Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERAWATAN ENDODONTIK PADA ANAK

OLEH:
Haniffun Nisa
1813101020060

DOSEN PEMBIMBING:
Dr. drg. Suzana Sungkar, Sp.KGA

PROGRAM STUDI PROFESI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
PERAWATAN ENDODONTIK PADA ANAK

Anak-anak dan dewasa muda yang belum menerima perawatan gigi yang adekuat dan
floride sistemik yang optimal dan oral higien yang adekuat sering kali memiliki lesi karies
yang dalam pada gigi desidui. Secara radiograf sering kali ditemukan lesi sudah mendekati
pulpa atau sudah melibatkan pulpa. Kurang lebih 75% dari gigi dengan karies dalam sudah
secara klinis sudah memiliki pulpa yang terbuka.
Tujuan dasar dari perawatan endodontik pada anak yaitu untuk meringankan rasa sakit
dan mengontrol sepsis dari pulpa dan jaringan periapikal sekitarnya serta mengembalikan
keadaan gigi yang sakit agar dapat diterima secara biologis oleh jaringan sekitarnya. Ini
berarti bahwa tidak terdapat lagi simtom, dapat berfungsi dengan baik dan tidak ada tanda-
tanda patologis yang lain.
Penyakit pulpa pada gigi anak bermacam-macam seperti resorbsi akar patologik yang
dibagi menjadi resorbsi akar patologik interna dan resorbsi akar patologik eksterna serta
pulpitis yang dibagi menjadi pulpitis irreversible dan pulpitis reversible. Pada penyakit pulpa
gigi anak biasanya ditemukan akar yang teresorbsi akibat adanya diferensiasi makrofag
sebagai odontoklas sehingga akan meresorbsi sementum, permukaan akar, dan dentin akar.
Resorbsi interna terjadi pada gigi vital sedangkan resorbsi eksterna pada gigi nonvital dengan
peradangan yang meluas dan berlanjut resorbsi tulang di sekitarnya.
Perawatan penyakit pulpa pada anak bisa dengan pulp capping, pulpotomi,
pulpektomi, dan apeksogenesis tergantung penyakit dan tingkat keparahan penyakit pulpa
yang dialami pasien. Masing-masing perawatan pulpa pada gigi anak memiliki indikasi,
kontraindikasi dan cara yang berbeda-beda. Perawatan saluran akar tadi bertujuan untuk
mempertahankan gigi walaupun dalam keadaan non vital, menghilangkan bakteri dari saluran
akar, menjaga fungsi bicara, dan mempertahankan kesehatan gigi dan mulut pada anak.

Jenis-jenis perawatan pulpa pada anak adalah sebagai berikut:


1. Pulp Capping
Pulp capping adalah suatu tindakan perawatan dengan membuang jaringan karies
yang kemudian menutupnya dengan bahan yang biokompatibel indirect pulp capping.
Apabila pulpa terbuka selama dilakukan eskavasi kemudian ditutup dengan material yang
biokompatibel disebut dengan direct pulp capping.1
Perawatan pulp capping terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Pulp Capping Indirect
Pulp capping indirect adalah pengaplikasian medikamen di atas selapis tipis
karies dentin yang tersisa, setelah dilakukan ekskavasi tanpa tereksposnya pulpa. Pulp
capping indirect dapat juga didefinisikan sebagai pembuangan lapisan infected dentin
dan peletakan medikamen pada dentin noninfected untuk meremineralisasi jaringan
dibawahnya yang mengalami demineralisasi. 2 Liner radiopak seperti dentin bonding
agent, resin modified glass ionomer, calcium hydroxide, zinc oxide/eugenol atau glass
ionomer cement diletakkan di atas karies dentin yang tersisa untuk menstimulasi
penyembuhan dan perbaikan.2
 Tujuan
Tujuan prosedur ini adalah menjaga vitalitas pulpa dengan cara sebagai
berikut:
- Menahan proses karies
- Menstimulasi pembentukan dentin tersier
- Remineralisasi karies dentin. 3

 Indikasi
- Karies yang dalam dengan selapis tipis dentin
- Gigi masih vital
- Tidak ada gejala inflamasi. 4

 Kontra indikasi
- Karies mencapai pulpa
- Adanya gejala sakit spontan – nyeri pada malam hari
- Kegoyangan gigi patologik
- Terdapat peradangan, pembengkakan atau fistula
- Peka terhadap perkusi
- Resopsi akar interna dan eksterna.4

 Prosedur Perawatan
- Isolasi daerah kerja
- Buang jaringan karies dan preparasi kavitas
- Irigasi dengan akuades steril
- Keringkan kavitas yang telah dibersihkan
- Letakkan bahan pelapis Ca(OH)2 di atas selapis tipis dentin yang tersisa
- Tutup dengan zinc-phosphat
- Tumpat sementara
- Evaluasi.4

 Restorasi Tetap
Evaluasi perawatan pulp capping dilakukan setelah 6-8 minggu. Perawatan
dikatakan berhasil bila tidak ada keluhan subjektif, tidak ada peradangan dan
pembengkakan, tidak ada kegoyangan gigi, pada gambaran radiografi tampak
lapisan sekunder dentin.4

b. Pulp Capping Direct


Pulp capping direct adalah peletakan bahan pelapis yang berkontak langsung
dengan jaringan pulpa yang terbuka pin point untuk merangsang terbentuknya barrier
atau dentin reparatif. Ada dua hal yang menyebabkan prosedur ini harus dilakukan
yakni jika pulpa terbuka secara mekanis (tidak sengaja) dan pulpa terbuka karena
karies.4,6
Pada saat tereksposnya pulpa secara mekanis berbentuk pinpoint selama
preparasi kavitas atau akibat adanya trauma injuri, MTA atau calcium hydroxide dapat
diletakkan pada area tersebut berkontak dengan jaringan pulpa yang terekspos.2
 Indikasi
- Pulpa vital terbuka kecil (pin point) seujung jarum
- Terbukanya pulpa kecil (pin point) dengan diameter kurang dari 1 mm
- Untuk gigi tetap muda yang pembentukan akar dan apeks belum sempurna.5

 Kontraindikasi
- Karies mencapai pulpa
- Adanya gejala sakit spontan – nyeri pada malam hari
- Kegoyangan gigi patologik
- Terdapat peradangan, pembengkakan atau fistula
- Peka terhadap perkusi
- Resopsi akar interna dan eksterna.4

 Prosedur Perawatan
- Foto rontgen untuk mengetahui kedalaman karies
- Isolasi daerah kerja
- Perdarahan yang terjadi akibat perforasi dihentikan
- Irigasi kavitas dengan aquadest untuk mengeluarkan kotoran dari dalam
kavitas, kemudian dikeringkan.
- Letakkan bahan Ca(OH)2 pada daerah pulpa yang terbuka dan biarkan sampai
kering
- Kemudian beri semen fosfat dan tambal sementara
- Evaluasi
- Restorasi tetap.5
Evaluasi perawatan pulp capping dilakukan setelah 6-8 minggu. Perawatan
dikatakan berhasil bila tidak ada keluhan subjektif, tidak ada peradangan dan
pembengkakan, tidak ada kegoyangan gigi, pada gambaran radiografi tampak
lapisan sekunder dentin.4

2. Pulpotomi
Perawatan pulpotomi gigi adalah pengambilan jaringan pulpa vital yang terinfeksi di
bagian kamar pulpa, dengan meninggalkan jaringan pulpa sehat dan vital dalam saluran
akar, baik gigi sulung maupun gigi tetap.1
 Keuntungan
- Dapat diselesaikan dalam waktu singkat satu atau dua kali kunjungan
- Pengambilan pulpa hanya di bagian korona hal ini menguntungkan karena
pengambilan pulpa di bagian radicular sukar, penuh ramikasi dan sempit
- Iritasi obat-obatan instrument perawatan saluran akar tidak ada
- Jika perawatan ini gagal dapat dilakukan pulpektomi.7

Pulpotomi dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:


a. Pulpotomi vital
b. Pulpotomi devital / mumifikasi
c. Pulpotomi non vital / amputasi mortal.1

a. Pulpotomi Vital
Pulpotomi vital atau formokresol pulpotomi adalah tindakan pengambilan
jaringan pulpa bagian koronal yang mengalami inflamasi dengan melakukan anestesi,
kemudian memberikan medikamen di atas pulpa yang diamputasi agar pulpa bagian
radikular tetap vital. Pulpotomi vital umunya dilakukan pada gigi sulung dan gigi
permanen muda. Pulpotomi gigi sulung umunya menggunakan formokresol atau
glutaraldehid.1
 Indikasi
- Gigi sulung dan gigi tetap mudal vital, tidak ada tanda-tanda gejala
peradangan pulpa dalam kamar pulpa
- Terbukanya pulpa saat ekskavasi jaringan karies / dentin lunak prosedur pulp
capping indirek yang kurang hati-hati, factor mekanis selama preparasi
kavitas atau trauma gigi dengan terbukanya pulpa
- Gigi masih dapat dipertahankan / diperbaiki dan minimal didukung lebih dari
2/3 panjang akar gigi
- Tidak dijumpai rasa sakit yang spontan dan terus menerus
- Tidak ada kelainan patologis pulpa klinis maupun rontgenologis 4,7

 Kontraindikasi
- Rasa sakit spontan
- Rasa sakit terutama bila diperkusi maupun palpasi
- Adanya mobiliti patologi
- Terlihat radiolusen pada daerah periapikal, kalsifikasi pulpa, resorpsi akar
interna maupun ekterna
- Keadaan umum yang kurang baik, dimana daya tahan tubuh terhadap infeksi
sangat rendah
- Perdarahan yang lebih setelah amputasi pulpa.4,7

b. Pulpotomi Devital (Mumifiksi)


Pulpotomi devital atau mumifikasi adalah pengembalian jaringan pulpa yang
terdapat dalam kamar pulpa, kemudian dengan pemberian pasta anti septik, jaringan
dalam saluran akar ditinggalkan dalam keadaan aseptik. Untuk bahan devital gigi
sulung dipakai pasta paraformaldehid. Pulpotomi devital biasanya diindikasikan pada
pasien yang tidak dilakukan anastesi atau adanya perdarahan abnormal misalnya
hemofili.1
 Indikasi
- Gigi sulung dengan pulpa vital yang terbuka karena karies atau trauma
- Pada pasien yang tidak dapat dilakukan anestesi
- Pada pasien yang perdarahan yang abnormal misalnya hemofili
- Kesulitan dalam menyingkirkan semua jaringan pulpa pada perawatan
pulpektomi terutama pada gigi posterior
- Pada waktu perawatan pulpotomi vital 1 kali kunjungan sukar dilakukan
karena kurangnya waktu dan pasien tidak kooperatif 4,7

 Kontraindikasi
- Kerusakan gigi bagian koronal yang besar sehingga restorasi tidak mungkin
dilakukan
- Infeksi periapikal, apeks masih terbuka
- Adanya kelainan patologis pulpa secara klinis maupun rontgenologis 4,7

c. Pulpotomi Non Vital


Pulpotomi non vital adalah Amputasi pulpa bagian mahkota dari gigi yang non
vital dan memberikan medikamen / pasta antiseptik untuk mengawetkan dan tetap
dalam keadaan aseptik. Tujuan pulotomi non vital pada gigi sulung untuk keperluan
space maintainer.
 Indikasi
- Gigi sulung dengan pulpa nonvital akibat karies atau trauma
- Gigi sulung yang telah mengalami resorpsi lebih dari 1/3 akar tetapi masih
diperlukan sebagai space maintainer
- Gigi sulung yang telah mengalami dento alveolar kronis
- Gigi sulung patologik karena abses akut, sebelum abses harus dirawat dahulu.4,7

 Prosedur Pulpotomi Gigi Desidui


Prosedur perawatan pulpotomi adalah sebagai berikut:
- Siapkan instrumen dan bahan
- Anastesi Lokal dan isolasi daerah kerja
- Pembuangan jaringan karies
- Pembukaan atap pulpa dengan menggunakan bur fisur steril (kira-kira No.2)
dengan handpeice berkecepatan rendah. Masukkan ke bagian yang terbuka dan
gerakkan ke mesial dan distal seperlunya untuk membuang atap pulpa.
- Pengambilan jaringan infeksi dalam kamar pulpa sampai batas orifis dengan
ekskavator atau round bur kecepatan rendah.
- Irigasi dengan aquadest steril. Kemudian keringkan dan kontrol perdarahan
dengan kapas steril.
- Celupkan kapas kecil dalam larutan formokresol, buang kelebihan dengan
menyerapkan pada kapas lain dan tempatkan dalam kamar pulpa selama 4-5
menit.
- Siapkan pasta antiseptik dengan mencampurkan eugenol dan formokresol dalam
perbandingan yang sama dengan zinc oxide. Keluarkan pasta yang mengandung
formokresol dan letakkan pasta secukupnya dalam kamar pulpa. Serap pasta
dengan kapas basah secara perlahan dalam tempatnya.
- Tumpat sementara.
- Evaluasi.
- Restorasi tetap.1,7

Gambar 1. Langkah-langkah Perawatan Pulpotomi Vital Formokresol Satu Kali Kunjungan.1. Ekskavasi karies,
2. Buang atap kamar pulpa, 3. Buang pulpa di kamar pulpa dengan ekskavator, 4. Pemotongan pulpa di orifis
dengan bor bundar kecepatan rendah, 5. Pemberian formokresol selama 5 menit, 6. Pengisian kamar pulpa
dengan campuran zinc oxide dengan formokresol dan eugenol, 7. Gigi yang telah di restorasi.10

 Medikamen Pulpotomi
Pada perawatan pulpotomi, pulpa koronal dibuang dan pulpa radikal vital yang
tersisa dirawat dengan medikamen Buckley’s solution of formokresol dan ferric sulfat.
Beberapa studi juga menggunakan sodium hypochlorite, calcium hydroxide dan MTA.
Ferric sulfat merupakan gold standard untuk pengaplikasian pada pulpa
radikular. Ferric sulfat telah digunakan secara luas untuk mengontrol perdarahan
terutama pada saat endodontic. Bahan ini merupakan agen hemostatik paling baik
yang membentuk ferric ion-protein complex pada saat berkontak dengan darah yang
akan menghentikan perdarahan dengan menutup pembuluh darah. Anjuran yang
disarankan adalah dengan memoleskan pada ujung pulpa atau diaplikasikan
menggunakan cotton pellet steril selama 15 detik. Apabila perdarahan berlanjut,
ferric sulfat diaplikasikan kembali selama 15 detik. Apabila tidak berhasil,
dipertimbangkan untuk dilakukan pulpektomi atau ekstraksi.8
MTA merupakan material terbaru yang digunakan untuk pulpotomi dengan
tingkat keberhasilan tinggi. Percobaan klinis menunjukkan bahwa penggunaan MTA
menunjukkan hasil yang sama atau lebih baik dibandingkan dengan formocresol dan
ferric sulfat. Elektrosurgery juga menunjukkan keberhasilan yang tinggi.2

 Perbedaan Pulpotomi dan Pulpektomi pada Gigi Sulung


- Keluhan Subjektif
Setelah anamnesis jika tidak ditemukan adanya rasa sakit spontan maupun
terus menerus, maka dapat dilakukan perawatan pulpotomi. Tetapi jika ada
riwayat sakit spontan dan terus menerus serta adanya abses atau pembengkakan
maka dapat dilakukan perawatan pulpektomi.4,5
- Pemerikasaan Klinis
Adanya perdarahan yang terkontrol dan pulpa terbuka pin point maka dapat
dilakukan perawatan pulpotomi. Pemeriksaan klinis pada pasien dengan indikasi
pulpektomi terlihat karies besar yang telah mencapai kamar pulpa, tidak ada
perdarahan, tes vitalitas positif, maka dapat dilakukan pulpektomi vital, namun
jika tes vitalitas negatif maka dilakukan pulpektomi non vital. 4,5
- Prosedur Perawatan
Prosedur perawatan pada pulpotomi dengan pengambilan jaringan pulpa vital
yang terinfeksi hanya di bagian kamar pulpa saja dengan meninggalkan jaringan
sehat dan vital di dalam saluran akar. Sedangkan pulpektomi pengambilan jaringn
pulpa dalam kamar pula dan saluran akar gigi yg terinfeksi. Selain itu, pada
perawatan pulpektomi juga menggunakan instrumen endodontik untuk membuang
pulpa yang nekrotik.4,5
- Prosedur BAP pada Gigi Sulung
Pembuangan atap pulpa dilakukan dengan menggunkan bur fisur steril (kira-
kira No 2) dengan handpiece berkecepatan rendah. Masukkan ke dalam bagian
yang terbuka dan gerakkan ke mesial distal seperlunya untuk membuang atap
pulpa. Hilangkan setiap pinggiran dentin yang karies. Hilangkan pulpa pada
bagian korona dengan ekskavator atau dengan round bur dengan putaran
perlahan.1

3. Pulpektomi
Pulpektomi adalah pengambilan seluruh jaringan pulpa dari kamar pulpa dan saluran
akar pada gigi yang terinfeksi atau nekrosis. Perawatan pulpektomi terbagi menjadi 3,
yaitu: pulpektomi vital, pulpektomi devital, dan pulpektomi nonvital.5
 Indikasi
- Gigi sulung dengan infeksi yang melewati kamar pulpa, baik pada gigi vital,
nekrosis sebagian maupun gigi yang sudah nonvital
- Saluran akar dapat dimasuki instrumen
- Resorbsi akar gigi kurang dari sepertiga apikal
- Resorpsi interna tetapi belum terjadi perforasi akar
- Gigi masih dapat direstorasi
- Bifrukasi tidak perforasi
- Kelanjutan perawatan bila perawatan pulpotomi gagal.4,7

 Kontraindikasi
- Bila kelainan sudah mengenai periapikal
- Gigi tidak dapat direstorasi
- Kesehatan umum tidak baik
- Gigi goyang disebabkan keadaan patologis
- Resorbsi akar meluas
- Perforasi bifurksi
- Pasien tidak kooperatif.4

a. Pulpektomi Vital
Pulpektomi ini dilakukan pada gigi vital dimana pulpa dalan keadaan
degeneratif kronis atau akut. Pulpektomi vital sering dilakukan pada gigi anterior
dengan karies yang telah meluas ke arah pulpa atau gigi yang mengalami fraktur.
Prosedur pulpektomi vital dilakukan dibawah anastesi lokal.4,7
 Indikasi
- Insisivus sulung yang mengalami trauma dengan kondisi patologis
- Molar sulung kedua, sebelum erupsi molar permanen pada umur 6 tahun
- Tidak ada bukti-bukti kondisi patologis dengan resopsi akar yang lebih dari
2
/3.1

b. Pulpektomi Devital
Pengambilan seluruh jaringan pulpa dalam ruang pulpa dan saluran akar yang
lebih dahulu dimatikan dengan bahan devitalisasi pulpa. Pulpektomi devital sering
diakukan pada gigi posterior yang telah mengalami pulpitis atau juga pada gigi
anterior pada pasien yang tidak tahan terhadap anastesi. Devital pulpektomi
menggunakan bahan seperti paraformaldehyde pasta.4,7
 Indikasi
Indikasi pulpektomi devital yaitu sering dilakukan pada gigi posterior
sulung yang telah mengalami pulpitis atau dapat juga pada gigi anterior sulung
pada pasien yang tidak tahan terhadap anastesi.1

c. Pulpektomi Nonvital
Perawatan dilakukan pada gigi non vital yang disebabkan oleh infeksi atau
nekrotik.7
 Indikasi
- Mahkota gigi masih dapat direstorasi dan berguna untuk keperluan estetik
- Gigi tidak goyang dan periodontal normal
- Belum terlihat adanya fistula
- Ro-foto : resorpsi akar tidak lebih dari 1/3 apikal, tidak ada granuloma
pada gigi-geligi sulung.1

 Kontraindikasi
- Gigi tidak dapat direstorasi lagi
- Kondisi kesehatan pasien jelek, mengidap penyakit kronis
- Terdapat pembengkokan ujung akar dengan granuloma (kista) yang sukar
dibersihkan.1

 Prosedur Pulpektomi Gigi Sulung


- Ro-Foto.
- Anastesi lokal dan isolasi daerah kerja.
- Buang jaringan karies dengan menggunkan bur bulat berkecepatan rendah atau
dengan ekskavator.
- Pembuangan atap pulpa pada kamar pulpa sehingga mendapatkan akses yang baik
menuju saluran akar.
- Ukur panjang estimasi (Panjang gigi – 3 mm).
- Preparasi mekanis yaitu jaringan pulpa diambil menggunakan jarum ekstirpasi
dengan gerakan reaming (searah jarum jam) lalu ditarik.
- Setiap pergantian alat di irigasi dengan NaOCl atau aquadest steril.
- Penjajakan saluran akar dari kfile no 8 sampai kfile no 20 dan dilakukan foto alat
dengan kfile 20.
- Perhitungan panjang kerja yaitu (panjang alat yang masuk + jarak keujung apeks)
– 1mm.
- Preparasi saluran akar hingga kfile no 35 sepanjang panjang kerja.
- Irigasi saluran akar dan keringkan dengan paper point.
- Aplikasikan bahan medikamen lalu tumpat sementara.
- Kontrol 1 minggu.
- Kunjungan berikutnya, dilakukan pemeriksaan menggunakan paper point. Jika
tidak ada eksudat maka dilakukan obturasi.
- Pengisian saluran akar dengan pasta ZOE.
- Tutup kapas lalu foto periapikal, jika pengisian hermetis lapisi dengan GIC liner
dan restorasi akhir.9
REFERENSI:

1. Andlaw RJ, Rock WP. Perawatan Gigi Anak Edisi 2. 1992. Jakarta: Widya Medika. Hal
107-115.
2. American Academy of Pediatric Dentistry. Guideline On Pulp Therapy For Primary And
Immature Permanent Teeth. Vol 37, No6. 2014.
3. Jyotsna Rao. QRS for BDS 4th Year - E-Book: Pedodontics. India: Elsevier. 2014.
4. Purwanto H, Setiabudi L. Diktat Kedokteran Gigi Anak. Jakarta: FKG Universitas Prof.
Dr. Moestopo.
5. Fajriani. Penatalaksanaan Penyakit Pulpa pada Gigi Anak. 2013. FKG Universitas
Hasanuddin. Hal 2-4.
6. Walton RE, Torabinehad M. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodontik Ed 3. 2008. Jakarta:
EGC. Hal 429.
7. Tarigan R. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti) Ed 3. 2013. Jakarta: EGC. Hal 104-3, 145-
9.
8. Richard Welbury,Monty S. Duggal,Marie Thérèse Hosey. Paediatric Dentistry. 4th edition
. UK: Oxford University Press. 2012.
9. Ingle John, Bakland. Endodontics. 6th edition. BC decker Inc. 2008. Page : 1405-7.
10. Curzon, M. E. J., J. F. Roberts., dan D. B. Kennedy. 1996. Kennedy’s Paediatric
Operative Dentistry. 4th edition. London : Wright.

Anda mungkin juga menyukai