Anda di halaman 1dari 47

TUGAS POST TEST KONSERVASI GIGI

Oleh :
160112130005 Gitania Puspita Dewi
160112130021 Restya Fabria Rahmadany
160112130032 Fahmi Muharom Paramedika
160112130079 Wendy Pratama
160112130080 Ali L. Andri
160112130520 Abu Ubaidah
160112130531 Adri Luqmanul Hakim
160112150001 Rizki Wisnuaji
160112150011 Rahmat Fadli Latukau
160112150012 Crirespati PGTAI
160112150522 Rio Rudiyanto

Pembimbing :
Anna Muryani, drg., Sp.KG (K)

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG
2020
DAFTAR ISI

Prosedur pemeriksaan yang dibutuhkan untuk membuat diagnosis endodontik


Riwayat dental/medis Perawatan yang terdahulu/terbaru, obat-obatan Hal.
Keluhan utama Berapa lama, gejala, durasi nyeri, lokasi, onset, yang
merangsang, yang meredakan, rujukan, medikasi
Pemeriksaan klinis Simetri wajah, saluran sinus, jaringan lunak, status
periodontal (probing, mobility), karies, restorasi
(defektif)
Tes Klinis : tes pulpa Dingin, panas, tes pulpa elektrik (EPT)
Tes Klinis : tes periapical Perkusi, palpasi, gigit
Analisis Radiografi Periapikal, bitewing, CBCT
Tes Tambahan Transiluminasi, tes kavitas, anestesi selektif
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
I. PEMERIKSAAN ............................................................................................... 1
II. KLASIFIKASI PENYAKIT PULPA DAN PERIAPIKAL .......................... 5
III. OPEN AKSES ................................................................................................... 8
IV. UPK .................................................................................................................... 14
V. TEKNIK STEP BACK ..................................................................................... 15
VI. TEKNIK CROWN DOWN .............................................................................. 18
VII. LARUTAN IRIGASI DAN MEDIKAMEN INTRAKANAL ....................... 19
VIII. SEALER ............................................................................................................. 29
IX. TEKNIK OBTURASI ....................................................................................... 30
X. RESTORASI ..................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 45

I. PEMERIKSAAN

KELUHAN UTAMA
Keluhan utama berisi informasi yang menyebabkan pasien datang ke dokter
gigi. Alasan pasien untuk berkonsultasi dengan dokter gigi sama pentingnya dengan
tes diagnostik yang dilakukan. Ungkapan mereka dapat dijadikan pentunjuk awal
yang penting yang dapat membantu menetapkan diagnosis yang benar. Oleh karena
itu, dokter gigi harus memberi perhatian pada keluhan yang diutarakan, menetukan
kronologi kejadian yang mengarah kearah keluhan dan mempertanyakan pasien

ii
mengenai hal yang berhubungan termasuk riwayat medis dan gigi. Untuk referensi di
masa mendatang, keluhan utama pasien harus didokumentasikan dengan bahasa
pasien.
Setelah melakukan interview dan menentukan asal keluhan utama, dokter gigi
melanjutkan percakapan dengan mendokumentasikan urutan kejadian yang
memerlukan evaluasi. Riwayat gigi yang perlu untuk ditanyakan yaitu :
- Lokasi
- Onset
- Durasi
- Yang merangsang
- Yang meredakan
- Rujukan
- Medikasi

TES PULPA
1. Termal
Berbagai metode dan bahan digunakan untuk menguji respon pulpa terhadap
rangsangan termal. Tes dingin merupakan tes pulpa utama yang digunakan oleh
banyak dokter gigi. Tes ini berguna pada pasien dengan mahkota jaket porselen
atau mahkota metal lapis porselen dimana tidak terdapat permukaan alami gigi
yang dapat diakses. Karbon dioksida beku atau dikenal sebagai dry ice atau
carbon dioxide snow atau stik CO2 telah ditemukan dapat diandalkan dalam
memunculkan respon positif jika jaringan pulpa vital berada dalam gigi. Stik CO2
ditempatkan pada permukaan fasial mahkota atau struktur alami gigi. Gigi harus
diisolasi dan jaringan lunak dilindungi dengan kasa atau cotton roll.
Metode tes dingin yang paling banyak dilakukan yaitu dengan semprotan
pendingin. Hal ini dikarenakan metode ini tersedia, mudah digunakan, dan
menyediakan hasil yang dapat direproduksi, terpercaya, dan setara dengan stik
CO2. Semprotan efektif digunakan untuk tes Ketika diaplikasikan pada gigi
menggunakan cotton pellet. Cotton pellet yang sudah disemprot diletakkan pada
bagian midfasial gigi atau mahkota. Seperti metode tes pulpa lainnya, gigi sebelah
atau gigi kontralateral yang normal dari gigi yang dicurigai juga harus di tes
sebagai tolak ukur respon.

iii
Metode tes termal lainnya yaitu tes panas. Tes paanas baik digunakan Ketika
keluhan utama pasien merupakan nyeri gigi yang sering ketika berkontak dengan
makanan atau minuman panas. Salah satu metode tes panas yaitu pemberian gutta
percha atau stik kompon pada permukaan gigi. Sebelum menggunakan metode ini,
selapis tipis lubrikan harus diletakkan pada permukaan gigi untuk mencegah gutta
percha atau kompon yang panas menempel ke permukaan gigi yang kering.
2. Elektrik
Penilaian vitalitas pulpa juga dapat dilakukan menggunakan tes pulpa eletrik
(electric pulp testing). Alat tes pulpa elektrik tidak dapat bekerja kecuali probe
dapat berkontak dengan gigi. Gigi harus diisolasi dan dikeringkan untuk
mendapatkan penggunaan yang benar dari alat tes pulpa elektrik. Gigi lain sebagai
kontrol pada rahang yang sama harus dites untuk dijadikan sebagai tolak ukur
respon dan untuk menginformasikan pasien apa yang dimaksud dengan sensasi
normal. Gigi yang dicurigai harus dites paling tidak dua kali untuk
mengkonfirmasi hasil. Ujung probe yang akan berkontak dengan gigi harus
dilapisi media berbasis petroleum atau air.
Medium yang biasa digunakan adalah pasta gigi. Ujung probe yang sudah
dilapisis diletakkan pada sepertiga incisal bagian fasial atau bukal gigi kemudian
pasien diminta untuk menyentuh atau memegang probe kecuali bila menggunakan
klip bibir. Pasien diinstruksikan untuk melepas jarinya dari probe ketika sensasi
tingling atau warming dirasakan pada gigi.
Jika terdapat restorasi yang luas atau maahkota penuh maka teknik bridging
dapat dicoba untuk mengirim rangsangan elektrik ke struktur gigi asli. Ujung
sonde endodontik dilapisi pasta gigi atau media lainnya lalu dikontakkan dengan
struktur gigi asli kemudian ujung probe alat tes pulpa elektrik dilapisi dengan
sedikit pasta gigi dan dikontakkan dengan bagian samping sonde. Jika tidak
terdapat struktur gigi asli maka metode tes pulpa lain dapat digunakan.

TES PERIAPIKAL
1. Tes Gigit
Gigi mungkin sensitive saat mengigit, ketika patosis pulpa meluas hingga
runag ligament periodontal menyebabkan periodontitis apikalis simptomatik atau
sensitivitas dapat terjadi akibat retak pada gigi. Jika terdapat periodontitis
periradikuler, gigi akan terasa nyeri jika dilakukan tes perkusi dan tes gigit
iv
dimanapun penekanan diberikan pada bagian mahkota gigi. Jika gigi retak atau
fraktur cusp maka nyeri hanya dirasakn Ketika perkudi diberikan pada arah
tertentu terhadap satu cusp atau potongan gigi tersebut,
Pada tes gigit maka alat dapat digunakan seperti tusuk gigi, alat poles karet
roda, ujung aplikator kapas, dan lainnya. Beberapa alat yang digunakan untuk
melakukan tes ini yaitu Tooth Sloth dan Fracfinder
2. Perkusi
Nyeri terhadap perkusi menunjukkan adanya inflamasi pada ligament
periodontal. Inflamasi ini dapat diakibatkan trauma fisik, penyakit periodontal
atau pelruasan penyakit periodontal ke ruang ligament periodontal.
Sebelum melakukan perkusi pada gigi manapun, dokter gigi harus memeberi
tahu pasien apa yang akan terjadi selama tes. Karena gejala yang akut dapat
membuat kekhawatiran dan merubah respon pasien. Gigi kontralateral dites
terlebih dahulu sebagai control dan beberapa gigi yang berdekatan lainnya untuk
memastikan respon gigi yang normal.
Perkusi dilakukan dengan mengetuk permukaan incisal atau oklusal gigi
dengan jari atau instrument tumpul lainnya. Tes dimulai dengan lembut dengan
penekanan ringan menggunakan jari . jika pasien tidak dapat mendeteksi
perbedaan pada gigi, tes diulang Kembali menggunakan ujung instrument tumpul
seperti bagian ujung kaca mulut. Mahkota gigi diketuk secara vertical dan
horizontal. Dan jika paasien merasakan tidak ada perbedaan, tes diulangi Kembali
pada bagian bukal dan lingual gigi. Respon positif menunjukkan adanya inflamasi
pada ligmen periodontal.
3. Palpasi
Tes palpasi dilakukan dengan memberikan penekanan yang kuat pada mukosa
yang menutupi akar dan apikal. Jari telunjuk digunakan untuk menekan miukosa
kea rah tulang kortikal. Cara ini membantu untuk mendeteksi adanya abnormalitas
periradikuler atau area lain yang menyebabkan respon nyeri pada penekanan jari.
Respon positif pada palpasi menunjukkan adanya proses inflamasi periradikuler
yang aktif, tetapi tidak mengindikasikan darimana sala proses inflamasi tersebut
apakah berasal dari endodontik atau periodontal.

TES TAMBAHAN
1. Transiluminasi
v
Transiluminasi menggunakan probe cahaya fiberoptik yang terang ke
permukaan gigi mungkin dapat membantu. Mengarahkan cahaya intensitas tinggi
langsung ke permukaan luar gigi pada CEJ dapat mempelihatkan seberapa luas
fraktur. Gigi dengan fraktur menghalangi cahaya transiluminasi. Bagian gigi yang
berada dibagian proksimal cahaya ini akan menyerap cahaya dan bersinar, dimana
bagian di luar fraktur tidak akan memiliki cahaya yang bertransmisi dan akan
terlihat abu-abu.
2. Tes kavitas
Metode ini digunakan apabila metode ts lainnya tidak mungkin dilakukan atau
hasil tes lainnya kurang meyakinkan. Contoh kasus dimana metode ini dapat
dilakukan yaitu gigi yang dicurigai memiliki penyakit pulpa ditutupi mahkota
penuh. Jika tidak terdapat struktur gigi asli yang dapat digunakan untuk Teknik
bridging dengan EPT atau tes dingin kurang meyakinkan maka preparasi kavitas
kelas I kecil dapat dilakukan pada permukaan oklusal mahkota. Pasien tidak
dianestesi saat prosedur ini dilakukan dan pasien diminta merespon jika sensasi
nyeri dirasakan. Jika pasien tidak merasakan sensai apapun Ketika bor mencapai
dentin maka dapat menjadi indikasi bahwa pulpa nekrotik dan perawatan saluran
akar harus dilakukan.
3. Anestesi selektif
Terkadang apsien tidak dapat menentukan apakah gejala yang dirasakan
berasal dari rahang atas atau rahang bawah. Dalam kasus ini anestesia selektif
dapat membantu. Jika pasien tidak dapat menentukan dari rahang mana rasa sakit
berasal maka dokter gigi harus menganestesi rahang atas terlebih dahulu. Hal ini
dilakukan menggunakan injkesi ligament periodontal yang diberikan pada gigi
yang paling posterior pada kuadran rahang yang dicuragi dimulai dari sulkus
distal berjalan kearah anterior dengan satu gigi setiap waktu. Jika rasa sakit tidak
hilang setelah beberapa waktu, maka dokter gigi mengulangi teknik tersebut pada
rahang bawah.

II. KLASIFIKASI PENYAKIT PULPA DAN PERIAPIKAL

PENYAKIT PULPA
1. Pulpa Normal

vi
Ini merupakan diagnostik klinis dimana pulpa tidak memiliki gejala apapun
dan merespon secara normal terhadap tes pulpa. Gigi dengan pulpa normal tidak
menunjukkan gejala spontan. Gejala yang dibuat dari tes pulpa ringan, tidak
menyebabkan pasien menderita dan menghasilkan sensasi sementara terhadap tes
dingin yang bertahan tidak lebih dari dua detik setelah stimulus dihilangkan. Kita
tidak dapat mengetahui diagnosis yang memungkinkan tanpa membandingkan
gigi yang bersangkutan dengan gigi sebelah dan kontralateralnya.
2. Pulpitis Reversible
Pulpitis reversible didasarkan pada temuan subjektif dan objektif yang
menunjukkan bahwa inflamasi harus sembuh dan pulpa kembali normal setelah
penangan etiologic yang tepat. Ketidaknyamanan akan dialami saat rangsangan
semacam dingin atau manis diberikan dan hilang beberapa detik setelah
rangsangan dihilangkan. Etiologik yang umum mungkin termasuk dentin yang
terbuka (sensitivitas dentin), karies atau restorasi yang dalam. Tidak terdapat
perubahan radiografi yang signifikan di daerah periapical gigi yang dicurigai dan
nyeri yang dialami tidak spontan. Gigi memerlukan evaluasi lebih lanjut untuk
menentukan apakah pulpitis reversible telah kembali normal setelah penatalaksaan
etiologic dilakukan (misalnya penghilangan karies ditambah restorasi dan
menutupi dentin yang terbuka). Walaupun sensitivitas dentin bukan proses
inflamasi, tetapi semua gejalanya menyerupai pulpitis reversible.
3. Pulpitis Irreversible simptomatik
Pulpitis ini didasarkan pada temuan subjektif dan objektif bahwa pulpa vital
yang etrinflamasi tidak mungkin sembuh dan memerlukan perawatan endodontik.
Karakteristiknya termasuk nyeri tajam pada rangsangan termal, nyeri yang
berkepanjangan (seringkali 30 detik atau lebih setelah rangsangan dihilangkan),
spontan (nyeri yang tidak diprovokasi) dan nyeri yang dapat ditunjuk. Terkadang
rasa sakit dapat bertambah akibat perubahan postur tubuh seperti berbaring atau
membungkuk dan analgesic yang dijual bebas bisatanya tidak efektif. Etiologc
yang umum termasuk karies yang dalam, restorasi yang luas atau fraktur yang
menyebabkan terbuaknya jaringan pulpa. Gigi dengan pulpitis irreversible
simptomatik mungkin akan sulit untuk didiagnosa karena inflamasi yang belum
mencapai jaringan periapical sehingga tidak menyebabkan nyeri atau
ketidaknyamanan saat diperkusi. Pada kasus seperti itu, riwayat perawatan gigi
dan tes termal merupakan alat utama untuk menilai status pulpa
vii
4. Pulpitis Irreversible asimptomatik
Kategori diagnosis klinis ini berdasarkan pada temuan subjektif dan objektif
yang mengindikasikan bahwa pulpa vital yang terinflamasi tidak mungkin sembuh
dan memerlukan perawatan endodontic.kasus ini tidak memiliki gejala klinis dan
biasanya merespon secara normal terhadap tes termal tetapi mungkin memiliki
trauma atau karies yang dalam yang dapat menyebabkan terbukanya pulpa ketika
dihilangkan.
5. Nekrosis Pulpa
Kategori diagnostik klinis ini menunjukkan kematian pulpa gigi yang
memerlukan perawatan endodontik. Pulpa tidak merespon terhadap tes pulpa dan
tidak menunjukkan gejala. Nekrosis pulpa tidak dengan sendirinya menyebabkan
periodontitis apikal (nyeri terhadap perkusi atau gambaran radiografi dari
kerusakan tulang) kecuali kanalnya terinfeksi. Beberapa gigi mungkin tidak
responsif terhadap tes pulpa karena kalsifikasi, Riwayat trauma, atau karena gigi
tidak merespon.
6. Sudah dirawat sebelumnya
Kategori diagnosis klinis ini mengindikasikan bahwa gigi sudah pernah
mendapatkan perawatan endodontik dan kanal diobturasi dengan berbagai bahan
pengisi selain medikamen intrakanal. Gigi biasanya tidak merespon terhadap tes
pulpa elektrik atau termal.
7. Terapi yang sudah dimulai sebelumnya
Kategori diagnostik klinis ini menunukkan bahwa gigi telah dirawat
sebelumnya dengan perawatan endodontic parsial seperti pulpotomi atau
pulpektomi. Dalam kebanyakan kasus, perawatan endodontik parsial dilakukan
sebagai prosedur gawatdarurat untuk kasus pulpitis irreversible simptomatik atau
asimptomatik. Pada situasi lainnya, prosedur ini dilakukan sebagai bagian dari
prosedur perawatan pulpa vital, luka gigi traumatic, perawatan apeksifikasi atau
apeksogenesis. Gigi mungkin atau mungkin tidak merespon terhadap tes pulpa
tergantung pada tingkat perawatan yang dilakukan

PENYAKIT PERIAPIKAL
1. Jaringan apikal normal
Jaringan apikal normal tidak sensitif terhadap tes perkusi dan palpasi dan pada
radiografi, lamina dura yang mengelilingi akar masih utuh dan ruang ligament
viii
periodontal seragam. Seperti pada tes pulpa, tes kom[aratif untuk perkusi dan
palpasi harus selalu dimulai dengan gigi normal sebagai patokan bagi pasien
2. Periodontitis apikalis simptomatik
Periodontitis apikalis simptomatik merupakan inflamasi pada periodontium
apial yang menghasilakn gejala klinis meliputi respon nyeri saat menggigit,
perkusi atau palpasi. Kondisi ini mungkin atau mungkin tidak disertai perubahan
gambaran radiografi ysitu tergantung pada tingkat penyakit. Nyeri hebat terhadap
perkusi dan/atau palpasi menunjukkan degenerasi pulpa dan perawatan saluran
akar dibutuhkan,.
3. Periodontitis apikalis asimptomatik
Periodontitis apikalis asimptomatik merupakan inflamasi dan kerusahkan
periodontium apical yang berasal dari pulpa. Kondisi ini muncuk sebagai
radiolusensi pada daerah apical dan tidak menunjukkan gejala klinis
( tidakterdapat nyeri pada perkusi dan palpasi).
4. Abses apikalis kronis
Abses apikalis kronis merupakan reaksi inflamasi terhadap infeksi dan
nekrosis pulpa yang ditandai dengan onset yang bertahap, sedikit atau tidak ada
rasa ketidaknyamanan, keluarnya nanah secra intermittent melalui saluran sinus
terkait. Pada gambaran radiografi terdapat tanda kerusakan tulang seperti
radiolusensi.
5. Abses apikalis akut
Abses apikalis akut merupakan reaksi inflamasi terhadap infeksi dan nekroosis
pulpa yang ditandai dengan onset yang cepat, nyeri spontan, nyeri tekan yang
ekstrim pada gigi terhadap tekanan, pembentukan nanah, dan pembengkakan
jaringan yang terlibat. Disana mungkin tidak terdapat tanda kerusakan pada
gambaran radiografi dan pasien sering mengalami demam, malaise dan
limfadenopati.
6. Condensing osteitis
Condensing osteitis adalah lesi radiopak difus yang menunjukkan reaksi
tulang local terhadap rangsangan inflamasi tingkat rendah. Rangsangan biasanya
terlihat pada apeks gigi.

ix
III. OPEN AKSES

PREPARASI KAVITAS AKSES (Cohen, 2006)


Preparasi akses yang baik penting untuk keberhasilan perawatan endodontik, tanpa
akses yang memadai, instrument dan bahan sulit untuk menjangkau saluran akar
dengan baik. Tujuan preparasi kavitas akses adalah :
• Untuk mencapai akses yang lurus (straight-line access) ke foramen apikal
• Untuk menemukan semua orifis saluran akar
• Untuk menjaga jaringan gigi yang masih sehat.

ANALISIS SEBELUM OPEN AKSES :


1. Foto Radiografi,
Foto rontgen dapat membantu operator untuk menentukan posisi orifis, angulasi
gigi, bentuk serta kedalaman kamar pulpa, hal ini membantu untuk mengurangi
resiko kesalahan saat open akses.

Mesial tipping M2 Jarak furkasi ke oklusal


2. Evaluasi CEJ dan anatomi oklusal
CEJ merupakan penanda untuk menentukan lokasi kamar pulpa dan orifis saluran
akar.

3. Preparasi kavitas akses pada permukaan lingual/palatal dan oklusal


Pada gigi anterior preparasi kavitas akses dilakukan pada permukaan
lingual/palatal, sedangkan pada gigi posterior preparasi dilakukan pada
permukaan oklusal. Hal ini bertujuan untuk mencapai akses yang lurus (straight-
line access) dan keperluan estetik serta pertimbangan restoratif.
4. Membuang seluruh restorasi dan karies yang ada

x
Sebelum memasuki akses saluran akar, seluruh restorasi dan karies harus dibuang.
Hal ini bertujuan agar sisa debris tidak memasuki saluran akar, memudahkan
dokter gigi mencapai saluran akar, cleaning and shaping, dan memudahkan saat
dilakukan obturasi.
5. Membuang seluruh struktur gigi yang tidak didukung dentin
Hal ini bertujuan untuk mengurangi resistensi gigi terhadap stress untuk mencegah
fraktur gigi.
6. Membentuk kavitas akses yang lurus (straight-line access)
Akses yang baik ke saluran akar akan meminimalkan terjadinya kesalahan
prosedur (perforasi akar), dan memberikan kemudahan saat proses cleaning,
shaping, dan obturasi.
7. Eksplorasi seluruh orifis saluran akar
Eksplorer endodontik digunakan untuk menemukan orifis dan menentukan arah
saluran dari kamar pulpa. Eksplorasi saluran akar menggunakan K-file (#6, #8
atau #10).

Preparasi kavitas endodontik dibagi menjadi dua, preparasi koronal dan preparasi
akar. Pada preparasi koronal, perlu diingat kembali mengenai prinsip-prinsip dasar
preparasi kavitas menurut Black (outline, convenience, retention, resistance forms)
(Ingle, 2002).

Tahapan preparasi akses (Cohen, 2006) :


1. Membuang seluruh jaringan karies dan restorasi permanen
 Pembuangan seluruh jaringan karies akan meminimalisasi resiko
kontaminasi bakteri kearah kamar pulpa ataupun saluran akar.
 Membuang sisa restorasi permanen bertujuan untuk memberikan akses
yang lurus dan mencegah fragmen restoratif menyumbat saluran akar.
2. Inisial outline form
 Menggunakan bur bundar atau bur fissure tapered (#2 atau #4) untuk
menembus email dan sedikit dentin (1 mm).
 Bur tegak lurus terhadap permukaan lingual.
3. Membuka atap kamar pulpa

xi
 Menggunakan bur yang sama, sudut bur dirubah menjadi sejajar sumbu
panjang akar.
 Bur ke dalam gigi sampai menembus atap kamar pulpa (drop-in effect)
 Evaluasi kamar pulpa dengan eksplorer endodontik.
4. Membuang seluruh atap kamar pulpa
 Buang seluruh atap kamar pulpa dengan bur bundar.
5. Mengidentifikasi orifis saluran akar
 Mencari orifis saluran akar dengan eksplorer endodontik.
 Posisikan eksplorer endodontik pada orifis untuk memeriksa pembersihan
dinding aksial dan untuk menentukan arah saluran akar.
6. Pembuangan lingual shoulder dan flaring bagian koronal
 Setelah orifis teridentifikasi, buang lingual shoulder (dentin lingual yang
memanjang dari cingulum, 2 mm lebih ke apikal dari orifis).
 Pembuangan dilakukan dengan bur tapered diamond atau dengan bur
Gates-Glidden. Ujung bur ditempatkan 2 mm dari orifis dan inklinasi bur
cenderung kearah lingual.
 Selama pembuangan lingual, flaring seluruh dinding akses juga dilakukan
dengan gerakan melingkar menelusuri dinding akses.
7. Menentukan akses yang lurus
 Idealnya, file endodontik dapat mencapai foramen apikal tanpa membelok.
Defleksi instrumen rentan terhadap patahnya instrumen saat proses
cleaning and shaping.
 Akses dievaluasi dengan file, idealnya file dapat masuk secara pasif
kedalam saluran akar. Jika terdapat hambatan, evaluasi kembali kecukupan
pembuangan lingual shoulder.
8. Memperbaiki dan menghaluskan margin cafosurface.

OUTLINE FORM OPEN AKSES


Gigi I dan C rahang atas :

xii
Gigi I dan C rahang bawah :

Gigi P rahang atas :

xiii
Gigi P rahang bawah :

Gigi M rahang atas :

xiv
Gigi M rahang bawah :

xv
IV. UPK
Cara mengukur panjang kerja :
a. Teknik Radiograph (Grossman’s Formula, Ingle’s Method, Weine’s
Modification)
1. Ukur panjang gigi dari hasil foto diagnostic periapikal
2. Panjang hasil pengukuran tersebut ditransfer ke file berukuran kecil, dapat
menggunakan #6, #8, #10 dengan stopper sesuai panjang hasil pengukuran
3. Instrumen file kemudian dimasukkan kedalam saluran akar dan dilakukan
kembali foto radiograf
4. Dari hasil radiografi, hitung panjang gigi dengan menggunakan rumus panjang
gigi sebenarnya = (panjang jarum sebenarnya x panjang gigi pada radiograf) :
panjang jarum pada radiograf
5. Didapatkan ukuran panjang gigi sebenarnya (Grossman)
6. Untuk menentukan UPK, kurangi hasil panjang gigi sebenarnya sebanyak
1mm, agar panjang kerja mencapai apikal konstriksi, bukan mencapai foramen
apical (jika tidak terdapat resorpsi akar atau tulang) (Ingle)
7. Jika terdapat resorpsi tulang, maka dikurangi 1,5 mm dan jika terdapat
resorpsi tulang dan akar maka dikurangi 2 mm. (Weine)

b. Menggunakan Apex Locator


1. Untuk menggunakan apex locator, pastikan saluran akar tidak terlalu kering
dan tidak terlalu basah. Irigasi terlebih dahulu dengan NaOCl, lalu keringkan
dengan paper point
2. Uji cobakan file, pastikan file tidak terlalu longgar pada saluran akar
3. Pasangkan lip clip pada pipi / sudut bibir pasien
4. Jepitkan file clip pada file yang telah ditentukan
5. Masukkan file perlahan-lahan ke dalam saluran akar, lihat indikator pada layar
apex locator
6. Masukkan file hingga indikator pada layar menunjukkan file telah mencapai
konstriksi apikal, atau angka sudah menunjukkan 0.0
7. Catat panjang kerja

xvi
Perbedaan pengukuran panjang kerja pada teknik step back dan crown down :
a. Teknik step back : pengukuran panjang kerja dilakukan setelah melakukan
access opening dan sebelum melakukan preparasi saluran akar
b. Teknik crown down : setelah dilakukan access opening, dilakukan negosiasi
dengan file berukuran kecil (#6, #8, #10, #15) dan coronal flaring terlebih dahulu
menggunakan S1 dan SX sepanjang 2/3 panjang saluran akar (didapatkan dari
panjang gigi rata-rata). Fungsinya untuk mengurangi adanya debris yang
menyumbat apikal, serta memfasilitasi instrumen agar dapat masuk tanpa
hambatan, sehingga meminimalisasi terjadinya ledge dan kegagalan preparasi
saluran akar lainnya. Kemudian lakukan upk menggunakan apex locator dengan
file s1 sampai 0.0.

V. TEKNIK STEP BACK


1. Langkah preparasi step back
a) Seluruh K-File dipasang stopper sepanjang panjang kerja, kemudian K-File
ditancapkan pada transfer spons yang sudah dibasahi dengan alkohol 70%
b) Tentukan IAF (Initial Apical File): Instrumen terbesar pertama yang masuk
sepanjang panjang kerja sesuai diameter gigi masing-masing.
 Cara mencari IAF:
Coba masukkan satu persatu secara berurutan file mulai dari nomor
terkecil sampai ditemukan file terbesar pertama yang tidak bisa masuk
sepanjang panjang kerja. IAF adalah satu nomor lebih kecil dari file
tersebut.
c) Preparasi biomekanis dimulai dari preparasi 1/3 apikal dilakukan dari IAF
dilanjutkan dengan file bernomor selanjutnya secara berurutan. Misalnya IAF
nomor 25 dilanjutkan dengan file no. 30, 35, 40,….dst.
d) Preparasi biomekanis harus selalu dilakukan pada saluran akar dalam keadaan
basah. Lakukan irigasi saluran akar dengan spuit yang berisi aquades
sebanyak 2 ml pada setiap pergantian nomor instrumen. Pada jarum irigasi,
ujung bevel jarum sedikit dibengkokkan. Ketika mendeponir larutan irigasi,
harus ada ruangan antara jarum dan dinding saluran akar, agar larutan irigasi

xvii
dapat mengalir keluar orifis. Larutan irigasi merembes keluar dan diabsorbsi
dengan kain kasa steril, untuk memonitor pengambilan debris dari saluran akar
e) File digerakkan dengan gerakan filling, yaitu gerakan memasukkan K-File ke
dalam saluran akar sepanjang panjang kerja, diputar 1/4 putaran atau lebih
kemudian file di tarik ke luar sambil ujung instrument menekan dinding
saluran akar. Gerakan ini diulang beberapa kali sampai cutting blade / ulir
pemotong tidak tertahan lagi dalam saluran akar. Selanjutnya cutting blade
dibersihkan dengan cara membenamkan file tersebut ke dalam transfer spons
yang berisi alkohol 70%.
f) Preparasi 1/3 apikal dihentikan pada praktikum ini setelah minimal 3 nomor
dari IAF atau dicapai MAF (Master Apical File). MAF yaitu file terbesar yang
digunakan yang mencapai panjang kerja. Untuk memudahkan kontrol
pengisian (obturasi), pada praktikum ini ditentukan MAF minimal gigi
insisivus no. 50.
g) Preparasi 2/3 koronal (Preparasi tahap II) dilanjutkan dengan metode Step
Back. Digunakan file satu nomor lebih besar dari MAF dengan panjang kerja
dikurang 1 mm (-1mm), kemudian dilanjutkan dengan file nomor berikutnya
dengan panjang kerja dikurangi lagi 1 mm. Preparasi dilakukan sampai
minimal 3 nomor dari MAF (jika sudah ditemukan debris saluran akar white
dentin)
h) Setelah TAHAP II selesai, selanjutnya untuk membentuk saluran akar seperti
corong dilakukan preparasi dengan hedstroem sebesar MAF dengan panjang
kerja awal,kemudian saluran akar diirigasi lagi kemudian dikeringkan dengan
paper point untuk persiapan pembuatan Master Point (Master Gutap = Gutap
primer)

Contoh tahap-tahap preparasi STEP BACK, jika diketahui:


IAF = 25, Panjang Kerja (PK) = 23 mm

PREPARASI 1/3 APIKAL


VERSI 1 ATAU VERSI 2
UKURAN PANJANG IRIGASI UKURAN PANJANG IRIGASI
FILE KERJA FILE KERJA
(mm) (mm)
xviii
IAF= 25 23 mm 2 ml IAF=25 23 mm 2 ml
30 23 mm 2 ml 30 22 mm 2 ml
35 23 mm 2 ml R/ 25 23 mm 2 ml
40 23 mm 2 ml 35 21 mm 2 ml
MAF=45 23 mm 2 ml R/ 30 22 mm 2 ml
40 20 mm 2 ml
R/ 35 21 mm 2 ml
MAF=45 19 mm 2 ml
R/ 40 20 mm 2 mm
MAF= apabila debris hasil preparasi berwarna putih dentin (white dentin)

PREPARASI 2/3 KORONAL


MAF= 45, PK= 23 mm
UKURAN FILE PANJANG KERJA IRIGASI
(mm)
50 23-1=22 mm 2 ml
Rekap 45 23 mm 2 ml
55 23-2=21 mm 2 ml
Rekap 45 23 mm 2 ml
60 23-3=20 mm 2 ml
Rekap 45 23 mm 2 ml

Tujuan Rekapitulasi :
1. untuk menghilangkan undercut pada dinding saluran akar
2. untuk menghindari penumpukan debris pada 1/3 apikal.

Keuntungan Teknik Step Back :


1. Lebih efektif membersihakan saluran akar
2. mempermudah obturasi saluran akar.
3. Pengisian bisa lebih padat karena spreader dapat menembus sampai dekat apeks
pada obturasi kondensasi lateral, sehingga dapat mengurangi kebocoran apikal.

VI. TEKNIK CROWN DOWN


Teknik Preparasi Crown Down dengan Protaper :
1. Buka akses masuk yang lurus
2. Eksplorasi kanal dengan #10 diikuti dengan #15

xix
3. Bentuk flare coronal dengan S1 (diikuti dengan SX atau bur Gates Glidden jika
diperlukan) sampai kedalaman dari #15 telah dicapai
4. Ukur dan periksa panjang kerja dengan #15
5. Gunakan S1 sampai kedalaman panjang kerja (jarum S1 untuk preparasi 1/3
koronal)
6. Gunakan S2 sampai kedalaman panjang kerja (jarum S2 untuk preparasi 2/3
koronal)
7. Gunakan F1 sampai kedalaman panjang kerja diikuti dengan apikal gauging
8. Untuk kanal yang lebih besar, gunakan F2 sampai kedalaman panjang kerja dan
F3, F4 dan F5 jika sesuai kebutuhan. Penentuan jarum F berhenti hingga
didapatkan dentin yang bersih, mengkilap, dan halus. Disesuaikan dengan MAF.
F1= #20, F2= #25, F3= # 30, F4 = #40, F5= #50.

Gerakan :
1. Putar file dengan tekanan ringan searah jarum jam
2. Tarik file dengan gerakan memutar berlawanan arah jarum jam 45-90 derajat
3. Kikis permukaan dentin dengan memutar file searah jarum jam diikuti gerakan
menarik
4. Ulangi gerakan sampai file mencapai kedalaman panjang kerja

Hal-hal yang perlu diperhatikan:


1. Pemilihan kasus yang tepat (berhati-hati terhadap kurvatur apikal yang tajam)
2. Bentuk akses masuk yang lurus
3. Periksa patensi kanal
4. Instrumentasi dilakukan setelah irigasi dan lubrikasi kanal
5. Lakukan instrumentasi dengan gerakan yang direkomendasikan
6. Protaper merupakan jarum yang progresif sehingga penggunaannya harus hati-
hati, tidak boleh menggunakan tenaga; dengan gerakan seperti menyerut pensil.

xx
Gambar Instrumen Protaper

VII. LARUTAN IRIGASI DAN MEDIKAMEN INTRAKANAL

IRIGASI
Syarat Ideal Bahan Irigasi Fungsi Irigan
 Broadspectrum antimicrobial  Menghilangkan sisa-sisa dentin
 Membantu dalam debridemen  Meningkatkan efisiensi
saluran akar instrument
 Dapat menghilangkan jaringan  Menghilangkan jaringan
nekrotik atau debris nekrotik
 Toksisitas rendah  Menghilangkan debris dari
 Lubrikan yang baik kanal lateral dan aksesori
 Dapat mengalir ke tempat yang  Sebagai germicidal seperti
sulit terjangkau antibacterial
 Dapat mensterilisasi kanal  Bleaching action
 Dapat menghilangkan smear layer  Irigasi dengan lubricating agent
 Inactive endotoxin meningkatkan efisinesi
 Membuka tubulus dentin
dengan menghilangkan smear
layer

xxi
LARUTAN IRIGASI
1. Sodium hipoklorit (NaOCl)
Kelebihan Kekurangan
- antibakteri spectrum luas - hanya menghilangkan bagian
- membunuh sebagian besar bakteri organik smear layer
oral dalam waktu cepat saat berkontak - rasa dan bau yang tidak enak
dengan NaOCl
- efektif melarutkan sisa pulpa dan
kolagen
- melarutkan jaringan organik vital dan
nekrotik

Sodium hipoklorit (NaOCl) adalah larutan irigasi yang paling sering digunakan.
NaOCl terurai dalam air menjadi Na+ dan ion hipoklorit OCl-, menghasilkan
keseimbangan dalam asam hipoklorus (HOCl). Asam hipoklorus memiliki aktivitas
antibakteri dengan mengganggu fungsi vital sel mikroba, menyebabkan kematian sel.
NaOCl digunakan dalam konsentrasi 2,5% dan 5,25%, agen antimikroba yang kuat,
langsung membunuh sebagian besar bakteri saat berkontak dengan larutan. NaOCl
juga efektif melarutkan sisa pulpa dan kolagen, sebagai komponen utama dentin.
Hipoklorit adalah satu-satunya larutan irigasi saluran akar yang dapat melarutkan
jaringan organik vital dan jaringan nekrotik. Meskipun hipoklorit sendiri tidak
menghilangkan smear layer, namun dapat memengaruhi bagian organik dari smear
layer, sehingga memungkinkan penghilangan seluruh smear layer jika dikombinasi
dengan EDTA atau asam sitrat. Metode yang meningkatkan efisiensi sodium
hipoklorit adalah:
1. Waktu: Lebih besar waktu kontak larutan dengan kanal maka akan lebih efektif
2. Panas: Menghangatkan sodium hipoklorit sampai 60 - 70, meningkatkan sifat
larutan dan sifat penguraian jaringan.
3. Aktivasi ultrasonic pada sodium hipoklorit juga telah menunjukkan dapat
mempercepat reaksi kimia.

Kelemahan NaOCl antara lain: rasanya yang tidak enak, toksisitas, dan
kemampuannya yang hanya menghilangkan bagian organik smear layer.

xxii
2. Klorheksidin (CHX)

Kelebihan Kekurangan
- efek antibakteri yang kuat - tidak melarutkan jaringan
- mampu berikatan dengan jaringan - tidak menghilangkan biofilm dan
keras gigi debris organik lainnya
- tidak menyebabkan erosi dentin
- baik digunakan sebagai preparasi
kemomekanis terakhir untuk
memaksimalkan efek antibakteri

Chlorhexidine digluconate (CHX) banyak digunakan sebagai disinfektan


karena kemampuan antimikrobanya yang baik. Sifat tersebut membuat CHX
semakin digunakan dalam bidang endodontics sebagai larutan irigan dan
medikamen intrakanal. Tidak seperti NaOCl, CHX tidak memiliki aroma yang
buruk, tidak mengiritasi jaringan periapikal. Namun, kemampuannya untuk
melarutkan jaringan sangat kurang. CHX mempengaruhi permeabilitas dari
dinding sel mikroba (Gram-negative cells) dan menyerang sitoplasma atau
membrane bagian dalam. Pada konsentrasi yang tinggi, CHX dapat
mengkoagulasi komponen intraseluler.
CHX efektif mengatasi baik bakteri Gram-positive dan Gram-negative sebaik
jamur, meskipun aktivitas melawan bakteri Gram-negative tidak sebaik bakteri
Gram-positive. Mycobacteria dan spora bakteri resisten terhadap CHX. Beberapa
studi menunjukan hasil yang baik antara CHX dan NaOCl.

3. EDTA
Kelebihan Kekurangan
- melarutkan bahan anorganik - tidak berefek terhadap jaringan
- penghilangan smear layer oleh EDTA organik
meningkatkan efek antibakteri agen - tidak memiliki antibakteri
disinfektan lain pada lapisan dentin
yang lebih dalam

xxiii
EDTA merupakan bahan irigasi chelator yang sering digunakan dalam
perawatan saluran akar. Bahan irigasi chelator sangat penting dalam pembersihan
saluran akar karena dapat menghilangkan debris dentin dan smear layer.
Konsentrasi EDTA yang biasa digunakan dalam perawatan saluran akar adalah
15% - 17%.

Tidak ada penelitian yang menunjukan bahwa EDTA memiliki efek


antibakteri dan kemampuan melarutkan jaringan organik. Oleh karena itu,
penggunaan larutan NaOCl dan EDTA sering digabung. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan efek eleminasi smear layer dan mikroorganisme yang maksimal.
Namun demikian,larutan NaOCl dan EDTA tidak dapat dicampur secara langsung
karena akan terjadi interaksi yang tidak menguntungkan.

4. Mixture of Tetracyclin, Acid and Detergent (MTAD)


MTAD merupakan larutan irigasi yang dimodifikasi dengan menggabungkan
obat tetrasiklin (doksisiklin 3%), asam organik (asam sitrik 4,25%) dan detergen
untuk meningkatkan efek pembersihan dan efek antimikrobial. Konsentrasi MTAD
sebagain larutan irigasi yang digunakan adalah 1,3%.
Selain itu, MTAD mempunyai sifat biokompabilitas yang tinggi sehingga tidak
mengiritasi jaringan periapikal. Akan tetapi, MTAD tidak memiliki kemampuan
untuk melarutkan sisa jaringan pulpa sehingga larutan ini masih tidak dapat
menggantikan larutan NaOCl sebagai larutan irigasi utama.

INTERAKSI ANTAR LARUTAN IRIGASI

Larutan Irigasi Sifat


NaOCl + EDTA Kelebihan:
- NaOCl mengangkat jaringan organik, EDTA jaringan
anorganik
Kekurangan :
- EDTA menurunkan jumlah klorin pada NaOCl sehingga
menurunkan aktivitas NaOCl.
CHX + NaOCl Kekurangan : tidak dapat bercampur  warna coklat-

xxiv
orange
CHX + EDTA Kekurangan : warna putih awan dan presipitasi

METODE IRIGASI
Teknik irigasi intrakanal dapat dikelompokan menjadi 2 kategori: teknik
manual agitasi dan teknik agitasi dengan bantuan mesin. Teknik irigasi manual
termasuk positive-pressure irrigation, yang mana dilakukan menggunakan syringe
dan sidevented needle.
Tehnik irigasi yang dilakukan adalah sangat sederhana. Tindakan irigasi
dilakukan dengan menggunakan pipet plastik disposible atau alat semprit kaca
dengan jarum endodontik yang bertakik. Jarum harus dibengkokkan menjadi sudut
tumpul untuk mencapai saluran akar gigi depan atau belakang . Jarum dimasukkan
sebagian ke dalam saluran dan harus ada ruang yang cukup antara jarum dan dinding
saluran yang memungkinkan pengaliran kembali larutan dan menghindari penekanan
ke dalam jaringan periapikal.
Saat membersihkan dan membentuk saluran akar, larutan disemprotkan hati -
hati dengan sedikit atau tanpa tekanan serta harus diperhatikan agar saluran akar
selalu penuh dengan larutan baru. Larutan irigasi yang merembes keluar diabsorbsi
dengan kain kassa atau diaspirasi. Segera setelah preparasi, saluran akar harus
dikeringkan dengan memakai paper point pada pengeringan terakhir.

o Poin berikut harus diingat saat mengirigasi kanal :


 Cairan dimasukkan secara perlahan dan pasif kedalam kanal
 Jarum tidak boleh mendesak ke dalam kanal dan dapat mengalirkan aliran
balik yang adekuat
 Jarum tumpul ukuran 25 atau 27 lebih diutamakan
 Pada kasus kanal yang kecil, deposit cairan di kamar pulpa. Kemudian file
membawa cairan ke dalam kanal.
 Ukuran dan bentuk kanal krusial untuk irigasi.
 Untuk pembersihan yang efektif, jarum yang mendeposit caian harus dekat
dengan material yang akan dibuang.
 Volume irigan lebih penting dibandingkan konsentrasi atau tipe irigan.

xxv
BAHAN MEDIKAMEN SALURAN AKAR
Bahan medikamen saluran akar adalah suatu bahan yang diletakkan sementara
pada saluran akar yang bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan bakteri –
bakteri dalam saluran akar tersebut. Bahan medikamen saluran akar memiliki
beberapa syarat, diantaranya yaitu memiliki efek antibakteri yang cukup lama,
biokompatibel dan tidak bersifat iritatif terhadap jaringan, dapat mengontrol rasa
nyeri pasca perawatan, serta mampu mencegah infeksi berulang (Grossman and
Oliet , 1995).
Bahan medikamen saluran akar dalam perawatan endodontik dibagi dalam
beberapa kelompok besar, diantaranya golongan aldehid (formokresol dan
glutaradehid), golongan fenol (Parachlorofenol, Eugenol, Cresatin, Cresol, Creosote,
Camphorated Parachlorofenol, dan Thymol), golongan halida/halogen (sodium

xxvi
hipoklorit dan iodine-potassium iodide), steroid, kalsium hidroksida (Ca(OH)2),
antibiotik, dan kombinasi.

No Kelompok Jenis Medikamen Intrakanal


.
1. Minyak Esensial Eugenol
 Kegunaan: medikamen intrakanal,
sealer saluran akar, agen sealing
sementara
 Efek dosis rendah: antiinflamasi
 Efek dosis tinggi: efek sitotoksik
2. Phenolic Compound a. Phenol
 Kegunaan: disinfeksi sebelum
bedah periapikal
 Potensi inflamasi tinggi  jarang
digunakan lagi sebagai medikamen
intrakanal
b. Parachlorophenol
 Pilihan alternatif phenol
 Kegunaan: medikamen intrakanal
gigi infeksi
c. Camphorated Monoparachlorophenol
(CMCP)
 Kegunaan: pilihan alternatif
medikamen intrakanal gigi infeksi
d. Cresatin
 Kualitas sama dengan CMCP
 Iritasi terhadap jaringan periapikal
lebih kecil
3. Aldehid a. Formocresol
 Kegunaan: medikamen pulpotomi
pada gigi sulung
 Toksik dan mutagenik
b. Paraformaldehyde

xxvii
 Kegunaan: komponen material
obturasi saluran akar
 Toksik dan alergenik
4. Kalsium hidroksida Indikasi:
 Abses yang parah
 Kasus resorpsi
 Untuk apeksifikasi
 Pulpotomi
 Perawatan non bedah lesi
periapikal
 Direct dan indirect pulp capping
 Sebagai sealer untuk obturasi
 Meringankan nyeri pasca operasi
(apabila over instrument)

Keuntungan:
 Menghambat resorpsi akar
 Menstimulasi penyembuhan
periapikal
 Meningkatkan mineralisasi

Kerugian:
 Sulit dibersihkan dari saluran akar
 Menurunkan setting time ZnOE
sebagai semen base

Sediaan:
 Pasta  pasta tunggal atau
dikombinasi dengan iodoform
 Bubuk  dicampur dengan saline
atau larutan anestesi
5. Halogen a. Chlorine
 Irigan terbaik pada golongan ini

xxviii
 Kerugian: berinteraksi dengan
bahan organic
b. Iodides
 Sangat reaktif
 Agen antibakteri yang sangat poten
dengan kadar toksik rendah

a. Golongan Fenol
Bahan medikamen golongan fenol merupakan bahan kristalin putih
mempunyai bau khas batu bara. Fenol adalah racun protoplasma dan menyebabkan
nekrosis jaringan lunak. Medikamen golongan fenol seperti salah satumya
formokresol merupakan kombinasi formalin dan kresol. Formokresol adalah suatu
medikamen bakterisidal yang tidak spesifik. Keduanya sama-sama mengandung
kortikosteroid sebagai agen anti-inflamasi, namun belum sesuai untuk digunakan pada
perawatan saluran akar karena spektrum kerja kedua jenis antibiotik tersebut kurang
luas (Athanassiadis and Walsh, 2007).
b. Chlorophenol Kamfer Menthol (ChKM)
Chlorophenol Kamfer Menthol (ChKM) merupakan senyawa yang terdiri dari
dua bagian paraklorofenol dan tiga bagian kamfer. ChKM memiliki sifat desinfektan
yang dapat mengiritasi jaringan lebih kecil daripada formokresol. Senyawa ini
memiliki spektrum antibakteri yang luas dan sangat efektif sebagai antijamur. Bahan
utamanya yaitu paraklorofenol dapat memusnahkan berbagai mikroorganisme yang
ada dalam saluran akar. Bahan pendampingnya yaitu kamfer berfungsi sebagai bahan
pelarut dan dapat mengurangi efek iritasi yang terdapat dalam paraklorofenol. Kamfer
juga dapat memperpanjang efek antibakterial. Menthol dalam ChKM mampu
mengurangi iritasi yang disebabkan oleh chlorophenol serta dapat mengurangi rasa
sakit (Walton and Torabinejad, 2008).

c. Kalsium hidroksida (Ca(OH)2)

Kalsium hidroksida (Ca(OH)2) telah digunakan secara luas di bidang


endodontik dan dikenal sebagai salah satu bahan desinfeksi saluran akar yang paling
efektif. Sebagai bahan sterilisasi saluran akar atau medikamen, kalsium hidroksida
diaplikasikan dalam bentuk pasta non setting atau konus padat.

xxix
Kalsium hidroksida harus dikombinasikan dengan cairan karena serbuk
kalsium hidroksida sulit dimasukkan ke saluran akar dan cairan juga diperlukan untuk
melepas ion hidroksilnya. Kalsium hidroksida dapat melepaskan ion hidroksil
sehingga terjadi peningkatan pH yang menyebabkan rusaknya membran sitoplasma
dari bakteri sehingga terjadi proses denaturasi protein yang akan menghambat replika
DNA dari bakteri dan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan bakteri.
Kalsium hidroksida memiliki daya larut yang rendah di dalam air dan
memiliki pH yang sangat tinggi (sekitar 12.5-12.8), serta larut di dalam alkohol. Daya
larutnya yang rendah di dalam air merupakan karakteristik yang berguna karena
periode yang panjang sangat diperlukan sebelum kalsium hidroksida larut dalam
cairan jaringan ketika berkontak langsung dengan jaringan-jaringan vital. Ion-ion
kalsium juga memiliki peran dalam stimulasi, migrasi, proliferasi, dan mineralisasi
sel. Kalsium hidroksida juga dapat menonaktifkan LPS (lipopolisakarida) dan dapat
membantu perbaikan jaringan periapikal. Sifat-sifat biologis dari kalsium hidroksida
meliputi biokompatibilitas (memiliki daya larut yang rendah dalam air dan difusi yang
terbatas), kemampuan untuk merangsang perbaikan jaringan keras periapikal disekitar
kanal gigi yang terinfeksi, serta menghambat resorbsi akar dan menstimulasi
perbaikan periapikal akibat trauma. Penggunaan kalsium hidroksida telah dianggap
sebagai salah satu faktor yang berkontribusi dalam kembalinya bakteri Enterococcus
faecalis setelah perawatan endodontik karena kurang efisien digunakan sebagai agen
antimikroba terhadap mikroorganisme tersebut (Athanassiadis and Walsh, 2007).

PENEMPATAN MEDIKAMEN INTRAKANAL:


 Irigasi saluran akar sampai menghilangkan debris yang tersisa
 Tempatkan master apikal file pada kanal
 Keringkan kanal menggunakan paper point
 Tempatkan medikamen intrakanal pada cotton pellet steril dan tempatkan pada
kamar pulpa
  Setelah cotton pellet steril ditempatkan, tutup dengan tamballan sementara

xxx
VIII. SEALER
Sealer adalah bahan perekat guttap point pada dinding saluran akar, agar kedap
terhadap cairan maupun udara. Sealer ini harus dapat menyatu dengan jaringan gigi
dan tidak merangsang jaringan apeks.
Dua metode yang populer untuk memasukkan ke dalam saluran akar adalah:
1. Metode penyuntikan dilakukan dengan spuit dan jarum khusus. Pasta
dicampur dan dimasukkan ke dalam tabung, tangkai yang disekrup dipasang
dan diputar sehingga pasta keluar melalui jarum khusus. Jarum dimasukkan
sejauh mungkin ke dalam saluran akar. Pasta disuntikkan sambil jarum
ditarik perlahan-lahan.
2. Metode menggunakan jarum lentulo. Jenis bahan yang dipakai misalnya
egenol yang dicampur membentuk campuran murni (tanpa aditif) yang
kental. Jenis lain adalah formula campuran dengan aditif. Misalnya : AD
seal, endomethason, AH plus.

Pasta sealer saluran akar yang ideal harus :


- memberikan penutupan yang sangat baik bila mengeras
- menghasilkan cukup adhesi diantara dinding-dinding saluran akar dan bahan
pengisi
- bersifat radiopak dan tidak menodai
- secara dimensional stabil dan mudah dicampurkan dan dimasukkan ke dalam
saluran akar
- mudah dikeluarkan jika perlu
- tidak dapat dilarutkan dalam cairan jaringan
- bersifat bakterisidal dan tidak mengiritasi jaringan periapikal
- lambat mengeras waktu kerja cukup lama

xxxi
Jenis semen sealer:
1. Berbahan dasar ZOE, menggunakan formula Grossman, kekurangannya adalah
pengerasan yang sangat lambat.
2. Berbahan dasar resin:
● AH - 26 (eesin epoksi): antibakteri dengan melepas formaldehid saat
polimerisasi, tetapi bahan ini dapat mewarnai gigi.
● Diaket (resin polivinyl/polyketone): adhesive sealer, toksisitas tinggi.
3. Berbahan dasar semen adhesive yaitu GIC, kekurangannya tidak mudah larut
sehingga untuk perawatan ulang.
4. Berbahan dasar guttapercha: eucopercha.
5. Berbahan dasar Ca(OH)2: Sealapex.
6. Berbahan dasar obat Endomethason dengan komposisi:
● Powder: dexamethason (kortikosteroid yang berfungsi untuk meredakan
inflamasi, paraformaldehid (bakterisidal), tymol (radiopasitas).
● Likuid: eugenol.

Pengadukan sealer Endomethason


● Sediakan bubuk semen dan liquid (eugenol).
● Campur dengan gerakan memutar sampai konsistensi krim dan homogen.
Campuran dianggap baik apabila semen dapat diangkat dengan spatula dari
adukan setinggi 2 cm tanpa terputus.
● Campuran semen dikumpulkan dengan spatula agar mudah digunakan.

IX. TEKNIK OBTURASI


1. Teknik kondensasi lateral
● Lumuri lentulo dengan sealer, masukkan jarum ke dalam saluran akar
sehingga sealer mengenai seluruh dinding saluran akar.
● Master cone yang telah disterilkan dengan larutan NaOCl 2.5% diolesi dengan
sealer kemudian dimasukkan ke dalam saluran akar perlahan-lahan, ditarik
sedikit satu-dua kali agar kelebihan udara dan semen dapat keluar kemudian
dimasukkan kembali sampai panjang kerja.

xxxii
● Master cone ditekan dengan spreader sampai rapat ke dinding saluran akar.
Spreader ditekan ke apeks hingga 2 mm lebih pendek dari panjang kerja, putar
ke kiri dan ke kanan lalu keluarkan dari saluran akar.
● Segera masukkan cone tambahan yang telah diolesi sealer, lakukan sampai
spreader tidak dapat masuk ke saluran akar lagi.
● Potong guttapercha menggunakan instrumen ekskavator yang telah dipanaskan
1 mm dibawah orifis.
● Lakukan foto radiografi untuk memastikan pengisian sudah hermetis.
2. Teknik single cone
● Master cone yang telah disterilkan dengan larutan NaOCl 2.5% diolesi sealer
dimasukkan ke dalam saluran akar dengan perlahan-lahan, kemudian ditarik
sedikit satu-dua kali agar kelebihan udara dan semen dapat keluar kemudian
master cone dimasukkan kembali sampai panjang kerja.
● Bahan pengisi saluran akar kemudian dipotong 1 mm di bawah orifis dengan
instrumen (ekskavator) yang ujungnya dipanaskan. Kemudian dilakukan
kondensasi vertikal menggunakan root canal plugger. Lakukan foto radiograf
untuk mengevaluasi hasilnya.
● Pengisian saluran akar harus hermetis, yaitu menutup seluruh saluran akar
hingga ke apikal.
3. Teknik kondensasi vertikal (guttapercha panas):
● Master cone dipaskan terlebih dahulu sesuai dengan instrumentasi terakhir.
● Dinding saluran akar dilapisi dengan sealer.
● Gutta percha diberi sealer.
● Ujung koronal master cone dipotong dengan instrument panas.
● Pluger dipanasi hingga merah dan segera didorong ke dalam sepertiga
koronal gutta percha. Sebagian gutta percha koronal terbakar oleh pluger
bila diambil dari saluran.
● Sebuah kondensasi vertikal dengan ukuran yang sesuai dimasukkan dan
tekanan vertikal dikenakan pada gutta-percha yang telah dipanasi untuk
mendorongnya ke arah apikal.
● Aplikasi panas berganti-ganti oleh pluger dan kondensasi diulangi sampai
gutta percha plastis menutup saluran aksesoris dan saluran akar besar
hingga ke apeks.
Menurut Goodman dkk., temperatur regional maksimum yang mengenai gutta
xxxiii
percha selama metode kondensasi vertikal adalah 800C dan temperatur pada daerah
apikal 40-420C. Keuntungan teknik ini adalah penutupan saluran akar bagus sekali,
ke arah apikal dan lateral. Kerugian teknik ini adalah memerlukan waktu yang lama,
ada resiko fraktur vertikal akar akibat kekuatan yang tidak semestinya, dan kadang
pengisian yang berlebih dengan gutta percha dan sealer tidak dapat dikeluarkan
kembali dari jaringan apikal.

Setelah dilakukan pengisian, kamar pulpa dibersihkan dan diirigasi. Dasar kamar
pulpa dilapisi dengan basis dan ditutup tambalan sementara. Basis yang digunakan:
a. Zinc Phosphat
Digunakan sebagai basis apabila restorasi permanen berupa mahkora pasak sehingga
mudah untuk dibongkar.
b. GIC tipe III digunakan sebagai basis apabila tambalannya berupa onlay.
Lakukan penambalan sementara, dan kontrol 1 minggu setelah pengisian saluran akar.

X. RESTORASI

Black (1924) menentukan beberapa aturan preparasi yang perlu diikuti untuk
restorasi gigi permanen yang karies:
a. Outline Form
yaitu pola menentukan bentuk luar suatu preparasi kavitas. Beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam menentukan outline form antara lain:
• Tempat atau permukaan yang mudah diserang karies harus dimasukkan
dalam outline form
• Semua pit, fisur dan developmental groove yang terkena karies harus
dimasukkan dalam outline form
• Tonjol – tonjol gigi sebaiknya tidak dimasukkan dalam outline form
• Harus diusahakan jangan samapi ada dinding enamel yang tipis.
• Extention for prevention dari Black menyatakan bahwa tepi-tepi kavitas
harus ditempatkan pada daerah-daerah gigi yang imun terhadap karies,
yaitu pada tempat-tempat di mana kemungkinan terjadinya karies kecil.
Perluasan preparasi dapat dilakukan ke arah oklusal, mesial, distal,

xxxiv
bukal, lingual, palatinal, servikal, gingival. Pelebaran ke arah oklusal
dalam prinsipnya harus dimasukkan pit dan fisur.
• Jangan membiarkan overhanging enamel yang tidak didukung oleh
dentin yang sehat karena enamel yang demikian sangat rapuh.
• Bila ada dua kavitas pada fisur dipisahkan oleh lapisan enamel yang
tipis, maka lapisan enamel itu sebaiknya dipreparasi juga.
b. Removal Of Caries
Membuang jaringan karies atau yang diduga akan karies digunakan
ekskavator atau bur bulat kecepatan rendah. Pada kavitas yang dangkal
dilakukan serentak karena jaringan karies sudah terambil ketika membentuk
resistance dan retention form. Karies tidak boleh ditinggalkan dalam kavitas
karena bila terjadi kebocoran tumpatan, bakteri yang tinggal di kavitas akan
menjadi aktif.
c. Resistance Form
Membuat bentuk resistensi bertujuan membentuk preparasi kavitas
sedemikian rupa sehingga gigi dan tumpatan cukup kuat menerima tekanan
serta menahan daya kunyah. Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan :
• Enamel yang tidak disokong dentin yang sehat dibuang. Bila pada
kavitas kelas II overhanging enamel sedemikian besar, enamel yang
tidak disokong dentin sehat perlu dihilangkan. Dengan demikian akan
menyebabkan sisa jaringan gigi menjadi tipis. Dalam hal ini perlu diisi
terlebih dahulu bagian undermine (dasarnya) dengan semen Zn fosfat.
• Dengan kedalaman kavitas 0,5 mm ke dalam dentin, kekuatan akan
bertambah dua kali jika isthmus didalamkan.
• Isthmus harus dibuat 1/3 - 1/4 jarak antar tonjol.
• Line angle harus dibulatkan dan enamel harus didukung dentin yang
sehat
d. Retention Form
Bertujuan membentuk kavitas sedemikian rupa sehingga tumpatan tersebut
memperoleh pegangan yang kuat dan tidak mudah bergeser terhadap daya
kunyah. Tumpatan tidak lepas ketika gigi berfungsi.
e. Convenience Form
Adalah upaya membentuk kavitas sehingga memudahkan untuk bekerja
dengan alat-alat, baik dalam hal preparasi maupun memasukkan bahan
xxxv
tumpatan ke dalam kavitas. Pembuatan conviniece form untuk preparasi
tumpatan amalgam diperlukan juga sehingga meluaskan lapangan
penglihatan pada waktu preparasi. Misalnya :
• Pada kavitas pit dan fisur, di permukaan luar hanya terdapat kavitas yang
kecil dan sempit. Tetapi bagian dalam kavitas sudah meluas.
Sehubungan dengan ini maka kavitas perlu dilebarkan pada permukaan
luar sebelum kavitas sebelah dalam dipreparasi
• Pada kavitas aproksimal, di mana masih ada kontak dengan gigi tetangga
yang letaknya tersembunyi dan tidak terlihat dari luarnya. Untuk
preparasi kavitas tersebut sebelumnya harus dipreparasi dahulu jaringan
gigi sebelah oklusal, bukal, lingual / palatal sekitar aproksimal kavitas
yang baik.
• Memilih alat-alat yang kecil ukurannya.
f. Finishing The Enamel Margin
Adalah tindakan untuk membuat dinding yang halus dan rata dengan tujuan
mendapatkan kontak marginal yang baik
g. Toilet Of The Cavity
Yaitu bertujuan membersihkan kavitas dari debris / sisa-sisa preparasi.
Tingkatan pekerjaan preparasi kavitas yang terakhir ini ialah :
• Kavitas dibersihkan dari debris dengan air.
• Kavitas diperiksa lagi pada kavitas, mungkin masih terdapat jaringan
karies yang harus segera dikeluarkan.
• Kemudian dinding-dinding kavitas, diulas dengan alkohol atau
stelirizing agent lain, dan dikeringkan dengan semprotan udara.
• Kavitas yang telah memenuhi syarat tersebut di atas harus tetap dijaga
terhadap semua kotoran, bakteri dan saliva dengan memblokir kelenjar
ludah dengan cotton roll sebelum pemberian basis dan mengisi
tumpatan.

RESTORASI KELAS IV
1. Isolasi, pemasangan rubber dam
2. Sesuaikan warna gigi asli.

xxxvi
3. Membuat bevel panjang di seluruh tepi kavitas dengan tapered diamond yang
halus dan bur berbentuk flame
4. Membersihkan kavitas dengan semprotan air dan mengeringkan kavitas
dengan kapas dan hembusan udara
5. Mengetsa yakni dengan mengoleskan asam etsa selama 10 detik di enamel dan
diluakan 10 detik ke dentin. Cuci dengan air mengalir dan mengeringkan
dengan hembusan udara, hingga tampak permukaan yang dietsa menjadi
forsted apirents pada enamel dan glossy pada dentin
6. Mengoleskan bonding ke permukaan yang dietsa, kemudian penyinaran
selama 20 detik.
7. Memasang band matriks/ palatal guide dan wooden wedge di interdental.
8. Menumpat dengan resin komposit, mengisi bagian proksimal, mengatur posisi
band matriks dengan tepat kemudian melakukan penyinaran selama 20 detik,
dilakukan secara bertahap dengan teknik incremental sesuai warna dentin dan
enamel
9. Bila terdapat kelebihan bahan tumpat, dirapikan dan polishing strip untuk
proximal dan alat poles komposit, kemudian memeriksa titik kontak dengan
gigi tetangga.
10. Isolasi dilepaskan dan memeriksa kembali titik kontak resin komposit dengan
dental floss dan oklusi gigi antagonis.

xxxvii
RESTORASI KELAS II
Teknik klinis untuk restorasi kelas II Direct Komposit
Prosedur awal klinis

Prosedur umum yang sama seperti yang dijelaskan sebelumnya diperlukan


sebelum memulai restorasi komposit Kelas II. Beberapa aspek dari kegiatan tersebut,
bagaimanapun, perlu penekanan. Pertama, penilaian dari ekstensi preparasi gigi yang
diharapkan (bentuk garis besar) harus dibuat dan keputusan dibuat tentang apakah
enamel atau tidak pinggiran akan ada pada preparasi gigi, terutama pada bagian
margin gingiva. ini mengharapkan adanya tepi email memperkuat pilihan komposit
sebagai material restoratif karena ikatan dengan email lebih mudah dipredisksi

xxxviii
daripada terikat dentin, terutama di sepanjang dinding gingiva dari preparasi
proksimal.

Jika persiapan diharapkan meluas ke permukaan akar, potensi masalah dengan


isolasi area preparasi, memadai adhesi ke dentin akar, dan polimerisasi komposit yang
memadai ada Teknik yang baik dan penggunaan material yang tepat dapat
mengurangi masalah potensial ini, tetapi ekstensi subgingiva yang dalam ke
permukaan akar mungkin merupakan kontraindikasi untuk menggunakan resin
komposit sebagai bahan restorasi gigi posterior. Hubungan oklusal gigi yang akan
dipulihkan sebelum preparasi juga harus dinilai. mungkin adanya kontak oklusal yang
berat menunjukkan bahwa keausan mungkin lebih menjadi pertimbangan. Juga,
sebelum preparasi terjepit di embrasure gingiva dari permukaan proksimal menjadi
pemulihan harus terjadi. Menempatkan wedges, bitine rings, atau keduanya
sebelumnya preparasi gigi dimulai dengan pemisahan gigi, yang mungkin dilakukan
menguntungkan dalam membangun kembali kontak proksimal dengan komposit
restorasi.

E F

G H

xxxix
A B

C D

Preparasi gigi
Serupa dengan preparasi gigi untuk restorasi direct komposit Kelas I, preparasi
gigi untuk komposit langsung Kelas II juga melibatkan (1) membuat akses ke struktur
yang salah, (2) menghilangkan struktur yang rusak (lesi karies, restorasi yang rusak,
dan bahan dasar,jika ada), dan (3) membuat formulir kemudahan untuk restorasi.
Retensi, seperti restorasi Kelas I, terutama diperoleh oleh ikatan, jadi tidak perlu
menggunakan fitur retensi mekanis dalam persiapan gigi untuk restorasi komposit
Kelas II. Mendapatkan kekurangan akses mungkin termasuk menghilangkan email
untuk mengakses lesi karies. perpanjangan dari preparasi oleh karena itu pada
akhirnya ditentukan oleh perluasan kesalahan atau kerusakan. Biasanya tidak perlu
mengurangi struktur gigi yang sehat untuk memberikan retensi atau untuk
memberikan retensi konvensional dan bentuk daya tahan.

xl
A

C D

Restorasi direct komposit Kelas II kecil sering digunakan untuk lesi karies
primer, yaitu restorasi awal. Putaran kecil atau bur berbentuk buah pir yang
memanjang dengan fitur bulat mungkin digunakan untuk preparasi ini untuk
menghilangkan jaringan karies atau kerusakan bahan dari permukaan oklusal dan
proksimal. Untuk membantu mencegah kerusakan pada gigi yang berdekatan dan
meningkatkan interproksimal awal pemisahan, wedges dengan atau tanpa penghalang
tahan karat mungkin dimanfaatkan. Pemisahan awal disediakan oleh wedges
kayumemfasilitasi penempatan matriks dalam persiapan konservatif juga
menghasilkan kontak interproksimal yang lebih ketat. kedalaman pulpal dan aksial
hanya ditentukan oleh kedalaman lesi dan belum tentu seragam. Ekstensi proksimal
juga hanya ditentukan oleh luasnya lesi tetapi mungkin membutuhkan penggunaan
yang lain
Instrumen dengan sisi lurus untuk menyiapkan dinding yang 90 derajat atau
lebih besar (Gbr. 8.13). Tujuannya adalah untuk menghilangkan lesi karies atau
kesalahan secara konservatif, serta struktur gigi yang rapuh. Desain konservatif lain
untuk komposit Kelas II kecil adalah preparasi gigi kotak saja (Gbr. 8.14). desainnya
ditunjukkan ketika hanya permukaan proksimal yang rusak, tanpa lesi permukaan

xli
oklusal. Kotak proksimal disiapkan dengan kotak kecil, instrumen berbentuk buah pir
atau bulat memanjang, dipegang sejajar dengan sumbu panjang mahkota gigi.
instrumen ini diperpanjang melalui marginal ridge dalam arah gingiva mengarah ke
tengah dari lesi atau defek karies proksimal. Kedalaman aksial ditentukan berdasarkan
luasnya lesi atau patahan karies. dia bentuk kotak tergantung pada bentuk instrumen
yang digunakan. Di facial, lingual, dan ekstensi gingiva ditentukan oleh perluasan
karies lesi atau cacat. Tidak ada kemiringan atau retensi sekunder diindikasikan.
Desain konservatif ketiga untuk memulihkan lesi proksimal gigi posterior
adalah preparasi celah fasial atau lingual (Gbr. 8.15). Di sini, lesi terdeteksi di
permukaan proksimal, kecuali pada operator percaya bahwa akses ke lesi dapat
diperoleh dari arah fasial atau arah lingual, bukan melalui marginal ridge ke arah
gingiva. Biasanya berbentuk bulat kecil diamond atau bur digunakan untuk
mendapatkan akses ke lesi. instrumen berorientasi pada posisi oklusal gingiva yang
benar, dan dibuat dengan instrumen sedekat mungkin dengan gigi yang berdekatan.
untuk menjaga sebanyak mungkin permukaan fasial atau lingual. persiapannya
diperpanjang secara oklusal, fasial, dan cukup gingiva untuk menghilangkan lesi.
Kedalaman aksial ditentukanberdasarkan luasnya lesi. oklusal, fasial, dan gingiva
tepi cavosurface 90 derajat atau lebih. Perawatan harus diambil tidak merusak
marginal ridge selama preparasi. Jika kesalahan meluas ke oklusal sampai merusak
pada bagian marjinal, preparasi Kelas II yang lebih konvensional, dengan komponen
akses oklusal, harus digunakan.
Preparasi gigi untuk direct komposit Kelas II sedang sampai besar restorasi
memiliki fitur yang menyerupai Kelas II yang lebih tradisional persiapan gigi
amalgam dan mungkin termasuk langkah oklusal dan kontak proksimal tergantung
pada lokasi, perluasan, dan kedalaman dari lesi karies. Bagian oklusal dari persiapan
Kelas II disiapkan sama seperti yang dijelaskan untuk persiapan Kelas I. Perbedaan
utama terkait dengan teknik menggabungkan yang salah permukaan proksimal.
Sebelum preparasi, fasial dan lingual yang diusulkan ekstensi proksimal harus
divisualisasikan (lihat Gambar 8.13A). Awal ekstensi oklusal ke arah permukaan
proksimal yang terlibat seharusnya pergi melalui daerah marginal ridge di kedalaman
awal pulpa, mengekspos DEJ. DEJ berfungsi sebagai pemandu untuk mempersiapkan
bagian permukaan proksimal dari sediaan.
Diamond atau bur berbentuk No. 330 atau No. 245 digunakan untuk masuk
lubang di sebelah permukaan proksimal karies. Instrumen ini diposisikan sejajar
xlii
dengan sumbu panjang mahkota gigi. Jika hanya satu permukaan proksimal sedang
dipulihkan, bagian marginal yang berlawanan dukungan dentinal harus dipertahankan
(Gbr. 8.16).
Pada pulpa loor awalnya disiapkan dengan instrumen kedalaman sekitar 0,2
mm di dalam DEJ. instrumen dipindahkan untuk memasukkan lesi karies dan semua
kekurangan pada fasial atau lingual, atau keduanya, karena melintang . Setiap usaha
harus dibuat, bagaimanapun, untuk menjaga lebar faciolingual dari preparasi sesempit
mungkin. kedalaman awal dipertahankan selama gerakan mesiodistal, tetapi
mengikuti naik turunnya DEJ yang mendasari. pulpa relatif dalam faciolingual
tetapi mungkin naik dan turun sedikit dalam bidang mesiodistal (Gbr.8.17). Jika lebih
banyak lesi karies tertinggal di dentin, itu akan diangkat setelah garis besar di
preparasi, termasuk ekstensi permukaan proksimal,telah didirikan.
Karena ekstensi fasial dan lingual yang rusak permukaan proksimal
divisualisasikan sebelum preparasi, ekstensi oklusal ke arah permukaan proksimal
mulai melebar ke fasial dan lingual untuk mulai menguraikan ekstensi tersebut
sekonservatif. Perawatan diambil untuk menjaga area cusp sebanyak mungkin selama
ekstensi ini. Pada saat yang sama, instrumen meluas melalui marginal ridge hingga
0,5 mm dari kontur luar dari marjinal ridge. ekstensinya memperlihatkan DEJ
proksimal dan melindungi gigi yang berdekatan (lihat Gambar 8.17). Saat ini, bagian
oklusal dari preparasi selesai kecuali jika memungkinkan kedalaman lesi karies. Pada
dinding oklusal umumnya menyatu secara oklusal karena bentuknya instrument yang
terbalik.
Biasanya, karies segera berkembang di permukaan proksimal gingiva ke
kontak proksimal. luasnya lesi karies dan jumlah bahan restorasi lama menentukan
ekstensi fasial, lingual, dan gingiva dari permukaan proksimal. Meskipun tidak
diperlukan untuk memperpanjang permukaan proksimal lebih jauh kontak dengan gigi
yang berdekatan (yaitu, memberikan ruang dengan gigi yang berdekatan), dapat
menyederhanakan preparasi, penempatan matriks,dan prosedur pembentukan kontur.
Jika semua kesalahan bisa dihilangkan tanpa memperpanjang preparasi proksimal di
luar kontak, Namun, pemulihan kontak proksimal dengan komposit disederhanakan
(Gbr. 8.18D).
Sebelum instrumen diperpanjang melalui marginal ridge,preparasi bagian
proksimal dimulai. Operatornya memegang instrumen di atas DEJ dengan ujung
instrumen diposisikan untuk membuat potongan yang diarahkan ke gingiva yaitu 0,2
xliii
mm di dalam DEJ (lihat Gbr.8,18B – D). Untuk instrumen No. 245 dengan diameter
ujung 0,8 mm,ini akan membutuhkan seperempat posisi ujung instrumen di sisi dentin
DEJ (tiga perempat ujung lainnya di atas sisi enamel). Instrumennya diperpanjang
secara fasial, lingual, dan gingiva untuk memasukkan semua lesi karies atau bahan
lama, atau keduanya. Gerakan pemotongan faciolingual mengikuti DEJ dan oleh
karena itu biasanya melengkung ke luar sedikit cembung (lihat Gambar 8.18C).
Selama pemotongan ini, instrumen dipegang sejajar dengan sumbu panjang mahkota
gigi. Marginal ridge fasial dan lingual adalah diperpanjang seperlunya dan harus
menghasilkan setidaknya 90 derajat margin (menunjukkan enamel yang didukung
oleh dentin), lebih tumpul bisa diterima juga. Jika persiapannya konservatif,kemudian
instrumen yang lebih kecil dan lebih tipis digunakan untuk melengkapi formasi
dinding faciolingual, menghindari terciptanya kerusakan iatrogenik. ke gigi yang
berdekatan (Gbr. 8.19). . Pada titik ini, sisanyaemail proksimal yang awalnya
dipertahankan untuk mencegah kerusakan gigi yang berdekatan telah dicabut. gingiva
yang disiapkan lat dengan margin cavosurface sekitar 90 derajat. Perluasan gingiva
harus seminimal mungkin, untuk dipertahankan enamel marginal. Dinding aksial
harus 0,2 mm di dalam DEJ dan memiliki sedikit cembung ke luar. Untuk lesi karies
yang besar, penggalian karies dinding aksial tambahan mungkin diperlukan nanti
(Gambar 8.20). Jika tidak ada lesi karies pada dentin atau kekurangan lainnya, maka
persiapan dianggap selesai saat ini (Gbr. 8.21). Namun, jika dentin karies atau bahan /
dasar restorasi yang rusak tetap ada diaspek aksial dan pulpa dari preparasi, yang
biasanya adalah kasus restorasi Kelas II sedang hingga besar, area ini harus digali
secara selektif untuk memastikan dentin. Seringkali garis besar persiapan awal harus
diperbesar untuk memungkinkan akses pada tahap ini persiapan. Setelah
pengangkatan selektif dari jaringan karies yang tersisa atau penghapusan bahan
restoratif / dasar yang ada yang rusak diselesaikan, pertimbangan harus diberikan
untuk perlindungan pulp seperti dijelaskan sebelumnya di bagian teknik restoratif
Kelas I. dari bab ini. Saat merawat gigi dengan sangat luas dan karies dalam pada gigi
vital tanpa gejala, perawatan harus dilakukan untuk menghindari paparan pulp, yang
akan sangat membahayakan prognosis untuk gigi. Lihat Bab 2 untuk pertimbangan
tentang pengangkatan selektif dentin karies
Karena komposit dipertahankan dalam persiapan dengan adhesi, tidak
diperlukan fitur retensi sediaan sekunder. Tidak ada bevel ditempatkan pada margin
cavosurface oklusal karena dinding ini ujung batang enamel sudah terbuka. Margin
xliv
komposit yang miring juga mungkin lebih sulit untuk di finish. Bevel jarang
digunakan di mana pun dari dinding kotak proksimal karena kesulitan dalam
memulihkan area ini, terutama saat menggunakan komposit kental yang melekat.
Bevel juga tidak direkomendasikan di sepanjang margin gingiva kotak proksimal;
Namun demikian, getas masih perlu dihilangkan batang enamel yang tidak didukung
di sepanjang tepi karena gingiva orientasi batang enamel. Untuk sebagian besar
persiapan Kelas II, margin ini sudah mendekati persimpangan sementoenamel (CEJ),
dan emailnya tipis. Perawatan diambil untuk mempertahankannya enamel di area ini
untuk mencapai persiapan dengan semua margin enamel.
Jika persiapan meluas ke permukaan akar, perhatian lebih harus difokuskan
untuk menjaga area yang terisolasi selama pengikatan teknik, tetapi tidak ada
perbedaan dalam persiapan gigi yang diperlukan. Biasanya hanya tersisa prosedur
penyiapan gigi inal itu yang mungkin diperlukan adalah pengangkatan lesi karies
tambahan yang terkait dengan dentin di dinding pulpa atau dinding aksial.Jika perlu,
bur bulat atau ekskavator sendok yang sesuai digunakan untuk pengangkatan selektif
jaringan karies yang tersisa.

Teknik Restoratif
Aplikasi Matriks
Salah satu langkah terpenting dalam memulihkan persiapan Kelas II dengan
komposit langsung adalah pemilihan dan pengaturan matriks yang tepat. Sebagai
dengan sebagian besar prosedur restoratif yang melibatkan permukaan proksimal, a
matriks diperlukan untuk (1) membatasi kelebihan bahan restorasi dan (2) membantu
pengembangan kontur gigi aksial yang sesuai. Berbeda dengan amalgam, yang bisa
dikondensasikan matriks dan dengan demikian meningkatkan kontak proksimal,
Kelas II komposit hampir sepenuhnya bergantung pada kontur dan posisinya dari
matriks untuk membangun kontak proksimal yang sesuai. penjepitan dan
pengencangan kembali bitine rings selama preparasi gigi membantu dalam mencapai
pemisahan gigi yang memadai sebagai kompensasi ketebalan bahan matriks. Sebelum
menempatkan komposit bahan, bahan matriks harus bersentuhan mutlak(yaitu,
menyentuh) bidang kontak yang berdekatan
Umumnya, matriks diterapkan sebelum penempatan perekat. Sebuah Pita
matriks logam sangat tipis umumnya lebih disukai untuk restorasi komposit Kelas II
karena lebih tipis dari logam biasa pita dan dapat diberi kontur lebih baik daripada
xlv
matriks poliester bening. Tidak ada masalah signifikan yang dialami dalam
penempatan dan perawatan cahaya material komposit saat menggunakan matriks
logam selama an teknik inkremental digunakan.
Meskipun pita matriks tipe Tolemire dapat digunakan untuk memulihkan
preparasi gigi dua permukaan, logam penampang pra-kontur matriks lebih disukai
(Gbr. 8.22), karena hanya satu ketebalan bahan matriks logam ditemui bukan dua,
membuat kontak generasi lebih mudah. Matriks penampang ini relatif mudah
digunakan, sangat tipis, dan datang dalam ukuran yang berbeda untuk menampung
untuk variasi ketinggian oklusi gingiva kotak proksimal. di sini adalah beberapa
sistem tersedia, dan pemilihan didasarkan pada preferensi operator. Sistem ini dapat
menggunakan bitine rings untuk (1) membantu menstabilkan matriks penampang dan
(2) menyediakan pemisahan gigi tambahan.
Saat komposit dimasukkan. manfaat utama dari sistem ini adalah metode yang
lebih sederhana untuk membuat komposit yang sesuai kontur proksimal dan
kontak.45 Penggunaan sistem ini untuk pemulihan preparat proksimal faciolingual
yang lebar membutuhkan aplikasi yang cermat; jika tidak, cabang cincin bitine dapat
menyebabkan deformasi pita matriks, mengakibatkan kontur restorasi yang buruk.

A B

C D
posisi matriks, (2) memberikan sedikit pemisahan gigi, dan (3) mencegah gingiva
overhang pada material komposit. Sebuah wedge yang harus digunakan untuk
memisahkan gigi secukupnya sebagai kompensasi untuk ketebalan matriks jika

xlvi
restorasi selesai diinginkan memiliki kontak proksimal yang sesuai.Beberapa jenis
rings komersial tersedia dalam berbagai macam ukuran. Rings anatomis (berbentuk
segitiga) dengan ukuran yang kompatibel adalah diindikasikan untuk sebagian besar
persiapan. dibuat sependek wedges memungkinkan agar tidak membatasi akses
operator ke persiapan selama penyisipan bahan restoratif, dan juga tidak harus
mendorong matriks ke ruang persiapan.Untuk restorasi posterior, wedge ditempatkan
dari yang lebih besar ke embrasure gingiva interproksimal yang lebih kecil, biasanya
dari a pendekatan lingual, tepat di apikal margin gingiva. dia mengganjal harus
menggunakan (menstabilkan) pita matriks. Saat bendungan karet Jika digunakan,
penempatan baji dapat dibantu dengan sedikit pelumas yang larut dalam air di ujung
baji. Dia rubber dam yang pertama diregangkan secara gingiva (di sisi tempat irisan
dimasukkan),kemudian dilepaskan secara bertahap selama penyisipan wedge.

xlvii

Anda mungkin juga menyukai