Anda di halaman 1dari 7

PEDIATRIC ENDODONTIC- ENDODONTIC’S VIEW

DISUSUN OLEH

drg. ARLINDA ROZA


197802102010012007

UPT Bersifat Khusus Rumah Sakit Jiwa Tampan


Pada Dinas Kesehatan Provinsi Riau

Abstrak
Penyakit gigi mempengaruhi jaringan pulpa dan periapikal pada gigi
permanen dan gigi bercampur sebagai tantangan perawatan pada endodontic
karena variasi yang luas juga didasari factor-faktor seperti panjang gigi sulung,
struktur mahkota, dan bentuk saluran akar gigi dan anatomi gigi perlu dianalisa
secara kritis sebelum dilakukan perawatan. Beberapa tahun terakhir bahan-bahan
baru, peralatan dan instrument telah meningkat luas dan menyederhanakan
prosedur perawatan gigi endodontic.
Tujuan dari artikel ini adalah menyoroti teknik klinis dan pertimbangan
perawatan pada perawatan vital dan nonvital serta menekankan pada
penatalaksanaan kasus bedah.

Pendahuluan
Sejumlah faktor yang terlibat dalam perkembangan penyakit pulpa dan
periapikal pada gigi sulung dan permanen, dengan karies gigi sebagai faktor
utama. Meskipun factor-faktornya sama, penatalaksanaan klinis pada gigi
permanen dan sulung pada penyakit pulpa dan periapikal dapat berbeda. Ini dasar
utama pada perbedaan diantara 2 jenis gigi, panjang gigi, stuktur mahkota, bentuk
saluran akar dan anatomi akar (Hibbard & Ireland, 1957) menjadi bagian penting
untuk diperhitungkan dalam merencanakan perawatan (Table 1&2).
Diagnose penyakit pulpa terutama sulit pada pasien anak karena mereka
biasanya tidak dapat memberikan gejala yang akurat. Diagnose tergantung pada
riwayat dari anamnesa yang baik, pemeriksaan klinis dan radiologi dan tes
khusus. Menurut Camp (2008), gigi sulung dengan riwayat nyeri spontan tidak
harus menerima perawatan pulpa vital dan merupakan calon pulpektomi atau
pencabutan. Tes elektrik pulpa dan tes termal tidak dapat diandalkan pada gigi
sulung.Doppler Flowmetry sangat membantu dalam penentuan vitalitas (Evant et
al, 1999). Gambaran radiografi pada gigi sulung selalu dipersulit dengan adanya
gigi pengganti dan folikel disekitarnya, sehingga menghasilkan diagnose yang
tidak akurat. Perawatan gigi sulung dan permanen telah berubah secara bertahap




selama beberapa tahun terakhir, seperti bahan baru telah dikembangkan. Terapi
pada anak memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi dengan berkurangnya
ketidaknyamanan paskaoperasi. Karena pada tahap pembentukan pulpa, prosedur
pulpa vital menyembuhkan secara baik dengan penghubung dentin yang baik.
Disisi lain, resorbsi internal secara umumnya terjadi dari inflamasi pulpa pada
gigi sulung.

Terapi Pulpa
Indirect Pulp Capping
Perawatan pulp capping inderct sebagai prosedur yang paling sesuai untuk
perawatan gigi sulung dengan kedalaman karies dengan inflamasi reversible dan

gigi belum perforasi (Fuks, 2002). Ada bukti yang mendukung penggunaan salah
satu bahan pelapis untuk perawatan pulp capping indirect. Namun penelitian
terbaru menunjukan penggunaan Glass ionmer cement (Massara et al, 2002). Pulp
capping dengan resin komposit pada monyet menunjukan hasil yang rendah
insidensi mikrolek bakteri, inflamasi pulpa dan insidensi nekrosis pulpa ketika
dibandingan dengan kalsium hidroksida dan glass ionomer cement (Cox &
Suzuki, 1994).

Direct Pulp Capping


Pulp capping direct pada karies gigi sulung tidak dianjurkan sebagai
kesalahan perawatan yang mengakibatkan resorbsi internal/ dentoalveolar abses
akut. Pada kasus yang tidak sengaja terkena pulpa, bebas kontaminasi oral, bahan
kalsium hidroksida dapat digunakan sebagai pelindung pulpa vital (Fuks, 2005).
Saat ini, pulp capping direct masih terlihat pada beberapa perawatan gigi sulung.
Caicedo et al (2006). Menunjukan respon pulpa baik pada gigi sulung setelah
dilakukan pulp capping direct dan pulpotomi dengan MTA (mineral trioxide
aggregate) dan disimpulkan bahwa MTA menjadi bahan yang menguntungkan
untuk pulpcapping dan pulpotomi pada gigi sulung.

Pulpotomi
Teknik pulpotomi dan partial pulpektomi untuk devital gigi sudah
dikembangkan untuk menghindari kemungkinan masalah obturasi. Pulpotomi
masih perawatan umum untuk karies mencapai pulpa tanpa gejala pada molar
sulung pertama. Formokresol telah dikenal sebagai bahan pulpotomi pada gigi
sulung untuk 70 tahun terakhir ditemukan oleh sweet pada tahun1932 (Vij et al,
2004). Namun demikian beberapa penelitian melaporkan bahwa keberhasilan
klinis F C pulpotomi menurun seiring waktu dan respon histologist pulpa
“capricious”. Mulai dari peradangan pulpa sampai nekrosis pulpa (Rolling &
Thylsrup, 1975). Saat ini ada beberapa bahan dressing pulpa yang telah diusulkan
sama atau lebih baik dari formokresol dan bias digunakan sebagai alternative
pulpotomi pada gigi sulung. Ini termasuk elektrosurgery (Fishman. 1996), laser


(Elliot et al, 1999), kalsium hidrosida (Huth et al, 2005), Freeze dried bone
(Fadavi & Anderson, 1996), Bone-morpogenic protein (Nakasima, 1994),
osteogenik protein (Rutherford et al, 1993), Ferric Sulfate (Ibricevic & al Jame
2000), MTA (Fuks, 2008) dan sodium hipoklorit (Vargas et al, 2006).

Pulpektomi
Gigi sulung non vital dapat dipertahankan secara baik dengan dilakukan
perawatan pulpektomi. Pulpektomi dapat dilakukan kunjungan tunggal/ 2 kali
kunjungan. Akar molar sulung yang sangat melengkung dan pulpa yang datar dan
berliku liku dengan berbagai cabang dan saling berhubungan. Hal ini memerlukan
modifikasi pada prosedur biomekanik. Saluran akar dibersihkan dan dibentuk dan
kemudian diisi dengan pasta resorbabel (ZnO atau kalsium dihidroksida) atau
vitapek ( campuran kalsium dihidrosida dan iodoform) memiliki tingkat
keberhasilan tinggi dari kebiasaan penggunaan ZnO (100% vs 78,5% pada 16
bulan) dan membuang lebih mudah jika diektruksi melalui apek.

Perawatan untuk Gigi Permanen Muda


Apeksifikasi dan apekogenesis
Saat memberikan perawatan pada pasien dengan gigi bercampur dan
pasien muda, tentu alur klinis mungkin memerlukan interdisiplin konsultasi dan
intervensi seperti trauma injuri dan setiap kali gigi permanen membutuhkan
perawatan endodontic. Pulpa muda pada gigi permanen imatur lebih besar dari
fase matur. Gigi permanen imatur berbentuk corong foramen apical sering
disertai “blunderbuss” dinding aluran akar sangat tipis diawal erupsi gigi imatur
dengan lebih rapuh selama prosedur pembersihan dan pembentukan (Gambar 1)
Biasanya dinding dentin tipis pada penepatan obturasi saluran akar yang
besar gigi beresiko besar untuk fraktur akar sewaktu-waktu. Dalam, contoh tujuan
perawatan adalah untuk memaksimalkan perkembangan dan penutupan akar yang
dikenal dengan apikogenesis dan apeksifikasi dan meningkatkan pembentukan
langsung dentin akar. Gambar 1 menunjukan menunjukan kasus gigi 45 nonvital
dengan apek terbuka pada anak perempuan dewasa muda yang datang ke klinik



dengan keluhan gigi berlobang. Dalam kasus berikutnya saluran akar dibersihkan
dan Ca(OH)2 ditempatkan 1-2 mm di apek akar untuk mendorong pertumbuhan
atau memperbaiki akar (gambar 2). Penelitian terbaru menunjukan 3 bulan
perubahan Ca(OH)2 (Mackie; 1998). Karenanya Ca(OH)2 diganti setiap 3 bulan
dan disertai dengan foto rontgen yang dilakukan 1,3,6,9 bulan. Setelah pelindung
terbentuk jelas secara radiologi (gambar3) dan secara klinis, gigi telah reisolasi
dan terbuka untuk obturasi akhir saluran akar dengan gutta perca (gambar 4).

Adanya data saat ini, penggunaan MTA pada terapi pulpa vital
menunjukan sebagai bahan optimal dan lebih baik dari bahan yang biasa
digunakan Ca(OH)2. Memiliki kemampuan penyembuhan jangka panjang lebih
baik dan merangsang kualitas tinggi dan lebih besar jumlah pada reparative dentin
dan juga menunjukan tingkat keberhasilan yang tinggi (Witherspoon; 2008).

Jika upaya untuk menginduksi penutupan apek akar tidak berhasil dengan
saluran sinus persistensi. Dirujuk ke bedah. Dengan persetujuan dari orang tua,
prosedur dapat dilakukan dengan sedatif/ anestesi umum. Posedur pengisian
saluran akar lebih dulu diselesaikan sebelum tindakan bedah dimulai dan
pembuangan apical filling diikuti oleh penutupan ujung akar dengan MTA.
Kemajuan terbaru
Revaskularisasi pulpa dan steam cell memegang harapan baru untuk masa
depan dan dapat dianggap sebagai modalitas pengobatan baru untuk
penatalaksanaan gigi sulung dan gigi permanen muda (Branchs & Trope; 2004).

KESIMPULAN
Keberhasilan perawatan endodontic anak harus didasarkan pada 1.
Pembentukan kembali jaringan sehat periodontal; 2. Bebas dari resorbsi patologis
akar; 3. Pemeliharaan gigi sulung dengan bebas infeksi untuk menahan ruang
untuk eruspsi gigi permanen pengganti; 4. Pada kasus gigi permanen muda
memelihara jumlah maksimal jaringan noninflamasi pada jaringan pulpa untuk
meningkatkan apekogenesis dan pembentukan dentin akar. Dengan kepatuhan
terhadap prinsip pemilihan kasus dan teknik, perawatan pulpa anak adalah
kesehatan utama untuk anak. Modal dan bahan perawatan telah didiskusikan,
kejelasan subtansi dan kualifikasi yang membutuhkan pemberitahuan lebih lanjut
oleh penelitian selanjutnya. Tenaga medis harus menyadari bahwa rekomendasi
ini tidak mutlah dan akan terus dimodifikasi.

Anda mungkin juga menyukai