Anda di halaman 1dari 6

Definisi semen

Semen kedokteran gigi adalah campuran powder dan liquid yang merupakan reaksi
kimia antara asam dan basa. Powder yang bersifat basa dan liquid yang bersifat asam
membentuk konsistensi berupa pasta kental yang kemudian akan mengeras menjadi massa
yang padat.
Fungsi Semen

1 Luting Agent ( Bahan Perekat)

Pada awal abad 20, material kedokteran gigi yang digunakan sebagai retensi
dan marginal seal pada protesa-protesa seperti inlays, onlays, crowns dan bridges
hanyalah semen Zinc Oxide Eugenol dan semen Zinc Phosphate. Pada abad ke 20,
material yang dapat digunakan dalam menempelkan protesa pada gigi hanya semen,
oleh karena itu Zinc Oxide Eugenols memperbaiki protesa dengan menempelkan
protesa pada gigi disebut sementasi (Anusavice dalam Nugroho, A.2011)
Namun menjelang akhir abad ke 20, mulai bermunculan variasi-variasi
material kedokteran gigi yang bersifat adhesif. Pada akhir abad ke 20 juga mulai
bermunculan variasi-variasi semen kedokteran gigi seperti Zinc Polycarboxylate, Glass
Ionomer, dan Resin Modified Glass Ionomer Cements. Dalam perkembangannya,
semen kedokteran gigi tidak hanya digunakan dalam menempelkan protesa dengan
gigi, oleh karena itu proses menempelkan protesa pada gigi disebut sebagai luting
bukan lagi sementasi. (Craig dalam Nugroho, A. 2011)
Semen sebagai luting agent berfungsi untuk melekatkan restorasi yang
dilakukan diluar mulut dimana diharapkan perlekatan tersebut kuat dan bertahan untuk
waktu yang lama.

Syarat Semen sebagai luting


1. Biocompatibility
Semen yang digunakan sebagai luting biasanya diperlukan dalam pemasangan
mahkota gigi dan inlays, semen yang digunakan akan menutupi dentin pada gigi.
Bahan luting tersebut nantinya juga akan menjalankan peran yang sama dengan
dentin, yakni melindungi pulpa, maka dari itu bahan semen sebagai luting haruslah
material yang biocompatibel dan tidak toksik terhadap pulpa sementasi (Craig
dalam Nugroho, A. 2011). Bahan luting yang baik tidak hanya melapisi seluruh
permukaan dentin dan protesa dengan baik, namun juga perlu material yang
bersifat anti bakteri agar pulpa terlindungi dari bakteri yang merugkan (Mc Cabe
dalam Nugroho, A. 2011).
2. Retensi
Peran utama semen sebagai luting adalah menghasilkan retensi pada restorasi.
Pada semen dengan bahan dasar air seperti semen zinc phosphate, retensinya
diatur oleh geometri dari gigi yang telah dipreparasi, kontrol pada saat insersi, dan
kemampuan dalam memberikan mechanical keying pada permukaan yang tidak
rata. Kurangnya retensi merupakan penyebab utama kegagalan dalam luting.
Pada proses adisi, bahan adhesif bisa ditambahkan untuk meningkatkan retensi
secara signifikan dan resin adhesif technologies (Power, J dalam Nugroho,
A.2011)
Sifat semen sebagai luting:
1. Marginal seal
2. Ketebalan (Film thickness)
3. Mudah digunakan
4. Radiopacity
5. Estetik baik
(Van Noort dalam Nugroho, A. 2011)

Prosedur penggunaan semen sebagai luting


1. Pemberian semen
Pada tahap ini, adonan semen dituang ke dalam mahkota kurang lebih
dari volume mahkota. Pemberian semen pada mahkota lebih baik mahkota
agar resiko terjebaknya udara berkurang mengurangi waktu pemasangan,
mengurangi tekanan
waktu

yang

berlebih

saat pemasangan, dan mengurangi

dalam membersihkan sisa semen yang tidak terpakai. (Van Noort

dalam Nugroho, A.2011).


2. Pemasangan/ insersi
Setelah semen dituangkan ke dalam mahkota, mahkota dipasang pada gigi
preparasi. Pada saat pemasangan, perlu tekanan yang cukup kuat dengan jari
agar semen yang berlebih dapat keluar. Ada beberapa

cara yang dapat

mempermudah proses pemasangan atau insersi yakni dengan menurunkan


viskositas semen, mengurangi tinggi preparasi mahkota, dan dengan bantuan
vibrasi saat pemasangan. Bantuan vibrasi saat pemasangan berfungsi agar
semen dapat mengalir dengan baik. (Power, J dalam Nugroho, A.2011)
3. Pengambilan kelebihan semen
Semen yang berlebih setelah pemasangan harus diangkat agar tidak mengganggu
pasien. Pada semen ionomer kaca, semen zinc phosphate dan resin dapat
digunakan petroleum jelly sebagai media separasi karenan pada ketiga
semen tersebut, perlekatannya terjadi secara
dibutuhkan media

separasi

sebagai

kimiawi dan fisik sehingga

media yang membantu dalam

pengangkatan kelebihan semen (Wahyudi, T.2005)


4. Mekanisme Retensi
Setelah semen yang digunakan sebagai luting seittng, protesa dan preparasi gigi

akan menempel dengan menimbulkan retensi. Retensi yang terjadi pada luting
bisa terjadi secara mekanis, kimia, maupun kombinasi semen. Pada prinsipnya
retensi kimia perlu didukung dengan retensi mekanis, dengan kombinasi
kimia- mekanis, lapisan semen dapat menahan aksi kekuatan geser sepanjang
interfasial (Rochyani L, et al. 2007).

Ada beberapa

faktor yang dapat

mempengaruhi retensi protesa, yakni film thickness, kekuatan semen, perubahan


dimensi selama setting, dan semen yang digunakan. Retensi protesa yang baik
dapat diperoleh dengan memperhatikan film thickness, semen yang digunakan
tidak boleh terlalu tebal karena lapisan semen yang tebal memiliki resiko
kerusakan bagian dalam yang lebih besar (Simanjuntak, E.R 2000)
2 Basis
Basis adalah lapisan semen yang ditempatkan di bawah restorasi permanen
untuk memacu perbaikan dari pulpa yang rusak dan melindunginya dari kerusakan.
Kerusakan itu bisa dari thermal shock bila gigi direstorasi dengan bahan logam dan
kerusakan karena iritasi kimia. Basis berfungsi menahan tekanan selama proses
kondensasi serta dapat bentuk yang structural bagi kavitas (Ricardo, R. 2004)
Penggunaan basis dengan tujuan sebagai insulator terhadap thermal shock
tidak dilakukan pada semua restorasi logam, hal ini tergantung pada kedalaman
kavitas atau ketebalan dentin yang tersisa (Clark J dalam Kadariani. 2001).
Kavitas yang dalam yaitu ketebalan yang tersisa kurang dari 1 mm merupakan
indikasi penggunaan basis, karena dentin yang tersisa tidak dapat bertindak sebagai
insulator panas. Kavitas yang sedang ketebalan dentin yang tersisa kurang dari 2
mm tetapi lebih dari 1 mm memerlukan basis sebagai insulator terhadap thermal
shock. Kavitas yang dangkal yaitu ketebalan yang tersisa 2 mm atau lebih di
antara lantai kavitas dan pulpa, tidak diperlukan bahan basis karea dentin yang
tersisa dapat memberikan insulator terhadap thermal shock (Clark J dalam Kadariani.
2001)
3 Liner dan Varnish
Liner adalah bahan yang ditempatkan sebagai lapisan yang tipis dan fungsi
utamanya adalah untuk memberikan penghalang bagi iritasi kimia,liner tidak berfungsi
untuk memberikan penghalan bagi iritasi kimia, liner tidak berfungsi sebagai insulator
terhadap thermal shock (Combe dalam Kadariani,2001). Varnish adalah resin alami
atau resin sintetik yang dilarutkan dalam pelarut seperti eter atau kloroform yang
dioleskan disekeliling kavitas. Pelarut menguap meninggalkan selapis tipis yang

berfungsi untuk mengurangi mikroleakage yang terjadi di sekeliling restorasi. Varnish


yang ditempatkan di bawah restorasi logam tidak efektif sebagai insolator panas
meskipun bahan varnish merupakan penghantar panas yang rendah (Craig dalam
Kadariani.2001. Cavity Varnish digunakan untuk menghalangi masukan iritan
dari semen atau bahan restorasi lain, dan untuk mengurangi penetrasi cairan
mulut pada interface restorasi dan gigi ke dalam dentin yang berada
dibawahnya. Bahan ini memiliki ikatan dengan struktur gigi dan tidak boleh
digunakan dengan semen adesif yang bertujuan untuk meningkatkan bond
strength ke gigi dan ke restorasi.

4. Pelindung Pulpa
Sebelum penempatan restorasi, pulpa mungkin telah mengalami iritasi atau
kerusakan dari berbagai sumber, misalnya karies dan pengeboran gigi. Lebih lanjut lagi,
sifat fisik dan kimia dari bahan restorasi permanen adalah sedemikian rupa sehingga
restorasi itu sendiri dapat menyebabkan iritasi atau memperparah kondisi yang sudah
ada. Restorasi logam, yang merupakan penghantar panas yang sangat baik, dapat
menimbulkan kepekaan panas, selama makan-minum panas atau dingin. Bahkan
restorasi lain, seperti semen yang mengandung asam fosofor, semen yang mengandung
asam, resin untuk penambalan langsung, dan pada beberapa kasus, semen ionomer kaca
dapat menimbulkan iritasi kimia. Selain itu, kebocoran antar-muka akibat kontraksi
pengerasan dari amalgam dan resin komposit juga dapat menimbulkan iritasi pulpa.

5. Penutup Fisure
Bahan fissure sealant yang sering digunakan adalah sealan semen ionomer kaca.
Semen ionomer kaca disarankan sebagai bahan ideal untuk menutup pit dan fisura
karena memiliki kemampuan melepas fluor dan melekat pada enamel
6. Penutup Saluran Akar
Semen zink Okside Eugenol biasa digunakan sebagai penutup saluran akar. Semen
OSE adalah salah satu bahan yang paling tidak mengiritasi dari semua bahan gigi karena
PH-nya mendekati 7

Referensi
Anusavice KJ. 2006.Philips science of dental material11thed. Missouri: Elsevier
Baum, Lloyd. 2012. Buku Ajar imlu Konservasi Gigi. Jakarta : EGC.
Combe,E. C. 1992. Sari Dental Material. Alih Bahasa : Slamat Tarigan. Jakarta : Balai Pustaka.
EGC
Phillips. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi 10th ed, Jakarta. EGC, 2003

Anda mungkin juga menyukai