Anda di halaman 1dari 7

Nama : Puspitasari

NPM : 160112180033

Teknik Pulp Capping


Pulp capping adalah prosedur untuk mempertahankan vitalitas pulpa dengan
menempatkan selapis material proteksi / terapeutik yang sesuai, baik secara langsung
pada pulpa yang terbuka berdiameter kurang lebih 1 mm atau di atas lapisan dentin
yang tipis dan lunak.
Pada dentin-pulpa yang mengalami injuri, terdapat tiga keadaan fisiopatologi
yang dapat terjadi yaitu.
1. Pada injuri ringan dimana karies email non kavitas atau karies dentinal dengan
progress lanbbat, odontoblast dapat bertahan, dan lapisan odontoblastic
distimulasi untuk membentuk matriks dentin tersier di bawah injuri (dentin
reaksioner). Dentin reaksioner menunjukkan banyak kesamaan dengan dentin
primer dan sekunder serta dapat bertahan secara efektf terhadap rangsangan
destruksi eksogen untuk melindungi pulpa.
2. Pada injuri dentin berat tanpa disertai terbukanya pulpa disertai lesi karies
dengan progress cepat atau pada kerusakan jatingan yang luas akibat preparasi
kavitas, odontoblast rusak. Pada tahap metabolic kompleks dentin-pulpa, sel
odontoblast-like berdiferensiasi dan membentuk tubular dentin tersier
(reparative dentinogenesis)
3. Pada kasus pulpa terbuka, pulpa yang terabil dapat memperbaiki diri setelah
atau tanpa aplikasi bahan. Pulpa terbuka akibat karies untuk memperbaiki diri
cenderung terbatas, akibat adanya infeksi bakteri pada jangka waktu tertentu,
sehingga melemahkan reaksi pertahanan pulpa. Sebagai bagian dari proses
perbaikan pulpa, potensi dentinogenic pada sel pulpa dapat terlihat. Adanya
proliferasi, migrasi, dan diferensiasi sel progenitor dapat meningkatkan sel
pembentuk dentin reparative (sel odontoblast-like) dan merekonstruksi
jaringan yang terputus pada lapisan dentin-pulpa.
a. Pulp capping direct
Pulpa terbuka dapat diakibatkan oleh proses karies, trauma, atau pada saat
prosedur restorasi. Pulp capping direct merupakan salah satu pilihan perawatan pulpa
terbuka, dengan mnempatkan bahan di atas daerah pulpa yang terbuka. Biasanya
dilakukan pada pulpa sehat dan terbuka akibat prosedur restoratif. Gigi harus
asimptomatik, daerah yang terbuka harus berdiameter berupa pinpoint dan dikelilingi
oleh dentin sehat, bebas dari kotaminasi mulut serta perdarah terkontrol. Bahan yang
biasa digunakan adalah kalsium hidroksida karena dapat membentuk dentin
reparative dan merawat pulpa vital.
Pada pulpa yang terbuka akibat paparan karies, meski berukurkan pinpoint,
telah mengalami peradangan. Derajat peradangan pulpa terebut tergantung pada
ukuran terbukanya pulpa. Pulpa yang terbuka luas biasanya berhubungan dengan
eksudat cair atau adanya pus pada daerah terbuka, idealnya, pulpa akan memperbaiki
diri dengan membentuk barrier jaringan termineralisasi di atas permukaan yang
terbuka, yang dikenal sebagai jembatan dentin. Pulpa membentuk matriks seperti
dentin (dentin tersier) yang merupakan bagian dari perbaikan dentin-pulpa.
Teknik pulp capping direct :
 Rontgen foto untuk mengetahui kedalaman karies.
 Isolasi daerah kerja.
 Perdarahan yang terjadi akibat perforasi dihentikan.
 Irigasi kavitas dengan aquadest untuk mengeluarkan kotoran dari dalam
kavitas, kemudian dikeringkan kavitas tersebut.
 Letakkan bahan kalsium hidroksid pada daerah pulpa yang terbuka dan
biarkan sampai kering.
 Kemudian beri semen fosfat dan tambalan sementara.
 Setelah 6 minggu, bila reaksi pulpa terhadap panas dan dingin normal dapat
dilakukan restorasi tetap.
b. Pulp capping indirect
Pulp caping indirect merupakan pemberian bahan terapitik pada dentin yang
terinfeksi di atas pulpa pada kavitas yang dalam, dimana pulpa belum terbuka,
Teknik pulp capping direct :
 Rontgen foto untuk mengetahui kedalaman karies.
 Isolasi daerah kerja.
 Gunakan bur fisur untuk membuka daerah karies.
 Gunakan bur kecepatan rendah (carbide bor) untuk mengangkat dentin karies,
kemudian irigasi dengan aquadest steril.
 Keringkan kavitas setelah dibersihkan.
 Tempatkan basis kalsium hidroksida Ca(OH)2 di atas selapis tipis dentin yang
tinggal (tersisa 1 mm) kemudian tutup dengan semen fosfat sebagai basis
tumpatan
 Lakukan restorasi

A B C
Gambar 1.Perawatan pulp capping indirek
Teknik pulp capping indirect itu sendiri dibagi lagi menjadi one-step approach
dan two-step approach.
One-step Approach
Teknik pulp capping indirect one-step approach dilakukan dengan membuang
semua karies pada pertemuan pertama dan dilakukan penempatan bahan pulp capping
tetapi tidak berkontak langsung dengan pulpa dan restorasi akhir dilakukan pada
pertemuan itu juga. Teknik ini biasanya dilakukan dengan menghilangkan infected
dentin saja (dentin yang terdemineralisasi dengan denatured collage, terinfiltrasi
bakteri dan tidak apat diperbaiki) dan meninggalkan affected dentin (dentin yang
termineralisasi juga tetapi struktur kolagen tetap intak, tidak ada bakteri, dan masih
berpotensi untuk remineralisasi). Biasanya affected dentin akan ditutupi oleh base
atau line dengan harapan akan terjadi remineralisasi sejalan dengan waktu dan
membentuk dentin keras yang bebas bakteri. Pada kenyataannya sulit menentukan
batas infected dan affected dentin. Cairan pendeteksi karies dapat digunakan
(propilen glikol dengan pewarna) untuk membedakan infected dentin.
Setelah jaringan karies dibuang, lakukan disinfeksi dentin menggunakan
klorheksidin 2% dan lakukan penempatan liner RMGI. Liner RMGI ini diaplikasikan
sebesar < 1 mm sebelum dilakukan bonding dan restorasi menggunakan komposit.
Liner RMGI merupakan bahan adesif yag baik dan memiliki seal yang baik untuk
menjegan interaksi mikromekanis dan kimia dengan dentin. Liner RMGI juga
mengurangi adanya gap dan mencegah microleakage.
Two-step Approach
Pada two-step approach, semua jaringan karies dan dentin yang terkena
dihilangkan. Setelah itu jika terlihat lapisan karies pada dentin yang berwarna lebih
gelap tetapi keras, biasanya lapisan tersebut ditinggalkan karena dikhawatirkan akan
membuka pulpa jika dipaksakan untuk dibuang. Biasanya, liner seperti kalsium
hidroksida ditempatkan lalu dilapisi lagi oleh ZnOE atau glass ionomer. Hal paling
penting dari teknik ini adlah penempatan seal restorasi yang baik untuk beberapa
bulan agar kavitas terisolasi dari karis dan bakteri. Setelah beberapa bulan dan
keluhan diaggap sudah hilang maka pasien kembali lagi. Pada pertemuan kedua ini,
karies yang masih tersisa dihilangkan dan dilakukan restorasi. Pada pertemuan kedua
ini juga diharapkan bahwa sudah terjadi remineralisaasi dentin semenjak pertemuan
pertama dan pembentukan dentin reparative serta dentin bridging sehingga
penghilangan karies lebih dalam pada pertemuan kedua dapat dilakukan tanpa takut
pulpa terkespos.
Bahan yang Digunakan untuk Pulp Capping
1. Kalsium Hidroksida
Kalsium hidroksida merupakan bahan pulp capping standar yang dapat
merangsang pembentukan dentin reparatif. Keuntungan penggunaan kalsium
hidroksida adalah sifat antibakteri dan mendisinfeksi bagian superfisial pulpa.
Kalsium hidroksida murni akan menyebabkan nekrosis jaringan pulpa, sekitar 1,5
mm dari lapisan paling superfisial pulpa. pH tinggi kalsium hidroksida sekiar 12,5
akan menyebabkan nekrosis likuefaksi pada lapisan paling superfisial pulpa.
Toksisitas kalsium hidroksida akan mengalami netralisasi pada lapisan pulpa afektif
sehingga menyebabkan nekrosis koagulasi pada batas jaringan pulpa nekrosis dan
sehat. Hal ini merupakan iritasi ringan pulpa yang akan mengaktifkan respon
inflamasi dan vascular untuk mengontrol dan mengeliminasi iritas yang ada dengan
membentuk barrier jaringan keras.
Adanya respon inflamasi dan vascular, menandakan dimulainya proses
perbaikan termasuk proliferasi sel dan pembentukan kolagen baru. Kolagen baru
kemudian mengalami mineralisasi bersamaan dengan kalsidikasi distrofik pada
daerah yang mengalami nekrosis koagulasi dan membentuk deposisis mineral pada
kolagen baru.
Pada penelitian jangka panjang menunjukkan hasil perawatan kalsium
hidroksida bervariasi, tidak dapat diperkirakan. Hal ini disebabkan kalsium
hidroksida tidak dapat beradaptasi rapat dengan dentin, cenderung akan mejadi lunak,
disintegrasi dan larut dalam cairan dentin sehingga pembentukan jembatan dentin
dapat membntuk defek tunnel. Defek tunnel pada jembatan dentin menjadi celah
penetrasi mikroorganime terhadap sel imun aktif, menginduksi iritasi pulpa dan
membentuk kalsifikasi distrofi. Pemberian Ca(OH)2 langsung mengenai pulpa pada
gigi dapat merangsang odontoblas yang berlebihan sehingga menyebabkan resorpsi
interna.
2. Mineral Trioxide Aggregate (MTA)
MTA untuk menutup hubungan antara sistem saluran pulpa dan permukaan
luar gigi. Pada awalnya, MTA digunakan sebagai bahan pengisi retrogad, kemudian
dikembangkan penggunaannya untuk pulp capping, pulpotmi, apeksifikasi, perbaikan
perforasi dan bahan pengsi saluran akar. MTA merupakan bahan bioaktif yang
bersifat mengkonduksi jaringan keras, menginduksi jaringan keras dan
biokompatibel. Bubuk MTA mengandung partikel hidrofilik halus yang mengeras
pada keadaan lembab, merupakan campuran semen Portland yang dihaluskan dan
bismuth oksida. Kadungan utama semen Portland merupakan gabungan dari
dikalsium sikiat, trikalsium silikat, trikalsium alumina, gypsum, dan tetrakalsium
aluminoferit. Bismuth oksida merupakan bubuk yang tidak dapat larut dalam air dan
tidak aktif secara kimiawi, berperan dalam meningkatkan sifat radiopak MTA
sehingga dapat diidentifikasi melalui radiografis. Menurut Torbinejad, perbandingan
antara bubuk dan air steril adalah 3:1 dengan rata-rata waktu pengerasan 165 +/- 5
menit. Torabinejad menganjurkan utuk menempatkan bulatan kapas bahas di atas
MTS pada perawatan pulp capping. Kadar pH awal 10,2 akan meningkat hingga 12,5
setelah 3 jam.
Mekanisme inisiasi dentinogenesis reparative pada pulp capping dengan MTA
sama dengan kalsium hidroksida. Pada saat bubuk MTA bercampur dengan air, akan
terbentuk hidrat kalsium hidroksida dan kalsium silikat kemudia berubah menjadi
bentuk kristal yang tidak sempurna dan gel keras yang berporus. Kalsium silikat akan
membentuk endapan kalsium, yang akan menghasilkan kalsium hidroksidan dan
menyebabkan tingat alkaslin MTA tinggi setelah dilakukan hidrasi. Setelah MTA
berkontak dengan ajringan pulpa, MTA menunjukkan beberapa struktur kristal kalsit
yang juga ditemukan pada kalsium hidroksida. Kristal kalsit ini akan menarik
fibronectin yang berfunsi mengatur adhesi dan diferensiasi selular. Akan terdapat
zona homogen struktur kristalin yang ditemukan sepanjang permukaan MTA-pulpa.
Zona homgen ini merupakan perubahan sitologik dan fungsional sel pulpa yang
berada dekat dengan struktur kristal MTA. Sel pulpa akan mengalami proliferasi,
migrasi dan diferensiasi sel odontoblast-like yang akan menghasilkan matriks
kolagen. Matriks akan termineralisoasi dan membentuk osteodentin dan diikuti
pembentukan jembatan dentin.
DAFTAR PUSTAKA

Alex, Gary. (2018). Direct and Indirect Pulp Capping: A Brief History, Material
Innovations, and Clinical Case Report. The Compendium of continuing
education in dentistry. 39.

Ingle, J. L. (2008). Endodontics 6th edition. Ontarlo : BC Decker Inc.

Melisa., Hadriyanto, Wignyo,, Gunawan, Juanita A.,. 2011. Trioxide Aggregate


(MTA) Studi Pustaka. MIKGI Edisi Khusus Maret 2011.

Nisak, Rosyida Ainun., Sofiani, Erma., 2016. Evaluasi Radiograf Perawatan Kaping
Pulpa Direk dengan Bahan Kalsium Hidroksida Hard Setting di RSGM
UMY.

Anda mungkin juga menyukai