PENCABUTAN SEDERHANA
DISUSUN OLEH
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Melakukan pencabutan gigi merupakan hal yang biasa bagi seorang dokter
gigi. Pencabutan gigi bisa berhasil dilakukan, akan tetapi dapat juga mengalami
beberapa hal yang dialami pasien pasca pencabutan gigi, seperti perdarahan, rasa
sakit, edema dan dry socket. Dry socket merupakan komplikasi penyembuhan luka
dari pencabutan gigi yang paling sering terjadi. Hal ini dapat terjadi karena tidak
alveolar1,2.
Dry socket merupakan komplikasi setelah pencabutan gigi atau bedah minor.
Dry socket disebut juga alveolar osteitis, osteitis local, alveoalgia, alveolitis sicca
beberapa penyebab terjadinya dry socket, yaitu trauma selama pencabutan gigi dan
epinephrin atau bahan vasokonstriktor yang berlebihan. Selain itu, penyebab dry
socket adalah terjadinya infeksi pada soket gigi setelah pencabutan gigi, adanya
tulang yang tajam, hilangnya blood clot, merokok dan melakukan irigasi yang tidak
tulang alveolar. Pencabutan gigi paling banyak dilakukan karena karies, selain karies
ada penyakit periodontal, supernumerary teeth, gigi impaksi, gigi yang sudah tidak
dapat lagi dilakukan perawatan endodontik, gigi yang terlibat kista dan tumor, gigi
yang terlibat fraktur rahang. Tindakan pencabutan gigi dapat dilakukan juga pada gigi
2. Tujuan
3. Manfaat
dalam perawatan pasca pencabutan gigi sebagai bentuk upaya yang efektif untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
dengan tang pencabutan, atau secara transalveolar. Pencabutan ataupun dengan secara
pembedahan melibatkan jaringan keras dan jaringan lunak dari rongga mulut, akses
yang dibatasi oleh bibir dan pipi, serta hubungan gerakan lidah dan rahang. Definisi
pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan tanpa rasa sakit dengan gigi utuh dan
trauma minimal terhadap jaringan pendukung gigi, sehingga bekas pencabutan dapat
sembuh dengan sempurna dan tidak terdapat masalah prostetik di masa mendatang1,5.
2.1.2 Indikasi
1. Gigi yang sudah karies dan tidak dapat diselamatkan dengan perawatan
apapun.
2. Pulpitis atau gigi dengan pulpa non-vital yang harus dicabut jika perawatan
tulang alveolar yang normal atau ekstensi poket ke bifurkasi akar gigi bagian
posterior atau mobilitas yang jelas berarti pencabutan gigi tidak bias dihindari
lagi.
5. Gigi pecah atau patah. Dimana garis pecah setengah mahkota dari akar.
6. Rahang pecah. Jika garis gigi peca mungkin harus dilakukan pencabutan
8. Supernumerary teeth
9. Gigi yang merusak jaringan lunak, jika pengobatan atau terapi lainnya tidak
10. Salah tempat dan dampaknya. Harus dilakukan pencabutan ketika gigi
12. Gigi impaksi dan gigi non erupsi (tidak semua gigi impaksi dan non erupsi
dicabut)
13. Gigi utama yang tertahan apabila gigi permanen telah ada dan dalam posisi
normal.
14. Persiapan radioterapi. Sebelum radiasi tumor oral, gigi yang tidak sehat
2.1.3 Kontraindikasi
2.2.1 Definisi
Dry socket merupakan komplikasi umum setelah pencabutan gigi pada hari
kedua dan ketiga, dengan keluhan rasa sakit yang sangat mengganggu penderita dan
dapat berlanjut menjadi komplikasi yang lebih serius. Terbukanya dinding soket
disebabkan adanya gangguan pembentukan bekuan darah normal yang terjadi pada
tahap proliferasi dari jaringan granulasi dan pembentukan jaringan osteoid sehingga
oleh invasi mikroba pada soket, penghalang pelindung alami terhadap invasi adalah
Dry socket ini juga dikenal dengan nama lain alveolar osteitis, localized
2.2.2 Etiologi
Etiologi dry socket merupakan multifaktorial dan masih belum jelas diketahui,
tetapi terdapat beberapa faktor predisposisi. Etiologi yang diketahui adalah terjadinya
darah terhalang ke tulang dan daerah pencabutan sehingga bekuan darah sulit
terbentuk, obat-obatan sistemik, aktivator cairan tubuh, aktivator jaringan dan bakteri
yang menghasilkan rasa nyeri, bau mulut, dan rasa tidak enak.
Dry socket biasanya akan muncul pada hari ke 3-5 sesudah tindakan bedah
atau pencabutan gigi. Keluhan utamanya adalah timbulnya rasa sakit yang hebat.
Pada pemeriksaan terlihat alveolus terekspos dan sensitive, terselimuti kotoran dan
warna menjadi kemerahan.). Menurut Pedlar, dkk (2001), akan terlihat adanya sisa
clot yang berwarna abu-abu, mukosa sekitar dan alveolus akan berwarna merah dan
timbulnya rasa empuk pada gigi disebelahnya jika dilakukan penekanan. Biasanya
jika hal ini terjadi pasien akan merasa bahwa telah terjadi salah pencabutan gigi
karena akan muncul rasa sakit pada gigi sebelahnya. Selain itu juga akan timbul bau
secara umum, hanya saja ada sedikit karakteristik khusus karena melibatkan tulang
lapisan fibrin.
total akan selesai 4-6 bulan setelah pencabutan. Dan apabila pada
soket.
soket.
0 hari Penghentian perdarahan, pembekuan darah, 2-3 hari bekuan darah menjadi
jaringan granulasi, 7 hari Jaringan granulasi menjadi jaringan ikat jaringan Epitel
osteoid
20 hari Jaringan ikat epitel osteoid (mineralisasi), 40 hari belum terbentu Jaringan
Epitel tulang ikat, 2 bulan belum menghasilkan tulang
2.2.5 Patofisiologi
Dry Socket terjadi karena tingkat dari aktifitas dari fibrinolisis yang tinggi
pada daerah sekitar bekas pencabutan gigi karena adanya infeksi, inflamasi pada
daerah tulang tersebut. Pelepasan beberapa aktivator atau kinase seperti Bradykinin
dan Kininogen yang diaktivasi oleh beberapa rangsangan. Rangsangan itu dapat
berasal dari cairan tubuh atau timbul pada Plasma Precursor yang mana merupakan
seperti : mukosa, periosteum dan bone marrow, lalu Plasminogen berubah menjadi
Plasmin oleh karena aktivator, hingga akhirnya Plasmin ini membuat Fibrin menjadi
pecah dan terjadi Dry Socket. Menurut hasil studi yang ada, menunjukkan bahwa
bakteri anaerob Treponema Denticola yang merupakan habitat normal dalam rongga
mulut dapat merangsang aktivitas fibrinolitik karena kerja enzymnya seperti kerja
Plasmin yang dapat memecahkan bekuan darah yang pada akhirnya dapat terjadi Dry
Socket, organisme ini tidak menghasilkan pus, pembengkakan atau warna yang lebih
merah tetapi ketika terinfeksi bakteri anaerob yang lain akan menghasilkan bau busuk
dan rasa yang tidak enak. Menurut penelitian pada pemeriksaan kultur pada socket
yang terjadi Dry Socket menunjukkan infeksi campuran, dan bakteri Fusiform Bacilli
seringkali ditemukan.
yang sulit dan trauma pada saat pencabutan. Dry socket lebih sering terjadi pada
pencabutan gigi molar terutama pada molar ketiga mandibula. Trauma bedah
bekuan fibrin sehingga menghasilkan soket yang kering dan rasa nyeri.4,11,
2. Usia
masa kecil dan insiden yang meningkat pada usia yang berkelanjutan. Penelitian
Khitab U (2012) mengemukakan bahwa 2,2% pada kelompok usia 11-20 tahun,
22,2% pada kelompok usia 21-30 tahun, 36,6% pada usia kelompok 31-40 tahun,
16,7% pada kelompok usia 41-50%, 13,4% pada kelompok usia 51-60 tahun, dan
8,9% pada kelompok usia lanjut. Banyaknya terjadi pada usia 31-40 tahun
3. Jenis kelamin
4. Kebiasaan merokok
signifikan dengan terjadinya dry socket. Hal ini dikarenakan masuknya benda
pembekuan darah yang terjadi. Bahan dasar rokok adalah tembakau, yang
mengandung tar, nikotin, dan karbon monoksida (CO). Pasca pencabutan gigi,
fibrinolitik yang menurun dan augmentasi daya lekat platelet. Selain nikotin,
aliran darah. Serta pada hidrogen sianida juga telah diketahui merupakan
komponen dalam rokok yang dapat merusak metabolisme oksigen seluler dan
waktu yang lama, sehingga kemungkinan memicu terjadinya dry socket. Hal ini
disebabkan tulang mandibula yang padat dan vaskularisasi nya lebih sedikit dari
pada maksila sehingga pencabutan gigi geligi mandibula biasanya lebih sulit
dibandingkan gigi geligi maksila dan gaya berat menyebabkan soket pada
Ada beberapa hal yang dapat mencegah terjadinya dry socket adalah :
seperti terjadinya dry socket. Hal ini terjadi karena pada dinding alveolus
memberikan obat-obatan.2,3
penting, seperti skapel, elevator, tang, dan jarum jahit dapat berpotensi
jaringan lunak, tulang, darah, dan saliva. Jika pada saat melakukan
tindakan alat tersebut dalam keadaan tidak steril kemungkinan akan terjadi
dan saliva pada daerah pencabutan gigi. Oleh karena itu, sebaiknya alat-
pencabutan gigi.2,3,15
menghasilkan daerah kerja yang darahnya sedikit dan anastesi yang lama.
alveolus tidak kering dan tidak menimbulkan rasa nyeri yang hebat pasca
pencabutan.15
5. Penggunaan antibiotik
terinfeksi dan terkontaminasi baik yang ada di rongga mulut maupun dari
6. Penggunaan klorheksidin
0,2% dapat mencegah gangguan bakteri dari membran sel serta efektif
melawan berbagai bakteri gram (-) dan gram (+) yang dapat
membersihkan sisa jaringan nekrotik pada soket bekas pencabutan gigi. Soket
tidak boleh di kuretase sampai ke tulang bagian dalam, karena dapat mengenai
tulang yang terbuka dan meningkatkan rasa sakit pada pasien. Soket yang
diirigasi dengan larutan saline sebaiknya disedot dengan hati-hati agar bagian
3. Letakkan alvogyl pada soket bekas pencabutan gigi. Kandungan alvogyl yaitu
dapat memberikan anastesi moderate yang efektif. Penggunaan obat lain yaitu
meletakkan kasa yang telah diberi iodoform dimasukkan ke dalam soket bekas
pencabutan gigi. Kandungan pada obat tersebut eugenol atau benzokain yang
4. Kasa diganti setiap hari untuk 3-6 hari ke depan, tergantung keparahan rasa
sakit oleh pasien. Untuk penggantian kasa sebaiknya diirigasi terlebih dahulu
5. Jika rasa sakit pasien sudah berkurang, kasa dapat dilepas karena apabila kasa
diletakkan terlalu lama pada soket akan bertindak sebagai benda asing dan
mulut dan pemberian obat non steroid anti inflamasi (NSAID) analgesik, jika
daya tahan tubuh pasien seperti vitamin C. Vitamin C dapat menjaga dan
meningkatkan sistem imun tubuh, vitamin C juga suatu benteng pertahanan tubuh
yang memiliki tugas menghalangi serta memusnahkan virus dan bakteri yang
membahayakan tubuh.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Adalah tugas dokter gigi untuk melakukan setiap tindakan secara tepat, benar, teliti
mencegah segalanya secara sempurna tetapi insiden dan efeknya dapat dikurangi
dimulai dari anamnesa yang cermat, diagnosis yang tepat, benar dengan mengacu
standart medis) untuk tindakan operasi harus dipersiapkan sebelum tindakan operasi
2. Saran
Komplikasi pasca operasi hanya dapat didiagnosis segera setelah tindakan dan
harus dapat diatasi secepatnya secara efektif setelah penyebabnya diketahui pasti.
Oleh karena itulah maka seorang dokter gigi harus memiliki kemampuan yang terlatih
tindakan yang efektif, tepat, dan cepat guna mengantisipasi timbulnya keadaan yang
DAFTAR PUSTAKA
1. Pedersen GW. Buku ajar praktis bedah mulut. Alih bahasa: Purwanto, Basoeseno.
3. Sabur J.J, B.D.S. The effect chlorhexidine mouth washed on the incidence of dry
socket following teeth extraction. J bagh college dentistry 2011 ; vol 23(2): 84-86.
the “dry socket” syndrome comprehensive riview of the literature. Int J Dent
2009;107:30-35.
Limited,2008:328-30.
6. Navas R, Mendoza M. Case report: Late complicatoin of dry socket treatment. Int
JDent 2010.
9. Mohammad H, Abu MH, Abu RO. Dry socket: Clinical picture, and risk factor in
Iranian dental center: incidence and risk factors. JDMT 2013; vol 2(3):86-91.
dry socket ( alveolar osteotis ). Pakistan oral and dental jurnal 2010;30(2): 323-6.
12. Budiharto. Pengantar ilmu perilaku kesehatan dan pendidikan kesehatan gigi.
127-132.
14. Notoatmodjo S. Kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Jakarta: Rineka Cipta,
2007: 143-9.
removal of lower third molar. Pakistan oral & dental journal 2013;vol:33(2): 244
48.