Pengaruh lingkungan ketika proses tumbuh kembang wajah, rahang, dan gigi terdiri dari
tekanan yang besar dan gaya yang berkaitan dengan aktivitas fisiologis. Hubungan antara bentuk
anatomis dan fungsi fisiologis tampak pada semua jenis hewan. Seiring dengan terjadinya
evolusi, adaptasi pada rahang dan gigi terlihat jelas dari fosil yang ditemukan. Hubungan bentuk
dan fungsi dikontrol secara genetik dan, penting untuk dipahami bahwa berpengaruh hanya
sedikit terhadap penyimpangan dari keadaan pada setiap individu saat ini.
Tetapi, terdapat berbagai alasan yang mendasari bahwa hubungan bentuk dan fungsi
tubuh hanya sedikit, individu dengan aktivitas fisik yang berat memiliki otot yang lebih berat dan
lebih kuat serta sistem skeletal yang lebih kokoh dibandingkan dengan individu yang memiliki
aktivitas yang ringan. Jika fungsi dapat mempengaruhi pertumbuhan rahang, perubahan fungsi
dapat menjadi penyebab utama dari maloklusi, dan latihan mengunyah serta terapi fisik lainnya
memiliki peranan penting dalam perawatan orthodontik. Tetapi jika fungsi berdampak sedikit
atau bahkan tidak menimbulkan perbedaan terhadap pola pertumbuhan individu, perubahan
fungsi rahang mungkin hanya memberikan sedikit dampak secara etiologi dan terapeutik.
Dikarenakan pentingnya hal ini dalam ilmu orthodontik, selanjutnya akan lebih ditekankan
dalam mengevaluasi kontribusi fungsional yang memiliki pengaruh terhadap etiologi maloklusi
Hukum fisika menyatakan bahwa objek yang mendapatkan gaya yang tidak sama akan
mengalami percepatan dan pepindahan posisi. Jika objek tersebut diberikan gaya dan tetap pada
posisinya, berarti gaya yang diberikan pada kedua sisi sama besar sehingga terjadi kesimbangan
atau equilibrium. Dari sudut pandang ini gigi geligi kita juga mengalami kesimbangan, karena
gigi menerima gaya dari segala arah tetapi tidak mengalami perpindahan ke posisi yang baru.
Gambar 1 Gigi menerima gaya dari lidah, pipi, dan bibir ketika proses mastikasi, penelanan, dan
bebicara tetapi tidak mengalami perpindahan karena terjadinya keseimbangan gaya.
Keefektifan perawatan orthodontik memperlihatkan bahwa gaya yang terjadi pada gigi
biasanya dalam keadaan seimbang. Biasanya gigi menerima gaya dari mastikasi, penelanan, dan
berbicara tetapi gigi tersebut tidak mengalami pergerakan. Jika gigi mendapatkan gaya dari alat
ortodonti secara kontinu, gigi akan mengalami pergerakan karena gaya yang diaplikasikan
ortodontis akan mengubah sistem keseimbangan sebelumnya. Gaya yang dibutuhkan untuk
pergerakan gigi akan didiskusikan secara rinci pada Bab 8, tetapi pada bagian ini akan dibahas
besar dan durasi gaya yang dapat menghasilkan perubahan terhadap posisi gigi.
Hal yang perlu diperhatikan adalah struktur pendukung gigi (ligamen periodontal dan
tulang alveolar) memiliki struktur yang dapat bertahan dari gaya yang besar dalam durasi yang
singkat seperti ketika proses mastikasi. Ketika mastikasi, cairan pada ruang ligamen periodontal
bertindak sebagai shock absorber, sehingga jaringan lunak pada ligamen periodontal tidak
terkompresi walau ada tekanan ke tulang alveolar. Jika tekanan terjadi dalam waktu yang cukup
lama maka cairan akan keluar (dalam beberapa detik) akibat respon dari jaringan lunak. Apabila
ada rasa sakit, tekanan akan berkurang/dilepaskan sehingga cairan akan masuk kembali ke
ruangan tersebut sebelum gerakan mengunyah berikutnya. Gaya yang ringan dalam durasi yang
lama (6 jam atau lebih per hari) merupakan hal yang penting dalam menentukan apakah
ketidakseimbangan gaya dapat menghasilkan pergerakan pada gigi, yang berarti jika
kesimbangan pada lidah dengan bibir/pipi berubah, maka akan terjadi pergerakan gigi.
Sebagai contoh, jika terdapat luka pada jaringan lunak bibir akan menghasilkan bekas
luka dan kontraksi, gigi insisif di sekitarnya akan bergerak lebih ke lingual karena tekanan dari
bibir (Gambar 1). Sebaliknya, jika tekanan dari bibir atau pipi dihilangkan, gigi akan bergerak
keluar sebagai respon dari tekanan oleh lidah (Gambar 2, A). Tekanan dari lidah, baik itu karena
perbesaran lidah, tumor atau postur yang telah berubah, akan menghasilkan perpindahan gigi ke
arah labial meskipun bibir dan pipi dalam kondisi baik karena adanya perubahan keseimbangan
(Gambar 2, B).
Gambar 2. Luka pada sudut mulut anak ini terjadi akibat gigitan kabel listrik. Menurut teori ekuilibrium,
distorsi bentuk lengkung gigi akan terjadi di regio yang mengalami luka bakar.
Gambar 3. Pada pasien ini, sebagian besar pipinya hilang karena adanya infeksi tropis. Perlu dicatat
bahwa gigi pada bagian pipi yang hilang condong lebih keluar karena hilangnya tahanan dari pipi. B,
Setelah stroke paralisis, lidah pasien terletak di gigi posterior rahang bawah saat istirahat. Sebelum stroke,
oklusinya normal. Pada pasien ini, gigi yang condong ke arah luar terjadi pada sisi yang terdampakS
karena peningkatan tekanan dari lidah saat istirahat (A. Professor J. P. Moss; B. Dr. T. Wallen.)