Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Perawatan endodontic adalah suatu usaha menyelamatkan gigi terhadap tindakan


pencabutan agar gigi dapat bertahan dalam soket. Karena itu sebaiknya seorang klinisi (Dokter
Gigi), harus mengtahui prinsip-prinsip ilmu endodontic secara benar yaitu pengetahuan
mendiagnosis, cara merestorasi jaringan gigi yang hilang dan mempertahankan sisa jaringan,
sehingga gigi tersebut dapat bertahan selama mungkin di dalam mulut dan menghindari tindakan
pencabutan agar gigi dapat bertahan di dalam soketnya, sehingga dapat memperlambat resorpsi
tulang alveolar gigi terkait. Keuntungan secara psikologis yang diperoleh adalah dapat
mempertahankan gigi dalam keadaan vital, pasien tetap memiliki gigi asli dalam keadaan sehat,
karena gigi dapat berfungsi seperti semula, dan gigi dapat dipakai sebagai tumpuan gigi tiruan
lepasan. Mempertahankan gigi dalam keadaan vital adalah usaha perawatan yang dilakukan
untuk melindungi pulpa yang terluka dari peradangan dan kerusakan lebih lanjut.

Secara mendasar pulpa memeberi rangsangan bqakteri, kemis, toksin, dan termis serta hal
lain, dengan mengadakan peradangan local. Selama perawatan, semua jaringan pulpa harus
dikeluarkan, saluran akar dibersihkan dan diirigasi, permukaan saluran disterilkan sebagai yang
ditentukan oleh pemeriksaan bakteriologik, dan saluran diobturasi dengan baik untuk mencegah
kemungkinan infeksi kembali. Adapun salah satu perawatan yang akan kita bahas adalah
perawatan Pulcaping, Pulpektomi (Endodontik Intakanal)..
BAB II

PEMBAHASAN

I. PULP CAPPING

Pulpa capping adalah aplikasi selapis atau lebih material pelindung atau bahan untuk perawatan diatas
pulpa yang terbuka, misalnya kalsium hidroksida yang akan merangsang pembentukan dentin
reparative (Harty dan Oston, 1993) . Tujuan Pulp capping adalah untuk menghilangkan iritasi ke
jaringan pulpa dan melindungi pulpa sehingga jaringan pulpa dapat mempertahankan
vitalitasnya. Dengan demikian terbukanya jaringan pulpa dapat terhindari. Bahan yang biasa
digunakan untuk pulp capping adalah kalsium hidroksida karena dapat merangsang
pembentukkan dentin sekunder secara efektif dibandingkan bahan lain.

Teknik Pulp Capping, yaitu:

1. Indirect Pulp Capping

Indirect Pulp Capping adalah perawatan pada pulpa yang masih tertutup lapisan dentin tipis
karena karies yang dalam. Pada teknik ini obat-obatan yang digunakan tidak berkontak langsung
dengan pulpa.Pulp capping tidak langsung memerlukan lebih dari dua kali kunjungan. Indirect
pulp capping dirasa lebih memberi hasil yang diharapkan dari pada metode direct pulp capping.
Dilakukan bila pulpa belum terbuka, tapi atap pulpa sudah sangat tipis sekali, yaitu pada karies
profunda.

Agar perawatan ini berhasil jaringan pulpa harus vital dan bebas dari inflamasi. Biasanya
atap kamar pulpa akan terbuka saat dilakukan ekskavasi. Apabila hal ini terjadi maka tindakan
selanjutnya adalah dilakukan direct pulp capping atau tindakan yang lebih radikal lagi yaitu
amputasi pulpa (Pulpotomi).

Tahapan perawatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Pada Kunjungan Pertama :


1. Karies dibuang dengan escavator atau bur round (bor bundar) kecepatan rendah , Lalu
lakukan ekskavasi sampai dasar pulpa, hilangkan dentin lunak sebanyak mungkin tanpa
membuka kamar pulpa. Jaringan karies yang paling dalam dibiarkan.
2. Kavitas disterilkan dengan air calxyl atau obat lain yang tidak caustik. Hindari
penggunaan alkohol, karena dapat memicu terjadinya dehidrasi cairan tubulus dentin.
3. Aplikasi preparat Kalsium hidroksida Ca(OH)2 kemudian dilapisi Zinc Okside Eugenol
(ZOE) yang diletakkan didasar kavitas kemudian dilapisi semen fosfat dan akhirnya
tambalan sementara.
4. Perawatan dilanjutkan 1-2 minggu kemudian.

Pada Kunjungan Kedua :

Apabila ada keluhan, dilakukan penambalan tetap.

2. Direct Pulp Capping

Direct Pulp Capping adalah perawatan sekali kunjungan. Direct Pulp Capping juga
digunakan dalam contoh di mana ada pembusukan yang mendalam mendekati pulpa tapi tidak
ada gejala infeksi. Direct Pulp Capping menunjukkan bahwa bahan diaplikasikan langsung ke
jaringan pulpa. Daerah yang terbuka tidak boleh terkontaminasi oleh saliva, kalsium hidroksida
dapat diletakkan di dekat pulpa dan selapis semen Zinc Okside Eugenol dapat diletakkan di atas
seluruh lapisan pulpa dan biarkan mengeras untuk menghindari tekanan pada daerah perforasi
bila gigi direstorasi. Pulpa diharapkan tetap bebas dari gejala patologis dan akan lebih baik jika
membentuk dentin sekunder. Agar perawatan ini berhasil maka pulpa disekitar daerah terbuka
harus vital dan dapat terjadi proses perbaikan.
Keuntungan Direct Pulp Capping antara lain :

1.Mempertahankan ketuhan dan vitalitas pulpa.

2.Memperbaiki dan penutup pulpa yang terbuka

3.Menghemat waktu perawatan.

4.Mempertahankan fungsi gigi.

Tahapan Perawatan yang Dilakukan adalah sebagai berikut :

Pada Kunjungan Pertama :

1. Dilakukan pemasangan rubber dam/cotton roll untuk mencegah kontaminasi bakteri pada
karies.
2. Karies dibuang dengan bor atau ekscavator steril.
3. Kavitas dibersihkan dengan air calxyl.
4. Bagian yang tereksponasi ditutup dengan cotton pellet yang sudah dibazahi dengan minyak
cengkeh atau eugenol. Sebaiknya hindari desinfektan yang kaustik seperti fenol, kresol dan
alkohol.
5. Kalau ada perdarahan atau rasa sakit, kontrol dengan cotton pellet dan eugenol yang
dihangatkan.
6. Di atas pulpa yang masih terbuka, aplikasikan preparat Ca (OH)2 tanpa tekanan dengan
Ash 49 atau amalgam carrier. Kelebihan obat dibuang dengan ekscavator.
7. Di atasnya diaplikasikan ZOE kemudian dilapisi semen fosfat kemudian dilapisi tambalan
sementara.
Pada Kunjungan Kedua :

Setelah 8-10 hari, kalau tidak ada keluhan, dengan kata lain gigi bereaksi normal, lakukan
penambalan permanen.

Medikamen/ Pemberian bahan terapitik

Bahan yang biasa digunakan untuk pulp capping ini adalah kalsium hidroksida karena
dapat merangsang pembentukan dentin sekunder secara efektif dibandingkan bahan lain.

Obat Pulp Capping antara Lain :

- Ca(OH)2 bubuk kering dicampur air steril / akuades

Dengan bentuk preparat : pulpdent, calxyl, dycal, calcipulpe, hydcal

Sifat-sifat obat pulp capping:

1. Antiseptik

2. Sedatif

3. Tidak mengiritasi

4. Bukan penerus panas

5. Tidak kontraksi / ekspansi

6. Dapat diaplikasi tanpa tekanan

7. Menetralisir asam karies

Sifat calxyl :
1.PH 11,5-12,5
2. menetralkan asam
3. sedikit antiseptic
4. tidak mengiritasi
5. menghambat infeksi
6. merangsang pembentukan dentin sekunder.
5. Prosedur Perawatan Pulpa Capping:

1. Siapkan peralatan dan bahan.

Gunakan kapas, bor, dan peralatan lain yang steril.

2. Isolasi gigi

Selain menggunakan rubber dam, isolasi gigi juga dapat menggunakan kapas dan saliva ejector,
jaga posisinya selama perawatan.

3. Preparasi kavitas

Tembus permukaan oklusal pada tempat karies sampai kedalaman 1,5 mm (yaitu kira-kira 0,5
mm kedalam dentin). Pertahankan bor pada kedalaman kavitas dan dengan hentikan intermitten
gerakan bor melalui fisur pada permukaan oklusal.

4. Ekskavasi karies yang dalam

Dengan perlahan-lahan buang karies dengan ekskavator, mula-mula dengan menghilangkan


karies tepi kemudian berlanjut ke arah pulpa. Jika pulpa vital dan bagian yang terbuka tidak
lebih besar diameternya dari ujung jarum maka dapat dilakukan pulp capping.

5. Berikan kalsium hidroksida

Keringkan kavitas dengan cotton pellet lalu tutup bagian kavitas yang dalam termasuk pulpa
yang terbuka dengan pasta kalsium hidroksida.
II. PULPEKTOMI (Ekstirpasi Pulpa)

Pulpektomi adalah tindakan pengambilan seluruh jaringan pulpa dari seluruh akar dan
korona gigi. Pulpektomi merupakan perawatan untuk jaringan pulpa yang telah mengalami
kerusakan yang bersifat irreversible atau untuk gigi dengan kerusakan jaringan keras yang luas.
Meskipun perawatan ini memakan waktu yang lama dan lebih sukar daripada pulp capping atau
pulpotomi namun lebih disukai karena hasil perawatannya dapat diprediksi dengan baik. Jika
seluruh jaringan pulpa dan kotoran diangkat serta saluran akar diisi dengan baik akan diperoleh
hasil perawatan yang baik pula

Indikasi:

 Gigi dengan infeksi yang melewati ruang kamar pulpa, baik pada gigi vital, nekrosis
sebagian maupun gigi sudah nonvital.
 Saluran akar dapat dimasuki instrument.
 Ruang pulpa kering
 Pendarahan berlebihan pada pemotongan pulpa (pulpotomi) tidak berhasil
 Sakit spontan tanpa stimulasiKeterlibatan tulang interradikular tanpa kehilangan tulang
penyangga
 Tanda-tanda/gejala terus menerus setelah perawatan pulpotomiPembengkakan bagian
bukal

Kontra Indikasi

 Keterlibatan periapikal atau mobilitas ekstensif


 Resorbsi akar ekstensif atau > 1/2 akar
 Resorbsi internal meluas menyebabkan perforasi bifurkasi
 Kesehatan buruk dan harapan hidup pendek
 Ancaman keterlibatan gigi tetap yang sedang berkembang karena infeksi
 Tingkah laku pasien yang tidak dapat dikendalikan dan di rumah sakit tidak
mungkindilakukan
a. Pulpektomi Vital
Pulpektomi vital sering dilakukan pada gigi anterior dengan karies yang sudah meluas kearah
pulpa, atau gigi yang mengalami fraktur.Langkah-langkah perawatan pulpektomi vital satu
kali kunjungan :

 Pembuatan foto Rontgen.Untuk mengetahui panjang dan jumlah saluran akar serta
keadaan jaringan sekitar gigi yang akan dirawat.
 Pemberian anestesi lokal untuk menghilangkan rasa sakit pada saat perawatan.
 Daerah operasi diisolasi dengan rubber dam untuk menghindari kontaminasi bakteri dan
saliva.
 Jaringan karies dibuang dengan bor fisur steril. Atap kamar pulpa dibuang dengan
menggunakan bor bundar steril kemudian diperluas dengan bor fisur steril.
 Jaringan pulpa di kamar pulpa dibuang dengan menggunakan ekskavatar atau bor bundar
kecepatan rendah.
 Perdarahan yang terjadi setelah pembuangan jaringan pulpa dikendalikan dengan
menekankan cotton pellet steril yang telah dibasahi larutan saline atau akuades selama 3
sampai dengan 5 menit.
 Kamar pulpa dibersihkan dari sisa-sisa jaringan pulpa yang telah terlepas kemudian
diirigasi dan dikeringkan dengan cotton pellet steril. Jaringan pulpa di saluran akar
dikeluarkan dengan menggunakan jarum ekstirpasi dan headstrom file.
 Saluran akar diirigasi dengan akuades steril untuk menghilangkan kotoran dan darah
kemudian dikeringkan dengan menggunakan paper point steril yang telah dibasahi
dengan formokresol kemudian diaplikasikan ke dalam saluran akar selama 5 menit.
 Saluran akar diisi dengan pasta mulai dari apeks hingga batas koronal dengan
,menggunakan jarum lentulo.
 Lakukan lagi foto rontgen untuk melihat ketepatan pengisian .
 kamar pulpa ditutup dengan semen, misalnya dengan semen seng oksida eugenol atau
seng fosfat.
 Selanjutnya gigi di restorasi dengan restorasi permanen.
b. Pulpektomi Devital

Pulpektomi devital sering dilakukan pada gigi posterior yang telah mengalami pulpitis
atau dapat juga pada gigi anterior pada pasien yang tidak tahan terhadap anestesi. Pemilihan
kasus untuk perawatan secara pulpektomi devital ini harus benar-benar dipertimbangkan dengan
melihat indikasi dan kontaindikasinya. Perawatan ini sekarang sudah jarang dilakukan pada gigi
tetap, biasanya langsung dilakukan perawatan pulpektomi vital walaupun pada gigi posterior.
Pulpektomi devital masih sering dilakukan hanya pada gigi sulung, dengan mempergunakan
bahan devitalisasi paraformaldehid, seperti Toxavit, dan lain-lain. Bahan dengan komposisi
As2O3 sama sekali tidak digunakan lagi.
c. Pulpektomi Nonvital (Endo Intrakanal)

Perawatan saluran akar ini sering dilakukan pada gigi anterior yang mempunyai saluran
akar satu, walaupun kini telah banyak dilakukan pada gigi posterior dengan saluan akar lebih
dari satu. Gigi yang dirawat secara pulpektomi nonvital adalah gigi dengan gangrene pulpa atau
nekrosis.

Indikasi:

 Mahkota gigi masih dapat direstorasi dan berguna untuk keperluan prostetik (untuk pilar
restorasi jembatan).
 Gigi tidak goyang dan periodontal normal.Foto rontgen menunjukkan resorpsi akar tidak
lebih dari sepertiga apical, tidak ada granuloma pada gigi sulung.
 Kondisi pasien baik serta ingin giginya dipertahankan dan bersedia untuk memelihara
kesehatan gigi dan mulutnya.Keadaan ekonomi pasien memungkinkan.

Kontra indikasi:

 Gigi tidak dapat direstorasi lagi.


 Resorpsi akar lebih dari sepertiga apical.
 Kondisi pasien buruk, mengidap penyakit kronis, seperti Diabetes Melitus, TBC, dan
lain-lainTerdapat belokan ujung dengan granuloma (kista) yang sukar dibersihkan ataui
sukar dilakukan tindak bedah endodonti.

Langkah-langkah perawatan pulpektomi non vital :

Kunjungan pertama :

 Lakukan foto rontgen.


 Isolasi gigi dengan rubber dam.
 Buang semua jaringan karies dengan ekskavator, selesaikan preparasi dan desinfeksi
kavitas.
 Buka atap kamar pulpa selebar mungkin.
 Jaringan pulpa dibuang dengan ekskavator sampai muara saluran akar terlihat.
 Irigasi kamar pulpa dengan air hangat untuk melarutkan dan membersihkan debris.
 Letakkan cotton pellet yang dibasahi trikresol formalin pada kamar pulpa.
 Tutup kavitas dengan tambalan sementara.
 Instruksikan pasien untuk kembali 2 hari kemudian.

Kunjungan kedua :

 Isolasi gigi dengan rubber dam.


 Buang tambalan sementara.
 Jaringan pulpa dari saluran akar di ekstirpasi, lakukan reaming, filling, dan irigasi.
 Berikan Beechwood creosote. Celupkan cotton pellet dalam beechwood creosote, buang
kelebihannya, lalu letakkan dalam kamar pulpa.
 Tutup kavitas dengan tambalan sementara.
 Instruksikan pasien untuk kembali 3 sampai dengan 4 hari kemudian.

Kunjungan ketiga :

 Isolasi gigi dengan rubber dam.


 Buang tambalan sementara.
 Keringkan kamar pulpa, dengan cotton pellet yang berfungsi sebagai stopper masukkan
pasta sambil ditekan dari saluran akar sampai apeks.
 Letakkan semen zinc fosfat.
 Restorasi gigi dengan tambalan permanen.

Teknik Pulpektomi:

1. Anestesi (bila perlu) dan isolasi gigi

2. Karies dibersihkan

3. Outline form diperbaiki

4. Atap pulpa dibuka sepenuhnya

5. Preparasi biomekanis : pulpa yang mengering dibersihkan sampai sepanjang saluran


akar, dan kira-kira mencapai k-file nomor 35
6. Irigasi sebanyak-banyaknya dengan air aquades agar serpihan-serpihan dentin keluar
dari saluran , lalu kemudian dikeringkan.

7. Beri cotton pelet dengan bahan obar sterilisasi (rotation of medication) seperti CHKM,
CMCP, Creosote, Cresophene dll yang ditaruh di kamar pulpa lalu tutup dengan tmpatan
sementara
8. Setelah 3 hari cek apakah ada keluhan dari pasien atau tidak (kontrol gejala) meliputi
perkusi, druksasi, mobilitas, warna,dan perabaan. Serta dicek dengan K-file nomor
terakhir (pada waktu preparasi preparasi biomekanis) apakah ada ada pus yang keluar
dari saluran akar atau tidak

9. Mengganti bahan obat sterilisasi (rotation of medication). Ditutup kembali dengan


tumpatan sementara.

10. Setelah 3 hari, kontrol gejala kembali. Jika tidak ada keluhan dari pasien maupun gigi
yang sedang dirawat, maka bisa memulai dengan pengisian saluran akar dengan bahan
ZnOE.

11. Isolasi terlebih dahulu.

12. Irigasi terlebih dahulu, kemudian keringkan.

13. Siapkan bahan lalu aduk dengan konsistensi kental.

14. Ambil bahan sedikit(dengan alat dycal), taruh di bagian orifice saluran akar. Dorong
bahan tersebut dengan cotton pelet (kecil saja) yang dijepit dengan pinset agar masuk.
Lakukan berulang-ulang sampai saluran akar tersebut penuh.

15. Jika sudah penuh, maka bersihkan kamar pulpa dari ZnOE . Tutup bagian orifice
dengan Zinc Pospat setinggi kira-kira 1mm.

16. Jika kontrol gejala juga tidak menunjukkan kelhan setelah pengisian, maka bisa
dilakukan tumpat tetap dengan GIC IX. Gigi tersebut dibangun selayaknya gigi sehat.

17. Cek oklusi.

18. Restorasi bila perlu.


Seperti halnya seluruh perawatan gigi, penggabungan beberapa factor mempengaruhi
hasil suatu perawatan endodontik. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan
perawatan saluran akar adalah faktor patologi, factor penderita, faktor anatomi, faktor perawatan
dan kecelakaan prosedur perawatan

Faktor Patologis

Keberadaan lesi di jaringan pulpa dan lesi di periapikal mempengaruhi tingkat


keberhasilan perawatan saluran akar. Beberapa penelitian menunjukan bahwa tidak mungkin
menentukan secara klinis besarnya jaringan vital yang tersisa dalam saluran akar dan derajat
keterlibatan jaringan peripikal. Faktor patologi yang dapat mempengaruhi hasil perawatan
saluran akar adalah :

1. Keadaan patologis jaringan pulpa.

Beberapa peneliti melaporkan tidak ada perbedaan yang berarti dalam keberhasilan atau
kegagalan perawatan saluran akar yang melibatkan jaringan pulpa vital dengan pulpa nekrosis.
Peneliti lain menemukan bahwa kasus dengan pulpa nekrosis memiliki prognosis yang lebih baik
bila tidak terdapat lesi periapikal.

2. Keadaan patologis periapikal

Adanya granuloma atau kista di periapikal dapat mempengaruhi hasil perawatan saluran
akar. Secara umum dipercaya bahwa kista apikalis menghasilkan prognosis yang lebih buruk
dibandingkan dengan lesi granulomatosa. Teori ini belum dapat dibuktikan karena secara
radiografis belum dapat dibedakan dengan jelas ke dua lesi ini dan pemeriksaan histologi kista
periapikal sulit dilakukan.

3. Keadaan periodontal

Kerusakan jaringan periodontal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi prognosis


perawatan saluran akar. Bila ada hubungan antara rongga mulut dengan daerah periapikal
melalui suatu poket periodontal, akan mencegah terjadinya proses penyembuhan jaringan lunak
di periapikal. Toksin yang dihasilkan oleh plak dentobakterial dapat menambah bertahannya
reaksi inflamasi.
4. Resorpsi internal dan eksternal

Kesuks esan perawatan saluran akar bergantung pada kemampuan menghentikan


perkembangan resorpsi. Resorpsi internal sebagian besar prognosisnya buruk karena sulit
menentukan gambaran radiografis, apakah resorpsi internal telah menyebabkan perforasi.
Bermacam-macam cara pengisian saluran akar yang teresorpsi agar mendapatkan pengisian yang
hermetis.

Faktor Penderita

Faktor penderita yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu perawatan
saluran akar adalah sebagai berikut :

1. Motivasi Penderita

Pasien yang merasa kurang penting memelihara kesehatan mulut dan melalaikannya,
mempunyai risiko perawatan yang buruk. Ketidaksenangan yang mungkin timbul selama
perawatan akan menyebabkan mereka memilih untuk diekstraksi.

2. Usia Penderita

Usia penderita tidak merupakan faktor yang berarti bagi kemungkinan keberhasilan atau
kegagalan perawatan saluran akar. Pasien yang lebih tua usianya mengalami penyembuhan yang
sama cepatnya dengan pasien yang muda. Tetapi penting diketahui bahwa perawatan lebih sulit
dilakukan pada orang tua karena giginya telah banyak mengalami kalsifikasi. Hali ini
mengakibatkan prognosis yang buruk, tingkat perawatan bergantung pada kasusnya.

3. Keadaan kesehatan umum

Pasien yang memiliki kesehatan umum buruk secara umum memiliki risiko yang buruk
terhadap perawatan saluran akar, ketahanan terhadap infeksi di bawah normal. Oleh karena itu
keadaan penyakit sistemik, misalnya penyakit jantung, diabetes atau hepatitis, dapat menjelaskan
kegagalan perawatan saluran akar di luar kontrol ahli endodontis.
Faktor Perawatan

Faktor perawatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu


perawatan saluran akar bergantung kepada :

1. Perbedaan operator

Dalam perawatan saluran akar dibutuhkan pengetahuan dan aplikasi ilmu biologi serta
pelatihan, kecakapan dan kemampuan dalam manipulasi dan menggunakan instrumen-instrumen
yang dirancang khusus. Prosedur-prosedur khusus dalam perawatan saluran akar digunakan
untuk memperoleh keberhasilan perawatan. Menjadi kewajiban bagi dokter gigi untuk
menganalisa pengetahuan serta kemampuan dalam merawat gigi secara benar dan efektif.

2. Teknik-teknik perawatan

Banyak teknik instrumentasi dan pengisian saluran akar yang tersedia bagi dokter gigi,
namun keuntungan klinis secara individual dari masing-masing ukuran keberhasilan secara
umum belum dapat ditetapkan. Suatu penelitian menunjukan bahwa teknik yang menghasilkan
penutupan apikal yang buruk, akan menghasilkan prognosis yang buruk pula.

3. Perluasan preparasi atau pengisian saluran akar.

Belum ada penetapan panjang kerja dan tingkat pengisian saluran akar yang ideal dan
pasti. Tingkat yang disarankan ialah 0,5 mm, 1 mm atau 1-2 mm lebih pendek dari akar
radiografis dan disesuaikan dengan usia penderita. Tingkat keberhasilan yang rendah biasanya
berhubungan dengan pengisian yang berlebih, mungkin disebabkan iritasi oleh bahan-bahan dan
penutupan apikal yang buruk. Dengan tetap melakukan pengisian saluran akar yang lebih pendek
dari apeks radiografis, akan mengurangi kemungkinan kerusakan jaringan periapikal yang lebih
jauh.

Faktor Anatomi Gigi

Faktor anatomi gigi dapat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan suatu perawatan
saluran akar dengan mempertimbangkan :

1. Bentuk saluran akar


Adanya pengbengkokan, penyumbatan,saluran akar yang sempit, atau bentuk abnormal
lainnya akan berpengaruh terhadap derajat kesulitan perawatan saluran akar yang dilakukan yang
memberi efek langsung terhadap prognosis.

2. Kelompok gigi

Ada yang berpendapat bahwa perawatan saluran akar pada gigi tunggal mempunyai hasil
yang lebih baik dari pada yang berakar jamak. Hal ini disebabkan karena ada hubungannya
dengan interpretasi dan visualisasi daerah apikal pada gambaran radiografi. Tulang kortikal gigi-
gigi anterior lebih tipis dibandingkan dengan gigi-gigi posterior sehingga lesi resorpsi pada apeks
gigi anterior terlihat lebih jelas. Selain itu, superimposisi struktur radioopak daerah periapikal
untuk gigi-gigi anterior terjadi lebih sedikit, sehingga interpretasi radiografinya mudah
dilakukan. Radiografi standar lebih mudah didapat pada gigi anterior, sehingga perubahan
periapikal lebih mudah diobservasi dibandingkan dengan gambaran radiologi gigi posterior.

3. Saluran lateral atau saluran tambahan

Hubungan pulpa dengan ligamen periodontal tidak terbatas melalui bagian apikal saja,
tetapi juga melalui saluran tambahan yang dapat ditemukan pada setiap permukaan akar.
Sebagian besar ditemukan pada setengah apikal akar dan daerah percabangan akar gigi molar
yang umumnya berjalan langsung dari saluran akar ke ligamen periodontal.
Preparasi dan pengisian saluran akar tanpa memperhitungkan adanya saluran tambahan, sering
menimbulkan rasa sakit yang hebat sesudah perawatan dan menjurus ke arah kegagalan
perawatan akhir.

Kecelakaan Prosedural

Kecelakaan pada perawatan saluran akar dapat memberi pengaruh pada hasil akhir
perawatan saluran akar, misalnya :

1. Terbentuknya ledge (birai) atau perforasi lateral.

Birai adalah suatu daerah artifikasi yang tidak beraturan pada permukaan dinding saluran
akar yang merintangi penempatan instrumen untuk mencapai ujung saluran . Birai terbentuk
karena penggunaan instrumen yang terlalu besar, tidak sesuai dengan urutan; penempatan
instrument yang kurang dari panjang kerja atau penggunaan instrumen yang lurus serta tidak
fleksibel di dalam saluran akar yang bengkok.
Birai dan ferforasi lateral dapat memberikan pengaruh yang merugikan pada prognosis selama
kejadian ini menghalangi pembersihan, pembentukan dan pengisian saluran akar yang memadai.

2. Instrumen patah

Patahnya instrumen yang terjadi pada waktu melakukan perawatan saluran akar akan
mempengaruhi prognosis keberhasilan dan kegagalan perawatan. Prognosisnya bergantung pada
seberapa banyak saluran sebelah apikal patahan yang masih belum dibersihkan dan belum
diobturasi serta seberapa banyak patahannya. Prognosis yang baik jika patahan instrumen yang
besar dan terjadi ditahap akhir preparasi serta mendekati panjang kerja. Prognosis yang lebih
buruk jika saluran akar belum dibersihkan dan patahannya terjadi dekat apeks atau diluar
foramen apikalis pada tahap awal preparasi.

3. Fraktur akar vertikal

Fraktur akar vertikal dapat disebabkan oleh kekuatan kondensasi aplikasi yang berlebihan
pada waktu mengisi saluran akar atau pada waktu penempatan pasak. Adanya fraktur akar
vertikal memiliki prognosis yang buruk terhadap hasil perawatan karena menyebabkan iritasi
terhadap ligamen periodontal.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil diskusi yang kami lakukan,dapat disimpulkan bahwa perawatan


endodontik(pulpcapping,pulpektomi,endo intrakanal) sangat penting dilakukan untuk mencegah
gigi agar tidak dicabut dan gigi dalam keadaan vital, pasien tetap memiliki gigi asli dalam
keadaan sehat, karena gigi dapat berfungsi seperti semula, dan gigi dapat dipakai sebagai
tumpuan gigi tiruan lepasan .Selain itu usaha perawatan yang dilakukan untuk melindungi pulpa
yang terluka dari peradangan dan kerusakan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

Andlaw, R. J .Perawatan Gigi Anak.1992.Jakarta : Widya Medika

Baum,Philips,Lund. Buku Ajar Ilu Konservasi Gigi. 1997. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

http://www.adifkgugm.com/2011/08/perawatan-saluran-akar.html

http://www.scribd.com/doc/72755585/En-Do

Tarigan, Rasinta. 2002. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta: EGC.

Louis I. Grosssman, dkk. 1995. Ilmu Endodontik Dalam Praktek. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai