Anda di halaman 1dari 10

Bahan Cetak

Pengertian

Bahan cetak merupakan bahan yang digunakan untuk mencetak jaringan dan

hubungan antara jaringan, baik itu jaringan keras maupun jaringan lunak. Bahan

cetak merupakan negatif jaringan mulut, sehingga saat cetakan diisi oleh bahan

pendam menjadi positif jaringam mulut yang disebut model. Model ini dibutuhkan

untuk pembuatan alat restorasi.

Persyaratan Bahan Cetak

1. Akurat,

2. Bersifat rheological, yaitu cukup cair atau plastis untuk beradaptasi dengan

jaringan mulut,

3. Tidak mengalami perubahan dimensi saat pengerasan,

4. Saat dikeluarkan dari dalam mulut bersifat elastik dan melekat pada sendok

cetak,

5. Tidak berubah dimensi bila disimpan di lab atau di kelembaban yang sesuai,

6. Tidak beracun ataupun merangsang, bau dan rasanya dapat diterima,

7. Memiliki setting time dan working time yang sesuai, tidak melebihi 5 menit

dalam mulut.

Klasifikasi Bahan Cetak

Menurut elastisitasnya, bahan cetak dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Tidak elastis atau Rigid yang terdiri atas plaster of paris, impression compound,

ZnOE, impression wax


2. Elastis yang terdiri atas 2 macam hidrokoloid yaitu alginat dan agar dan

elastomer yang terbagi kembali menjadi 4, yaitu polisulfida, polieter, kondensasi

silikon, dan adisi silikon.

Elastomer atau Bahan Cetak Karet

Pengertian

Elastomer merupakan bahan cetak elastis yang menurut spesifikasi ADAS No. 19

dinamakan sebgain nonaqueous elastomeric impression materials yang apabila

ditarik dapat mudah meregang namun kembali kebentuk semula saat tekanan

hilang. Elastomer termasuk kepada karet sintesis yang terdiri dari 2 komponen,

yaitu dasar dan katalis atau akselerator.

Klasifikasi Elastomer

Menurut ADAS Specification No. 19, elastomer di bagi menjadi 3, namun

secara kimia dibagi menjadi 4 macam, yaitu polisulfida, silikon kondensasi, silikon

adisi (polyvinyl siloxanes), polieter. Sedangkan menurut konsistensinya dapat

dibedakan menjadi encer (light-body), sedang (medium-body or regular-body),

kental (heavy-body), dan sangat kental (putty).

1. Polisulfida

Ditemukan pada tahun 1950 dan merupakan karet sintesis pertama yang

ditemukan. Memiliki nama lain Rubber based, Mercaptan, Thiokol. Memiliki 3

macam konsistensi, yaitu encer, sedang, dan kental. Jenis ini disediakan dalam

bentuk 2 pasta dalam tube, dengan pasta dasar warna putih yang memiliki

komposisi polisulfida (mercaptan yang mengandung gugus -SH) dan 11-54%

filler sebagai bahan pengisi sedangkan untuk pasta katalis berwarna coklat yang
memiliki komposisi lead dioxide (PbO), sulfur, dan minyak. Reaksi

pengerasannya adalah gugus SH dioksidasi oleh PbO, menghasilkan ikatan S-

S dan reaksi yang kedua terjadi cross-linking, dan polimerisasi terus belanjut

mengikuti berlanjutnya oksidasi gugus SH terminal.

R-SH + PbO + HS-R R-S-S-R + PbO + HO

2. Silikon kondensasi

Ditemukan pada tahun 1955, jenis ini memiliki pasta dasar yang disediakan

dalam bentuk pasta yang berisi polimer silikon dengan terminal gugus hidroksil

dan pengisi, sedangkan katalisnya bisa dalam bentuk pasta atau cairan yang

berisikan bahan cross-linking dan aktivator yang biasanya organi-tin kompon.

Reaksi pengerasan yang terjadi adalah cross-linking bila kedua bahan diaduk.

Jenis ini memiliki 2 macam konsentrasi, yaitu encer dan sangat kental.

3. Silikon adisi (polyvinyl siloxanes)

Ditemukan pada tahun 1975, jenis ini memiliki nama lain polyvinyl siloxanes

yang tersedia dalam 4 macam konsentrasi, yaitu encer, sedang, kental, dan sangat

kental atau dempul. Silikon adisi disusun oleh komponen dengan grup vinil

silane dan katalis dari logam mulia - HPtCl. Reaksi pengerasan yang terjadi

dengan reaksi adisi, yaitu rekasi lead (Pb) membentuk cross-linked silicone

rubber. Dilakukan reaksi adisi untuk mengatasi masalah yang terjadi dari reaksi

kondensasi yang apabila dilakukan mengeluarkan bahan sampingan (by

products). Jenis ini merupakan jenis yang saat ini paling banyak digunakan.

4. Polieter
Ditemukan pada tahun 1965, jenis ini memilik 3 macam konsistensi, yaitu encer,

sedang, dan kental. Disediakan dalam bentuk pasta dasar dan pasta katalis atau

reaktor. Reaksi pengerasan yang terjadinya adalah cross-linking dari grup imine

dengan polimerisasi kation.

Sistem Pengadukan

Elastomer memiliki 3 cara pengadukan untuk mencampur pasta dasar dengan

katalis, yaitu:

1. Static automixing

Cara pengadukan ini merupakan yang paling populer untuk mengaduk pasta

katalis dengan pasta dasar, dapat dilakukan untuk konsistensi encer sampai

kental, hanya konsistensi sangat kental tidak bisa menggunakan cara ini. Pasta

dasar dan pasta katalis diletakan pada catridge yang terpisah, kemudian pasta

dasar dan pasta katalis akan bersatu melalui spiral dan tercampur.

2. Dynamic mechanical mixing

Perbedaan dengan automixing adalah pada pengadukan di sini spiral yang ada

mengalami rotasi. Kelebihan sistem ini adalah proses lebih cepat dan mudah

digunakan, hanya saja perlu mengeluarkan biaya yang cukup mahal untuk

membeli alatnya. Jenis polieter dan silikon adisi dapat menggunakan sistem

pengadukan ini.

3. Hand mixing (Pengadukan dengan tangan)

Pengadukan dengan tangan biasanya dilakukan untuk silikon konsistensi sangat

kental atau (putty).

Aplikasi atau Kegunaan


1. Inlay

2. Mahkota dan jembatan (Crown and Bridge)

3. Gigi tiruan sebagian, bila terdapat undercut yang besar yang dapat menyebabkan

alginat sobek pada saat dikeluarkan dari jaringan mulut

4. Gigi tiruan lengkap

5. Implan

Namun karena harga bahan cetak ini mahal, maka bahan cetak ini jarang digunakan

untuk pencetakan yang membutuhkan jumlah banyak.


Logam Tempa (Wrought Alloy)

Logam tempa merupakan logam paduan yang dibentuk dengan gaya mekanis

sehingga menghasilkan bentuk batu. Logam tempat biasanya digunakan sebagai

kawat ortodonti, cangkolan pada gigi tiruan sebagian lepasan, alat untuk

membesarkan lubang dan mengisi saluran akar, mahkota pediatrik, dan alat

instument untuk melakukan operasi. Logam paduan yang paling sering digunakan

adalah stainless steel yaitu untuk kawat ortodonti, alat instrument endodontik,

mahkota pediatrik, dan penajam alat instument untuk melakukan operasi. Logam

tempa Cobalt-Chromium-Nickel, Nickel-Titanium, dan Beta-Titanium juga dapat

digunakan untuk penggunaan kawat ortodonti, cangkolan pada gigi tiruan sebagian

lepasan, alat instrumen endodontik.

Kawat merupakan salah satu bentuk dari logam tempa yang biasanya digunakan

dalam ortodonti untuk mengoreksi malposisi gigi dilihat melalui bidang oklusi

dengan memberikan tekanan untuk gigi yang tidak pada tempatnya agar merubah

posisi maupun susunan gigi dan untuk mendekati lengkung rahang. Kawat juga bisa

digunakan dalam bidang prostodonti sebagai cangkolan untuk proses retensi dan

stabilisasi gigi tiruan sebagian lepasan. Kawat umumnya berbentuk sirkular, ovoid,

atau persegi, yang dibentuk dengan menarik casting alloy seperti pembuatan die.

Untuk kawat ortodonti umumnya berbentuk rectangular atau square croos-section,

sedangkan untuk aksesoris material dan instumen kedokteran gigi yang lain dapat

dibentuk dengan menarik lembaran atau batangan alloy membentuk kawat atau

tabung atau bisa juga dengan ditempa sampai berbentuk seperti yang diinginkan.
Persyaratan kawat berhubungan dengan springness, stiffness, kemampuan untuk

mengikat tanpa fraktur, resistensi terhadap korosi, kemampuan untuk digabungkan

dengan soldering atau welding. Daya lenting atau kemampuan springback dari

kawat adalah ukuran kemampuan kawat dalam mengalami defleksi besar tanpa

deformasi permanen, yang biasanya dirumuskan dengan yield stress berbanding

modulus elastisitas. Modulus elastisitas atau kekakuan suatu kawat penting dalam

mengindikasi gaya yang cocok untuk pergerakan gigi selama perawatan ortodonti,

umumnya kekakuan kawat bergantung pada ketebalannya dan fungsinya di dalam

mulut.

Klasifikasi Logam Tempa

1. Carbon Steel

Sebelum adanya stainless steel, carbon steel adalah logam tempa yang sangat

penting dalam industri yang tersusun atas 2 pasang iron-carbon alloy dengan

presentase karbon kurang dari 2,1%. Berdasarkan kemungkinan stuktur kristal

pada iron-carbon, carbon steel dibagi menjadi 3 macam, yaitu Ferrite dengan

suhu kurang dari 912C dan atom karbon diantara atom besi, Austenite dengan

suhu diantara 912C 1394C dan atom karbon diantar atom besi hanya saja

ukurannya yang lebih besar, dan Cementite/Carbide (FeC) saat mengndung

0,8% karbon yang membentu saat fase austenik dengan perubahan suhu pada

723C dan apabila komposisinya terus berubah sehingga menjadi hanya

cementite dan pearlite maka struktur itu disebut Martensite yang menghasilkan

alloy keras, kuat, dan rapuh. Carbon steel bersama stainless steel ikut berfungsi

dalam performa instrumen endodontik.


2. Stainless Steel

Saat 12% - 30% kromiun dicampurkan ke dalam besi, maka logam paduan

tersebut disebut Stainless steel. Komposisi selain besi, karbo, dan kromium juga

dapat memberikan variasi komposisi dan sifat dari Stainless steel. Berdasarkan

struktur kristal yang dibentuk oleh atom besi, Stainless steel dibagi menjadi 3

macam, yaitu Ferritic Stainless steel yang memiliki resistensi terhadap korosi

yang rendah dan tidak disarankan digunakan untuk pemberian tekanan yang

tinggi sehingga saya sedikit dipakai di aplikasi kedokteran gigi, Martensitic

Stainless steel memiliki sifat yang mirip dengan carbon steel sehingga

digunakan dalam operasi dan penajaman instument dengan ketahanan korosi

paling kecil dibandingkan 2 jenis yang lain, Austenitic Stainless steel atau yang

sering disebut 18-8 Stainless steel merupakan jenis yang paling resisten terhadap

korosi dari 3 jenis yang ada, jenis ini merupakan yang umumnya digunakan

untuk kawat ortodonti, instumen endodontik, dan mahkota pediatrik karena

memiliki harga yang sesuai, duktilitas yang baik, mampu bengkok tanpa

mengalami fraktur, mudah dilakukan pengelasan, memiliki nilai yeild stress

yang relatif tinggi 1600MPa, serta sifat springback yang cukup tinggi, dapat

menahan suhu diantara 400C-500C dengan perubahan springback dari 0.0060-

0.0094 menjadi 0.0065-0.0099 setelah pemanasan.

3. Cobalt-Chromium-Nickel (Elgiloy)

Merupakan logam paduan yang digunakan sebagai kawat ortodonti pertama

kali pada sekitar tahun 1950-an. Memiliki komposisi 40% kobalt, 20%

kromium, 15% nikel, 15,8% besi, 7% molibdenum, 2% mangan, 0,16%


karbon, dan 0,04% berilium. Dapat digunakan sebagai kerangka GTSL. Elgiloy

memiliki resistensi yang baik terhadap korosi dan pemudaran dari lingkungan

mulut dan dapat menerima welding dan soldering yang sama dengan stainless

steel, dapat menahan suhu sampai 480C dengan perubahan springback dari

0.0045-0.0065 menjadi 0.0054-0.0074 setelah pemanasan. Elgiloy dibagi

menjadi 4 macam berdasarkan kekerasannya, yaitu soft berwarna biru dan

memiliki fungsi, sifat, dan diameter seperti stainless steel, ductile,

semiresilient, dan resilient.

4. Nickel-Titanium (Nitinol)

Digunakan pertama kali sebagai kawat ortodonti pada tahun 1970-an, dengan

komposisi 55% nikel dan 45% Titanium. Nitinol memiliki perbedaan yang

signifikan dengan jenis stainless steel dan elgiloy, dengan nilai yield strength

430 Mpa dan hanya dapat menahan suhu sampai 90C sebelum mengalami

fraktur. Nitinol merupakan kawat fleksibel dengan nilai modulus elastisitas yang

rendah dan duktilitas terbatas sehingga hanya dapat digunakan untuk

menerapkan kekuatan yang relatif rendah. Nitinol pun tidak mudah untuk

dilakukan soldering ataupun welding.

5. Beta-Titanium

Terdiri atas 78% titanium, 11,5% molibdenum, 6% zirkonium, dan 4,5% tin.

Memiliki sifat duktilitas, resistensi korosi, mudah dibentuk, memiliki nilai

springback yang mirip dengan stainless steel dan dapat digabung dengan

welding, tetapi memiliki nilai modulus yang lebih rendah sehingga hanya dapat

menerapkan kekuatan yang lebih rendah.


6. Logam tempa lainnya: Logam murni

Dapat digunakan sebagai cangkolan GTSL, aplikasi ortodonti, retensi pin

restorasi dan endodontik. Cangkolan GTSL dapat digunakan dengan penyatuan

coran kerangka dengan kawat, atau menanamkannya ke dasar resin. Kawat

logam murni dibagi menjadi 2 macam, yaitu tipe satu dengan komposisi emas

75%, paladium, dan platina dan temperatur yang tinggi dan tipe dua dengan

kompisisi 65% emas, paladium, dan platina. Kedua tipe ini memiliki komposisi

yang sama dengan coran kerangka emas tipe empat hanya saja kawat emas

memiliki komposisi emas yang lebih sedikit. Kawat ini memiliki modulus

elastisitas 100-120 Gpa sama besar seperti kerangka coran emas.

7. Logam tempa lainnya: Base Metal Alloy

Contohnya adalah kawat kobalt-kromiun-tungsten-nikel (Ticonium) yang

dihasilkan dari campuran kobalt-kromium memiliki yield strength sebesar 920

Mpa namun tidak dapat dipanaskan yang dapat digunakan sebagai GTS. Dan

dapat juga digunakan sebagai pin retensi restorasi langsung. Titanium-titanium

alloy apabila dibandingkan dengan stainless steel memiliki modulus elastis yang

mendekati modulus material restorasi langsung juga resistensi korosi dan

biokompabiliti yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai