PENDAHULUAN
dan menjadi alasan utama bagi pasien untuk melakukan perawatan gigi tiruan.
dengan mengganti gigi yang hilang yang bertujuan untuk mempertahankan fungsi
Gigi tiruan adalah protesa yang dibuat untuk menggantikan satu atau lebih
gigi yang hilang yang mendapat dukungan dari gigi yang tersisa atau mukosa
rongga mulut (Loney, 2011). Tujuan penggunaan gigi tiruan adalah untuk
jaringan serta mencegah kerusakan lebih lanjut struktur organ rongga mulut
(Tarigan, 2005). Pada dasarnya gigi tiruan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu gigi tiruan
pembuatan basis gigi tiruan. Resin akrilik menjadi material pilihan karena estetik
yang baik, murah dan mudah tehnik pembuatannya (Van Noort, 2007).
Berdasarkan cara polimerisasinya, resin akrilik dibagi menjadi 4 yaitu resin akrilik
kuring panas, resin akrilik kuring kimiawi, resin akrilik polimerisasi gelombang
mikro dan resin akrilik polimerisasi sinar tampak. Resin akrilik kuring panas
1
digunakan pada hampir semua basis gigi tiruan (Annusavice, 2003), sedangkan
resin akrilik kuring dingin lebih banyak digunakan sebagai bahan reparasi basis
Resin akrilik sebagai basis gigi tiruan akan berkontak dengan mukosa
biokompatibilitas yang dapat diterima oleh tubuh atau dengan kata lain tidak
rongga mulut antara lain tidak karsinogenik dan tidak menimbulkan alergi
(Annusavice, 1996).
sehingga pada akhir polimerisasi masih terdapat monomer sisa, yaitu monomer
yang tidak bereaksi menjadi polimer. Resin akrilik dengan proses kuring yang
benar masih mengandung monomer sisa antara 0,2–0,5% (Phillips, 1991; Combe,
1992). Adanya monomer sisa yang terlepas dalam saliva dapat mengiritasi atau
burning sensation, pembengkakan serta rasa sakit (Delvin, 1984). Zentner, dkk
(1994) membuktikan secara in vitro bahwa monomer resin akrilik bersifat toksik.
metakrilat, asam metakrilat, asam benzoat, phenyl benzoat, phenyl salisilat dan
dibutyl pthalate dapat menyebabkan reaksi hipersensitivitas pada pekerja lab dan
dkk., 2001).
2
Pelepasan monomer sisa metil metakrilat merupakan salah satu faktor
utama yang mempengaruhi sitotoksisitas basis gigi tiruan resin akrilik. Pelepasan
monomer sisa metil metakrilat dan efek sitotoksiknya telah banyak diteliti dan
disebutkan bahwa pelepasan monomer sisa dipengaruhi oleh suhu dan waktu
waktu penyimpanan dan media perendaman gigi tiruan (Ozen dkk., 2006; Urban,
2012).
aplikasi coating pada resin akrilik menggunakan olive oil dan grape seed oil
monomer sisa bila dibandingkan dengan kelompok yang tidak di-coating. Dalam
basis resin akrilik dengan nanopartikel silica 0,5%, 0,75% dan 2% dapat
penurunan perlekatan Candida albicans pada basis gigi tiruan resin akrilik. Feng
dkk (2016) menyatakan bahwa coating basis resin akrilik dengan bahan
sisa dan meningkatkan kekuatan fleksural basis gigi tiruan resin akrilik.
dengan SiO2 dapat mengurangi pelepasan monomer sisa karena proses coating
menghasilkan ikatan hidroksil (Si-OH) yang terbentuk dari silicon (Si) dan
oksigen (O2) yang dapat bereaksi dengan polimer organik dengan cara berikatan
3
Proses coating memberikan polimerisasi tambahan pada basis gigi tiruan resin
(2015) menyebutkan bahwa material nano memiliki ukuran yang kecil, kekuatan,
fleksibilitas yang baik, dan modulus elatisitas yang menyerupai gigi sehingga
Ke, dkk (2014) dan Jiang (2008) dalam penelitiannya menemukan terdapat
kemungkinan efek samping bahan ini terhadap sel manusia (Jung, dkk., 2014).
4
ukuran < 25nm bersifat biokompatibel dan tidak toksik terhadap sel parenkimal
silica.
sitotoksisitas suatu bahan dapat dengan menggunakan uji in vitro (Sakaguchi and
powers, 2012). Uji in vitro merupakan tahap pertama uji biokompatibilitas untuk
mengetahui adanya sifat toksisitas, kemampuan iritatif suatu material dan potensi
dilakukan dalam tabung reaksi, piring kultur sel atau di luar tubuh mahluk hidup
(Mc Cabe dan Walls, 2008). Ahuja (2015) dalam penelitannya mengunakan kajian
in vitro dengan metode MTT assay untuk meneliti efek sitotoksisitas basis gigi
Sel fibroblas adalah sel yang paling banyak digunakan untuk uji
merupakan sel yang paling umum terdapat dalam jaringan ikat dan berperan
5
kultur sel sering digunakan untuk pengujian efek biologi tingkat awal dari suatu
material untuk mengetahui efek sitotoksisitas. Uji MTT digunakan untuk menguji
aktifitas enzimatik pada sebuah sel. Prinsip dari uji MTT yaitu terjadinya
B. Rumusan Masalah
yang muncul adalah apakah terdapat pengaruh perbedaan konsentrasi nano silica
coating terhadap sitotoksisitas basis gigi tiruan resin akrilik (kajian in vitro).
C. Tujuan Penelitian
silica coating terhadap sitotoksisitas basis gigi tiruan resin akrilik (kajian in
vitro).
D. Manfaat Penelitian
terhadap sitotoksisitas basis gigi tiruan resin akrilik (kajian in vitro) yang berguna
dalam bidang kedokteran gigi khususnya ilmu prostodonsia dan dunia ilmu
6
E. Keaslian Penelitian
nanoparticles tidak memiliki efek sitotoksik. Penelitian yang dilakukan Kim, dkk
(2014) dengan judul penelitian in vitro sitotoksisitas bahan nanoparticles SiO2 dan
ZnO dengan ukuran dan tegangan permukaan yang berbeda terhadap sel
ini dengan peneliti yang terdahulu adalah penulis ingin meneliti pengaruh
perbedaan konsentrasi nano silica coating terhadap sitotoksisitas basis gigi tiruan
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Resin Akrilik
basis gigi tiruan sejak tahun 1930. Resin akrilik (polimetil metakrilat) merupakan
turunan etilen yang mengandung gugus vynil dalam strukturnya. Resin akrilik
monomer menjadi suatu rantai yang memiliki berat molekul besar (Annsavice,
2003). Selain digunakan sebagai basis gigi tiruan, polimer resin akrilik juga
digunakan sebagai bahan reparasi gigi tiruan, restorasi mahkota dan jembatan,
sendok cetak, mahkota sementara dan protesa maksilofasial untuk defek skeletal
(Sakaguchi dan Powers, 2012). Menurut Combe (1992), keuntungan dari resin
akrilik adalah tidak mengiritasi jaringan rongga mulut, tidak larut dan tidak aktif
dalam cairan mulut, menghasilkan estetis yang baik yaitu translusen dan stabilitas
Menurut ISO 1567, polimer resin akrilik sebagai bahan basis gigi tiruan
polimer dengan polimerisasi dingin, polimer dengan aktivasi sinar dan polimer
dengan aktivasi microwave (McCabe dan Walls, 2008). Resin akrilik polimerisasi
8
berdasarkan volume atau 2,5:1 berdasarkan berat. Sebagian besar sistem resin ini
terdiri atas komponen bubuk dan cairan (McCabe dan Walls, 2008). Bubuk terdiri
atas polimetil metakrilat (PMMA) pra polimerisasi dan sejumlah kecil benzoil
jam atau lebih, atau dengan 2-3 jam air mendidih pada 100 0C siklus pendek
(Annusavice, 2003) .
Resin akrilik polimerisasi kimia disebut juga resin cold curing atau self
panas atau dapat dilakukan pada suhu ruang. Penambahan resin dilakukan dengan
cara yang sama seperti yang dilakukan pada resin akrilik aktivasi panas, tetapi
pada resin polimerisasi kimia hanya ditempatkan pada suhu kamar atau pada suhu
yang sedikit lebih tinggi 450C selama kurang lebih 30-45 menit (Annusavice
resin akrilik dalam waktu lebih singkat dan keakuratan dimensi yang lebih baik
(Annusavice, 2003). Resin akrilik polimerisasi cahaya disebut juga visible light
telah dicampur dalam mold di model plaster pada sebuah meja berputar, di dalam
9
ruang cahaya dengan intensitas cahaya yang tinggi 400-500 nm untuk periode
sisa. Monomer sisa adalah produk hasil reaksi (monomer, zat tambahan) yang
tidak terikat kuat dengan jaringan polimer dan lepas setelah proses polimerisasi
selesai. Hal yang mempengaruhi banyak sedikitnya tingkat monomer sisa ini
adalah tipe polimerisasi, waktu polimerisasi, dan suhu saat terjadi polimerisasi.
Pada awalnya, monomer sisa dan komponen lainnya akan lepas secara cepat,
kemudian diikuti dengan pelepasan monomer secara konstan pada tingkat yang
lebih rendah. Monomer sisa ini dapat menyebabkan iritasi, reaksi alergi dan
ikatan antara material organik dan anorganik. Formula dasar dari silane adalah Y-
matriks organik, -(CH2)m- adalah gugus pengikat, dan OR adalah gugus alkoxy.
Silane akan teraktivasi dengan cara hidrolisis (=SiOR =SiOH), melalui gugus
10
perlekatan, modifikasi material pengisi anorganik, ketahanan terhadap cuaca dan
fungsional bereaksi dengan gugus fungsional material resin, misal gugus epoxy
resin bereaksi dengan gugus epoxy silane dan gugus vynil resin berikatan dengan
gugus vinyl silane. Gugus non fungsional terdiri dari gugus alkoxy reaktif (-OR)
yang setelah terhidrolisis menjadi silanol akan bereaksi dengan gugus hidroxyl
dari material anorganik. Gugus non fungsional akan membentuk ikatan silang
karena gugus ini memiliki 2 atom silikon yang masing-masing memiliki 3 gugus
alkoxy yang mudah terhidrolisis dan ketiganya disebut cross linking atau dipodal
ethanol dan air pada pH 3-6 dengan kadar silane efektif bervariasi antara 1-5%.
digunakan sebagai coupling agent dalam proses coating (Lung dan Matilinna,
gambar 5.
11
Resin bersifat hidrofobik sedang silica bersifat hidrofilik karena adanya
lapisan gugus hidroxyl yang terikat pada silica. Oleh karena itu, resin tidak
memiliki afinitas alami untuk berikatan dengan permukaan silica. Hal ini dapat
diatasi dengan penggunaan coupling agent yang sesuai. Silane dipilih sebagai
coupling agent karena memiliki gugus hidroxyl pada salah satu ujungnya, yang
dapat berikatan dengan gugus hidroxyl pada permukaan silica. Ujung lainnya
terdiri atas gugus metakrilat yang dapat berikatan dengan resin melalui ikatan
atom karbon. Reaksi kondensasi pada permukaan antara silica dan silane
memastikan silane akan terikat secara kovalen terhadap permukaan silica (Van
Gambar 2 (a) material resin tidak berikatan dengan permukaan silica (b) material
resin berikatan dengan permukaan silica melalui silane (Van Noort,
2007)
Saat ini, jenis resin yang paling banyak digunakan dalam pembuatan gigi
12
Komponen utama PMMA adalah polimetil metakrilat, yang mengandung
sejumlah kecil polietilen glikol dimetakrilat. PMMA memiliki sifat mekanis yang
baik seperti tingkat kekerasan, kekakuan yang tinggi, sifat biologis dan estetis
konduktivitas termal yang baik, mudah diproses dan stabil pada lingkungan
rongga mulut (Wang dkk., 2015; Van Noort, 2007). Kekurangan PMMA adalah
mudah menyerap warna, resistensi terhadap kekuatan geser dan keausan yang
Candida albicans dan mudah terjadi diskolorisasi (Sakaguchi dan Powers, 2012).
dilakukan dengan menambahkan bahan pengisi (filler) ke dalam basis resin akrilik
dan melapisi (coating) basis gigi tiruan resin akrilik. Penambahan bahan pengisi
Coating basis resin akrilik dapat dilakukan dengan metode brushing, dipping dan
spraying (Tsuji, 2014). Dip coating merupakan metode yang sering digunakan
dalam proses coating. Dip coating adalah pemberian lapisan pada benda dengan
cara dicelupkan ke dalam bahan coating yang berbentuk cairan atau larutan. Film
tipis ini hanya memiliki ketebalan 1-1000 nanometer sehingga hanya dapat
dalam memakai metode ini adalah aplikasi yang mudah dan memerlukan biaya
yang relatif murah serta tidak menggunakan mesin vakum (Sinuhaji dan
13
Marlianto, 2012). Mizutani (2004) menyebutkan coating PMMA dengan metode
pengisi maupun coating basis resin akrilik karena ukurannya yang relatif kecil
D. Bahan nanopartikel
Konsep material nano pertama kali dikemukakan pada awal tahun 1980,
mengacu pada material satu, dua atau tiga dimensi yang berukuran kurang dari
100nm (Soh dkk., 2006). Material nano dibagi menjadi 4 kategori, yaitu bubuk
paling pesat (Roy dkk., 2008). Material nano memiliki ukuran yang kecil
(<100nm), area permukaan yang luas, energi permukaan yang tinggi, dan proporsi
logam. Material nano memiliki ukuran yang kecil, kekuatan, fleksibilitas yang
baik, dan modulus elatisitas yang menyerupai gigi sehingga dapat meningkatkan
14
resin dan mengubah sifat resin yang mudah dipengaruhi faktor aging (Ahmed dan
mengenai struktur dan sifat-sifat khusus dari material nano. Penelitian tehnologi
nano di bidang material kedokteran gigi berfokus pada 2 hal, yaitu mencari jenis
partikel nano anorganik yang baru dan memodifikasi permukaan bahan gigi tiruan
dengan bahan pengisi nano sehingga menghasilkan resin dengan kualitas baik
(Sacton, 2011).
Berbagai jenis nanopartikel seperti ZrO2, TiO2 dan SiO2 telah digunakan untuk
meningkatkan kekuatan fleksural dan resistensi fatique basis gigi tiruan resin
akrilik. Selama kurang lebih 10 tahun terakhir, telah banyak dilakukan penelitian
partikel ke dalam resin akrilik untuk meningkatkan kekuatan fisis dan mekanis
bergantung pada tipe nano partikel yang ditambahkan, ukuran dan bentuk nano
partikel, juga konsentrasi dan interaksi bahan nano partikel dengan matrik polimer
15
resin akrilik (Jordan dkk., 2005). Bahan nano partikel memiliki ukuran partikel
sistem biologis telah banyak dilakukan baik menggunakan sel line maupun
terhadap berbagai organisme, seperti tikus, alga, dan manusia. Mekanisme yang
komponen seluler dan mengakibatkan kematian sel melalui proses apoptosis (Fu
dkk, 2014).
16
Jiang (2008) dan Ke, dkk (2014) dalam penelitiannya menemukan terdapat
pengaruh ukuran, dosis dan tipe sel terhadap toksisitas silica nanopartikel
toksisitas silica.
E. Silica Coating
dioxside). Salah satu jenis partikel nano yang sering digunakan dalam pembuatan
basis gigi tiruan akrilik adalah silica (SiO2). Silica adalah senyawa kimia dengan
rumus molekul SiO2 (silicon dioxsida) yang dapat diperoleh dari silica mineral,
nabati dan sintesis kristal. Pada umumnya di alam, material ini ditemukan dalam
bentuk pasir, kuarsa, kristal, uap, gel dan aerogel (Zorabi 2013).
Silica dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu silica amorf dan silica
kristalin. Silica mineral adalah senyawa yang banyak ditemui dalam bahan
tambang/galian yang berupa mineral seperti pasir kuarsa, granit, dan feldspar yang
Goncalves, 2006). Silica amorf merupakan silica sintesis yang dapat dibuat
dengan mereaksikan silikon dengan oksigen pada suhu tinggi (Iler, 1979).
17
Pada umumnya silica ditemukan dalam bentuk amorf terhidrat dan
memiliki tiga bentuk kristal utama yaitu kristobalit, tridmit dan kuarsa. Silica
terbentuk melalui ikatan kovalen yang kuat serta memiliki struktur dengan empat
atom oksigen terikat pada posisi sudut tetrahedral di sekitar atom pusat yaitu atom
silikon (IARC, 2012). Gambar struktur silica tetrahedral dapat dlihat pada gambar
18
Pada umumnya silica adalah dalam bentuk amorf terhidrat, namun bila
yang merupakan jenis kristal utama silica memiliki stabilitas dan kerapatan yang
dibedakan menjadi dua ketegori utama yaitu metode bottom up dan top-down.
Metode top down dilakukan dengan metode fisis, yaitu mengurangi dimensi dari
mensintesis nanopartikel silica dari skala atom atau molekul (Rahman dan
Padavettan, 2012).
19
nanopartikel. Metode ini memiliki kekurangan utama yaitu biaya yang relatif
mahal dan kesulitan untuk memisahkan surfakan dari produk akhir. Sintesis
dengan hidrogen dan oksigen. Kekurangan dari metode ini adalah kesulitan dalam
colloidal silica kemudian berubah menjadi gel silica, selanjutnya diikuti proses
pengeringan dan kalsinasi untuk mengubah gel silica menjadi bentuk bubuk
20
Material nanopartikel SiO2 telah banyak digunakan dalam berbagai bidang
kecil, area permukaan yang luas, dapat berfungsi secara aktif, dan memiliki ikatan
yang kuat dengan polimer organik. Oleh karena itu, hal ini dapat meningkatkan
sifat fisik, mekanik dan estetik dari polimer organik juga resistensi terhadap
tekanan dari lingkungan, yang dapat menyebabkan patah dan aging. Penggunaan
SiO2 dalam tingkatan yang sesuai merupakan hal yang penting karena SiO2
memiliki tegangan permukaan yang tingi dan mudah bereaksi secara kimiawi
(<100nm) dan memiliki kekuatan fisik dan mekanis yang tinggi (Azhari dkk.,
meningkatkan kekuatan fisik material resin akrilik. Zuo dkk (2016) menyebutkan
bahwa coating dengan material hybrid baik organik maupun anorganik dapat
pada permukaan gigi tiruan karena baik polimetil metakrilat (PMMA) maupun
21
menempel pada basis gigi tiruan. Beberapa penelitian terakhir dilakukan untuk
Salah satu pendekatan yang paling sering dilakukan adalah dengan penggunaan
material coating karena tidak mengubah ketebalan material basis gigi tiruan,
bahwa coating basis resin akrilik dengan nanopartikel tingkat konsentrasi SiO 2
silica 3% ditemukan tidak stabil, dan konsentrasi yang lebih rendah justru dapat
Feng dkk (2016) menyatakan bahwa coating basis resin akrilik dengan
jumlah monomer sisa basis gigi tiruan resin akrilik. Azhari dkk (2016) juga
material namun juga dapat menurunkan jumlah monomer sisa. Proses coating
memberikan polimerisasi tambahan pada basis gigi tiruan resin akrilik sehingga
meningkatkan derajat konversi monomer yang lebih sempurna (Feng dkk., 2017).
utama yang menyebabkan sitotoksisitas, iritasi mukosa, dan reaksi alergi. Jumlah
monomer yang berkurang akan menurunkan tingkat sitotoksisitas dari basis resin
akrilik (Rashid dkk, 2015). Kumar, dkk (2010) mengungkapkan bahwa silica
dengan ukuran <25nm bersifat biokompatibel dan tidak toksik terhadap sel
22
parenkimal liver, sedangkan Nishimori (2009) mengatakan bahwa silica dengan
ukuran <100nm dapat menyebabkan toksisitas akut. Dalam penelitian ini, rute
administrasi yang lain, namun sitotoksisitas silica perlu diteliti lebih lanjut karena
sitotoksisitas per oral berhubungan dengan first pass metabolism di liver yang
amorf selama 48 jam dengan uji MTT, menyimpulkan bahwa dosis sitotoksik
F. Biokompatibilitas
respon biologi yang tepat dalam tubuh pada saat material tersebut diaplikasikan
merupakan tidak adanya suatu interaksi spesifik antara material dengan jaringan.
Tidak ada material yang bersifat inert karena setiap material dalam jaringan tubuh
akan berinteraksi dengan sistem biologi yang kompleks. Adanya interaksi antara
material dengan sistem biologi akan menghasilkan suatu respon biologi yang
proses pelarutan yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan merangsang sintesis
protein tertentu seperti mediator inflamasi (IL-1 dan IL-6), selain itu juga
23
dipengaruhi juga oleh penyerapan permukaan atau akumulasi protein, interaksi
Powers, 2006).
Uji biokompatibilitas
Medical Devices dangan tujuan untuk melindungi manusia dari risiko biologis
yang mungkin timbul dari pemakaian berbagai alat medis (ISO 10993-1, 2009)
tahap yang pertama adalah uji screening sederhana untuk mengetahui adanya sifat
pertama dikenal dengan tahap in vitro. Tahap kedua adalah, in vivo yaitu uji yang
dilakukan pada hewan percobaan. Tahap ketiga uji klinis yang dilakukan pada
manusia dan bersifat lebih kompleks (Mc Cabe dan Walls, 2008).
menempatkan material pada sel, enzim, atau sistem biologi lainnya yang
terisolasi, yang dapat dilakukan dalam tabung reaksi atau piring kultur sel.
pertumbuhan sel, metabolisme set fungsi sel dan pengaruh suatu bahan terhadap
24
genetik set. Keuntungan dari pemeriksaan in vitro dibandingkan dengan jenis
singkat, membutuhkan biaya yang relatif rendah, dapat dilakukan standarisasi, dan
Terdapat 2 jenis sel yang dapat digunakan dalam uji in vitro, yaitu sel
primer dan sel line. Sel primer adalah sel yang diambil secara langsung dari
makhluk hidup lalu dikembangbiakkan. Sel primer akan tumbuh hanya untuk
waktu yang terbatas. Sel line atau continously grown cell yaitu sel yang telah
dikultur sebelumnya. Sel ini dapat tumbuh dalam waktu cukup lama (Sakaguchi
G. Sitotoksisitas
merupakan suatu reaksi merugikan yang terjadi pada tempat suatu material
di tempat yang jauh dari material tersebut diaplikasikan (Schmalz dan Arenholt,
2009). Beberapa jenis logam yang telah diteliti dan diketahui dapat ditolerasi oleh
manusia adalah Fe, Mn, Cr, Ni, Mo, Ag, Ti dan Al dalam konsentrasi yang telah
ditentukan (Shi, 2006). Titanium dan silikon dilaporkan tidak bersifat toksis
dalam bentuk TiO2 dan SiO2 (Wagner, dkk., 2009). Toksisitas bahan yang sifatnya
25
lokal diuji sebelumnya secara in vitro sehingga dapat diketahui sitotoksisitasnya
kemampuan untuk merusak secara spesifik pada sel tertentu (Dorlan dan
toksik yang akan ditimbulkan apabila material tersebut diaplikasikan secara klinis
Dua metode paling umum yang digunakan untuk uji sitotoksisitas adalah
powers, 2002). Uji MTT memiliki kelebihan yaitu relatif cepat, sensitif
jumlah besar dan hasilnya bisa untuk memprediksi efek sitotoksik suatu bahan
Uji MTT
26
kristal formazan yang tidak larut dan berwatna biru-ungu melalui reaksi reduksi
Kristal formazan yang tidak larut dan berwana ungu diukur jumlah
terbentuk proporsional dengan jumlah sel hidup, jika intensitas warna ungu
semakin besar maka jumlah sel hidup semakin banyak (Portner, 2007). Uji MTT
sering digunakan karena memberikan hasil yang akurat, memerlukan waktu yang
singkat, tidak terlalu mahal, dan dapat digunakan pada semua jenis sel
(TC50). Semakin besar TC50, maka senyawa tersebut semakin tidak toksik (ISO
27
10993-5, 2009; Riss dkk., 2013). Menurut ISO 10993-5 (2009), suatu material
mencapai lebih dari 70%, sedangkan menurut Meric dkk (2008), sitotoksisitas
sesuatu material dapat diklasifikasikan berdasar persentase jumlah sel yang viabel:
H. Sel fibroblas
Sel fibroblas merupakan sel yang spesifik ditemukan pada jaringan ikat
embrio. Sel fibroblas dapat mensekresikan matriks kolagen dan substansil dasar
jaringan ikat (Henrikson dkk., 1997). Fibroblas adalah sel yang paling banyak
amorf, serta berperan penting dalam perbaikan dan penyembuhan jaringan yang
rusak, degradasi kolagen dan deposisi jaringan yang mengapur (Grossman dkk.,
1995; Junqueira dkk., 1997; Rieske dkk., 2005). Bentuk dari sel fibroblas yaitu
stelat dengan inti oval, besar, pucat dengan kromatin halus dan anak inti yang
dkk., 1997 Grossman dkk., 1995). Sel fibroblas yang terkena jejas atau rusak
morfologisnya akan berubah menjadi tidak teratur dan agak bulat (Portner, 2007).
Rangsangan bahan toksik dapat menyebabkan jejas pada sel dengan cara merusak
28
membran sel, mitokondria, dan mengganggu enzim-enzim atau substrat endogen
sel (Cotran dkk., 1999). Sel fibroblas yang mengalami jejas akibat terpapar bahan
toksik akan mengalami gangguan pada proses perbaikan atau penyembuhan. Hal
ini karena sel fibroblas yang mati tidak dapat melakukan aktifitas fungsional
(Tipton dkk., 1995). Kultur sel fibroblas dapat dilakukan dalam media M199.
Media ini dapat digunakan untuk mengembangbiakkan sel fibroblas dan dapat
digunakan untuk melihat proliferasi dan viabilitas sel (Moravvej dkk., 2009;
Phillips, 2002).
tingkat in vitro. Salah satu jenis sel yang sering digunakan adalah vero cell line.
Sel ini berasal dari jaringan normal ginjal monyet Afrika (Cercopithecus aethiops
sabaus). Sel ini memiliki karakteristik sebagai sel dewasa, memiliki ciri
aneuploid, dan termasuk ke dalam kategori continous cell line (Ammerman dkk.,
2008; Gupta, 2009; Almeida dkk., 2011;). Continous cell line memiliki rasio yang
tinggi antara sitoplasma dan nukleus, dan memiliki beberapa keuntungan antara
lain memiliki laju pertumbuhan sel yang cepat, kebutuhan serum dalam media
cukup rendah, dan memiliki kemampuan tumbuh pada suspensi (Shenoy, 2007).
Vero cell line disimpan di cairan nitrogen atau pada suhu 800C dan dapat
29
Gambar 8. Sel fibroblas (Kumar,2012)
A. Landasan Teori
Basis gigi tiruan adalah bagian dari gigi tiruan yang berhadapan dengan
memberi retensi dan stabilisasi pada gigi tiruan. Plat gigi tiruan yang ideal
memiliki karakteristik tidak iritan, tidak toksik, memiliki kekuatan fisik dan
mekanis yang baik dan tidak terpengaruh oleh cairan oral. Resin akrilik
merupakan material dasar basis gigi tiruan yang banyak digunakan dalam
pembuatan basis gigi tiruan. Komposisi resin akrilik terdiri dari bubuk, yang
peroksida), pigmen dan cairan yang mengandung monomer (metil metakrilat), dan
Basis resin akrilik memiliki kelemahan yaitu sifat mekanis yang kurang
baik dan memungkinkan terjadinya adhesi Candida albicans yang dapat memicu
iritasi mukosa. Proses polimerisasi resin akrilik juga tidak pernah berlangsung
30
tinggi dapat menyebabkan iritasi mukosa dan alergi terhadap jaringan rongga
Kekurangan resin akrilik tersebut dapat diatasi dengan cara melapisi basis
partikel yang kecil (<100nm), area permukaan yang luas, dapat berfungsi secara
aktif, memiliki ikatan yang kuat dengan polimer organik dan dapat meningkatkan
kerapatan rantai polimer suatu material sehingga dapat meningkatkan sifat fisik,
mekanik dan estetik dari polimer organik juga resistensi terhadap tekanan dari
lingkungan yang dapat menyebabkan patah dan aging. Coating basis resin akrilik
dengan silica dapat mengurangi pelepasan monomer sisa karena proses coating
menghasilkan ikatan hidroksil (Si-OH) yang terbentuk dari silicon (Si) dan
oksigen (O2) yang dapat bereaksi dengan polimer organik dengan cara berikatan
Proses coating memberikan polimerisasi tambahan pada basis gigi tiruan resin
31
oral berhubungan dengan first pass metabolism di liver yang berpotensi
hepatotoxic.
biokompatibilitas yang baik. Uji sitotoksisitas secara in vitro merupakan uji tahap
tetrazolium yang berwarna kuning menjadi kristal formazan tidak larut berwarna
ungu. Perubahan warna sebdaning dengan jumlah sel yang aktif secara metabolik.
B. Hipotesis
32
IV. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Identifikasi variabel
1. Variabel Pengaruh
2. Variabel Terpengaruh
3. Variabel Terkendali
a. Jenis resin akrilik yang digunakan yaitu resin akrilik heat cured
33
b. Bentuk dan ukuran sampel penelitian yaitu silinder dengan diameter 5 mm
dan tinggi 2 mm
C. Definisi Operasional
1. Resin akrilik heat cured, yaitu bahan dasar gigi tiruan yang terbuat dari
rantai polimer yang terdiri dari monomer metil metakrilat dan polimer yang
dicampur dengan perbandingan bubuk dan cairan = 2,3:1 (gr/ml) sehingga dapat
dibentuk ketika dalam keadaan plastis (dough) dan akan mengeras ketika
dipanaskan akibat dari reaksi polimerisasi. Sampel resin akrilik sebanyak buah
2. Nano silica coating merupakan proses coating resin akrilik heat cured
dengan silica berukuran nano dengan metode dip coating, yaitu sampel dilapisi
34
3. Konsentrasi nano silica coating adalah jumlah silica (mg) yang dilarutkan
dalam 100 ml ethanol, konsentrasi silica yang digunakan dalam penelitian ini
spektrofotometer, jika intensitas warna ungu semakin besar maka jumlah sel
D. Bahan Penelitian
g. Saline
h. Alkohol 70%
35
m. Fetal Calf Serum (FCS)/ Fetal Bovine Serum (FBS)
E. Alat Penelitian
f. Timbangan digital dan gelas ukur untuk mengukur berat dan jumlah
polimer dan monomer resin akrilik, serta nanopartikel SiO 2 dan volume
solvent
36
l. Flask cultur sel dengan vented cap sebagi tempat sel
Unit Etika dan Advokasi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada.
G. Tempat Penelitian
H. Subyek Penelitian
37
Subyek penelitian terdiri dari sampel plat resin akrilik polimerisasi panas
dihitung dengan rumus Federer (Federer, 1991 sit. David dan Arkeman, 2008):
(n-1) x (t-1) ≥ 15
(n-1) x (4-1) ≥ 15
(n-1) x 3 ≥ 15
(n-1) ≥ 5
n≥6
Keterangan :
2. Kelompok II: 6 sampel resin akrilik yang dilapisi dengan silane dilanjutkan
3. Kelompok III: 6 sampel resin akrilik yang dilapisi dengan silane dilanjutkan
4. Kelompok IV: 6 sampel resin akrilik yang tidak dilapisi apapun sebagai
kontrol
38
I. Jalannya Penelitian
malam merah. Gips dicampur dengan air kemudian diisikan ke dalam kuvet.
diletakkan di dalam adonan dan setelah adonan gips mengeras cetakan diolesi oleh
vaselin dan dibuat kontra kemudian di press. Setelah itu malam merah dibersihkan
dengan cara merebus kuvet dengan air mendidih hingga seluruh malam tidak
tersisa.
yang dicampur ke dalam stellon pot kemudian ditutup sampai mencapai fase
dough. Saat telah mencapai fase dough, adonan dimasukkan ke dalam rongga
mould atau disebut juga dengan proses packing. Setelah dilakukan packing, mould
diolesi terlebih dahulu oleh medium pemisah CMS dengan menggunakan kuas
kemudian dipress agar adonan resin akrilik mengalir merata ke seluruh rongga di
dalam kuvet. Kemudian kuvet dibuka dan lembaran kertas selopan dikeluarkan
crownmess.
kuvet dan press ke dalam air yang dipanaskan hingga suhu 700C selama kurang
lebih 90 menit lalu suhu 1000C selama 30 menit. Setelah itu harus didinginkan
39
perlahan sampai mencapai suhu ruang (Annusavice, 2003). Setelah selesai
prosesing, sampel resin akrilik dibersihkan dari sisa-sisa gips lalu dihaluskan.
permukaan sampel resin akrilik, kemudian ditunggu sampai kering. Setelah kering
dilanjutkan coating silica dengan cara dip coating, yaitu dengan mencelupkan plat
Seluruh alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian pada setiap
kontaminasi yang dapat menyebabkan false assesment pada uji sitotoksisitas. Alat
yang digunakan untuk pemeliharaan kultur sel vero cell line dan uji sitotoksisitas
40
Pada tahap pemeliharaan kultur sel vero, media kultur dari sel vero
370C selama 2-3 menit sampai terlihat tanda sel mulai terlepas dari flask.
menjadi tidak aktif. Suspensi sel dipindahkan dari flask ke dalam tabung kerucut
M1999 dengan 10% FBS dan ditambahkan ke dalam flask kultur sel. Flask
menempel, dan tumbuh memenuhi dasar flask. Tripsinasi dilakukan dengan tujuan
melepaskan sel yang menempel dengan cara membuang media yang lama
kemudian ditambahkan tripsin EDTA ke dalam flask. Sel yang terkumpul didasar
ml. Jumlah sel hidup dihitung melalui mikroskop binokuler dengan pembesaran
10 kali. Setelah mengetahui jumlah sel hidup dilakukan pengenceran unuk mebuat
perlakuan diisi oleh sel fibroblas dengan kepadatan 2x104 sel/100µL. Selanjutnya,
41
sumuran diberi sampel resin akrilik dan diinkubasi selama 24 jam (Ozen, 2006;
Ahuja, 2015).
Setelah kultur sel diinkubasi selama 24 jam, kemudian media kultur dibuang
dan sampel diambil dari dalam sumuran. Setiap sumuran diberi 100 µL larutan
MTT, diinkubasi 4 jam pada suhu 370C lalu diberi 100 µL SDS-HCl selanjutnya
microplate dimasukkan pada ELISA plate reader dengan panjang gelombang 550
J. Analisis Data
Data yang diperoleh merupakan data berskala rasio, maka dilakukan uji
parametrik. Uji parametrik yang dipilih adalah ANAVA satu jalur dengan tingkat
signifikasi 95%. Validitas statistik dari uji parametrik seperti ANAVA satu jalur
perlu memenuhi asumsi normalitas dan homogenitas varian untuk menilai asumsi
tersebut dapat dilihat dari hasil Kolmgorov Smirnov dan Levene test. Apabila
variabel memiliki sebaran data yang normal dan homogen, maka dilanjutkan
dengan uji ANAVA satu jalur dan apabaila dari hasil ANAVA menunjukkan
terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan uji Post Hoc LSD untuk mengetahui
kelompok mana yang memiliki perbedaan rerata secara signifikan. Namun bila
42
variabel tidak memiliki sebaran yang homogen dan atau normal, dilanjutkan
Optical density diperiksa dengan ELISA reader dengan panjang gelombang 550nm
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, M.A. dan Ebrahim, M.I., 2014, Effect of Zirconium Oxide Nano-Fillers
Addition on the Flexural Strength, Fracture Toughness, and Hardness of
Heat-Polymerized Acrylic Resin, World Journal of Nano Science and
Engineering (4): 50-57
Ahuja S., Babu J., Wicks R., Garcia-Godoy F., dan Tipton D., 2015, Cytotoxic
Effects Of Three Deture Base Materials on Gingival Epithelial Cells and
Fibroblast: An in vitro Study, International Journal Of Experimental
Dental Science 4(1):11-16.
Almeida J.L., Ill C.R., Cole K.D., 2011, Authentication of African Green Monkey
Cell Lines Using Human Short Tandem Repeat Markers, Bmc
Biotechnology, 11 (102):1-10.
Amalia, 2008, Uji Sitotoksik Ekstrak Etanol 70% Buah Merica ( Piper Nigrum L.)
terhadap Sel Hela, Skripsi, Surakarta: Unversitas Muhammadiyah
Surakarta, h.16.
Amano, D., Ueda, T., Sugiyama, T., dkk., 2010, Improved brushing durability of
titanium dioxide coating on polymethylmethacrylate substrate by prior
treatment with acryloxypropyl trimethoxysilane¬based agent for denture
application, Dental Materials Journal 2010; 29(1): 97–103
Ammerman N.C., Beier Sexton M., Azad A.F., 2008, Growth and Maintenanace
of Vero Cell Lines, Curr.Protoc.Microbiol., h. 1-7.
45
Anusavice KJ, Phillips. Science of dental materials. 10th ed.Philadelphia: WB
Saunders Co. 1996; p. 237-72.
Annusavice, K.J. 2003, Phillips Science of Dental Material, 11th ed, Saunders, St.
Louis, h.94, 165-166, 721-735.
Azuma A, Akiba N., dan Minakuchi S., 2012, Hydrophilic Surface Modification
of Acrylic Denture Base Material Coating and its Influence on Candida
Albicans Adherence, J Med Dent Sci (59): 1-7.
Bloom dan Fawcett, 2002, Buku Ajar Histologi, Edisi 12, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, h.522.
Barclay, C. W. & Walmsey, A.D. 2001, Fixed And Removable Prosthodontics,
2nd Ed, Churchill Livingstone, Tottenham.
Bragmann, C.P and Goncalves, M.R.F. 2006. Thermal Insulators Made With Rice
Husk Ashes: Production and Correlation Between Properties and
Microstructure. Department of materials, school of engineering, federal
university of rio grande do sul, Brasil.
Cengel, Y.A., Heat Tranfer: A Practical Approach, 2nd ed, h.561-604, Mcgraw
Hill, New York.
Chang J. S., Chang K.L., Hwang D.F., Kong Z.L., 2007, In Vitro Cytotoxicitiy of
Silica Nanoparticles at High Concentrations Strongly Depends on The
Metabolic Activity Type o f The Cell Line, Environ Sci Technol
41(6):2064-8.
Combe E.C., 1992, Notes on Dnetal Materials, 6th ed, Edinburg, Churchill
Livingstone, h.79-120,157-161.
Cooper C.A, Ravich D., Lips D., Mayer J.J, dan Wagner H.D, 2002, Distribution
and alignment of carbon nanotubes and nanofibrils in a polymer matrix,
Composites Science and Technology, vol. 62, no. 7-8: 1105–1112.
Cotton, F. A. and Walkinson,G. 1989. Kimia Anorganik. UI Press. Jakarta
Cotran M.D., Kumar V., Collins T., 1999, Robbins Pathologic of Disease 6th ed,
Mosby Company, Philadhelphia, h. 102-5.
Craig R.G., dan Powers J.M., 2002, Restorative Dental Materials 11th ed, Mosby
Company, St.Louis h. 137,234-236.
Della, V.P., Kuhn, I., and Hotza, D. 2002. Rice Husk Ash an Alternate Source For
Active Silica Production. Materials Leters. Vol. 57, pp. 818-821.
46
Delvin H, Watts DC. Acrylic allergy. Br Dent J. 1984; 157: 272-5.
Dorland W.A., Newman, 200, Kamus Kedokteran Dorland (Terj.), Edisi 29, EGC,
Jakarta, h.558.
Elshereksi, N.W. Mechanical and Environmental Properties of Denture Base Poly
(methyl methacrylate) Filled by Barium Titanate. Penang: Universiti
Sains Malaysia,2006.
Feng D.F., Gong H., Zhang J., dan Guo X., 2016, Effects of Antibacterial Coating
on Monomer Exudation And The Mechanical Properties of Denture Base
Resins, Journal of Prosthetics Dentistry Vol. 117 (1): 171-7.
Fu P.F., Xia Q., Hwang H.M., Ray P.C., dan Yu H., 2014, Mechanisms of
Nanotoxicity: Generation of Reactive Oxygen Species, Journal of Food
and Drugs Analysis Vol. 22 No.1, p: 64-75.
Grossman L.I., Oliet S., Rio C.E.D., 1995, Ilmu Endodontik dalam Praktek, EGC,
Jakarta, h.47-48 .
Grumezescu A., 2016, Nanobiomaterials in Dentistry: Apllications of
Nanobiomaterials, Elsevier inc, Amsterdam Gupta P.K., 2009,
Biotechonoly and Genomics, Rakesh Kumar Rashtog, New Delhi, h.198.
Gul E.B., Atala M.H., Eser B., Polat N.T., 2015, Effect of Coating with Differet
Ceromer on the Impact Strength, Transverse Strength, dan Elastic
Modulus of Polymethyl methacrylate, Dental Material Journal.
Gurbuz O., Unalan F., Dikbas I., Comparison of Transverse Strength of Six
Acrylic Denture Resins. Turkey: University Of Istanbul, 2008: 21-4
Hatrick, C. D., Eake W.S., 2016, Dental Materials : Clinical Applications for
Dental Assistans and Dental Hygienist, 3rd ed, Elsevier Inc., St.Louis,
hal. 301-301, 305.
Hatrick, C. D., Eakle W. S. Bird W.F., 2013, Dental Materials Clinical
Applications for Dental Assitants and Dental Hygienist, 2nd ed, Elsevier,
Missouri, h. 219-220.
Hayashi S., 2003, Review of Reinforcement of Dentures, J. Oral Rehabil 2003;
26:185-94.
Henrikson R.C., Grodon I.K., Mazurkiewics J.E, 2997, NMS Histology,
Lippincott Williams & Wilkins, USA, h.98-99.
Hobkirik, J.A., Walson R.M., Searson L.J.J., Mazurkiewicz J.E., 1997, NMS
Histology, Lippincott Williams & Wilkins, USA, H.98-99.
47
Holman J.P., 2010, Heat Transfer, 10th ed, h. 379-486, Mc Graw Hill, New York
Hong X.Y., Wei L., dan Wei Q., 2003, Nano Technology: Basic Concepts and
Definition, Clinical Chemistry, vol. 40: 1400.
Hua Y., Gu L., Premaraj S. dan Zhang X., 2015, Role of Interphase in the
Mechanical Behavior of Silica/Epoxy Resin Nanocomposites Materials
(8): 3519-3531
Iler, R.K. 1979. Silica gels and powders. In: The Chemistry of Silica. John Wiley
and Sons, New York. pp. 462–599.
International Agency for Research on Cancer (IARC), 2012, Silica Dust,
Crystalline in the Form of Quartz or Cristobalite. IARC Working Groups
on the Evaluation of Carsinogenic Risk to Human.
ISO 10993-1, 2009, Biological Evaluation of Medical Devices-Part 1: Evaluation
and Testing in The Risk Management Process, International Organization
for Standarization, Geneva, h.15-17
ISO 10993-5, 2009, Biological Evaluation Of Medical Devices-Part 5: Tests for
In Vitro Cytotoxicity, International Organization for Standarization,
Geneva, h.30-34.
Jaffer, N.T., dan Kandil, M.M., 2009, The Effect of Some Coating Materials on
The Amount of Leaching Monomer from Polymethyl Methacrylate
Denture Base, Al-Rafidain Dent J., Vol.9,No.1
Jiang W., Kim B.Y., Rutka J.T., dan Chan W.C., 2008, Nanoparticle-Mediated
Cellular Response is Size Dependent, Nat Nanotechnol 3(3):145-50.
Jordan J, Jacob K.L., Tannenbaum R., Shart M.A., Jaiuk I., 2005, Experimental
Trends in Polymer Nano Composites- A Review, Mater Sci Eng 393 (1):
1-11.
Jung, E. K., Kim. H., An, S. S., Maeng E.H., Kim. M.K., Dan Song, Y.J., 2014, In
Vitro Cytotoxicity of SiO2 or ZnO Nanoparticles with Different Sizes and
Surface Charges on U373mg Human Glioblastoma Cells. Intl J
Nanomedicine; 9 (suppl 2): 235-41.
Junqueira L.C., Carneir C., 2005. Basic Histology: Textbook and Atlas, 11th ed,
Sao Paulo, Mc Graw Hill, h.502.
Kandil, M., Jaffer, T.N., Shehab, E.Y., 2009, The Effect of Three Coating
Materials on the Candidal Growth, on the Surface and Color of A heat–
Cure Acrylic Resin Denture Base, Al – Rafidain Dent J, Vol. 9, No.2
48
Ke Y.J., Qin X.D., Zhang Y.C., Li H., 2014, In vitro Study on Cytotoxicity
Intracellular Formaldehyde Concentration Changes After Exposure to
Formaldehyde and its Derivatives, Human Exp Toxicol 33(8): 822-30.
Khalifa N., Allen P.F., Abu Bakr Nh., Abdel Rahman M.E., 2012, Factor
Associated with Tooth Loss and Prosthodontics Status among Sudanese
Aduts. Journal of Science, 54 (4): 303-312.
Kim J.E., Kim H., An S.S.A., Maeng E. H., Kim M.K., Song Y.J., 2014, In Vitro
Cytotoxicity of Silica And Zno Nanoparticles with Different Sizes and
Surface Charges on U37MG Human Glioblastma Cells, Int. J.
Nanomedicine 9(Suppl 2): 235-41.
Kim I.Y., Joachim E. Choi H., Kim K., 2015, Toxicity of Silica Nanoparticles
Depends on Size, Dose and Cell Type, Nanomedicine: Nanotechnology,
Biology and Medicine 11: 1407-16.
Kurt A. Genc G. E., Uzun M., Emrence Z., Ustek D., 2017, The Antifungal
Activity and Cytotoxicity of Siver Containing Denture Base Material.,
Nigerian Journal of Clinical Practice, Vol. 20 (3):290-5
Kumar R., Roy I., Ohulchanskky T.Y., Vathy L.A., Bergey E.J., Sajjad M.,. 2010,
In Vivo Biodistribution and Clearance Studies Using Multimodal
Organically Modified Silica Nanoparticles. ACS Nano (4): 699-708
Kumar S., 2012, Textbook of Microbology, Jaypee Brothers International Medical
Publishers, New Delhi,h.511.
Lasilla L.V.J., Vallitu P.K., Denture Base Polymer: Mechanical Process, Water
Sortion and Release of Residual Compounds. J. Oral Rehail: 607-613.
Lee SI, Kim CW, KimYS. Effect of Chopped Glass Fiber on The Strength of
Heat-Curred PMMA Resin. J Korean Acad Prosthodont 2001 ; 39(6) :
590- 1,596.
Li X.M., Q. Feng, R. Cui., 2013, The Use Of Nanoscaled Fibers Or Tubes To
Improve Biocompatibility And Bioactivity Of Biomedical Materials,
Journal Of Nanomaterials, Vol. 2013, Article ID 728130.
Loney, R.W 2011, Removable Partial Dentur Manual, Dalhousie University,
Halifax.
Lung, C. Y. K., dan Matinlinna J. P., 2012, Aspects of Silanes Coupling Agets
and Surface Conditioning in Dentistry: An Overview, Dental
Materials, 28: 416-677.
49
Marsh P., dan Martin M.V., 2000, Oral Microbiology, 4th ed, Wright, New
Delhi, 154-155
Mc Cabe J.F., dan Walls A.W.G., 2008, Applied Detal Material, 9th ed,
Blackwell Publishing, Oxford. h.5-31, 40, 99, 101-109,110-123.
Meurman J.H., Sikala E., Richardson M., Rautemaa R., 2007, Non Candida
albicans Candida yeast oh the oral cavity in: Mendez-Vilas, A (ed),
Communicating Current Research and Educational Topics and Trends in
Applied Microbiology, Helsinski, 719-31.
Moharamzadeh K., Van Noort R., Brok I.M., dan Scutt A.M., 2007, Cytotoxicity
of Resin Monomer on Human Gingival Fibroblast and Keratinocyes,
Dental Material, 2:40-44.
Moravvej H., Rad M.M., Zali H, Nabai L., Toossi P., 2009, Establishment of a
Primary Cell Culture of Human Fibroblast in Iran, Iran J. Derm 12(1):4-
8.
Mowade, T.K., Dange, S.P., Thakre,M.B. & Kamble, V.D. 2012. Effect of Fiber
Reinforcement on Impact Strength of Heat Polymerized Polymethyl
Methacrylate Denture Base Resin: InVitro Study and SEM Analysis. J
AdvProst, (4): 30-6.
Murugados S., Lison D., Godderis L., Van Den Brule S., Mast J., 2017,
Toxicology of Silica Nanoparticles: an Update, Archives of Toxicology,
Vol. 91, Issue 9, hal. 2967-3-10.
Nihei T., 2016, Dental Applications for Silane Coupling Agents, Journal of Oral
Science, Vol. 58, No. 2, 151-155.
Niles A.L., Moravec R.A., dan Riss T.L., 2009, In Vitro Viability and Cytotoxicity
Testing and Same-Well Multi-Parametric Combinations for High
Throughput Screening, Curr Chem Genomics (3): 33–41.
Nishimori H., Kondoh M., Isoda K., Tsunoda S., Tsutsumi Y., dan Yagi K., 2009,
Silica Nanoparticles as Hepatoxicants, European Journal of
Pharmaceutical and Biopharmaceutics Vol. 72(3): 496-501.
O’brien W.J., 2002, Dental Material and Their Selection, 3rd Ed, Quintessence
Publising Co, Inc, Canada, h.12
Ozen J., Sipahi C., Caglar A., Dalkiz M., 2006, In Vitro Cytotoxicity of Glass and
Carbon Fiber Reinforced Heat Polymerized Acrylic Resin Denture Base
Material, Turk Jmed Sci 26: 121-6.
50
Padmi A, 2008, Uji Sitotoksik Ekstrak Etanol 70% Buah Kemukus (Piper Cubeba
L.) terhadap Sel Hela, Skripsi, Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakata: 8-26.
Portner R., 2007, Animal Cell Bitechnology: Methods and Protocols 2nd ed, New
Jersey, Humana Press Inc, h. 212-214..
Phillips RW. Skinner’s Science Of Dental Materials. 9th ed. Philadelphia: WB
Saunders Co. 1991; p. 177-295
Phillpis G.O., 2002, Advances in Tissue Banking, Vol 6, World Scientific
Publishing Co.Pte.Ltd, Singapore, h.392.
Rahman I.A. dan Padavettan V., 2012, Synthesis of Silica Nanoparticles by Sol-
Gel: Size-Dependent Properties, Surface Modifications Apllications in
Silica-Polymer Nanocomposites- A Review. Journals of Nanomaterial
Volume 2012:1-15.
Rashid H., Sheikh Z., Vohra F., 2015, Allergic Effects of the Residual Monomer
used in Denture base Acrylic Resin, Eur J Dent 9(4): 614-619.
Rieske P., Krynska B., Azizi S.A. 2005. Human Fibroblas Derived Cell Lines
Have Characteristics of Embryonic Stem Cells and Neuro-Ectodermal
Origin, Pubmed, 73(9-10): 474-83.
Riss T.L., Moravec R.A., Niles A.L., Benink H.A., Worzella T.J., dan Minor L.,
2013, Cell Viability Assays in Assay Guidance Manual, NCBI, Newyork,
h. 2-5.
Roy I., Stachowiak M.K., dan Bergey E.J, 2008, Nonviral Gene Transfection
Nanoparticles: Function And Applications In The Brain, Nanomedicine:
Nanotechnology, Biology, and Medicine, Vol. 4, No. 2: 89–97.
Sacton Q.A., 2011. Advanced in Nanotechnology Research And Application.
Scholarly Edition, Georgian P. 566-567, 2503-2505
Sakaguchi R.L., dan Powers J.M., 2006, Craig’s Restorative Dental Material 12th
Edition, Elsevier Mosby, USA, h.98
Sakaguchi, R.L., dan Powers J.M., 2012, Craigs Restorative Dental Material,
13th Ed, Philadelphia, Mosby Elsevier Inc, h.191-2, 327-48.
Schamlz, G., 1994, Use Of Cell Cultures for Toxicity Testing of Dental Materials:
Advantages and Limitations, J. Dent, 22: 6-11.
Schamlz G., dan Arenholt-Bindslev D., 2009, Biocompatibilty Of Dental
Mateials, Springer-Verlag, Berlin Heidelberg, H.13-17, 99-111
51
Shi D.L., 2006, Introduction to Biomaterial, Tsinghua University Prss, Beijing,
h.59.
Shimizu, H, Kurtz, K., Yoshinaga, M., Takashi, Y., Habu, T., 2002, Effect Of
Surface Treatment Preparations on The Repair Strength of Denture Base
Resin, Int Chin J Dent, (2): 126-133.
Shenoy M., 2007, Animal Biotechnology, Mehra Offset Press, New Delhi P.28-30.
Sinuhaji P., dan Marlianto E., 2012,Teknologi Film Tipis, USU Press, Medan,
Indonesia.
Sittampalam GS, Coussens NP, Brimacombe K, 2004, Assay Guidance Manual:
Eli Lilly & Company and the National Center for Advancing
Translational Sciences
Soh M.S., Sellinger A., dan Yap A.U.J, 2006, “Dental Nanocomposites,” Current
Nanoscience, Vol. 2, No. 4:373–381.
Surdia, T dan Saito, S. 2000. Pengetahuan Bahan Teknik. Pradanya Pramita.
Jakarta.
Tarigan R., 2004, Perwatan Pulpa Gigi (Endodonti), Edisi 2, Penerbit Buku
Kedokteran Egc, Jakarta, h.8.
Tarigan S, 2005, Pasien Prostodonsia Usia Lanjut : Beberapa Pertimbangan
Dalam Perawatan. Pidato Pengukuhan Guru Besar, Universitas Sumatera
Utara , Medan.
Tipton D.A., Braxton S.D., Dabbous M.K., 1995, Role of Salivary Compents as
Modulators of Bleaching Agent ToxicitytTo Human Gingival Fibroblast
in Vitro, J.Periodontal, 66:744-766.
Tsuji M., 2012, Biocompatibility Of A Titanium Dioxide Coating Method For
Denture Base Acrylic Resin, Institutional Resources for Unique
Collection and Academic Archives at Tokyo Dental College.
Urban, V.M., Machado, A.L., Vergani, C.E., 2012, Leachability of Degradation
Products from Hard Chairside Reline Resins in Artificial Saliva: Effect
of Water-Bath Post-Polymerization Treatment, J Appl Polym Sci.,
2012;123:732-9
52
Vojodic D, Komar D, Schauperl Z,et al. Influence of Different Glass Fiber
Reinforcement on Denture Base Polymer Strength (Fiber Reinforcements
of Dental Polymer). Med Glas, 2009; 6(2) : 227-234.
Wagner S., Munzer S., Behrens P., Scheper T., Bahnemann D., dan Kaspe C.,
2009, Cytotoxicity of Titanium and Silicon Dioxide Nanoparticles, J. Phy,
12, 1-8.
Wang W., Liao S., Zhu Y., Liu M., Zhao Q., dan Fu Y., 2015, Recent
Applications of Nanomaterials in Prosthodontics, Journal of
Nanomaterials Volume 2015, Article ID 408643.
Webster T.J., Dan Ejiofor J.U., 2004, Increased Osteoblast Adhesion on
Nanophase Metals: Ti, Ti6Al4V, and Cocrmo, Biomaterials, Vol. 25, No.
19, hal. 4731–4739.
Williams R.C., 1990, Periodontal Disease, The New England Journal of
Medicine, 322(6): 373-382
Yildrimer L., Thanh N., Louziduo M., Seifalian A., 2011, Toxicology and Clinical
Potential of Nanoparticles, Nanotoday Vol. 6(6): 585-607.
Yodmongkol S, Chantarachindawong R, Thaweboon S, Thaweboon
B,Amornsakchai T, rikhirin T. , The Effects of Silane-Sio Nanocomposite
films on Candida Albicans Adhesion and The Surface and Physical
Properties of Acrylic Resin Denture Base Material, J Prosthet Dent
(112): 1530-8.
Yoshizaki T., Akiba N., Inokoshi M., Shimada M., dan Minakuchi S., 2017,
Hydrophilic Nano-Silica Coating Agents With Platinum and Diamond
Nanoparticles for Denture Base Material, Dental Material Journal.
Zentner MA, Sergl HG, Kretschmer A. An in vitro study of resin used in
orthodontics for their cell toxicity. Fortschr– Kieferorthop. 1994; 55(6):
311-8
Zuo W, Feng D, Song A, Gong H, Zhu S., 2016, Effects of Organic-Inorganic
Hybrid Coating on The Color Stability of Denture Base Resins,
J .Prosthet Dent 115(1): 103-8.
53
Bisa untuk pembahasan Menurut ISO (1999) 10993-5 standar minimum waktu
inkubasi resin akrilik pada tes sitotoksisitas adalah 24 jam.
54