Anda di halaman 1dari 8

LOGBOOK PBL SK 3 BLOK 5

Senin, 05 September 2022


Nama : Maulana Sabiq Nidhamul Bar
NIM : 215160101111028
Kelompok : I/9
Fasilitator : drg. DELVI FITRIANI, M.Kes

1. Bahan Pelapis Pulpa


a. definisi
b. macam-macam
c. fungsi
d. kelebihan dan kekurangan
2. Perawatan pelindung pulpa
a. definisi
b. macam-macam
c. fungsi
d. indikator perawatan
e. prosedur
3. Tumpatan sementara
a. definisi
b. fungsi
c. macam-macam
d. prosedur
4. Evaluasi Radiografi Perawatan pulpa
1. Bahan Pelapis Pulpa
• Definisi
Bahan kaping pulpa ada bermacam-macam, diantaranya Ca(OH)2, Zinc Oxide
Eugenol, biokeramik, resin adhesive, CEM, Mineral Trioxide Agregate, Semen
Ionomer Kaca dan RMGIC. Setiap bahan memiliki sifat yang diperlukan dalam
pemilihan bahan agar keberhasilan perawatan dapat dicapai. Sifat tersebut meliputi
sifat fisik, sifat mekanik, sifat kimia, dll. Kekuatan tekan merupakan bagian dari sifat
mekanik bahan, dimana sifat mekanik berhubungan dengan setting bahan dan Gambar
8. Skema uji tekan bagaimana reaksinya ketika mendapat tekanan fisik. Uji yang
digunakan untuk mengukur kekuatan tekan suatu material yaitu salah satunya
menggunakan universal testing machine dimana satuan hitungnya menggunakan satuan
MPa

• Macam-Macam
1. Kalsium Hidroksida
Kalsium hidroksida merupakan bahan bahan yang paling sering digunakan
dan diperkenalkan pertama kali ke dalam kedokteran gigi pada 1921 serta telah
menjadi sebuah “gold standar” untuk perawatan kaping pulpa direk dalam beberapa
dekade (Baume dan Holz, 1981). Awalnya, bahan kalsium hidroksida diperkenalkan ke
dalam bidang endodontik sebagai bahan kaping pulpa intracanal maupun apexification
intracanal karena tingginya sifat alkalin dan sifat biokompatibel yang cocok dengan
kedokteran gigi modern (Hermann BW, 1920). Kalsium Hidroksida memiliki
kemampuan antibakteri yang bisa meminimalisir bahkan mengeleminasi penetrasi
bakteri ataupun yang mengiritasi jaringan pulpa (Barthel dkk., 1997).
2. Mineral trioxide aggregate (MTA)
Literatur-literatur penelitian menyebutkan bahwa bahan kalsium
hidroksida memiliki menurunan performa dalam kaping pulpa, muncul bahan baru
sebagai alternatif dari kalsium hidroksida yang dikenal dengan nama Mineral trioxide
aggregate (MTA) yang tersusun dari kalsium oksida dalam bentuk trikalsium silikat,
dikalsium silikat dan bismuth oksida untuk radiopacity (Camilleri, 2008). Perawatan
endodontik yang ideal yaitu mencakup bahan yang memiliki kemampuan sealing yang
baik yang berhubungan dengan saluran akar serta jaringan-jaringan disekitarnya.
Bahan-bahan yang ideal tersebut haruslah tidak toksik, tidak kariogenik,
biokompatibel, tidak larut oleh cairan jaringan dan dimensi yang stabil. Hal tersebut
melandasi munculnya bahan yang bernama mineral trioxide aggregate (MTA) yang
menawarkan karakteristik yang ideal (Parirokh & Torabinejad, 2010). Mineral trioxide
aggregate diperkenalkan pertama kali oleh Torabinejad pada tahun 1993 (Patil dkk.,
2016). Mineral Trioxide Aggregate (MTA) direkomendasikan untuk perawatan root-
end filling, kaping pulpa, pulpotomi, apeksogenesis, dan barrier pada apikal pada kasus
gigi dengan apikal yang terbuka, memperbaiki perforasi akar dan sebagai bahan
pengisi saluran akar (Parirokh dan Torabinejad, 2010). Secara histologi dan studi in
vitro menunjukkan hasil yang baik dari pertahanan terhadap bahan kimia dan fisik,
aktifitas antibakteri, biokompatibilitas, mengandung partikel hidrofilik dan
kemampuan sealing yang baik (Parirokh dan Torabinejad, 2010).
3. Mineral Semen Ionomer Kaca (SIK)
Semen Ionomer Kaca (SIK) pertama kali muncul pada tahun 1971 yang
diperkenalkan oleh Wilson & Kent. Semen ionomer kaca disusun oleh semen silikat
serta penambahan semen polikarboksilat dengan tujuan memberikan sifat translusen
dan pelepasan flour pada semen silikat, serta untuk kemampuan adhesi secara kimiawi
pada struktur jaringan gigi (Meizarini & Irmawati, 2005). Semen ionomer kaca
memiliki komposisi powder & liquid. Komposisi powder yaitu terdiri atas senyawa
kuarsa ( ), alumunium fluorida ( ), natrium flourida (NaF), alumina ( ), kalsium
fluorida ( ), alumunium fosfat serta kriolit ( ) lalu dipanaskan dengan suhu 1100-
1500ºC dan membentuk senyawa kaca yang homogen dengan ikatan . Warna radiopak
dihasilkan dari lantanum oksida ( ) serta penambahan stronsium oksida (SrO). Adapun
liquid terdiri dari 50% larutan, 2:1 asam katalis:asam itakonik serta penambahan asam
tartarik agar memudahkan SIK untuk melakukan pelepasan ion dari powder kaca
(Hewlett dan Mount, 2003).

• Fungsi
1. Kalsium Hidroksida
Kalsium Hidroksida banyak digunakan juga karena kemampuannya dalam
membuat dentin reaparatif melalui diferensiasi seluler, pembentukkan matriks
ekstraseluler dan mineralisasi (Daurte dan Mattins, 2007). Selain itu, bahan ini juga
melindungi pulpa dari stimulus thermoelectro berupa aksi antrimikroba (Accorinte dan
Holland, 2008).
2. Mineral trioxide aggregate (MTA)
Mekanisme perlekatan MTA terhadap gigi yaitu secara konvensional yaitu
menukar ion kalsium dalam gigi sehingga tercipta sebuah ikatan secara kimia.
Perbedaan yang mendasar antara MTA dan bahan sublayer adesif yaitu terletak pada
sistem perlekatannya. Bahan sub layer adesif tersebut apabila berkontak dengan
substrat gigi akan menghadirkan delamasi (pengelupasan) dan patahan pada restorasi
yang mengakibatkan microleakage karena perlekatannya yang lebih buruk dari MTA
walaupun keduanya secara kimia. (Cervino dkk., 2017). Dentin dan MTA membentuk
struktur seperti tag-like . Struktur tersebut dibentuk oleh MTA lebih banyak daripada
semen Portland. Hasil hidrasi dari MTA yaitu phospate buffered saline (PBS). Ion
kalsium dilepaskan dari semen MTA dan menyebar melalui tubulus dentinalis
sehingga bereaksi dengan ion phospate dalam cairan jaringan. Reaksi tersebut
menghasilkan kalsium phospate. Ion kalsium phospate ini bereaksi dengan ion lain
sehingga membentuk karbonat apatit (CDHA) (Chang, 2012).
3. Mineral Semen Ionomer Kaca (SIK)
Tujuan SIK digunakan untuk pengisi kavitas adalah untuk memperbaiki dentin
lunak karena SIK memiliki kemampuan untuk meremineralisasi dentin (Metalita,
Udjianto, & Nuraini, 2014). Adapun jenis semen ionomer kaca (SIK) dapat dibagi
berdasarkan kegunaannya yaitu, tipe I digunakan sebagai bahan perekat, II sebagai
bahan restorasi, dan III sebgai basis atau pelapis/liner (Meizarini dan Irmawati, 2005).

• Kelebihan dan Kekurangan


MTA (Mineral trioxide aggregate)
Kelebihan:
1. Pertahanan baik terhadap bahan kimia dan fisik
2. Aktifitas antibakteri
3. Biokompatibel
4. Mengandung partikel hidrofilik
5. Kemampuan sealing yang baik
6. Daya lekat baik
Kekurangan :
1. Waktu setting lama

SIK (Semen ionomer kaca)


Kelebihan:
1. Melepaskan flour
2. Ikatan Kimia dengan struktur gigi
3. Sifat translusen
4. Meremineralisasi dentin
Kekurangan:
1. Tidak tahan terhadap tekanan / beban tekan yang tinggi

2. Perawatan Pelindung Pulpa


• Definisi
Kaping pulpa adalah salah satu dari perawatan endodontik yang memiliki tujuan
untuk mempertahankan status vital pulpa pada endodontium. Perawatan kaping pulpa
ini memiliki berbagai syarat diantaranya yaitu (a) keadaan pulpa gigi masih vital dan
tidak pernah ada riwayat nyeri yang spontan, (b) nyeri yang timbul saat dilakukannya
tes pulpa dengan berbagai stimulus seperti dingin maupun panas tidak berlangsung
lama, (c) daerah periradikuler tidak terdapat lesi saat dilakukan radiografi periapikal,
(d) bakteri yang ada harus dihilangkan dahulu sebelum dilakukannya restorasi
permanen (Amerongen dkk., 2006).

• Macam-Macam
Berdasarkan prosedur pengaplikasiannya, perawatan kaping pulpa dibagi
menjadi 2 yaitu kaping pulpa direk dan kaping pulpa indirek
Kaping pulpa direk adalah perawatan yang dilakukan saat ada kasus dimana
pulpa yang masih sehat secara tidak sengaja terekspos akibat traumatic injury atau bisa
disebabkan dari iatrogenic.Prosedur perawatan kaping pulpa direk yaitu bahan kaping
pulpa diletakkan secara langsung atau direct tepat di atas pulpa yang terbuka sehingga
merangsang proses penyembuhan. Jika perawatan kaping pulpa ini berhasil akan
sangat berdampak pada prognosis pasien sehingga tidak memerlukan perawatan yang
lebih lanjut (Zhaofei Li, 2014). Tujuan utama dilakukannya kaping pulpa direk adalah
untuk merangsang pembentukkan dentin tersier yaitu dentin reparatif serta memelihara
status vital pulpa (Komabayashi dan Zhu, 2011).
Dentin reparatif adalah salah satu dari produk dentin tersier yang terbentuk
karena adanya proses dentinogenesis reparatif. Dentin reparatif terbentuk karena
diawali dengan apoptosis odontoblast dan sel pulpa yang telah mati. Karena proses
apoptosis terbentuk, terangsanglah pembentukkan dentin reparatif melalui
dentinogenesis reparatif dan pembentukkan dentin reaksioner melalui dentinogenesis
reaksioner. Dentinogenesis reparatif dibentuk oleh sel-sel mesenkim yang belum
terdiferensiasi di dalam rongga pulpa serta berbagai regulator yang ada serta ada peran
serta growth factor dalam melakukan signalling sehingga mengubah sel mesenkin
bersama dengan regulator-regulatornya menjadi odontoblast-like cell dimana
odontoblast-like cell inilah yang nantinya akan mensekresi dentin reparatif (Octiara,
2015).
Kaping pulpa indirek adalah salah satu perawatan untuk memproteksi pulpa
gigi dengan kasus lesi karies yang dalam. Prosedur perawatan kaping pulpa indirek ini
dilakukan dengan cara membuang jaringan-jaringan dentin yang terinfeksi, karies pada
dentin. Jaringan dentin yang terdemineralisasi perlu untuk ditinggalkan (tidak dibuang)
karena bisa dilakukan remineralisasi kembali dengan menggunakan terapi kaping
pulpa (Holland dkk., 2016). Kaping pulpa indirek juga digunakan untuk menghindari
tereksposnya pulpa. Perawatan ini bisa dilakukan dengan onestep atau twostep
(Fagundez dan Barata, 2009). Perawatan kaping pulpa diawali dengan menghilangkan
dentin yang telah terinfeksi sebelumnya dan meninggalkan lapisan tipis dentin yang
sedikit lebih dalam saat lesi karies telah dihilangkan. Langkah pertama yang dilakukan
yaitu membuang bagian dentin yang terinfeksi dan melakukan cavity
sealingmenggunakan bahan kaping pulpa yang salah satunya yaitu calcium hydroxide
serta menumpatnya dengan bahan restoratif. Setelah 8 sampai dengan 12 minggu,
barulah step kedua dapat dilakukan yaitu pembuangan bahan kaping yang
diaplikasikan sebelumnya dan gigi di restorasi secara konvensional (Jordan dan
Suzuki, 2009).

• Fungsi
Perawatan Perawatan kaping pulpa ini ditujukan agar bakteri tidak menginfeksi pulpa
lebih dalam lagi ataupun lebih parah lagi. Tujuan utama dari perawatan ini yaitu
menjaga status vital pulpa.

• Indikator Perawatan
Kaping pulpa direk diindikasikan untuk gigi yang mengalami kesalahan
mekanis kecil atau trauma yang menyebabkan pulpa terbuka, dengan kondisi gigi
masih vital dan memberikan respon baik terhadap penyembuhan.
Perawatan kaping pulpa indirek di indikasikan untuk kavitas yang sudah
mengenai dentin atau disebut karies dentin dan masih ada lapisan dentin tipis yang
menutupi saluran akarnya dimana tidak ditemukan degenerasi pulpa dan penyakit
radikuler (Ford, 2007).
Indikasi penggunaan Semen Ionomer kaca untuk, abrasi/erosi, bagian
proksimal gigi, dan oklusal gigi sulung serta sebagai basis dan liners dari suatu kavitas
(Noort, 2007).

• Prosedur
Prosedur perawatan kaping pulpa direk yaitu bahan kaping pulpa
diletakkan secara langsung atau direct tepat di atas pulpa yang terbuka sehingga
merangsang proses penyembuhan. Jika perawatan kaping pulpa ini berhasil akan
sangat berdampak pada prognosis pasien sehingga tidak memerlukan perawatan yang
lebih lanjut (Zhaofei Li, 2014). Tujuan utama dilakukannya kaping pulpa direk adalah
untuk merangsang pembentukkan dentin tersier yaitu dentin reparatif serta memelihara
status vital pulpa (Komabayashi dan Zhu, 2011).
Prosedur perawatan kaping pulpa indirek ini dilakukan dengan cara
membuang jaringan-jaringan dentin yang terinfeksi, karies pada dentin. Jaringan dentin
yang terdemineralisasi perlu untuk ditinggalkan (tidak dibuang) karena bisa dilakukan
remineralisasi kembali dengan menggunakan terapi kaping pulpa (Holland dkk., 2016).
Kaping pulpa indirek juga digunakan untuk menghindari tereksposnya pulpa.
Perawatan ini bisa dilakukan dengan onestep atau twostep (Fagundez dan Barata,
2009). Perawatan kaping pulpa diawali dengan menghilangkan dentin yang telah
terinfeksi sebelumnya dan meninggalkan lapisan tipis dentin yang sedikit lebih dalam
saat lesi karies telah dihilangkan. Langkah pertama yang dilakukan yaitu membuang
bagian dentin yang terinfeksi dan melakukan cavity sealingmenggunakan bahan kaping
pulpa yang salah satunya yaitu calcium hydroxide serta menumpatnya dengan bahan
restoratif. Setelah 8 sampai dengan 12 minggu, barulah step kedua dapat dilakukan
yaitu pembuangan bahan kaping yang diaplikasikan sebelumnya dan gigi di restorasi
secara konvensional (Jordan dan Suzuki, 2009).

• Tumpatan Sementara
• Definisi
Tumpatan sementara adalah tumpatan tidak tetap yang digunakan pada karies
profunda ketika karies sudah dekat sekali dengan atap pulpa. Sterilisasi kavitas tidak
hanya dilakukan secara mekanisme saja, tetapi juga secara kimia dengan memakai
obat-obatan. Kemudian kavitas atasnya ditutup dengan tumpatan sementara yang
nantinya akan dibongkar lagi.
• Fungsi
a. Memberi kesempatan pada obat-obatan yang diletakkan di bawahnya untuk bekerja
(sterilisasi beberapa waktu pada kavitas yang disebut rust therapy).
b. Menunggu kemungkinan adanya reaksi pulpa.
c. Memberi kesempatan pada obat di bawahnya untuk menstimulasikan pembuatan
dentin reparatif.
d. Supaya penderita tidak terlalu lama di kursi atau membuka mulut bila di dalam
mulut terdapat beberapa karies
e. Untuk menutup kavitas selama tumpatan cor belum selesai.

• Macam-Macam
1. Fletcher
Fletcher adalah bahan tumpatan sementara yang terdiri atas bubuk dan cairan.
Bubuk dan cairan kita campur di atas glassplate dengan spatel semen menghasilkan
suatu campuran berbentuk adonan yang lama kelamaan akan mengeras.
2. Gutta percha
Gutta percha merupakan lateks koagulasi cairan getah murni yang dapat
mengeras dan berasal dari pohon jenis sapotacheae yang dapat dipadatkan, terdapat
di semenanjung Malaysia dan pulau-pulau sekitarnya pada daerah tropis.
3. Semen Seng Fosfat
Semen ini digunakan sebagai tambalan sementara, bahan basis, dan pelapik.
Selain itu, juga digunakan untuk bahan perekat, yakni sebagai perekat jembatan,
mahkota, tuangan emas, inlay, band dan pasak inti serta perawatan lesi karies dalam
klinik.
4. Semen Oksida Seng Eugenol
Semen oksida seng eugenol (OSE) adalah semen tipe sedatif yang lembut.
Biasanya disediakan dalam bentuk bubuk dan cairan, dan berguna sebagai basif
insulatif (penghambat). Bahan ini sering digunakan sebagai tumpatan sementara.
5. Tumpatan Semipermanen
Tumpatan silikat sering digunakan untuk penambalan gigi anterior, karena
warnanya menyerupai warna gigi. Tumpatan silikat dapat larut dalam cairan mulut
walaupun lebih kuat dari tumpatan sementara. Oleh karena itu, tumpatan silikat
disebut juga sebagai tumpatan semipermanen.

• Prosedur
1. Petugas memanggil pasien sesuai urutan, kemudian dipersilahkan duduk di dental
chair
2. Petugas mengatur posisi dental chair sesuai dengan kebutuhan
3. Petugas mempersiapkan alat diagnose dan kumur pasien
4. Petugas mempersilahkan pasien untuk berkumur
5. Petugas melakukan anamnesa, pemeriksaan dan menentukan diagnose, dan
menentukan rencana perawatan
6. Petugas melakukan pembuangan karies dengan ekskavator
7. Petugas melakukan preparasi pada kavitas sesuai dengan klasifikasi karies
8. Petugas membersihkan kavitas dengan semprotan air menggunakan syringe
9. Petugas melakukan isolasi pada daerah kerja dengan menggunakan cotton roll dan
melakukan pengeringan pada gigi yang akan ditumpat
10.Petugas mengaplikasikan bahan/ obat gigi sesuai dengan tujuan dan recana
perawatan
11.Petugas menutup kavitas dengan bahan tumpatan sementara
12.Petugas melakukan cek oklusi pada pasien
13.Petugas memberikan instruksi kepada pasien :
a. Tidak boleh menyikat gigi terlalu keras pada gigi yang ditambal
b. Jangan digunakan untuk makan dahulu selama ½ jam
c. Kontrol 1 minggu kemudian
14.Petugas mempersilahkan pasien untuk turun dari dental chair setelah jelas
menerima instruksi
15.Petugas memberikan resep obat antibiotic dan antinyeri bila pasien masih dalam
kondisi radang, untuk diambil di ruang pengambilan obat.
• Evaluasi Radiografik Perawatan Pulpa
Sebelum ditemukannya radiografi, berdasarkan penelitian pada abad ke-19
sampai abad ke-20 perawatan endodontik ternyata banyak 21 yang mengalami kegagalan,
dengan ditemukannya alat radiografi, radiograf menjadi indikator dalam evaluasi
keberhasilan perawatan endodontik (Kanter et al., 2014). Radiograf mempunyai peranan
penting untuk pengevaluasian keberhasilan perawatan dalam endodontik. Hasil radiograf
dapat memperlihatkan ada tidaknya lesi yang timbul setelah perawatan dan proses
pemulihan dari hasil perawatan (Walton & Torabinejad, 2008).
Anatomi gigi normal pada hasil radiografis akan tampak email yang
berupa radiopak berbentuk seperti topi menutupi mahkota gigi, dentin berupa struktur keras
gigi antara email dan pulpasedangkan pulpa terlihat radiolusen pada daerah tengah akar dan
mahkota gigi, yang menandakan bahwa pulpa merupakan jaringan lunak gigi yang berisi
saraf dan pembuluh darah. Gambaran karies, penyakit periodontal, dan penyakit periapikal
pada gigi dalam hasil radiograf terlihat lebih radiolusen dari gambaran normalnya (Matteson
et al, 1998). Keadaan saat pulpa mengalami peradangan dan menyebar ke ruang ligamen
periodontal, tampak pada hasil radiografis ruang ligamen periodontal tersebut mengalami
pelebaran dengan atau tanpa kehilangan lamina dura (Dayal et al., 1999). Ligamen
periodontal pada keadaan normal memiliki tebal kurang lebih 0,5 mm, jika mengalami
peradangan akan melebar lebih dari 0,5 mm (Proffit dan Fields, 1993).
Evaluasi radiografis pada perawatan kaping pulpa direk dikategorikan
menjadi tiga kategori penilaian. Pertama adalah kategori berhasil, dikatakan berhasil jika
tidak terdapat area radiolusen diantara bahan kaping pulpa dan bahan restorasi yang
menandakan adanya karies sekunder disertai tidak adanya pelebaran ligamen periodontal.
Kedua adalah kategori meragukan, dimana area radiolusen ditemukan diantara bahan kaping
pulpa dengan bahan restorasi yang menandakan timbulnya kaies sekunder tetapi tidak ada
pelebaran ligamen periodontal. Ketiga adalah kategori gagal yaitu ketika terdapat area
radiolusen diantara bahan kaping pulpa dan bahan restorasi yang menimbulkan adanya
karies sekunder disertai pelebaran ruang ligamen periodontal.
Sulastri, S. (2017). TUMPATAN SEMENTARA. In Bahan Ajar Keperawatan Gigi : Dental
Material (29th ed., Vol. 1, pp. 29–31). foreword, Kemenkes RI.

Nisak, R. A. (2016, June 30). Evaluasi RADIOGRAFIS perawatan kaping Pulpa Direk
Dengan Bahan kalsium hidroksida tipe hard setting di RSGM Umy. UMY Repository. Retrieved
September 8, 2022, from http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/2307?show=full

Anda mungkin juga menyukai