitian terbaru
dilakukan untuk meningkatan ketahanan dan mengurangi perubahan warna
yang mungkin terjadi pada silikon.
Akash dkk menyarankan penggabungan nano-oksida ZnO-dimasukkan
Cosmesil dapat meningkatkan stabilitas warna elastomer silikon dan juga
bertindak sebagai opacifier. Berdasarkan penelitiannya pada specimen
perubahan warna terjadi sangat minimal atau tidak terjadi perubahan berwarna.
Silikon ini terbukti warnanya paling stabil untuk pemakaian luar. Menurut
Mohammad S dkk polyhedral silsesquioxane (POSS) nanopartikel memiliki
kemampuan untuk meningkatkan kekuatan material maxillofacial
dan sifat elastomerik lainnya. Pemberian POSS memiliki efek yang yang
signifikan untuk kekuata dan tensile strength silicon. Liu Q dkk menyatakan
bahwa elastomer silikon modifikasi memiliki sifat yang optimal sebagai bahan
prostetik maksilofasial, namun kekuatannya lebih rendah dari silikon
konvensional. Wang dkk meneliti tingkat sitotoksisitas pada silikon nano –
TiO2 pada silikon yang telah dipakai dan menunjukkan biokompatibilitas yang
panjang pada komposit tersebut.
Silikon elastomer merupakan material terbaik yang tersedia saat ini sebagai
bahan prostetik maksilofacial, namun ketahanan dan perubahan warna dapat
terjadi apabila terpapar sinar ultraviolet, mikroorganisme, dan factor
lingkungan lainnya. Dalam waktu dekat diharapkan kemajuan teknologi dan
efektivitas system dapat memperbaik material-material yang telah ada dapat
dikembangkan menjadi lebih baik sehingga proses kerja dan hasil prostetik
maksilofasial bisa lebih baik. Pasien mengatakan kepuasan terhadap perawatan
meskipun terdapat kekeruangan pada beberapa aspek yang masih perlu
diperbaiki.

Siphenylenes
Siphenylenes adalah kopolimer siloksan yang mengandung gugus metil dan
fenil. Mereka diformulasikan sebagai bubuk dan cairan yang kental. Jika
disentuh elastomer silfenilen seperti kulit asli. Polimer ini transparan dan
diperkuat dengan pengisi silica. Polimer ini memiliki banyak sifat yang
diinginkan dari silika RTV,termasuk biokompatibilitas dan resistensi warna
akibat degradasi pada paparan ultraviolet dan panas. Selain itu, juga memiliki
kekuatan tepi yang tinggi, modulus elastisitas rendah dan pewarnaan bagus.

Silikon Foam (Silastic 386)


Unsur dalam silikon, bila dicampur dengan katalis Octoate stannous,
melepaskan gas pada saat proses vulkanisasi yang mengeluarkan gelembung
sehingga menyebabkan masa silikon meningkat dan masa jenis berkurang
sehingga membentuk bahan yang lebih ringan. Proses ini membutuhkan alat
khusus (vakum) untuk mengatasi ekspansi dan gas yang terbentuk selama
proses pembentukan. Pada cetakan dibutuhkan ventilasi sebagai jalan keluar
untuk gas yang dihasilkan dan mengurangi ekpasnsi protesa.

b. Silikon HTV
Silikon HTV memiliki fisik yang lebih baik, terutama tear strength
dibandingkan dengan RTV. Bahan ini memiliki sedian yang terdiri hanya satu
kompenan atau dua kompenen mungkin
hadir sebagai satu atau dua komponen dengan kosentrat berbentuk dempul. Silikon ini
menggunakan garam platinum untuk meningkatkan reaksi polimerisasi dan
dichlorobenzoyl peroxide untuk kondensasi reaksi polimerisasi. Cetakan logam adalah
dibutuhkan untuk pengolahan dengan suhu tinggi. Bahan ini tidak elastis seperti MDX
4-4210 atau silikon RTV lainnya tidak dapat diaplikasikan pada jaringan yang
melakukan pergerakan. Silikon ini biasanya memiliki opasitas yang tinggi (putih) dan
buram. Namun memiliki kekuatan tepi yang lebih baik, dengan konsistensi yang kental,
modulus elastisitas rendah dan pewarnaan yang stabil. Silikon ini memiliki stabilitas
warna yang sangat baik apabila terpapar panas tinggi dan sinar ultraviolet. Al Harbi
dkk mempelajari sifat mekanis dan perubahan warna HTV (TechSil S25) dan RTV (A-
2186) dan (MED-4210) ketiga silikon dipakai pada suhu panas dan lembab. Elastomer
pada suhu panas memiliki ketahan mekanis dan stabilitas warna yang lebih baik
dibandingkan pada suhu kamar yang menyebabkan bahan terpolimerisasi. Polimerisasi
elastomer pada suhu panas memiliki tear dan tensile strength yang sangat baik serta
elongasi yang baik. Perubahan warna juga sangat sedikit. Silikon ini bersifat
biokompetiel dan memiliki kekuatan yang lebih baik. Contoh silikon HTV - Silastic
370, 372, 373, Tek sil 25.

Q7-4635, Q7-4650, Q7-4735, SE-4524U


Merupakan generasi baru yang dievaluasi oleh Bell yang tersedia sebagai
sistem komponen tunggal. Silikon ini menunjukkan peningkatan sifat fisik dan
sifat mekanik dibandingkan dengan RTVs.29,30.

Poliuretan
Bahan prostesis maxillofacial ini adalah diperoleh dengan mencampur
komponen poliol ( campuran poliester) yang lunak, dengan komponen
disosianat yang keras dan bersifat toksik dan katalis organotin. Prostesa bisa
dibuat lebih lembut dan lebih fleksibel dengan meningkatkan rasio poliol dan
disosianat dalam campuran vulkanisasi. Elastomer ini dilambangkan sebagai
poliuretan karena mengandung ikatan uretan. Pewarnaan intrinsik dan
ekstrinsik dari bahan ini bisa didapatkan lebih baik dibandingkan silikon
lainnya yang digunakan saat ini.
Poliuretan bisa dibuat cukup elastis tanpa mengesampingkan kekuatan tepi,
dengan demikian memungkinkan ikatan yang baik dengan margin tepi jaringan.
Fleksibilitas yang dimiliki sangat cocok dipakai pada jaringan bergerak. Namun
bahan ini memiliki kesulitan dalam proses manipulasinya. Sedikit kesalahan
pada margin bisa terjadi pada saat mengukur konstituen.
Bahan ini memiliki sensitivitas terhadap paparan air, sulit memanipulasi pada
lingkungan yang lembab. Oleh Karen itu cetakan yang digunakan harus melalui
proses dehidrasi terlebih dahulu. Bahan ini juga berpotensi mengeluarkan
toksik. Poliuretan memiliki warna yang tidak stabil apabila terpapar sinar
ultraviolet yang dapat mengakibatkan oksidasi permukan. Bahan ini juga
memiliki kekurangan pada kompatibilitas perekat adhesif.

Membersihkan perekat dari prostesis itu sulit dan membuat frustrasi banyak
pasien. Seringkali pewarnaan ekstrinsik dikeluarkan selama prosedur ini.
HArusdiperhatikan saat menangani isosianat karena bersifat racun. Isosianat
bebas telah ditemukan sebagai restorasi yang mengindikasikan adanya potensi
iritasi lokal. Batu, epoksi, uretan, atau cetakan logam dapat digunakan untuk
pemrosesan.

Acrylic Methyl Methacrylate Resin


Sintesis resin akrilik dapat digunakan untuk restorasi pada tepi jaringan yang
relatif tidak bergerak. Bahan sudah tersedia dan sifat fisik dan kimia dan teknik
pengolahannya sudah tidak asing lagi bagi dokter gigi. Pewarnaan ekstrinsik
dan intrinsik dapat menggunakan resin akrilik. Pewarnaan ekstrinsik mudah
dicapai dengan cat dasar akrilik menggunakan kloroform atau monomer
sebagai pelarut. Perubahan dan pembengkakan akibat margin yang terbuka
dimungkinkan karena kekuatan material. Bahan ini memiliki kompatibel yang
baik dengan kebanyakan sistem perekat (adhesif) dan mudah dibersihkan dari
derbies. Daya tahan yang lebih lama (kuranag lebih 2 tahun) namun memiliki
kekurangan dalam fleksibilitas sehingga tidak dapat diaplikasikan pada
jaringan bergerak.
Duplikasi prostesis tidak dimungkinkan karena penghancuran cetakan pada saat
mengeluarkan protesa setelah dicetak. Memiliki kesulitan untuk menyesuaikan
area undercut karena bahan akrilik yang keras. Secara psikologis, akrilik kurang
bisa diterima oleh pasien. Namun, akrilik adalah bahan yang disukai untuk
prostesis maxillofacial seperti prostesis okular dan sebagai struktur dasar untuk
prostesis silikon.
Menurut Andreotti AM dkk, penggabungan partikel nano dalam resin akrilik
secara langsung mempengaruhi sifat resin akrilik, memberikan stabilitas warna
dan nilai microhardness yang lebih tinggi secara umum dan nilai kekuatan
lentur yang lebih renda. Cairan desinfek dapat digunakan untuk pembersihan
rutin prosthesis tapi dapat mempengaruhi kekasaran permukaan dan warna
resin akrilik apabila penggunaan berlebihan.

Acrylic Copolymers (Palamed, Polyderm)


Kopolimer akrilik bersifat lunak dan elastis namun belum dapat diterima secara
luas karena kekuatan tepi kurang, daya tahannya kurang, dan degradasi saat
terkena sinar matahari. Pengolahan dan pewarnaannya sulit. Restorasi yang
dihasilkan sering terjadi terlalu lekat, sehingga menjadi factor predisposisi
terjadinya pelekatan debu dan pewarnaan. Bahan yang diisi dalam cetakan tidak
boleh terisi penuh (sisa sebesar 10%) untuk memungkinkan perluasan material
dan pembentukan busa di area tengah protesis.

Recent Advances in Maxillofacial Prosthetic Materials


Silicone Block Copolymer
Blok polimer selain siloksan yang digabungkan dengan polimer siloksan tradisional
dalam upaya untuk mengubah sifat fisik silikon konvensional saat ini. Contoh dari hal
ini adalah ikatan polimetil metakrilat ke dalam rantai siloksan. Didapatkan sifat
bioadhesif pelapis elastomerik polydimethylsiloxane (PDMS). Hal ini dicapai dengan
modifikasi permukaan yang terdiri dari penggabungan kopolimer blok yang
mengandung blok PDMS dan etil poli (2 dimetilaminino) metakrilat (PDMAEMA)
blok dalam matriks PDMS. Pengamatan fokus terhadap peran penting gugus hidrofilik
dalam modifikasi permukaan pelapis silikon.

Polifosfazenes
Polyphosphazenes fluoroelastomer telah dikembangkan untuk digunakan sebagai liner
yang elastis dan berpotensi untuk digunakan sebagai bahan prostetik maxillofacial.
Modifikasi sifat fisik dan mekanik elastomer ini mungkin diperlukan untuk memenuhi
persyaratan fabrikasi prostesis maxillofacial. Penelitian prostesis maxillofacial di New
Orleans, telah menemukan bahwa senyawa polifosfazena dengan sedikit atau tanpa
pengisi serta menurunan rasio akrilik terhadap karet menghasilkan karet yang lebih
lembut, dengan HDA 25, menghasilkan bahan serupa dengan kulit manusia.

Other Materials

Pewarna
Ada metode pewarnaan intrinsik dan ekstrinsik. Berbagai jenis pewarna telah
dijelaskan dalam literatur. Mereka termasuk porselen enamel, keramik, cat Artis,
pewarna larut air, cat seluloid, pewarna fotografi, pewarna resin akrilik, pewarna
minyak, pewarna makanan, kaolin, cat minyak, pigmen tanah kering, Nylon, kosmetik
komersial dan pigmen keramik.
Pilihan pewarna tergantung pada preferensi masing-masing klinisi dan jenis bahan
yang digunakan. Namun, pigmen kaolin dan pigmen tanah kering tidak boleh
digunakan dengan poliuretan isophorone karena ada penurunan yang substansial pada
kekuatan tear strength dan tensile strength. Demikian pula, minyak artis tidak boleh
digunakan dengan MDX 4-4210 karena mengganggu reaksi setting.
Dalam pewarnaan intrinsik, warna ditambahkan ke bahan dasar sebelum
menambahkan katalis ke bahan dasarnya. Pewarnaan intrinsik pada prostesis silikon
divulkanisasi panas dilakukan dengan mesin penggilingan. Oksida logam pada silikon
berpigmen konsentrat umumnya digunakan, dan serat merah dapat digabungkan, jika
diinginkan, untuk mensimulasikan pembuluh darah. Menurut survei Montgomery
tentang bahan yang digunakan saat ini untuk pembuatan prostesis maxillofacial
ekstraoral di pigmen silikon Amerika Utara, Eropa, Asia, dan Australia (2010) untuk
pasta intrinsik dan silikon untuk pewarna ekstrinsik yang dipakai warna minyak artis
dan pigmen tanah kering. Pewarnaan ekstrinsik bisa dilakukan dengan cat pada metode
penyemprotan atau tato. Pengenalan teknologi pewarna silikon dimulai pada tahun
1992 dengan pewarna intrinsik silikon Factor II. Pada tahun 1999, pewarna silikon
disempurnakan dengan menggunakan fluida cross-linking untuk mempertahankan
viskositas agar memungkinkan drop-by-drop dispensing. Pigmen pasta ekstrinsik
silikon (Faktor II) dengan pigmen tambahan pada cairan silang diperkenalkan segera
setelahnya.
Hue et al mempelajari efek pigmen pada sifat mekanik dinamis dari elastomer prostetik
maksila dan menyimpulkan bahwa jenis dan konsentrasi pigmen dapat mempengaruhi
bagian elastis dan kekentalan bahan elastomer maksilofasial yang diuji.

Adhesives
Ini adalah bahan yang digunakan untuk merekatkan prostesis eksternal ke kulit dan
struktur terkait di sekitar pinggiran anatomi eksternal. Komponen RTV tunggal telah
dikembangkan untuk digunakan sebagai perekat untuk pembuatan prostesis silikon.
Diperlukan penelitian tambahan untuk mengetahui kompatibilitas perekat medis yang
tersedia secara komersial dengan berbagai jenis elastomer maxillofacial dan
kompatibilitas pelarut pembersih dengan elastomer maxillofacial.
Primer
Merupakan bahan yang mengikatkan silikon dan bahan prostetik maxillofacial lainnya.
Contoh: S-2260, A-4-4, DC 1205 primer dan Sofreliner primer S

Kesimpulan
Semua bahan yang digunakan saat ini telah menunjukkan beberapa sifat bagus namun
juga beberapa kekurangan. Belum ditemukan material yang tidak memiliki
karakteristik penting yang tidak diinginkan. Kegagalan prostesis disebabkan terutama
oleh perubahan warna, perawatan yang buruk, dan delaminasi silikon. Telah dilakukan
beberapa cara akhir-akhir ini dalam mempelajari bahan-bahan yang ada dengan
harapan memperbaiki kekurangannya. Pemilihan bahan lebih sering tergantung pada
pengalaman dan preferensi dokter.

Anda mungkin juga menyukai