Anda di halaman 1dari 9

BEDAH TRANSALVEOLAR PADA GIGI DENGAN POLIP PULPA

Bayu Vava Violeta1,2,Bambang Tri Hartomo1.2,


1
Jurusan Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Jenderal Soedirman,Purwokerto, Jawa Tengah
2
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Unsoed, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah
Email Korespondensi: bambang.hartomo@unsoed.ac.id

ABSTRAK
Pendahuluan: Perawatan Ekstraksi gigi pada praktek kedokteran gigi dapat dilakukan karena adanya berbagai
penyebab, diantaranya karies. Polip pulpa atau disebut juga sebagai pulpitis hiperplastik kronis bentuk lain
dari pulpitis irreversible pada pulpa yang terinflamasi secara kronis sehingga jaringan pulpa muncul ke
permukaan oklusal. Perawatan pada kasus pulpa polip sangat beragam tergantung dari dinding mahkota gigi
ang masih tersisa. Perawatan yang biasa dilakukan pada pasien pulpa poli adalah root canal treatment (RCT),
pulpotomi hingga pencabutan. Metode pencabutan trans alveolar dilakukan dengan terlebih dahulu mengambil
sebagian tulang penyangga gigi. Tujuan: Mengetahui tatalaksana perawatan pencabutan pulpa polip dengan
metode pembedahan trans alveolar, indikasi dan kontraindikasi bedah trans alveolar serta mengetahui
pemilihan medikamentosa yang tepat pada kasus pencabutan dengan pembedahan trans alveolar pada gigi
yang mengalami pulpa polip. Pembahasan: Pulpitis hiperplastik kronis atau polip pulpa adalah suatu kondisi
patologis yang menyerang jaringan pulpa vital sehingga mengalami suatu radang kronis sebagai respon
pertahanan dari tubuh pada jaringan pulpa terhadap infeksi bakteri. Istilah pemakaian terminologi pulpitis
hiperplastik kronis terjadi karena terjadi granulasi pada jaringan pulpa yang terselimuti oleh jaringan epitel
akibat infeksi kronis. Penatalaksanaan kasus polip pulpa yang sudah tidak bisa dilakukan restorasi adalah
mencabutnya. Tindakan pencabutan merupakan tindakan terakhir yang bisa dilakukan jika tindakan restorasi
tidak bisa mengeliminasi sumber infeksi. Tindakan pencabutan trans alveolar pada gigi yang terletak di rahang
bawah diawali dengan tindakan asepsis dan anestesi dan pembuangan jaringan polipoid. Simpulan: Pada
beberapa kasus terutama pada gigi yang sudah rapuh, pencabutan dengan metode intra alveolar sering kali
mengalami kegagalan sehingga perlu dilakukan pencabutan dengan metode trans alveolar. Penatalaksanaan
pencabutan dengan pulpa polip meliputi penghilangan jaringan polipoid terlebih dahulu sebelum dilakukan
pencabutan. Pemberian terapi medikamentosa antibiotik amoksisilin 500mg selama 5 hari, paracetamol
selama 5 hari dan dexamethasone selama 3 hari dapat mengontrol rasa sakit pasien dan membantu proses
penyembuhan dengan cepat.
Kata Kunci: polip pulpa, trans alveolar

1
PENDAHULUAN tumbuh. Pulpotomi adalah teknik perawatan pulpa
Perawatan Ekstraksi gigi pada praktek yang paling sering digunakan untuk perawatan
kedokteran gigi dapat dilakukan karena adanya karies luas tetapi tanpa kondisi patologis di area
berbagai penyebab, diantaranya karies. Karies radikuler pada gigi sulung. Pulpotomi terdiri dari
merupakan penyakit jaringan keras gigi yang dapat pembuangan pulpa bagian koronal dan memperbaiki
dimulai dari adanya kerusakan jaringan permukaan pulpa radikuler dengan medikamen.3
gigi (pit, fissure dan interproksimal) yang meluas Perawatan pencabutan merupakan terapi
kearah dentin dan pulpa. Terinfeksinya jaringan akhir yang bisa dilakukan jika gigi sudah tidak dapat
saraf gigi dapat menyebabkan terjadinya pulpitis dipertahankan. Pencabutan gigi merupakan salah
atau peradangan pada jaringan pulpa. Infeksi satu terapi dalam bidang kedokteran gigi yang
jaringan pulpa dapat meluas ke daerah periapikal membantu menghilangkan sumber infeksi. Namun
melewati foramen apikal dan menyebabkan demikian penatalaksaan pencabutan yang tidak
timbulnya lesi pada daerah periapikal. Karies yang tepat dapat mengakibatkan kegagalan sehingga
tidak dirawat dapat mengakibatkan kehilangan dapat menjadi infeksi sekunder, menyebabkan
struktur gigi seperti mahkota sehingga akan terjadinya kerusakan tulang alveolar serta terjadinya
menyisakan sisa akar yang sering disebut radiks trauma psikologis. Pada beberapa kasus terutama
dentis (retained dental root). Radiks dentis biasanya pencabutan dengan metode intra alveolar sering kali
asimptomatis tetapi dibeberapa kasus dapat mengalami kegagalan sehingga perlu dilakukan
menyebabkan eksaserbasi akut akibat infeksi pencabutan dengan metode trans alveolar. Metode
sekunder yang mengakibatkan timbulnya rasa sakit. pencabutan trans alveolar dilakukan dengan terlebih
Beberapa lesi periapikal yang sering terjadi di dahulu mengambil sebagian tulang penyangga gigi.
antaranya adalah, granuloma periapikal, kista Selain pada kasus gigi dengan pulpa polip dengan
radikular dan polip pulpa.1 dinding mahkota yang rapuh, metode ini juga
Polip pulpa atau disebut juga sebagai digunakan pada kasus-kasus seperti : gigi yang
pulpitis hiperplastik kronis bentuk lain dari pulpitis mengalami hypersementosis atau ankylosis, gigi
irreversible pada pulpa yang terinflamasi secara yang mengalami germinasi atau gigi rapuh yang
kronis sehingga jaringan pulpa muncul ke tidak dapat dipegang dengan tang atau dikeluarkan
permukaan oklusal. Polip pulpa merupakan jaringan dengan bein, terutama sisa akar yang berhubungan
granulasi yang terdiri dari serat dan jaringan ikat dengan sinus maxillaris.4
yang banyak. Seseorang yang mengalami Polip
pulpa biasanya disertai tanda klinis seperti nyeri Ekstraksi Gigi
spontan dan nyeri yang menetap pada stimulus
termal. Kondisi sensitif pada stimulus termal ini Lesi pada rongga mulut dapat menjadi suatu
dikarenakan kondisi pulpa polip masih vital dan penyebab dari adanya penyakit sistemik. Namun
banyak serabut saraf dan pembuluh darah sehingga demikian, Infeksi yang dihasilkan dapat pula
pulpa masih merespon stimulus dengan baik.2 dijadikan penyebab oleh faktor lokal seperti trauma.
Perawatan pada kasus pulpa polip sangat Terdapat banyak trauma yang dapat menyebabkan
beragam tergantung dari dinding mahkota gigi ang ulkus yaitu trauma mekanik, Ektraksi gigi adalah
masih tersisa. Perawatan yang biasa dilakukan pada salah satu perawatan dalam ilmu bedah mulut pada
pasien pulpa polip root adalah canal treatment bidang kedokteran gigi yang menyangkut
(RCT), pulpotomi hingga pencabutan. Berbagai pencabutan gigi pada soket gigi di tulang alveolar.
perawatan dapat dilakukan pada kasus pulpa polip, Ekstraksi gigi harus mengambil semua bagian gigi
namun dilakukan berdasarkan pertimbangan baik mahkota atau akar gigi dengan trauma dan
operator / dokter gigi dalam penentuan prognosis nyeri seminimal mungkin. Semua pencabutan gigi
kasus. Terapi RCT dapat dilakukan pada kasus harus didahului dengan anestesi lokal, sehingga
pulpa polip baik yang disertai adanya lesi periapikal dapat membuat pasien merasa nyaman selama
maupun tanpa disertai adanya lesi periapikal. Selain proses pencabutan berlangsung. Pencabutan gigi
itu, terapi RCT dapat dilakukan jika dinding yang diindikasikan sebagai tindakan yang dipilih untuk
tersisa masih kuat untuk menahan bahan restorasi. mencegah kondisi patologis lebih meluas. 5
Perawatan pulpotomi pada kasus pulpa polip Indikasi dari pencabutan gigi antara lain
biasanya dilakukan pada gigi anak-anak dengan karies yang menyisakan akar, nekrosis pulpa yang
kasus benih gigi pengganti dewasa masih lama sudah tidak mungkin dilakukan perawatan saluran

2
akar, penyakit periodontal yang menyebabkan dikeluarkan dari soket. Separasi merupakan sebuah
kegoyangan pada gigi, gigi yang dicabut untuk teknik untuk memisahkan gigi menjadi dua segmen
menunjang keberhasilan perawatan ortodontik, gigi dan dilakukan pada gigi dengan lesi karies telah
yang mengalami malposisi sehingga mengakibatkan meluas sampai ke daerah bifurkasi. 8
timbulnya lesi seperti seperti traumatik ulser, gigi Teknik pengambilan gigi dibagi menjadi 2
yang mengalami fraktur vertikal, pra-prostetik yaitu pengambilan secara intoto (dalam keadaan
ekstraksi, gigi impaksi dan mengganggu kesehatan utuh) dan pengambilan secara separasi. Teknik
pasien, gigi yang mengalami anomali berupa pengambilan dengan teknik intoto adalah dengan
supernumerary sehingga mengganggu kondisi cara membuang tulang yang menghalangi dan cara
kesehatan rongga mulut pasien, gigi yang terkait ini membutuhkan pengambilan tulang yang lebih
dengan lesi patologis,pasien yang mengalami terapi banyak dan menimbulkan trauma yang lebih besar,
pra-radiasi dan untuk kepentingan estetik. Gigi tidak tetapi pengebor tulang lebih mudah dari pada
dapat dicabut jika mengalami kondisi adanya pengebor gigi. Sedangkan pengambilan secara
jaringan periapikal yang memiliki sifat patologis, inseparasi, gigi yang terpendam dibelah dan
perikoronitis akut, pasien menderita penyakit dikeluarkan sebagian-sebagian.9
sistemik seperti penyakit diabetes mellitus yang
tidak terkontrol, penyakit kelainan jantung, Manajemen pencabutan gigi yang megalami polip
dyscrasias darah, anemia, hemofilik dan pasien pulpa dengan pembedahan trans alveolar
dengan gangguan perdarahan, hipertensi dan ibu
Pulpitis hiperplastik kronis atau polip pulpa
hamil trimester 1 dan 3.6
adalah suatu kondisi patologis yang menyerang
Pencabutan intra alveolar merupakan
jaringan pulpa vital sehingga mengalami suatu
metode pencabutan gigi atau akar gigi dengan
radang kronis sebagai respon pertahanan dari tubuh
menggunakan tang atau bein atau dengan kedua
pada jaringan pulpa terhadap infeksi bakteri. Pulpa
alat tersebut. Metode ini sering juga di sebut forceps
yang terinfeksi membentuk jaringan granulasi
extraction dan merupakan metode yang biasa dimana jaringan ini hanya pada pulpa muda yang
dilakukan pada sebagian besar kasus pencabutan
terinfeksi dengan kavitas yang besar. Kondisi
gigi. Pada beberapa kasus terutama kondisi gigi
vaskularisasi pulpa yang baik membuat proses
yang mengalami impaksi, pencabutan dengan
granulasi menjadi lebih berkembang dibandingkan
metode intra alveolar sering kali mengalami
dengan pulpa dengan vaskularisasi tidak baik.Istilah
kegagalan sehingga perlu dilakukan pencabutan
pemakaian terminologi pulpitis hiperplastik kronis
dengan metode trans alveolar. Pencabutan gigi
terjadi karena terjadi granulasi pada jaringan pulpa
dengan menggunakan teknik trans alveolar
yang terselimuti oleh jaringan epitel akibat infeksi
merupakan indikasi dari pencabutan untuk gigi yang
kronis. Polip pulpa biasanya terjadi pada pasien
sudah rapuh dan akar yang terpendam. Metode
yang masih remaja, hal ini dikarenakan pulpa pada
pencabutan ini dilakukan dengan terlebih dahulu
pasien remaja mempunyai pembuluh darah yang
mengambil sebagian tulang penyangga gigi.
baik. Perforasi pada atap pulpa menyebabkan
Perencanaan dalam setiap tahap dari pencabutan
terbukanya jaringan pulpa dan masuknya bakteri
gigi dengan metode pembedahan trans alveolar
yang dapat menimbulkan inflamasi kronis. 2
harus dibuat secermat mungkin untuk menghindari
kemungkinan terjadinya komplikasi paska Patofisiologi dari pulpa polip adalah dimulai
pencabutan. Setiap kasus yang ditangani dari terbukanya kamar pulpa oleh karena karies
membutuhkan perencanaan yang berbeda yang kronis dan progresif yang menyebabkan gigi
disesuaikan dengan kondisi masing – masing menjadi non vital. Kamar pulpa yang terbuka
pasien.7 mengakibatkan terjadinya proliferasi jaringan
Secara garis besar, komponen penting sehingga terjadi aktivasi sel pulpa yang dilindungi
dalam pencabutan dengan pembedahan trans oleh sel epitel yang bertumbuh menutupi permukaan
alveolar adalah bentuk flap mukoperiostal, cara yang dan membentuk lobus – lobus yang terinflamasi.
digunakan untuk mengeluarkan gigi atau akar gigi Polip pulpa sering kali terjadi pada kavitas besar
dari soketnya, serta seberapa banyak pengambilan yang terbuka, pulpa muda yang resisten dan
tulang yang diperlukan. Separasi gigi dapat stimulus tingkat rendah yang kronis, sehingga iritasi
dilakukan ketika melakukan pembedahan secara mekanis yang disebabkan karena pengunyahan dan
trans alveolar agar gigi lebih mudah untuk infeksi bakterial sering menjadi penyebab utama

3
terjadinya pulpa polip. Pulpa polip dapat disebabkan
oleh iritasi mekanis dan invasi bakteri kedalam
kamar pulpa, karies kronis, trauma pada gigi
sehingga menyebabkan gigi fraktur dan karies
sekunder pada kebocoran tepi bahan restorasi. 10
Pulpa yang mengalami pulpitis kronis mulai
membuat mekanisme pertahanan dengan
membentuk jaringan granulasi dari jaringan pulpa Tabel 1. Perbedaan gingival polip dan pulpa polip.13
yang kaya akan pembuluh darah. Pembuluh darah Perawatan pada kasus pulpa polip sangat
yang mengalami granulasi ini akan diselimuti oleh beragam tergantung dari dinding mahkota gigi yang
epitel. Warna merah yang khas pada pulpa polip masih tersisa. Perawatan yang biasa dilakukan pada
dikarenakan adanya proliferasi dari pembuluh darah. pasien pulpa polip root canal treatment (RCT),
Hal ini menimbulkan polip mudah sekali berdarah. pulpotomi hingga pencabutan. Penatalaksanaan
Polip umumnya asimptomatik tetapi rasa sakit dapat kasus polip pulpa yang sudah tidak bisa dilakukan
timbul dikarenakan karena proses mastikasi, restorasi adalah mencabutnya. Tindakan
rangsangan panas dan elektris. Secara klinis polip pencabutan merupakan tindakan terakhir yang bisa
pulpa terlihat sebagai massa yang terdapat pada dilakukan jika tindakan restorasi tidak bisa
kavitas gigi menyerupai gingiva berwarna merah mengeliminasi sumber infeksi. Tindakan pencabutan
muda sampai kemerahan, berbentuk lobus-lobus, trans alveolar pada gigi yang terletak di rahang
lesi single juga multiple dan menonjol dari kamar bawah diawali dengan tindakan asepsis dan
pulpa, meliputi rongga terbuka pada gigi posterior anestesi dan pembuangan jaringan polipoid. Asepsis
yang telah lama mengalami karies yang dalam dan dilakukan dengan menggunakan povidon iodin baru
kronis.11 dilanjutkan dengan anestesi menggunakan teknik
blok fisher karena lebih efektif dan mempunyai
durasi yang panjang sehingga operator lebih
nyaman dalam bekerja. Area kerja yang teranastesi
dalam penggunaan teknik blok fisher adalah area
Gigi mandibula setengah quadran, mukoperiosteum
bukal dan membran mukosa pada daerah
penyuntikan, dua pertiga anterior lidah dan dasar
mulut, jaringan lunak lingual dan periosteum, korpus
mandibular dan bagian bawah ramus serta kulit
Gambar 1. Pulpa Polip.12 diatas zigoma, bagian posterior pipi dan region
temporal. Fase awal dalam perawatan pencabutan
trans alveolar disertai polip pulpa adalah melakukan
Penampakan klinis lesi pulpa polip berbeda
tindakan asepsis dan anestesi terlebih dahulu pada
dibandingkan dengan gingival polip. Perbedaan ini
area kerja dengan menggunakan teknik anestesi
dapat menjadi acuan dalam penegakan diagnosis
blok fisher dan teknik anestesi intrapulpal. Setelah
dan menentukan perawatan yang akan dipilih.
pulpa sudah tidak merespon rangsang maka
Perbedaan yang paling dapat dilihat adalah dari
pembuangan jaringan polipoid dapat dimulai.
warna lesi, lesi pulpa polip berwarna lebih merah
Pembuangan jaringan polipoid bertujuan agar
dibandingkan dengan jaringan sekitar hal ini
proses pengambilan gigi tidak terhambat oleh
dikarenakan banyaknya kapiler darah dalam lesi.
jaringan yang mengalami polip pulpa. Pengambilan
Permukaan yang tidak rata dan biasanya jaringan
jaringan dapat dilakukan dengan menggunakan
pulpa berasal dari karies profunda yang terdapat
gunting bedah, kuret periodontal dan ekskavator.
pada kamar pulpa. Berikut merupakan perbedaan
Pendarahan pada polip dapat dikendalikan dengan
antara pulpa polip dan gingival polip dapat dilihat
dilakukan kompresi menggunakan tampon yang
pada table 1 berikut:
telah direndam dalam epinefrin. Epinefrin
mempunyai efek vasokonstriktor sehingga dapat
menyebabkan penyempitan pembuluh darah perifer
dan mengkontrol laju rembes dalam darah.
Pembuatan insisi pada rahang atas lebih mudah

4
diaplikasikan karena lebih sedikit resiko terjadi
kerusakan hal ini dikarenakan pada rahang atas
Gambar 2. Flap mukoperiosteal.15
tidak ada pembuluh darah besar atau nervus yang
Pengurangan tulang dilakukan dengan
melalui sebelah gigi. Prosedur insisi standar harus
menggunakan bur tapered dengan menggunakan
dimodifikasi sesuai dengan kasus yang ada dimana
air, air dapat membantu mendinginkan tulang yang
fistula, luka insisi, kerusakan membrane mukosa,
terkena bur. Selain itu Pengambilan tulang tidak
jaringan parut dan insisi untuk gigi yang tidak
dengan bur high speed karena dapat menimbulkan
dioperasi harus benar-benar dipertimbangkan. 13
panas yang berlebihan sehingga dapat
mengakibatkan nekrosis jaringan keras. Langkah
Pengambilan pulpa polip harus menyeluruh
selanjutnya adalah membuang tulang yg menutupi
dalam satu kali kunjungan. Penatalaksanaan gigi
mahkota gigi dan bagian distal kemudian tulang di
dengan kondisi sisa akar harus memperhatikan
bagian bukal mahkota gigi dibuang juga hingga
kemungkinan terjadi kelainan pada periapikal yang
bagian servikal., buang tulang yg menutupi mahkota
terjadi pada gigi. Akar yang terpendam akan lebih
gigi dan bagian distal kemudian tulang di bagian
mudah untuk di ekstraksi dengan pengurangan
bukal mahkota gigi dibuang juga hingga bagian
tulang sehingga dapat meminimalisir terjadinya
servikal. Gigi dipotong secara vertikal dengan
trauma. Pencabutan teknik trans alveolar pada akar
menggunakan bur tapered, separasi mahkota gigi
yang terpendam meminimalisir terjadinya fraktur
hingga ke bifurkasi. Setelah gigi dapat diseparasi
pada gigi, kerusakan tulang alveolar dan gingiva
menjadi bagian mesial & distal, buat takik dengan
yang lebih parah.14
bur pada daerah servikal gigi bagian distal,
Dalam pencabutan trans alveolar multak
kemudian dgn menggunakan cryer ungkit gigi
memerlukan metode flap. Flap dibedakan menjadi 2
bagian distal hingga keluar dari soket. 14
menurut ketebalannya yaitu metode partial thickness
flap dan full thickness. Flap full thickness terdiri atas Langkah berikutnya adalah melakukan
gingival, mukosa, submukosa, dan periosteum. Flap debridement daerah kerja dengan larutan fisiologis
ini dibuat dengan cara memisahkan jaringan lunak dan dan povidon iodine kemudian dilakukan
dari tulang dengan pemotongan tumpul. Teknik penjahitan pada area buccal flap. Teknik dilakukan
pembukaan flap dapat dilakukan dengan langkah dengan suturing menggunakan metode simple
membuat insisi serong ke dalam ( internal bevel), interrupted. Setelah tindakan selesai pasien
dari dekat tepi gingiva ke arah puncak tulang dimedikasi dengan peresepan analgesik berupa
alveolar, dengan mempertahankan gingiva paracetamol 500mg selama 3 hari dan antibiotik
berkeratin sebanyak mungkin. Mata pisau No.11, amoxicillin 500mg selama 5 hari dan
12b, 15 atau 15c biasa digunakan untuk membuat dexamethasone 0.5 mg 3 hari 2 kali sehari dan
insisi awal ini. Pisau No.11 atau 15c dengan tangkai paracetamol 500 mg selama 5 hari sebanyak 3 kali
yang telah dimodifikasi dapat digunakan dengan sehari. Selanjutnya pasien kontrol 1 minggu
baik untuk membuat insisi di daerah lingual atau kemudian jika diperlukan.16
palatal. Insisi awal ini sebaiknya diperluas ke
sekeliling leher gigi dan daerah interproksimal untuk KASUS
mempertahankan tinggi jaringan papilla interdental Seorang pasien wanita berusia 31 tahun
untuk penjahitan. Kemudian jaringan dipisahkan dari datang ingin mencabut gigi belakang bawah kiri
tulang dengan elevator periosteal (rasparatorium) yang berlubang besar dan terlihat adanya daging
atau chisel (blunt dissection), agar flap dapat dibuka diatasnya, dan tidak terasa sakit. Secara inspeksi
dan mudah digerakkan, serta memberi akses yang terlihat gigi 37 menyisakan mahkota 1/3 apikal dan
cukup ke struktur–struktur di bawahnya, seperti tampak adanya pulpa polip pada bagian oklusal.
puncak tulang, daerah cacat tulang, sementum Perkusi (-), palpasi (-), vitalitas (+), mobilitas derajat
nekrotik.14 1. Tekanan darah 120/80 mmHg, respirasi 20x /
menit, nadi 60x / menit dan suhu 36 derajat celcius.
Pada hasil rontgen periapikal tampak adanya
radiolusen pada area mahkota, tampak bikurkasi
belum terpisah sehingga assessment pada kasus ini
adalah nekrosis hiperplastik kronis (K04.0) dengan

5
rencana perawatan pencabutan dengan Pada kasus ini menggunakan metode full thickness
pembedahan trans alveolar dengan model flap triangular agar tulang terlihat
dengan baik dan dapat mengkontrol pendarahan
secara maksimal.

Gambar 4. Triangular flap.5


Gambar 3. Kasus klinis
Pengeburan tulang mengunakan bur tulang
sampai akar gigi terlihat. Pemotongan gigi
Kasus dalam laporan ini didiagnosis sebagai menggunakan bur atau elevator berukuran besar
pulpitis hiperplastik kronis (K04.0). Diagnosis untuk memotong gigi menjadi 2 bagian pada area
banding atau differential diagnosis pada kasus ini bifurkasi. Pemisahan ligament periodontal
adalah gingival polip yang dapat ditepis karena menggunakan alat periotome yang mengililingi akar
merujuk dari perbedaan antara pulpa polip dan gigi, jika tidak ada periotome bisa menggunakan
gingival polip pada tabel 1. Rencana perawatan ekskavator untuk memisahkan ligament periodontal.
sangat diperlukan untuk mengetahui tahapan apa Angkat setiap akar yang sudah terpisah dengan
saja yang harus dilakukan untuk tindakan bedah luxator. Tang radiks mungkin digunakan untuk
jaringan keras. Pemeriksaan preoperatif pada mengambil setiap akar dari dalam soket.
kondisi medis dan riwayat sosial pasien akan
membantu memastikan bahwa tidak ada Debridement daerah kerja dengan larutan
kontraindikasi untuk dilakukan pencabutan. fisiologis dan dan povidon iodine kemudian
Pemeriksaan radiografi intra oral dengan teknik dilakukan penjahitan pada area buccal flap. Teknik
periapikal dapat dilakukan untuk melihat keadaan suturing menggunakan metode simple interrupted.
akar dan arah dari akar. Peresepan analgesik dan antibiotik amoxicillin
500mg selama 5 hari dan dexamethasone 0.5 mg 3
Pasien perlu menanda tangani inform hari 2 kali sehari dan paracetamol 500 mg selama 5
consent atau persetujuan tindakan guna melindungi hari sebanyak 3 kali sehari. Selanjutnya pasien
pasien dari tindakan kesewenang-wenangan dan kontrol 1 minggu kemudian jika diperlukan.
melindungi dokter dari tuntutan pasca perawatan.
Pemberian terapi medikamentossa ibuprofen 400
mg dan 1000mg paracetamol diberikan kepada
pasien sebelum tindakan. Jika terdapat tanda infeksi
sebelum tindakan pencabutan, 500mg amoxicillin
juga digunakan sebelum memulai prosedur
pencabutan.

Setelah dilakukan asepsis pada area kerja


pemberian anestesi lokal pada aspek bukal dan
lingual gigI dengan menggunakan teknik anestesi
blok fisher dengan menganastesi daerah bucal dan
lingual rahang bawah, jika diperlukan anestesi intra
pulpal untuk pengangkatan jaringan polipnya Gambar 5. Simple interrupted suture.17
dengan menggunakan gunting jaringan. Kontrol
pendarahan dengan menggunakan kapas yang di
rendam pada larutan adrenalin. Pembuatan flap
untuk mendapatkan lapang pandang yang baik.

6
Alat dan Bahan banyak dan pasien nyaman dalam proses
pengambilan dari polip. Polip pulpa sangat mudah
Alat-alat yang digunakan dalam pencabutan berdarah dan terasa sakit jika terkena sehingga
gigi dengan pembedahan secara trans alveolar pengambilan jaringan polip sebelum pecabutan gigi
meliputi kaca mulut, pinset dental, sonde, cotton sangat disarankan.11
stick, disposable injection syringe, sarung tangan,
masker, tang cabut mahkota bawah, tang cabut Kondisi gigi sudah tidak dapat dilakukan
radix bawah, high speed, bur fissure, alveolar bur, perawatan saluran akar ataupun restorasi direct
bein dan krayer. Bahan-bahan yang digunakan maupun indirect sehingga harus dilakukan
untuk pencabutan gigi dengan pembedahan secara pencabutan gigi. Tidak adanya dukungan dari
trans alveolar adalah agen anaestetikum, syringe, jaringan keras gigi yang memungkinkan untuk
tampon, larutan antiseptik (larutan povidone iodine menjadi retensi bahan restorasi menjadi penyebab
10%) dan alkohol. utama dilakukannya pencabutan pada pasien
dengan polip pulpa. Seringkali tidak adanya dinding
Perawatan pendukung pada jaringan keras gigi menjadi
masalah pada proses pencabutan. Proses
Perawatan yang akan dilakukan adalah pencabutan gigi posterior tanpa pembedahan
pembedahan dengan teknik transalveolar dengan mengandalkan jaringan bifurkasi untuk menjadi
pengangkatan jaringan polipoid pada lesi polip tumpuan ketika dilakukan proses pencabutan, tetapi
pulpa. Pengambilan jaringan polipoid diawali dengan untuk kasus polip biasanya jaringan keras gigi sudah
menggunakan gunting jaringan steril dengan rapuh sehingga rawan sekali terjadinya fraktur. 18
anestesi lokal dan intra pulpal. Anestesi lokal
menggunakan teknik blok fisher untuk menganestesi Pencabutan gigi dengan pembedahan dan
N. Alveolaris inferior, N. Buccalis longus dan N. pembuatan flap mempunyai fungsi untuk
Lingualis, sedangkan teknik intra pulpal untuk melapangkan pandang operator dalam proses
menganestesi jaringan pulpa sehingga pasien lebih operasi. Refleksi flap dan pengurangan tulang dapat
nyaman dalam tindakan. Pengambilan jaringan mengakibatkan trauma pada jaringan lunak maupun
polipoid rentan terjadinya pendarahan dikarenakan jaringan keras sehingga menyebabkan komplikasi
lesi jaringan polip kaya akan pembuluh darah, pasca operasi seperti nyeri, pembengkakan dan
sehingga tindakan depth dengan meggunakan kasa trismus. Beberapa studi klinis terhadap perawatan
yang telah direndam dengan epinefrin untuk yang dapat mengurangi komplikasi pasca
mengkontrol pendarahan mutlak diperlukan. Teknik pembedahan gigi telah dilakukan. Diantaranya,
transalveolar dengan metode separasi dipilih Deksametason dan Metilprednisolon adalah contoh
dengan pertimbangan jaringan keras yang sudah kortikosteroid yang sering digunakan pada
rapuh dan rentan fraktur, untuk menghindari hal ini pembedahan dentoalveolar karena mempunyai efek
dilakukan open flap dengan teknik triangular flap glukokotikoid murni (tidak mempunyai efek
untuk membuka jaringan tulang untuk memperlebar mineralokortikoid) Kemampuan glukokortikoid dalam
visual area kerja. Pemberian medikamentosa menekan respon peradangan telah banyak
setelah dilakukan pembedahan menggunakan diketahui.19
antibiotik, analgesik dan kortikosteroid untuk kontrol
pembengkakan.14 Glukokortikoid dapat meningkatkan
pelepasan leukosit berinti banyak dari sumsum
PEMBAHASAN tulang, sehingga meningkatkan jumlah leukosit
dalam peredaran darah. Glukokortikoid juga dapat
Polip pulpa pada laporan kasus ini menghambat penumpukan lekosit pada tempat
disebabkan oleh kondisi karies yang sudah kronis. peradangan menyebabkan zat-zat yang terlibat
Kondisi kronis membuat jaringan pulpa membuat dalam respon peradangan misalnya prostaglandin
pertahanan yaitu membentuk jaringan polipoid. dilepaskan dari lekosit. Glukokortikoid dapat
Pemilihan perawatan pada pasien ini meliputi menghambat proliferasi fibroblast, seperti produksi
pengambilan jaringan polipoid dengan gunting kolagen dan fibronektin. Gabungan ini bertanggung
jaringan. Kontrol pendarahan ketika proses jawab terhadap kesembuhan luka yang sukar,
pencabutan dan agar darah pada polip tidak terlalu bertambahnya kerentanan terhadap infeksi dan

7
respon terhadap peradangan khas berkurang amoksisilin 500mg selama 5 hari, paracetamol
dengan kelebihan.9 selama 5 hari dan dexamethasone selama 3 hari
dapat mengontrol rasa sakit pasien dan membantu
Penggunaan antibiotik peroral sangat di proses penyembuhan dengan cepat.
perlukan untuk mengontrol infeksi pasca pencabutan
dengan pembedahan. Antibiotik yang paling sering SARAN
digunakan di kedokteran gigi adalah golongan Etiologi terjadinya Polip pulpa sangatlah
penicillin. Penicillin sampai saat ini masih kompleks sehingga penegakan diagnosis harus
merupakan gold standard dalam mengobati infeksi dilakukan dengan seksama. Perawatan pencabutan
dental. Diantara kelompok penicillin, penicillin V, merupakan opsi terakhir ketika gigi sudah tidak bisa
amoxicillin, dan amoxicillin clavulanate telah dipertahankan. Pengoptimalan perawatan untuk
dianjurkan untuk merawat infeksi odontogenik dan mempertahankan gigi tetap dalam soketnya harus
penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tetap dilakukan agar pasien tetap terjaga fungsi
hasil klinis penggunaan tiga jenis antibiotik fonasi, mastikasi dan stomatognasi.
tersebut.16
REFERENSI
Penggunaan antibiotik bertujuan untuk
membantu imunitas tubuh melawan mikroba [1] Andriani I., Alima F C., 2019, Periodontitis
penyebab infeksi, oleh karena itu penggunaan kronis dan penatalaksanaan kasus dengan
antibiotik sebaiknya dihentikan apabila sistem kuretase. Insisiva dental jurnal 9:(2).
kekebalan tubuh telah dapat melakukan kontrol [2] Larasati nindya., 2016. Distribusi penyakit
terhadap infeksi. Penggunaan antibiotik selama 2-3 pulpa berdasarkan etiologi dan klasifikasi RSKGM
hari telah dianjurkan penelitian telah membuktikan fakultas kedokteran gigi universitas Indonesia tahun
bahwa kondisi pasien membaik setelah penggunaan 200.9 2013. SKRIPSI. Universitas Indonesia.
antibiotik selama 2-3 hari. Center for Diseases [3] Annisa T., 2018, Biodentine pada pulpotomi
Control and Prevention (CDC) menganjurkan vital gigi sulung. Indonesian Journal of Paediatric
penggunaan antibiotik sesingkat mungkin, yaitu 1-3 Dentistry 1:(2)
hari setelah tanda dan gejala klinis hilang. Oleh [4] Lesmana H., Supriatna A., 2019, Gambaran
karena itu pada umumnya di bidang kedokteran gigi kecemasan dengan perubahan tekanan darah dan
dosis antibiotik diberikan untuk durasi lima hari. denyut nadi pada pasien ekstraksi gigi di RSUD
Penggunaan antibiotik yang berkepanjangan dapat Barru. J Media Kesehatan gigi 1:(13)
menyebabkan rusaknya flora normal tubuh. [5] Pedersen Gordon W, 2012, Buku Ajar
Penggunaan antibiotik lebih dari 21 hari juga Praktis Bedah Mulut (Oral Surgery) / Gordon
disinyalir dapat menyebabkan resistensi antibiotik. 20 W.Pedersen; editor, Lilian Yuwono. EGC: Jakarta
pp: 64
SIMPULAN [6] Wijaksana IKE., 2019, Dental Treatment
Pencabutan adalah salah satu terapi yang Consideration in Pregnant Women. J. Kesehatan
membantu menghilangkan sumber infeksi. Pada gigi 6:(2).
beberapa kasus terutama pada gigi yang sudah [7] Fithri Z., Rochim A., Cholid Z., 2017,
rapuh, pencabutan dengan metode intra alveolar Distribusi Pencabutan Gigi Berdasarkan
sering kali mengalami kegagalan sehingga perlu Karakteristik Sosiodemografi pada Pasien RSGM
dilakukan pencabutan dengan metode trans Universitas Jember Periode Januari-Desember
alveolar. Penatalaksanaan pencabutan dengan 2014. e-Jurnal Pustaka Kesehatan, 5:(1).
pulpa polip meliputi penghilangan jaringan polipoid [8] Sitanaya R., 2016, Exodontia (Dasar-dasar
terlebih dahulu sebelum dilakukan pencabutan. ilmu pencabutan gigi). Deepublish, Yogyakarta.
Sehingga pasien lebih nyaman dalam proses [9] Shan B., Pingky K A., 2018, Peran
pengangkatan jaringan keras. Pembuatan flap full Deksametason dalam Mengurangi Komplikasi Pasca
thickness dengan model triangular mutlak diperlukan Operatif Operasi Impaksi Gigi Molar Ketiga: Studi
sebelum gigi dilakukan separasi. Flap berufungsi Klinis Komparatif. Journal Today bedah mulut dan
agar tulang terlihat dengan baik dan dapat maksilofasial universitas gadjah mada
mengkontrol pendarahan secara maksimal. [10] Kandagal S V., Bajaj N., Nayak A G., Chapi
Pemberian terapi medikamentosa antibiotik D M K., Patil S., Rani A., 2016, A Periapical lesion:

8
Radiographic observational study. Journal of indian
academy of oral medicine & radiology 27:(1)
[11] Sachan P., Mittal N., 2018, Biodentine
pulpotomy as a treatment modality for tooth with
chronic hyperplastic pulpitis – A case report. J indian
dent adv 9:(4) pp : 232-244
[12] Larasati, nindya., 2016. Distribusi penyakit
pulpa berdasarkan etiologi dan klasifikasi RSKGM
fakultas kedokteran gigi universitas Indonesia tahun
200.9 2013. SKRIPSI. Universitas Indonesia.
[13] Hartomo B., Anggraeni R. 2020,
Management of Gingival Polyp in Restoration
Procedure: A Case Report. Journal of
Dentomaxillofacial Science.
[14] Tay Z W., Sie W L., 2018, Dentoalveolar
fracture: A complication of extraction of upper left
first molar. J.Clin Case Rep. 6:2
[15] Stavola D L., 2018, Proper flap and suture
techniques are key to success. J. Geislicht
biomaterial. 3:2
[16] Clinical Affairs Committee., 2016, Guideline
on Antibiotic Prophylaxis for Dental Patients at Risk
for Infection. J. Clinical Practice Guidelines, 37:(6)
[17] Adams b., levy R., 2006, Frequency of use
of suturing and repair tehniques preffered by
dermatologic surgeons. J dermatol surg 32:(5)
[18] Yuwono B., 2016, Penatalaksanaan
pencabutan gigi dengan kondisi sisa akar (Gangren
radik). J. K. G. UNEJ 7:(2) pp : 89 – 95
[19] Indijah W I., Fajri P., 2016, Modul bahan
ajar cetak farmasi. Kementerian kesehatan republik
Indonesia. PUSDIK SDM kesehatan. Jakarta.
Indonesia
[20] Ali H., 2012, Principles of Drug Therapy in
Dentistry, 1st Edition, Jaypee Brothers Medical
Publishers, New Delhi pp : 62

Anda mungkin juga menyukai