Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH TUTORIAL BLOK 8

KELOMPOK E

Disusun oleh:
1. Ananda Haura Nuradnin
2. Indah Rizkah Apriani
3. Chaterina AgnesTesalonika
4. Firma Ayna Al Mardiyyah
5. Anggun Putri Pratiwi
6. Siti Kamila Miranda
7. Ahmad Ridwan Turgani
8. Ragil Septiani
9. Dwinanda Farizka
10. Paula D. Wayok
11. Mutia Faradina Ramadhanty
12. Mohammad Jihad Mustagfirin

Program Studi Kedokteran Gigi


Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya
2020
Learning Issue
1. Previously initiated therapy
-gambaran klinis
-gambaran radiograf

2. Simptomatik periapikal periodontitis


-Penyebab
-pemeriksaan intraoral (perkusi, palpasi, dingin)
-gambaran radiografis

3. Perawatan endodontik
-indikasi dan kontraindikasi
-macam-macam
- prosedur perawatan endodontik
-penilaian keberhasila perawatan
- Faktor penyebab rasa sakit pasca perawatan endodontik

4. restorasi akhir
-macam macam restorasi akhir
-penggunaan restorasi akhir sesuai dengan kasus di skenario
Belajar Mandiri

Previously Initiated Therapy


Gambaran klinis
- Merupakan salah satu jenis diagnosis klinis
- Gigi sudah dilakukan perawatan endodontic parsial, seperti pulpotomi atau
pulpektomi
- Berdasarkan tingkatan terapinya, gigi bias dan tidak merespons tes termal
atau tes elektrik pulpa, sehingga menyebabkan hasil tes bias positif atau
negatif
- Anamnesis sangat penting dilakukan untuk diagnosis terapi endodontic
harus diselesaikan

Gambaran Radiograf
Previously Initiated Therapy adalah Kategori diagnostik klinis yang
menunjukkan bahwa gigi sebelumnya pernah dirawat dengan terapi endodontik
parsial (misalnya pulpotomi, pulpektomi). Gigi dengan terapi yang diinisiasi
sebelumnya biasanya asimtomatik kecuali jaringan yang meradang tetap ada,
termasuk kanal yang terlewat, atau kebocoran mikro koronal telah terjadi.

Gambaran Radiograf:
 Tampak Radioopak pada mahkota gigi
 Tampak radiolusen disekitar akar gigi
 Gigi terasa lembut saat perkusi dan pada kantung gigi
Simptomatik periapikal periodontitis
Etiologi Periodontitis Apikal Akut
Periodontitis apikalis akut dapat juga disebut sebagai periodontitis apikalis
simptomatik. Penyebaran pertama dari inflamasi pulpa ke jaringan periradikuler
disebut periodontitis apikalisakut (PAA). Iritannya meliputi mediator inflamasi
dari pulpa yang terinflamasi ireversibel atau toksin bakteri dari pulpa nekrotik, zat-
zatkimia (seperti irigan atau disinfektan), restorasi yang hiperoklusi, instrumentasi
yang berlebihan, dan keluarnya material obturasi kejaringan periapeks. Pulpanya
bias pulpa yang terinflamasi ireversibel atau nekrotik. (Walton & Torabinejad,
2002)
Periodontitis apikal akut dapat terjadi pada gigi vital yang telah mengalami trauma
oklusal yang disebabkan oleh kontak oklusal yang abnormal, oleh restorasi yang
belum lama dibuat yang meluas melebihi bidang oklusal, makanan, atau karena
trauma pada gigi. Periodontitis apikal akut dapat juga dihubungkan dengan gigi
non vital. Dapat juga disebabkan oleh skuela penyakit pulpa, yaitu, difusi bakteri
dari pulpa yang meradang atau nekrotik, atau sebabnya iatrogenik, seperti
instrumentasi saluran akar yang mendorong bakteri dan debris dengan kurang hati-
hati melalui foramen apikal, mendorong obat-obatan seperti champorated
monochlolophenol atau formocresol melalui foramen apikal yang mengenai
jaringan periapikal, perforasi akar, atau instrumentasi berlebihan pada waktu
pembersihan dan pembentukan saluran akar. (Grossman, Oliet & Del Rio, 1995)

pemeriksaan intraoral
 Ketidaknyamanan spontan sedang sampai berat serta nyeri pada gigitan atau
perkusi.
 Jika periodontitis apical akut adalah perpanjangan dari pulpitis, tanda dan
gejalanya akan mencakup respon terhadap dingin, panas, dan listrik.
 Kasus periodontitis apikal akut yang disebabkan oleh pulpa nekrotik tidak
merespon tes vitalis.
 Perkusi (+) : rasa sakit yang menyiksa
Gambaran radiografis

Perawatan Endodontik
Indikasi dan Kontraindikasi
Dalam melakukan perawatan saluran akar, ada tiga factor yang memengaruhi
keputusan apakah perawatan saluran akar dilakukan atau tidak, yaitu:
1. Daya tahan tubuh pasien secara umum
2. Tingkat keterlibatan jaringan periapeks
3. Pencapaian daerah periapeks melalui saluran akar

Indikasi dilakukan perawatan saluran akar antara lain:

- Gigi dengan kelainan jaringan pulpa berupa pulpitis ireversibel, nekrosis


pulpa, atau kelainan jaringan periapikal yang merupakan kasus endodontik
- Gigi tanpa kelainan jaringan pulpa atau jaringan periapikal, tapi memerlukan
perawatan endodontic untuk kebutuhan restorasi berupa pasak
- Gigi yang dipertahankan untuk menyangga overlay denture perlu dilakukan
dalam perawatan endodontic karena gigi akan di preparasi sedemikian rupa
sehingga melibatkan kamar pulpa
- Saluran akar dapat dimasuki instrument
- Kelainan jaringan periapeks dalam gambaran radiografi kurang dari
sepertiga apical
- Mahkota gigi masih dapat direstorasi dan berguna utuk keperluan prostetik
( untuk pilar restorasi bridge)
- Gigi tidak goyang dan periodontal normal
- Foto rontgen menunjukkan resorpsi akar tidak lebih dari sepertiga apical,
tidak ada granuloma pada gigi sulung
- Kondisi pasien baik serta ingin giginyadipertahankan dan bersedia untuk
memelihara kesehatan gigi dan mulutnya
- Keadaan ekonomi pasien memungkinkan
Kontraindikasi perawatan saluran akar yaitu:
- gigi yang tidak dapat direstorasi secara direct atau indirect
- jaringan penyangga periodentum tidak cukup,
- gigi yang letaknya tidak strategis
- Saluran akar yang tidak dapat dipreparasi dan perawatan bedah periapeks
- Bila dijumpai kerusakan jaringan periapikal yang melibatkan lebih dari
sepertiga panjang akar. Kasus seperti ini adalah luar biasa, karena menurut
pengamatan, makin besar jumlah kerusakan tulang yang rusak, makin kecil
kemungkinan untuk diperbaiki.
- Bila saluran akar gigi tanpa pulpa dengan daerah radiolusen terhalang oleh
akar berkurva / bengkok, akar berliku-liku, dentin sekunder, batu pulpa yang
tidak dapat diambil atau dihindari, kanal yang mengapur atau sebagian
mengapur, gigi malformasi, atau suatu instrument yang patah.
- Bila terdapat perkembangan apeks akar yang tidak lengkap dengan matinya
pulpa.
- Bila apeks akar terkena fraktur.
- Pasien dengan penyakit sistemik, seperti penyakit kardiovaskular yang
melarang penggunaanvasokonstriktor dengan anestesi lokal, gangguan
perdarahan kongenital, riwayat terapi bifosfonat intravena yang membuat
pasien berisiko tinggi terkena osteo nekrosis rahang terkait bifosfonat, tidak
memungkinkan dilakukannya prosedur pembedahan endodontic
- Pasien dengan penyakit diabetes, defisiensi imun, atau terapi anti koagulan
dapat meningkatkan risiko komplikasi pascaoperasi atau gangguan
penyembuhan luka kepada pasien.

Macam-macam endodontik
Endo dalam bahasa yunani artinya adalah “didalam” dan Odont dalam
bahasa yunani artinya “gigi”. Perawatan endodontik disepakati sebagai didalam
gigi.
Endodontik merupakan cabang dari kedokteran gigi klinis yang berhubungan
dengan pencegahan, diagnosis dan perawatan pada penyakit di jaringan pulpa gigi.
Endodontik adalah diagnosis dan pengobatan pada pulpa yang meradang maupun
rusak.
1. Perawatan Pulpa Vital
Dirancang untuk menjaga dan memelihara kesehatan pulpa pada gigi yang telah
terpapar trauma, karies, prosedur restoratif, dan anomali anatomik. Perawatan
dapat digunakan untuk gigi permanen yang menunjukkan cedera pulpa reversibel,
dan hasilnya bergantung pada berbagai faktor. Tujuan utama dalam terapi pulpa
vital adalah untuk memulai pembentukan dentin reparatif tersier atau pembentukan
jembatan kalsifikasi.
a. Direct Pulp Capping
Merupakan pilihan perawatan untuk gigi permanen yang masih bisa
mempertahankan pulpa termasuk Direct dan Indirect Pulp Capping serta pulpotomi
parsial atau lengkap. Direct Pulp Capping/Penutupan pulpa langsung didefinisikan
sebagai "menempatkan bahan gigi secara langsung pada pulpa vital yang terpapar
karena mekanis atau traumatis" dan "menutup luka pulpa untuk memfasilitasi
pembentukan dentin reparatif dan pemeliharaan pulpa vital".
b. Pulpotomi

Pulpotomi adalah prosedur yang lebih intrusif yang didefinisikan sebagai


"pengangkatan bagian koronal pulpa vital sebagai cara untuk mempertahankan
vitalitas bagian radikuler yang tersisa: dapat dilakukan sebagai prosedur darurat
untuk menghilangkan gejala sementara atau sebagai tindakan terapeutik. seperti
dalam contoh pulpotomi Cvek.” Setelah pengangkatan keseluruhan pulpa koronal,
bahan penutup ditempatkan di atas dasar pulpa dan sisa jaringan yang terbuka di
lubang saluran akar.
Prosedur ini direkomendasikan pada gigi sulung yang pada umunya hasil jangka
pendeknya menguntungkan.
c. Pulpotomi Parsial
Pulpotomi parsial (pulpotomi dangkal, atau pulpotomi Cvek) didefinisikan
sebagai pengangkatan sebagian kecil pulpa koronal vital sebagai cara untuk
mempertahankan jaringan pulpa koronal dan radikuler yang tersisa. Setelah pulpa
terbuka dan divisualisasikan setelah adanya hemostasis, jaringan yang inflamasi
atau nekrotik diangkat untuk menemukan jaringan pulpa yang lebih dalam dan
sehat di ruang pulpa. Pulpotomi parsial dan direct pulp capping dapat dipandang
sebagai prosedur yang serupa, tetapi berbeda dalam jumlah jaringan pulpa vital
yang tersisa setelah perawatan. Pulpotomi parsial merupakan pilihan yang lebih
disukai dalam prosedur perawatan elektif untuk gigi yang didiagnosis dengan
anomali anatomik, seperti dens invaginatus.

2. Perawatan Saluran Akar/ Root Canal Theraphy


Digunakan Karena gigi tidak akan sembuh dengan sendirinya, infeksi dapat
terjadi dan menyebar ke seluruh jaringan dan dapat menyebabkan kerusakan tulang
dan jaringan pendukung gigi. Perawatan saluran akar dilakukan untuk
menyelamatkan pulpa yang rusak dengan membersihkan dan membentuk sistem
saluran akar secara menyeluruh dan kemudian mengisinya dengan bahan gutta-
percha untuk mencegah kontaminasi ulang pada gigi. Kemudian Gigi permanen
direstorasi dengan mahkota dengan atau tanpa pasak.

Prosedur
Perawatan endodontic bertujukan untuk menghilangkan bakteri dari saluran
akar yang terinfeksi, dan nantinya akan ditutup dengan material pengisi untuk
mencegah kontaminasi berulang sehingga tidak berlanjut ke periapikal perawatan
endodontic untuk lesi periapikal tidak berubah secara signifikan selama bertahun-
tahun. Hal ini berpusat pada satu masalah yaitu stimulasi bakteri dari respons inang
foramen apikal yang memungkinkan penyembuhan lesi jika dihilangkan.
Adapun metode perawatan yang dapat digunakan sebagai berikut:
(1) Cleaning, shaping, dan desinfeksi, ditujukan untuk menghilangkan
bakteri secara menyeluruh dari system saluran akar , setelah itu diikuti
dengan obturasi
(2) Jika prosedur di atas gagal, maka dapat dilakukan operasi pengangkatan
jaringan residual yang terinfeksi pada periapikal, kegagalan prosedur
pertama diatas bias disebabkan karena kemungkinan masih terdapat bakteri
pada apikal saluran akar.
(3) Root-end sealing dari system saluran akar untuk mencegah rangsangan
bakteri terus menerus yang mungkin masih ada walaupun sudah melakukan
perawatan tahapan '' 1 ''
atau '' 2 '' yang dijelaskan di atas.

Prosedur perawatan symptomatic apical periodontiti endodontik :


1. Anamnesis dan riwayat penyakit (Anamnesis and pain history)
Saat anamnesis, keluhan utama (chief complaint) yang dirasakan pasien
dapat membantu mengetahui letak dari rasa sakit, yang awalnya pasien
mungkin mengeluhkan rasa sakit saat mengunyah, dan akhirnya rasa
sakit berkembang sampai menggangu saat pasien tidur. Pasien biasanya
sudah mengetahui gigi mana yang dikeluhkan karena keadaan gigi yang
mungkin terasa goyang atau longgar bahkan sampai pembengkakan
jaringan lunak, gejala dimulai sejak transisi dari pulpa nekrotik hingga
menjadi penyakit periapikal yang terjadi sepanjang continuum.

2. Pemeriksaan klinis dan radiografi


Gigi dan jaringan periradikuler harus diujikan dengan pemeriksaan
palpasi, perkusi, probing periodontal, mobilitas, analisis oklusi dan
artikulasi, dan transiluminasi. Secara klinis sulit untuk memperkirakan
transisi antara periodontitis apikalis simptomatik dan
Tahap awal pembentukan abses. Gigi mungkin rapuh pada saat tes
perkusi, mukosa serta tulang di atas region apikal mungkin sensitive
terhadap tes palpasi. Pemeriksaan periodontal akan menunjukkan
drainase dari abses atau formasi fistula melalui ruang ligamen
periodontal. Pemeriksaan radiografi periapikal gigi wajib dilakukan.
Radiolusensi apikal mungkin terbatas untuk pelebaran kecil ruang
periodontal.Terutama, saat perubahan inflamasi pada jaringan lunak
berkembang dengan cepat, resorpsi tulang periapikal adalah proses yang
lebih lambat dan mungkin belum terdeteksi pada radiografi.

3. Penatalaksanaan darurat gejala periodontitis apikal


Penyebab utama dilakukannya perawatan darurat endodontik
adalah:
 Pulpitis simptomatik yang diinduksi karies
 Gigi yang fraktur atau retak
 Paparan pulpa karena karies, cedera iatrogenik, atau trauma pada
gigi yang sakit maupun tidak sakit
 Symptomatic apical periodontitis
 Nyeri Mid treatment atau post treatment yang berhubungan dengan
pulpektomi,
 Desinfeksi saluran akar atau perawatan kembali Flare-up setelah
perawatan saluran akar
a. Selain anestesi lokal, kita perlu juga menstabilkan gigi selama akses
karena nanah bias muncul secara spontan, seperti yang terlihat pada
gambar berikut :
Symptomatic apical periodontitis pada molar mandibular (a) terlihat
restorasi sementara pada gambaran radiografis, (b) nanah muncul
secara spontan dari kavitas, (c) cotton pellet ditempatkan di kavitas,
restorasi sementara (panah) tidak dapat menampung dan terjadilah
kebocoran bakteri dari lingkungan mulut.

b. Setelah preparasi akses, siapkan bidang kerja yang aseptic dengan


Memasang rubber dam dan lakukan desinfeksi standar pada saluran akar.
c. Kalsium hidroksida diaplikasikan pada saluran yang sudah
dibersihkan, dan wajib dilakukan proper temporary sealing
(penutupan proper sementara).
d. Gunakan cotton pellet untuk membersihkan dinding pada akses
kavitas dengan kalsium hidroksida, hingga terbentuk proper yang
rapat. (Jika waktu tidak cukup untuk desinfeksi saluran akar
penuh,akses kavitas yang harus dilakukan adalah pembuangan pulpa
mahkota yang terinfeksi dan mengekspose kanal orifice
e. Selanjutnya, lakukan irigasi ruang pulpa dengan air atau natrium
hipoklorit dan lakukan restorasi sementara.
f. Pembersihan ruang pulpa bertujuan untuk meredakan nyeri untuk
sebagian besar, tetapi tidak untuk desinfeksi saluran akar yang
lengkap.
g. Pasien harus dijadwalkan untuk menyelesaikan perawatan saluran
akar sesegera mungkin untuk mencegah nyeri berulang. Prosedur ini
tidak dianjurkan pada pasien dengan infeksi dengan nanah atau
pembengkakan.

Perawatan Previously Initiated Therapy dengan perawatanulang


endodontic nonsurgical dan diikuti dengan restorasi sementara.
Diagnostik klinis menunjukkan bahwa gigi sebelumnya telah diobati
dengan terapi endodontik parsial (misalnya, pulpotomi, pulpektomi).
Dalam kebanyakan kasus, terapi endodontik parsial dilakukan
sebagai prosedur darurat untuk kasus ireversibel simtomatik atau
asimtomatik. Prosedur ini mungkin telah dilakukan sebagai bagian
dari prosedur terapi pulpa vital, cedera gigi traumatis, apexification,
atau terapi apexogenesis. Pada kasus ini terapi saluran akar tidak
akan menentukan keakuratan dalam membuat diagnosis pulpa
keseluruhan , atau sebagian, jaringan pulp telah dibuang

Adapun prosedur perawatan endodontic lainnya yaitu:

1. Prosedur Pulpitis irreversible


 Langkah pertama dalam perawatan darurat adalah
Mengekspos pulpa. Jika terdapat lesi karies, semua dentin karies
harus dibuang terlebih dahulu.
 Sejak saat itu kita harus menentukan jenis perawatan,
meskipun tekanan waktu sering menentukan pilihan
pengobatan.
 Pulpektomi dengan debridement lengkap saluran akar akan
memberikan hasil yang tinggi dalam hal pereda nyeri /
 Namun seiring berjalannya waktu kendala pulpotomi dan
pengangkatan pulpa koronal jaringan tanpa menembuske
dalam jaringan pulpa radikuler adalah pengobatan yang efisien
dengan probabilitas yang sebanding dengan pereda nyeri.
Pulpotomi dilaporkan meredakan nyeri total atau parsial lebih
dari 90% kasus. haI ini adalah tindakan sementara sampai
waktu tersedia untuk pulpektomi; jika sakit dari gigi
sebelumnya tidak dihilangkan dengan pulpotomi, pulpektomi
harus dilakukan.
 Pasien harus diberitahu bahwa nyeri tekan pasca operasi atau
nyeri ringan pada bagian yang terkena dan dapat berlangsung
beberapa hari setelah prosedur darurat.
 Analgesik biasanya efektif, tetapi jika nyeri hebat berlanjut,
pasien disarankan untuk membuat janji baru. Untuk
pendekatan farmakologis.

2. Prosedur Direct Pulp Capping (Class I)


a. Bilas cavitas dan pulpa yang terekspose dengan larutan garam
secara berurutan untuk menghilangkan detritus dan untuk
membangun hemostasis dengan nonbleeding penyembuhan
pulpa. Pembilasan langsung pada pulpa terekspose harus
dihindari karena dapat menggangu hemostasis.
b. Hemostasis harus dicapai dalam 5 menit. Jika hemostasis tidak
mungkin di dapat, pulpotomi parsial atau pulpektomi harus
dipertimbangkan.
c. Hapus kelebihan garam dengan cotton pellet, meskipun tekanan
kuat
harus dihindari karena dapat mengaktifkan kembali perdarahan
(A).
d. Oleskan bahan pulp capping (misalnya kalsium hidroksida atau
hidraulik
semen kalsium silikat) yang bersentuhan dengan jaringan pulpa
(B).
e. Dalam kasus pendekatan kalsium hidroksida, tutupi pembalut
luka dengan semen glass-ionomer (C).
f. Lakukan restorasi permanen tanpa penundaan untuk mencegah
infeksi bakteri sekunder pada luka (D).
g. Setelah 6-12 bulan, gigi sudah terkontrol sesuai gejalanya dan
mempertahankan vitalitas gigi. Jika vitalitas gigi diragukan
setelah pemeriksaan, gigi harus diperiksa untuk periodontitis
apikal dengan periapikal radiograf.

3. Prosedure Full Pulpotomy


a. pembuangan jaringan pulpadari kamar pulpa.
Amputasi/pemotongan harus dilakukan di orifisium saluran
akar (1,5–2 mm bawah) menggunakan diamond bur high-speed
handpiece di bawah air dingin.
b. Bilas perlahan pulpa radikuler yang terkena dengan larutan
garam untuk
menghilangkan detritus dan untuk membangun hemostasis dengan
non bleeding penyembuhan pulpa. Pembilasan langsung harus
dihindari karena hemostasis mungkin terganggu. Jika
hemostasis tidak tercapai
pulpektomi diindikasikan.
c. Tempatkan wound dressing material dan gunakan ujung kertas
yang tumpul untuk memastikan bahwa bahan penutup
ditempatkan dengan benar, aplikasikan sealing seluruh kamar
pulpa dengan ketebalan yang sesuai tergantung pada jenis
bahan yang digunakan.
d. Tempatkan restorasi permanen tanpa penundaan lebih lanjut
mencegah infeksi bakteri sekunder pada luka.

Penilaian Keberhasilan perawatan endodontik


Tujuan umum dari terapi endodontic adalah untuk mencegah atau
menyembuhkan penyakit, periodontitis apikal. Oleh karena itu, hasil perawatan
endodontic harus didefinisikan dengan mengacu pada penyembuhan dan penyakit.
Menurut American Association of Endodontic criteria keberhasilan perawatan
endodontic mencakup tanda-tanda dan gejala klinis yang menunjukkan bahwa
perawatan endodontik yang bila ditemukan, kasus tersebut dianggap berhasil dan
dapat diterima secara klinis seperti:
 Tidak adanya nyeri
 Tidak adanya saluran sinus
 Gigi masih berfungsi
 Jaringan lunak disekitar gigi sehat dan tidak rusak
 Tidak ada infeksi ataupun bengkak
 Gigi tidak lunak dan tidak sensitive terhadap perkusi
Tanda-tanda dan gejala tersebut bervariasi dan berbeda pada setiap kasusnya, pada
beberapa kasus memiliki gejala dan tanda yang bebeda ketika ditemukan secara
klinis.

Faktor penyebab rasa sakit pasca endodontik


Flare-up endodontik adalah suatu komplikasi dari perawatan endodontik
yang didefinisikan sebagai eksaserbasi akut pada pulpa asimptomatik atau pathosis
periapikal setelah perawatan saluran akar. Nyeri pasca operasi setelah perawatan
saluran akar adalah kejadian yang tidak diinginkan namun sangat umum terjadi.
Bahkan dengan tindakan pencegahan ketat yang dilakukan, orang masih
mengalami berbagai tingkat nyeri sisa atau bahkan tanggapan berlebihan selama
dan setelah perawatan saluran akar. Flare-up adalah komplikasi yang sering
mengganggu baik pasien maupun dokter gigi, dan merupakan penyebab mayoritas
keadaan darurat endodontik yang membutuhkan kunjungan yang tidak terjadwal
untuk pengobatan (Priyanka, 2013).
Faktor-faktor penyebab rasa sakit pasca perawatan endodontik :
1. Faktor microbial
Kegagalan perawatan endodontik dan flare-up dapat dikaitkan dengan penyebab
mikrobial hanya jika mereka patogen, memiliki jumlah yang cukup dan memiliki
akses ke jaringan periradikular. Beberapa jenis bakteri yang ditemukan pada kasus
flare-up diantaranya:
a. Bacteroides melaninogenicus

b. Fusobacterium nucleatum

c. Enterococcus Faecalis

d. Actinomyces radicidentis

e. Staphylococcus epidermidis

2. Faktor host
Setiap individu memiliki resistensi yang berbeda terhadap infeksi yang disebabkan
oleh berbagai factor. Individu yang memiliki sistem imun yang kurang akan lebih
rentan mengalami perkembangan dari gejala klinis flare-up setelah mendapatkan
perawatan endodontic. Adapun beberapa factor dalam tubuh yang merupakan
faktor host yang berperan dalam meningkatkan insiden flare-up yaitu :
1. Umur dan jenis kelamin
2. Faktor Imunologi
3. Kondisi Sistemik
4. Kondisi pulpa dan jaringan periapikal
5. Faktor Fisiologis dan Kecemasan
3. Faktor perawatan
Tujuan utama dari prepararsi biomekanis adalah untuk membersihkan saluran akar
dan disinfeksi, untuk menyingkirkan mikroorganisme yang akan menyebabkan
infeksi persisten. Preparasi yang tidak memadai dapat menyebabkan eksaserbasi
akut.
a. Debridemen tidak memadai

b. Obat-obatan intrakanal dan bahan obturasi sebagai antigen

c. Ekstrusi irrigan

Restorasi Akhir
Macam-macam restorasi pasca endodontik

Restorasi Rigid
Restorasi rigid yaitu restorasi yang dibuat di luar mulut dari bahan
yang rigid atau kaku dan di semen pada preparasi kavitas gigi dengan bahan
perantara golongan semen. Restorasi rigid dapat dibagi menjadi restorasi
ekstrakoronal, intrakoronal dan interadikuler.

1. Restorasi Ekstrakoronal
Salah satu contoh dari restorasi ekstrakoronal adalah complete crown.
Complete crown merupakan restorasi yang menutupi seluruh permukaan mahkota
gigi. Terdapat berapa jenis Complete crown yaitu

a. All Metal Crown/ Mahkota tuang penuh/ full cast crown


Restorasi tuang berbasis bahan logam campur yang menutupi seluruh
permukaan mahkota gigi.
Indikasi:
● Gigi molar dan premolar rahang atas dan bawah.
● Pada gigi dengan tekanan oklusi yang besar
● Gigi yang tidak memerlukan estetika (gigi posterior)
● Gigi dengan karies servikal
● Gigi dengan dekalsifikasi dan hipoplasia enamel

Kontra indikasi:
● Sisa mahkota gigi tidak cukup terutama pada gigi dengan pulpa yang
vital
● Pasien dengan OH buruk karena terdapat terjadi tarnish pada restorasi
berbasis logam
● Gusi yang sensitif terhadap logam
● Gigi yang memerlukan estetika yang tinggi
b. All Ceramic Crown/ Mahkota porselen
Mahkota berbahan porselen digunakan pada gigi yang fraktur atau patah
dikarenakan faktor estetiknya baik, resistensi pemakaian, perubahan kimiawi
yang lambat, dan konduktivitas panas yang rendah. Terlebih lagi, porselen
memiliki kecocokan yang cukup baik dengan karakteristik struktur gigi.
Komposisi porselen gigi porselen adalah keramik vitreus (seperti kaca) yang
berbasis pada anyaman silica (SiO2) dan feldspar potas atau feldspar soda
atau keduannya. Mahkota porselen mempunyai nilai estetik tinggi, tidak
mengalami korosi, tingkat kepuasan pasien tinggi, namun biayanya mahal
dan kekuatan rendah dibandingkan dengan mahkota metal-porselen.
Indikasi:
● Gigi yang membutuhkan estetik yang lebih
● Tooth discoloration
● Malposisi gigi
● Gigi yang telah dilakukan perawatan endodonsi dengan pasak dan inti

Kontraindikasi
● Indeks karies tinggi
● Distribusi beban di oklusal tidak baik
● Bruxism

c. Porcelain fused to metal


Pemilihan restorasi porselen fused to metal sebagai restorasi akhir
pasca perawatan saluran akar karena mampu memberikan keuntungan
ganda, yaitu dari segi kekuatan dan dari segi estetik. Lapisan logam sebagai
substruktur mahkota jaket porselen fused to metal akan mendukung lapisan
porselen di atasnya sehingga mengurangi sifat brittle dari bahan porselen,
memiliki kerapatan tepi dan daya tahan yang baik. Sementara lapisan
porselen akan memberikan penampilan yang estetik.

2. Restorasi Intracoronal
A. Inlay dan Onlay logam
Inlay merupakan restorasi yang digunakan bila kerusakan pada enamel
hanya melibatkan sebagian cusp atau tambalan yang berada di antara cusp
(tidak menyeluruh).
Sedangkan onlay merupakan restorasi intrakoronal bila kerusakan
melibatkan lebih dari 1 cusp atau lebih dari ⅔ dataran oklusal karena sisa
jaringan gigi sudah lemah

Indikasi
1. Restorasi yang luas (perlu kekuatan, kontrol kontur & kontak yang
baik)
2. Gigi pasca perawatan endodontik
3. Gigi dengan resiko fraktur

Kontraindikasi
1. Resiko karies tinggi
2. Pasien usia muda
3. Pertimbangan estetik
4. Restorasi kecil

B. Inlay Onlay Porselen


Inlay dan Onlay porselen menjadi populer untuk gigi posterior dengan sifat
estetika yang lebih
baik dari inlay dan onlay logam tuang dan lebih tahan abrasi dibandingkan
dengan resin
Komposit. Porselen tidak sekuat logam namun jika sudah berikatan dengan
permukaan enamel akan
menguat dengan cara yang sama seperti restorasi resin komposit atau RMGIC.

C. Inlay and Onlay Komposit (Indirect)


Bahan resin komposit untuk inlay lebih sering digunakan daripada pemakaian
keramik atau porselen
Sebab bahan inlay porselen menyebabkan kesulitan bila diperlukan penyesuaian
kontur dan oklusi serta
mudah pecah saat percobaan pemasangan. Sedangkan Inlay dan onlay berbasis
resin komposit dapat
Dipoles kembali dengan mudah dan efektif, lebih murah serta lebih murah serta
restorasi yang berlebihan
pada daerah gingiva dapat di buang dengan menggunakan hand instrument.

Indikasi:
● menggantikan tambalan lama (amalgam) dan atau yang rusak dengan
memperhatikan nilai estetik terutama pada restorasi gigi
posterior
● memperbaiki restorasi yang tidak sempurna atau kurang baik
● fraktur yang terlalu besar
● apabila pembuatan mahkota bukan merupakan indikasi

D. Indirect Composite Inlay with fibers


Digunakan pada gigi yang membutuhkan restorasi yang besar dengan sedikit
enamel tersisa.
Untuk meningkatkan daya tahan klinis yang lama pada resin komposit,
penambahan fibers
digabungkan ke dalam matriks resin selama pembuatan dan sebelum proses
curing.

E. Mahkota ¾
Disebut mahkota tiga per empat oleh karena dari 4 permukaan gigi, hanya 3
permukaan yang ditutup
oleh Bagian yang tidak tertutup oleh mahkota adalah bagian labial atau
bukal. Mahkota sebagian
terutama dipakai sebagai retainer jembatan. Preparasinya memerlukan
pembuangan jaringan gigi yang
Jauh lebih sedikit dibandingkan untuk mahkota penuh.
Indikasi:
● Bagian labial atau bukal dalam keadaan baik, histologis, anatomis,
maupun estetis.
● Mempunyai mahkota klinis yang cukup panjang, dan besar.
● Mempunyai kedudukan normal (tidak malposisi).
● Gigi-gigi yang cocok untuk dibuat mahkota tiga per empat adalah
incisivus sentral, premolar rahang atas, caninus dan premolar kedua
rahang bawah.
● Pada gigi ini terdapat permukaan proksimal yang cukup lebar
untuk dibuat parit
sebagai retensi.
3. Restorasi Intraradicular
A. Mahkota Pasak
Kerusakan mahkota gigi asli pada gigi posterior maupun
anterior yang cukup parah akan menimbulkan masalah retensi, permasalahan
ini dapat ditanggulangi dengan menggunakan pasak. Pasak adalah suatu
prosedur untuk membangun kembali suatu gigi yang bertujuan
menyediakan dukungan yang sesuai untuk suatu mahkota. Pasak seperti
jangkar untuk menempatkan mahkota. Pasak ditempatkan di dalam akar gigi
yang telah dilakukan perawatan saluran akar. Terdiri dari poros dan
post/tonggak yang di sementasi
pada saluran akar. Bagian yang lain berupa jacket crown atau veneer crown
atau cast gold crown

Indikasi:
● Gigi pasca perawatan endodontik
● Memperbaiki inklinasi gigi

Kontraindikasi:
● Jaringan yang mendukung gigi tidak cukup
● OH buruk
● Dinding saluran akar tipis
● Resorpsi processus alveolaris lebih dari ⅓

B. Mahkota pasak fiber reinforced composite


Akhir-akhir ini, jenis pasak yang digunakan untuk retensi gigi yang
telah dirawat saluran akar telah mengalami perubahan dari bahan yang
kaku (pasak metal dan zirconia) menjadi bahan yang memiliki karakteristik
mekanis menyerupai dentin (pasak fiber dan resin komposit), karena
kegagalan restorasi intraradikuler dapat terjadi karena fraktur pasak,
kehilangan retensi dan fraktur mahkota serta akar, sehingga gigi
akhirnya harus diekstraksi.

Pasak fiber dapat dilekatkan pada dentin saluran akar dengan


menggunakan semen resin. Pasak fiber terbuat dari serat-serat karbon, kuarsa,
silica, zirkonia atau kaca dalam satu matriks epoksi resin. Secara kimia,
pasak fiber sesuai dengan bahan dasar resin yang digunakan untuk sementasi
yaitu Bis-GMA.

Indikasi:
● Saluran akar yang lebar, dinding saluran akar yang tipis misalnya pada
akar yang belum terbentuk sempurna.
● Untuk gigi anterior karena memiliki keuntungan dari segi estetik, karena
pasak ini memiliki warna sesuai dengan warna gigi.

Restorasi Plastis
Teknik restorasi dimana preparasi dan penambalan dikerjakan pada satu kali
kunjungan. Tidak memerlukan fasilitas lab dental dan murah.
● Logam : Amalgam
● Non Logam : Komposit, Semen Glass Ionomer.
Logam
Amalgam
Sebagai bahan restorasi direk telah digunakan selama lebih satu abad.
Amalgam yang kuat dan cukup tahan terhadap gaya-gaya yang bekerja selama
pengunyahan, biaya relatif tidak mahal dan mudah manipulasinya. Amalgam
cukup luas penggunaannya terutama bila faktor estetika bukan menjadi hal yang
utama
Indikasi:
● perawatan bagi segala usia,
● keadaan dengan tekanan kunyah beragam dan ukuran kavitas dari kecil
sampai sedang terutama untuk gigi posterior,
● pada pasien dengan dana terbatas,
● pada pasien dengan kontrol saliva yang sulit,
● pada restorasi yang menahan tekanan kunyah yang besar.
Kontraindikasi
● Pasien yang memerlukan estetika terutama gigi anterior,
● Pasien yang mempunyai pengalaman alergi terhadap merkuri atau beberapa
komponen metal dari amalgam terutama nikel,
● Pada restorasi yang luas bila biaya tidak menjadi masalah.

Non Logam

1. Resin Komposit
Bahan resin komposit dapat memenuhi sifat estetika yang baik dan terutama
digunakan untuk gigi anterior. Sejak tahun 1980 sifat mekanis dan fisik dari resin
komposit, filler, coupling agent dan bonding agent terus dikembangkan dan
beberapa merek mendapat sertifikasi oleh ADA. Bila digunakan pada restorasi
yang besar terutama pada gigi posterior dengan teknik inkremental/berlapis harus
menjamin selesainya proses polimerisasi dan sifat shrinkage yang minimal.

Indikasi:

● komposit adalah pada kavitas kecil sampai sedang untuk gigi posterior
dengan tekanan kunyah yang kecil,
● semua restorasi anterior dengan ukuran kecil sampai sedang,
● dapat digunakan untuk restorasi porselen
● sebagai usaha preventif dari restorasi resin.

Kontraindikasi

Pada restorasi gigi posterior dengan tekanan kunyah besar, pada pasien yang sulit
mengontrol saliva.

2. Glass Ionomer Cement

Bahan glass ionomer sebagai bahan restorasi yang kuat dengan berbagai
keterbatasan dalam aplikasi klinik seperti manipulasinya, massa pengerasan,
sensitif dengan kelembaban, estetika dan tekstur permukaan yang dihasilkan.
Dengan kelebihan sebagai bahan yang mempunyai ikatan kimia dengan jaringan
gigi dan kemampuan melepaskan fluor, bahan ini terus dikembangkan.

Indikasi:

● Restorasi dengan area kecil sampai sedang pada gigi sulung,


● Sebagai liner kavitas,
● Dalam prosedur kontrol karies,
● Restorasi pada servikal gigi.

Kontra Indikasi

● Pada kavitas dengan kontak oklusal


● Restorasi dengan tekanan kunyah besar
● Pada pasien dengan kontrol kelembaban yang sulit.
Restorasi akhir yang tepat sesuai skenario
Pada umumnya gigi yang memerlukan perawatan saluran akar adalah gigi
yang memiliki restorasi yang besar, karies luas, email yang tidak didukung dentin
dan sudah mengenai ruang pulpa. Rencana pemilihan restorasi harus dilakukan
dengan beberapa pertimbangan diantaranya banyaknya jaringan gigi yang tersisa,
fungsi gigi, posisi dan lokasi gigi. Faktor yang paling utama dalam menentukan
restorasi gigi posterior adalah banyaknya jaringan gigi sehat yang tersisa, karena
gigi posterior menerima beban kunyah lebih besar dibandingkan gigi anterior.

Gigi pasca perawatan saluran akar akan menjadi lemah Karena adanya
pembuangan jaringan dentin pada bagian mahkota dan saluran akar, yang
menyebabkan perubahan komposisi struktur gigi. Untuk mengembalikan kekuatan
gigi tersebut dapat menggunakan restorasi onlay. Onlay merupakan restorasi
indirek yang menutupi sebagian permukaan ekstra koronal gigi dan tetap
mengikuti kontur gigi. Restorasi onlay dibutuhkan sebagai penghubung bukal dan
lingual, karies interproksimal gigi posterior, dan gigi posterior yang menerima
tekanan oklusal yang kuat.

Dilaporkan seorang pasien umur 53 tahun dating dengan diagnosis


symptomatic apical periodontitis pada gigi molar pertama rahang bawah. Untuk itu
pada gigi 36 dilakukan perawatan endodontik.Kondisi klinis mahkota gigi pasca
perawatan kehilangan tonjol distobukal, maka dipilih restorasi restorasi yang ideal.
Restorasi yang ideal harus dapat melindungi permukaan oklusal dan menggantikan
tonjol – tonjol yang hilang agar dapat secara optimal melindungi struktur mahkota
gigi dan menambah ketahanan. Pada kasus ini restorasi yang tepat adalah
Restorasi onlay porselen fused to metal (PFM).

● Restorasi onlay porselen fused to metal (PFM) merupakan salah satu pilihan
yang menguntungkan. Karena restorasi ini dapat mempertahankan sebagian
besar jaringan gigi yang berhubungan dengan gingival dan hal ini
merupakan suatu pertimbangan periodontal yang sangat membantu.
Restorasi onlay porcelain fused to metal (PFM) memberikankeuntungan:
estetik bagus dan kuat di semua tempat dari lengkung gigi,
ketidaksempurnaan dalam preparasi dapat dikompensasi oleh struktur dasar
logam (coping), dan kerapatan pada bagian servical lebih baik dibanding
dengan mahkota jaket
Referensi:
 Endodontics, A. A. (2013). Endodontics: Colleagues for Excellence. Dental
Professional Community.
 Galicia, J. C. (2009). .Vital PulpTherapy in Permanent Teeth: Sound Option
or Pulp Infection? Dental Learning .

 Endodontics, A. R. (2013). Endodontics Colleagues for


Excellence. Chicago, Illinois: American Association of Endodontists, 1-8.
 Lim, J. H., Lee, J. H., & Shin, S. J. (2014). Diagnosis and treatment of teeth
with primary endodontic lesions mimicking periodontal disease: three cases
with long-term follow ups. Restorative dentistry & endodontics, 39(1), 56-
62.
 Torabinejad, Mahmoud & Walton, Richard E 2009, Endodontics Principles
and Practice, Edisi 4, St. Louis, Missouri, Saunders Elsevier
 https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/4c4df6e066715a7a4
81855336e411e3e.pdf
 https://www.aae.org/specialty/wp-
content/uploads/sites/2/2017/07/endodonticdiagnosisfall2013.pdf
 Tarigan, Rasinta. 2004. PerawatanPulpa Gigi (Endodonti). Jakarta : EGC.
 Dag Ørstavik. 2020. Essential Endodontology: Prevention and Treatment of
Apical Periodontitis, 3rd Edition. Oslo. Willey Blackwell.
 Garg Nisha, dan Garg Amit.2014.Text Book Of Endodontic Third Edition.
Jaypee Brothers Medical Publisher (P) LTD.
 Bjorndal, ras, dkk. 2018. Textbook of Endodontology third edition. United
states: Wiley Blackwell.
 Ingle, John I, dkk. 2008. Ingle’s Endodontics6. Canada. BC Decker Inc
 Abdulmomen Mohammad Khan et al. 2019.Factors affecting the success of
endodontic treatment (surgical or nonsurgical): a brief review. 3(9):730-733.
 Giri, Putu R.K. 2018. “Flare-up Endodontik Antar Kunjungan” : Program
Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
 Peran bahan restorasi kedokteran gigi dalam keberhasilan pembuatan
restorasi. Bambang Irawan. Departemen Ilmu Material Kedokteran Gigi
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Jakarta
 MACAM-MACAM RESTORASI RIGID PASCA PERAWATAN
ENDODONTIK. Dwi Warna Aju Fatmawati. Bagian Ilmu Konservasi
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
 Catur S, Suryani. 2018. ”Restorasi onlay pasca perawatan endodontic”.
Jurnal Analis Kesehatan Tanjung Karang. 7(1), 694-696

Anda mungkin juga menyukai