Anda di halaman 1dari 29

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gigi tiruan adalah suatu piranti prostodonti yang menggantikan kehilangan
gigi asli dan sebagian jaringan yang ada disekitarnya (Blarcom, C.W, 2005). Gigi
tiruan terdiri dari beberapa komponen salah satunya basis gigi tiruan. Menurut
Blarcom, C.W basis gigi tiruan adalah bagian gigi tiruan yang melekat pada
jaringan pendukung dan tempat melekatnya anasir gigi tiruan. Menurut bahan
basis gigi tiruannya, gigi tiruan dibagi menjadi dua yaitu logam dan non-logam.
Bahan basis gigi tiruan non-logam dibagi menjadi thermo-hardening dan thermoplastic. Bahan basis gigi tiruan jenis thermo-hardening merupakan jenis bahan
yang mengalami perubahan kimia dalam proses pembentukannya, yang termasuk
bahan thermo-hardening adalah fenol-formaldehid, vulkanit, dan resin akrilik.
Sedangkan, bahan basis gigi tiruan jenis thermo-plastic merupakan jenis bahan
yang tidak mengalami perubahan kimia dalam proses pembentukannya, yang
termasuk bahan thermo-plastic adalah seluloid, selulosa nitrat, resin vinil,
polikarbonat, dan nilon (Manappalil, 1998).
Nilon termoplatik (Valplast) pertama kali diperkenalkan pada bidang
kedokteran gigi sejak tahun 1950 (DiTolla, 2004). Penggunaan valplast pada
bidang kedokteran gigi mempunyai keuntungan dan kelebihan bagi dokter gigi
dan pasien, menurut Hargeaves (1971) dalam Durkan et al., (2013) keuntungan
dan kelebihan valplast antara lain, memiliki estetik yang baik, fleksibilitas tinggi,
translusensi yang baik sehingga dapat merefleksikan warna jaringan dibawahnya,
biokompatibel karena bahan ini tidak mengandung monomer logam yang dapat
menyebabkan alergi, dan daya larut terhadap air rendah. Selain memiliki beberapa
keuntungan dan kelebihan, valplast juga memiliki beberapa kekurangan.

Kekurangan yang dimiliki oleh valplast diantaranya bersifat higroskopis yang


dapat menyebabkan perubahan warna pada valplast serta sulit dilakukan
pemolesan dan penghalusan pada permukaannya sehingga mudah terjadi
kontaminasi dari mikroba antara lain Candida albican (Samnur et al., 2012). Pola
penggunaan gigi tiruan yang kurang baik dan kebersihan rongga mulut yang
buruk dapat menyebabkan jumlah koloni jamur C. albican meningkat dan
mengakibatkan terjadinya peradangan di daerah mukosa rongga mulut yang
berhadapan dengan gigi tiruan. Peradangan ini biasa disebut dengan denture
stomatitis (Jawetz et al., 1996).
Untuk mencegah timbulnya denture stomatitis dapat dilakukan dengan
beberapa cara, antara lain menjaga kebersihan rongga mulut dan kebersihan gigi
tiruan (Parnaadji, 2005). Untuk menjaga kebersihan gigi tiruan dapat dilakukan
dengan cara membersihkannya dengan bahan pembersih gigi tiruan. Bahan
pembersih gigi tiruan yang sering dipakai adalah sodium hipoklorit 0.5%.
Menurut David dan Munadziroh (2005) sodium hipoklorit 0.5% efektif dalam
mengurangi mikoorganisme yang melekat pada permukaan basis gigi tiruan.
Namun, penggunaan sodium hipoklorit 0.5% dapat menyebabkan perubahan
warna pada basis gigi tiruan akrilik, karena sodium hipoklorit mengandung bahan
kimia klorin (Cl2). Klorin selain digunakan sebagai desinfektan juga dipakai
sebagai pemutih pakaian dan untuk menghilangkan noda pakaian sehingga klorin
mempunyai kemampuan untuk memudarkan warna (David dan Munadziroh,
2005).
Sejak tahun 2002, WHO telah menetapkan peraturan mengenai pemanfaatan
tanaman

tradisional

sebagai

obat

atau

Traditional

Medicine

Strategy

(Wahyuningtyas, 2008). Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai


obat adalah cengkeh (Syzygium aromaticum). Cengkeh merupakan tanaman yang
paling banyak ditanam di Indonesia, Srilangka, Madagascar, Tanzania, dan Brazil
(Pinto et al., 2009). Cengkeh mengandung minyak atsiri yang didalamnya
terkandung eugenol. Minyak atsiri cengkeh (85-92% eugenol) telah teruji efektif
dalam membunuh berbagai mikroorganisme (Bhowmik et al., 2012). Berdasarkan
hasil penelitian secara in vitro dan in vivo menunjukkan bahwa eugenol yang
terkandung dalam minyak atsiri bunga cengkeh bersifat antifungi dan dapat
2

menghambat pertumbuhan C. albicans (Nunez et al., 2001; Taguchi et al., 2005;


Nzeako dan Lawati, 2008; Ali et al., 2009).
Selain minyak atsiri yang mengandung eugenol, bunga cengkeh juga
mengandung flavonoid dan tanin (Muanisa, 2012). Flavonoid dan tanin dalam
bunga cengkeh telah teruji sebagai antifungi. Flavonoid berperan dalam
menghambat pembentukan spora fungi, sedangkan tanin berkhasiat sebagai
antiseptik sehingga efektif dalam menghambat atau membunuh C. albicans.
Selain dapat membunuh C. albicans, flavonoid dan tanin juga mempunyai pigmen
warna alami tumbuhan yang berupa warna merah, ungu, biru, dan kuning (Lenny,
2006; Sulistyawati, 2009). Pigmen warna alami tumbuhan ini dapat masuk secara
difusi kedalam basis gigi tiruan nilon termoplastik melalui porositasnya sehingga
dapat menyebabkan perubahan warna. Menurut Takabayashi (2010), stabilisasi
warna pada basis gigi tiruan merupakan faktor yang sangat penting karena
mempengaruhi estetiknya.
Berdasarkan penelitian

sebelumnya,

mengenai

efektivitas

berbagai

konsentrasi ekstrak bunga cengkeh (0.8%, 1%, 1.2%, 1.4%, dan 1.6%) sebagai
pembersih gigi tiruan terhadap perlekatan C. albicans pada plat nilon termoplastik
didapatkan hasil konsentrasi 0.8% sudah terbukti efektif dalam menghambat
perlekatan C. albicans pada plat nilon termoplastik dan konsentrasi yang paling
efektif dalam menghambat perlekatan C. albicans pada plat nilon termoplastik
adalah sebesar 1.6% (Kusumasari, 2015).
Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin meneliti perbandingan perendaman
ekstrak bunga cengkeh (Syzygium aromaticum) dengan berbagai konsentrasi
terhadap perubahan warna nilon termoplastik (Valplast).

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka didapatkan rumusan masalah yaitu,

bagaimanakah perbandingan perendaman ekstrak bunga cengkeh (Syzygium


aromaticum) dengan berbagai konsentrasi terhadap perubahan warna nilon
termoplastik (Valplast)?
3

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan perendaman ekstrak
bunga cengkeh (Syzygium aromaticum) dengan berbagai konsentrasi terhadap
perubahan warna nilon termoplastik (Valplast).

1.4 Manfaat Penelitian


Melalui penelitian ini diharapkan dapat:
1.4.1 Memberikan informasi bagi dokter gigi maupun masyarakat yang
menggunakan gigi tiruan mengenai perbandingan perendaman ekstrak
bunga cengkeh (Syzygium aromaticum) dengan berbagai konsentrasi
1.4.2

terhadap perubahan warna nilon termoplastik (Valplast).


Meningkatkan penggunaan tanaman tradisional sebagai bahan pembersih

1.4.3

gigi tiruan.
Sebagai bahan masukan untuk penelitian lebih lanjut yang berhubungan
dengan sifat fisik dan mekanik dari resin nilon termoplastik yang lain.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Basis Gigi Tiruan

2.1.1 Definisi Basis Gigi Tiruan


Menurut Blarcom, C.W (2005), basis gigi tiruan adalah bagian dari gigi
tiruan yang melekat pada jaringan pendukung dan tempat melekatnya anasir gigi
tiruan. Daya tahan dan sifat-sifat basis gigi tiruan sangat dipengaruhi oleh bahan
yang digunakan untuk membuat basis gigi tiruan.

2.1.2 Persyaratan Bahan Basis Gigi Tiruan


Berdasarkan International Organization for Standardization (ISO), syarat
bahan basis gigi tiruan yang ideal adalah:
a.Biokompatibel
b. Karakteristik permukaan

: Tidak toksik dan non-iritan


: Permukaan halus, keras, dan mengkilat
c. Warna : Translusen dan warna merata, bila
perlu mengandung serat secara merata
d. Stabilitas warna
:
Tidak
boleh
menunjukkan lebih dari sedikit perubahan
warna

yang

hanya

dapat

dilihat

bila

diperhatikan
e. Translusensi : Dapat dilihat dari sisi lawan
f. Bebas dari porositas
g. Kekuatan lentur

lempeng uji specimen


: Tidak boleh menunjukkan rongga kosong
: Tidak kurang dari 60-65 MPa
h. Modulus elastisitas : Paling sedikit 2000
MPa untuk polimer yang dipolimerisasi

dengan panas dan paling sedikit 1500 MPa


untuk polimer swapolimerisasi
i. Tidak ada monomer sisa
j. Tidak menyerap cairan
k. Tidak dapat larut

2.1.3 Bahan Basis Gigi Tiruan


Bahan basis gigi tiruan dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu logam dan
non-logam.
a. Logam
Bahan logam yang digunakan sebagai bahan basis gigi tiruan umumnya
berupa aluminium kobalt, emas, aluminium, dan stainless steel. Meskipun
bahan logam memiliki kekuatan yang baik, namun tetap memiliki kekurangan
yaitu pada estetis yang kurang (Manappalil, 1998).
b. Non- logam
Basis gigi tiruan non logam dapat dibagi menjadi dua yaitu, thermohardning dan thermo-plastic.
1. Thermo-hardening adalah bahan basis gigi tiruan yang mengalami
perubahan kimia dalam proses dan pembentukannya. Hasil dari produk
akan berbeda dengan bahan dasar setelah diproses, bahan ini tidak dapat
dilunakkan dengan panas (Wilson, 1987). Contoh dari bahan thermohardening adalah akrilik (Manappali, 1998).
2. Thermo-plastic adalah bahan basis gigi tiruan yang tidak mengalami
perubahan kimia dalam proses pembentukannya. Produk yang dihasilkan
serupa dengan bahan dasarnya, hanya saja terjadi perubahan bentuk, bahan
ini dapat dilunakan dengan panas (Wilson, 1987). Contoh dari bahan
thermo-plastic ini adalah vinil dan nilon (Manappalil, 1998).

2.2

Basis Gigi Tiruan Nilon Termoplastik


Nilon merupakan nama generic dari suatu polimer termoplastik yang

tergolong dalam kelas polyamide. Nilon pertama kali diperkenalkan sebagai bahan

basis gigi tiruan sekitar tahun 1950 dan sudah dapat memuaskan baik dokter gigi
dan juga pasien karena kelebihannya (DiTolla, 2004). Bahan ini tidak memiliki
cengkeram logam, tembus pandang sehingga gusi pasien terlihat jelas dan
memberikan estetik yang baik. Nilon termoplastik bersifat hypoallergenic
sehingga dapat menjadi basis gigi tiruan alternative yang sangat berguna bagi
pasien yang sensitive terhadap resin akrilik konvensional, nikel, atau kobalt
(Wurangian, 2010).
Nilon termoplastik tidak memiliki monomer sisa karena menggunakan
teknik injection-moulding (Negrutiu et al., 2005). Terdapat perbedaan utama
dalam hal sifat antara resin akrilik dan nilon, yaitu nilon merupakan polimer
crystalline sedangkan akrilik merupakan polimer amorphous. Sifat crystalline ini
yang mengakibatkan nilon memiliki sifat tidak larut dalam pelarut, ketahanan
panas yang tinggi, dan kekuatan yang tinggi serta kekuatan tensil yang baik
(Trisna, 2010).
2.2.1 Komposisi Nilon Termoplastik
Nilon merupakan resin yang dihasilkan oleh kondensasi antara monomer
diamine (2

NH2) dan dibasic acid (2

COOH) (Gambar 2.1) (Wirungan,

2010). Nilon menghasilkan variasi poliamida dengan sifat fisik dan mekanik yang
terkandung pada kelompok ikatan antara kelompok acid dengan kelompok amine
(OBrien, 2002).

Gambar 2.1 Reaksi antar 2 asam amino (monomer) untuk menghasilkan rantai
panjang (Polimer) Poliamida
(Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Polyamide, 2002)

2.2.2 Sifat-sifat Nilon Termoplastik


Sifat-sifat dari basis gigi tiruan nilon termoplastik antara lain:
a. Penyerapan air
Penyerapan air yang tinggi merupakan salah satu kelemahan dari nilon
termoplastik. Hal ini dikarenakan nilon memiliki serat yang dapat menyerap
air. Nilon termoplastik juga memiliki sifat hidroskopi yaitu zat yang mampu
menyerap molekul air di lingkungan sekitarnya (Takabayashi, 2010).
b. Modulus elastisitas
Nilon termoplastik memiliki modulus elastisitas yang rendah sehingga
bersifat fleksibel. Modulus elastisitas nilon termoplastik sebesar 111 MPa
sedangkan akrilik 348MPa (Takabayashi, 2010).
c. Kekuatan tensil
Kekuatan tensil nilon termoplastik lebih besar dibandingkan resin akrilik.
Dalam percobaan yang dilakukan Takabayashi resin akrilik patah pada saat
tahap awal percobaan (Takabayashi, 2010).
d. Kekuatan impak
Nilon termoplastik memiliki kekuatan impak yang tinggi (Manappalil,
1998). Karena memiliki kekuatan impak yang tinggi maka nilon termoplastik
memiliki ketahanan yang tinggi terhadap fracture (Arudanti et al., 2008).
2.2.3 Manipulasi Nilon Termoplastik
Nilon tidak dapat larut sehingga tidak dapat dibuat dalam bentuk adonan dan
mengisi mould dengan teknik biasa, tapi harus dilelehkan dan diinjeksikan ke
dalam kuvet di bawah tekanan (injection-moulding). Nilon dimasukkan dalam
satu cartridge dan dilelehkan pda suhu 274-293 C dengan furnace elektrik.
Selanjutnya nilon yang telah meleleh ditekan ke dalam kuvet oleh plugger di
bawah tekanan yang diberikan oleh pres hidrolik atau manual. Kuvet kemudian

dibiarkan dingin pada suhu kamar selama 30 menit sebelum dibuka (Negrutiu et
al., 2005).

2.2.4 Keuntungan dan Kerugian Nilon Termoplastik


Menurut Shamnur (2012) nilon termoplastik memiliki beberapa keuntungan
dan kerugian diantaranya sebagai berikut:
a. Keuntungan
Biokompatibilitas tercapai karena bahan nilon termoplastik bebas
monomer dan logam, yang menjadi dasar penyebab reaksi alergi pada

beberapa pasien serta tidak bersifat toksik,


Tidak menggunakan cangkolan logam maupun kawat yang dapat

terlihat di permukaan gigi sehingga dapat meningkatkan estetik,


Tipis dan ringan tetapi sangat kuat sehingga tidak mudah patah dan

mengalami kerusakan,
Pasien bebas melakukan pergerakan selama pengunyahan karena
fleksibilitas

gigi

tiruan

yang

tinggi

sehingga

meningkatkan

kenyamanan,
Bahan yang translusen menggambarkan warna jaringan yang berbeda

dibawahnya sehingga gigi tiruan hampir tidak terlihat.


b. Kerugian
Sulit untuk dilakukan proses pengasahan
Cenderung menyerap air yang berakibat pada terjadinya perubahan

2.3

warna
Pembuatannya memerlukan peralatan khusus di laboratorium.

Cengkeh (Syzygium aromaticum)


Pada berbagai daerah di Indonesia, terdapat variasi nama dari tanaman

cengkeh (Syzygium aromaticum). Di daerah Jawa: Cengkeh; Minahasa: Singke,


Cingke; Kalimantan Tenggara: Sangka, Cangka; Nias: Sake; Bima dan Ujung
Pandang: Cangke; Bugis dan Madura: Cengke; Lampung: Cengkih; Roti: Pela
9

Sangke (Sudjasaputra, 1977). Tanaman cengkeh termasuk dalam family


Myrtaceae termasuk juga kedalamnya 30.000 spesies pohon dan semak dari
daerah tropika dan sub tropika. Sifat khas yang dimiliki oleh tanaman cengkeh
yaitu semua bagian tanaman mengandung minyak atsiri. Mulai dari akar, batang,
daun, dan bunga. Dimana kandungan minyak atsiri terbesar adalah pada bagian
bunga (Bintoro, 1986).
Tinggi tanaman cengkeh dapat mencapai 5-30 meter, bertajuk rapat. Kulit
batang bagian luar berwarna kelabu dan agak kasar. Kayunya berwarna
kekuningan. Kulit batangnya tipis sekali sehingga sukar dilepas dari kayunya.
Mahkota dari berbagai tipe pohon cengkeh sangat bervariasi bentuknya, antara
lain: bulat, kerucut, silindris, jorong, kadang-kadang tidak beraturan (Bintoro,
1986). Daunnya berbentuk oval membujur dengan tulang daun menyirip dan uraturat daun tersebar diseluruh helai. Ukuran dan warnanya bervariasi yaitu
panjangnya 7.5-12.5 cm dan lebarnya 2.5-5.0 cm. Pada umumnya warna daun
hijau tua mengkilap atau tidak mengkilap, sedangkan daun muda berwarna hijau
kuning sampai merah (Bintoro, 1986).
Bunga cengkeh bersifat terminal, kuncup bunga keluar dari pucuk-pucuk
ranting, bertangkai pendek dan bertandan panjang 4-5 cm. Tiap tandan terdii atas
3- 20 pucuk bunga. Kuncup bunga tumbuh beberapa bulan sebelum bunga
muncul. Kuncup bunga tumpul berwarn hijau (Gambar 2.2), sedangkan kuncup
daun lancip dan merah. Panjang dari kuncup bunga tanaman cengkeh ini berkisar
1.3-2.0 cm, yang terdiri atas badan bunga atau bakal buah yang berbentuk pipa
yang panjangnya 1 cm (Bolt, 1953).

10

Gambar 2.2 Bunga Cengkeh (Syzygium aromaticum)


(Sumber: http://bagindaku.files.wordpress.com/2010/02/Bungacengkeh.jpg, 2012)

2.3.1 Taksonomi
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Sub Divisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledonae

Ordo

: Myrtales

Famili

: Myrtaceae

Genus

: Syzygium

Spesies

: Syzygium aromaticum (Bhowmik, 2012)

2.3.2 Kegunaan

11

Cengkeh (Syzygium aromaticum) merupakan tanaman rempah yang sejak


lama digunakan dalam industry rokok kretek, makanan, dan obat-obatan
(Nurdjannah, 2004). Menurut Barnest et al., (2002) tanaman ini sering digunakan
untuk mengobati batuk, sakit gigi, sebagai stimulant, antiseptic obat kumur,
karminativum (masuk angin), anastetik local, dan antispasmodic.
Senyawa eugenol serta senyawa turunannya yang terkandung dalam bunga
cengkeh tersebut mempunyai berbagai manfaat dalam berbagai industry, seperti
industry farmasi, kosmetik, makanan, minuman, rokok, pestisida nabati,
perikanan, pertambangan, kemasan aktif, dan industry kimia lainnya (Towaha,
2012). Nurdjannah (2004) juga melaporkan bahwa cengkeh juga digunakan untuk
keperluan sehari-hari di rumah tangga sebagai penambah rasa dan aroma
khususnya untuk memasak, industry rokok, serta dalam industry obat-obatan.

2.3.2.1 Cengkeh Dalam Industri Obat-obatan


Pemanfaatan tanaman obat atau bahan alam bukanlah hal yang baru. Sejak
dulu manusia mencoba memanfaatkan alam sekitar untuk memenuhi keperluan
dalam kehidupannya, termasuk kebutuhan akan obat-obatan. Cengkeh (Syzygium
aromaticum) merupakan salah satu contoh tanaman yang banyak digunakan
masyarakat. Selain digunakan dalam industry makanan, minuman, dan rokok
kretek, cengkeh sudah sejak lama digunakan dalam pengobatan sehari-hari karena
minyak cengkeh mempunyai efek farmakologi sebagai stimultan, anastetik local,
karminatif, antiemetic, antiseptic, dan antispasmodic (Pramod et al., 2010;
Jirovetz, 2010). Eugenol dalam bunga cengkeh juga digunakan sebagai
antimikroba dan antiseptic yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku obat
kumur (mouthwash), pasta gigi, cairan antiseptik, tisue antiseptik dan spray
antiseptik (Jirovets, 2010). Menurut Nurdjannah (2004), obat kumur yang
mengandung

eugenol

cengkeh

dapat

menghambat

tumbuhnya

bakteri

Streptococcus mutans dan Streptococcus viridans yang dapat menyebabkan


terjadinya plaque gigi. Menurut Jirovets (2010), menyatakan bahwa karena

12

aktivitas analgesiknya, senyawa eugenol juga banyak dimanfaatkan sebagai bahan


baku obat gosok balsam yang dapat dipakai untuk mengurangi rasa sakit karena
rhematik, serta sebagai bahan baku obat sakit gigi, cologne, dan produk aroma
terapi. Berdasarkan hasil penelitian in vitro maupun in vivo menunjukkan bahwa
eugenol

juga

memiliki

efek

antifungi,

yaitu

penghambatan

terhadap

perkembangan jamur Candida albicans penyebab penyakit candidiasis (Nunez et


al., 2001; Taguchi et al., 2005; Nzeako dan Lawati, 2008; Ali et al., 2009).
Di Portugal bunga cengkeh yang masih hijau diambil cairannya dan dipakai
untuk obat jantung di samping sebagai pewangi. Bahkan beberapa dokter
menyarankan penggunaan cengkeh untuk meningkatkan pencernaan karena
percaya bahwa cengkeh dapat memperkuat kerja perut, hati dan jantung.
Rumphius (1941) menyatakan bahwa pada abad ke 18 di Maluku cengkeh
digunakan untuk menyembuhkan luka. Pengobatan tradisional di Indonesia
menggunakan cengkeh untuk sakit perut dengan cara mengunyah bunga cengkeh
tersebut dan untuk sakit mata dengan meneteskan air perendaman bunga cengkeh.
Di samping itu cengkeh digunakan sebagai pembangkit nafsu makan,
menyembuhkan kolik atau diberikan pada wanita yang baru melahirkan dalam
bentuk ramuan dengan bahan obat lainnya (Nurdjannah, 2004).

2.3.3 Kandungan Kimia Bunga Cengkeh (Syzygium aromaticum)


Berdasarkan

hasil

pemeriksaan

fitokimia

pada

ekstrak

methanol

menunjukkan bahwa cengkeh dan fraksi-fraksi bunga cengkeh (Syzygium


aromaticum) mengandung senyawa aktif eugenol, tanin, polifenol, kuinon,
triterpenoid, dan flavonoid (Christiana, 2002; Muanisa, 2012).
a. Eugenol
Senyawa eugenol merupakan komponen utama yang terkandung dalam
minyak cengkeh (Syzygium aromaticum), dengan kandungan dapat mencapai
70-96% (Alma et al., 2007; US EPA., 2008; Bhuiyan et al., 2010). Eugenol
dalam bidang kedokteran sering digunakan dalam pengobatan tradisional

13

sebagai antibakteri, antifungi, anastesi, dan lain sebagainya (Ayoola et al.,


2008). Senyawa eugenol merupakan cairan bening hingga kuning pucat,
dengan aroma menyegarkan dan pedas seperti bunga cengkeh kering, dimana
senyawa ini banyak dibutuhkan oleh berbagai industry yang saat ini sedang
berkembang (Kardinan, 2005).
Eugenol adalah salah satu senyawa fitokimia yang merupakan antimikroba
alami. Komponen ini mempunyai aktivitas antimikroba dengan cara
mengganggu fungsi membrane dan merusak membrane dari mikroba. Secara
umum aktivitas antifungi dari eugenol yaitu dengan merusak membrane
sitoplasma dan menonaktifkan dan menghambat sistesis dari enzim
intraselular dan ekstrakselular (Lima et al.,2005). Menurut Bulan (2004) dan
Mustikarini (2007) senyawa eugenol mempunyai rumus molekul C10H12O2
mengandung beberapa gugus fungsional yaitu alil (-CH2-CH=CH2), fenol (OH) dan metoksi (-OCH3).
b. Flavonoid
Flavonoid merupakan suatu kelompok senyawa fenol terbesar yang
ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat dengan warna
merah, ungu, biru, dan sebagian ada yang berwarna kuning yang di temukan
dalam tumbuh-tumbuhan (Lenny, 2006). Menurut Waji & Sugrani (2009),
senyawa flavonoid terdapat disemua bagian tumbuhan, seperti bunga, buah,
ranting, kulit kayu, dan akar. Akan tetapi, senyawa flavonoid ada yang
terkonsentrasi pada suatu bagian tertentu dari tumbuhan, misalnya flavonoid
antosianidin sebagai zat warna dari bunga dan buah.
Flavonoid memiliki kerangka dasar karbin yang terdiri dari 15 atom
karbon, dimana 2 cincin benzene (C6) terikat pada rantai propane (C3) dengan
membentuk suatu ikatan C6-C3-C6.susunan ini dapat menghasilkan senyawa
flavonoid dalam berbagai bentuk (Gambar 2.3) (Lenny, 2006).
Flavonoid memiliki banyak fungsi dalam bidang medis, diantaranya
sebagi antiinflamasi, penghambat enzim, aktifitas antimikroba, dan aktivitas
antifungi. Beberapa jenis flavonoid dapat berfungsi dalam menghambat
proliferasi sel eukariota dan menghambat kerja enzim dalam sel tersebut.
Dalam fungsinya sebagai penghambat enzim, diperkirakan ada interaksi antara

14

struktur flavonoid dengan enzim yang ada di dalam mikroba. Sedangkan


fungsinya sebagai antifungi, flavonoid berperan dalam menghambat
pembentukan spora fungi. Dengan cara ini maka pertumbuhan fungi akan
terganggu (Lenny, 2006).

Gambar 2.3 Kerangka C6-C3-C6 Flavonoid


c. Tannin
Tannin adalah sekelompok senyawa fenolat dengan berat molekul 5003000 dan dapat bereaksi dengan protein yang membentuk ikatan protein-tanin
yang tidak mudah larut dalam konsentrasi dan pH tertentu. Tannin dapat
diperoleh dari ekstrak tumbuhan berpembuluh yang di ambil dari kayu dan
kulit kayu dengan menggunakan air dan pelarut organic seperti aseton atau
etanol (Widyasari, 2007). Tannin dalam berbagai jenis tumbuhan memiliki
struktur kimia dan reaksi yang berbeda-beda tetapi memiliki sifat yang sama
yaitu mengendapkan gelatin dan protein. Tannin dapat larut dalam air dan
dapat menyebabkan terjadinya perubahan warna pada larutan, mulai dari
warna terang, merah tua, dan coklat, sehingga tanin memiliki warna yang khas
sesuai sumbernya (Widyasari, 2007). Tannin dapat mengalami oksidasi yang
menghasilkan senyawa asam tanat, dimana asam tanat ini dapat membekukan
protein dari mikroba sehingga mikroba tersebut mati (Shinya, 2007). Rumus
kimia dalam tannin dapat terlihat pada Gambar 2.4 dibawah ini.

15

Gambar 2.4 Rumus Kimia Tannin


d. Triterpenoid
Triterpenoid adalah suatu senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari
enam satuan isoprene dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30
asiklik, yakni skualena dan mayoritas terdiri dari 4 dan 5 siklik (Gambar 2.5).
senyawa ini berbentuk Kristal, tidak berwarna, mempunyai titik leleh tinggi,
dan bersifat optis aktif. Triterpenoid merupakan komponen aktif dalam
tumbuhan obat yang telah banyak digunakan untuk mengobati beberapa
penyakit seperti diabetes dan gangguan menstruasi. Senyawa ini juga berperan
sebagai antifungi, insektisida, dan antibakteri. Mekanisme penghambat
pertumbuhan bakteri diduga dengan cara membentuk ikatan kuat dengan
protein transmembran pada membrane luar dinding sel bakteri, sehingga
mengakibatkan

rusaknya

protein

transmembran.

Rusaknya

protein

transmembran yang merupakan pintu keluar masuknya substansi ini akan


mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang mengakibatkan sel bakteri
kekurangan nutrisi sehingga pertumbuhan bakteri terhambat atau mati
(Robinson, 1995:154).

16

Gambar 2.5 Rumus Kimia Triterpenoid

2.4

Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah diduga terdapat pengaruh ekstrak bunga

cengkeh (Syzygium aromaticum) terhadap perubahan warna plat nilon


termoplastik dan perubahan intensitas cahaya yang lebih tinggi dari perendaman
plat nilon termoplastik pada ekstrak bunga cengkeh (Syzygium aromaticum)
dengan konsentrasi yang lebih tinggi.

17

2.5

Kerangka Konsep
Basis Gigi Tiruan Nilon
Termoplastik

Fleksibilitas tinggi, tidak


mengandung monomer
penyebab alergi, dll.

Higroskopis, sukar dipulas


dan dilakukan penghalusan
permukaan
Tempat penumpukan plak
Candida albican
Denture cleanser

Bahan kimia alami


(Ekstrak bunga cengkeh)

Bahan kimia buatan


(Sodium Hipoklorit 0,5%)

Flavonoid, Tannin, Eugenol

Klorin (Cl2)

Perubahan warna
Keterangan:
Basis gigi tiruan berbahan dasar nilon termoplastik mempunyai keuntungan
dan kerugian. Keuntungannya mempunyai fleksibilitas yang tinggi dan tidak
menyebabkan alergi, sedangkan kerugian dari nilon yaitu bersifat higroskopis dan
sulit untuk dilakukan pemulasan. Karena sifatnya yang sulit dipulas sehingga
mudah terjadi penumpukan plak yang menjadi tempat berkembangnya C.albican,
sehingga jumlah C. albican didalam rongga mulut meningkat dan dapat
menyebabkan denture stomatitis. Untuk mencegah terjadinya denture stomatitis

18

dapat digunakan denture cleanser. Ekstrak bunga cengkeh mengandung senyawa


Flavonoid, Tannin, dan Eugenol yang terbukti dapat mencenggah pertumbuhan C.
albican. Karena sifat nilon mudah menyerap air sehingga mudah terjadi
perubahan warna. Flavonoid merupakan senyawa fenol yang ditemukan banyak di
alam yang mempunyai zat warna tumbuhan, sehingga diduga dapat menyebabkan
terjadinya perubahan warna pada plat nilon termoplastik.

19

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1

Jenis dan Rencana Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental

laboratories dengan rencana penelitian posttest control group design, yaitu


dilakukan pengukuran atau observasi pada kelompok control dan perlakuan pada
waktu yang telah ditentukan setelah diberi suatu perlakuan (Notoatmodjo, 2002).

3.2

Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2014.

3.2.2 Tempat Penelitian


Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biosains Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Jember dan Fakultas Farmasi Universitas Jember.

3.3

Variabel Penelitian

3.3.1 Variabel Bebas


Perendaman nilon termoplastik pada ekstrak bunga cengkeh (Syzygium
aromaticum) 0.8%, 1%, 1.2%, 1.4%, 1.6%

20

3.3.2 Variabel Terikat


Perubahan warna permukaan nilon termoplastik
3.3.3 Variabel Terkendali
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

3.4

Cara pembuatan sampel


Manipulasi nilon termoplastik
Ukuran lempeng plat nilon termoplastik
Cara pembuatan ekstrak bunga cengkeh
Konsentrasi ekstrak bunga cengkeh
Cara kerja penelitian
Cara dan lama perendaman
Alat dan cara pengukuran

Definisi Operasional

3.4.1 Perendaman Nilon Termoplastik


Lama waktu perendaman plat nilon termoplastik pada ekstrak bunga
cengkeh dengan konsentrasi 0.8%, 1%, 1.2%, 1.4%, dan 1.6% sebagai denture
cleanser alami selama 8 jam perhari.

3.4.2 Ekstrak Bunga Cengkeh


Merupakan sediaan kental dari bunga cengkeh yang berisi zat aktif berupa
eugenol, flavonoid, tanin, dan triterpenoid. Yang dibuat dari pencampuran serbuk
bunga cengkeh dengan ethanol 97%.

3.4.3 Perubahan Warna


Perubahan warna basis gigi tiruan terjadi karena adanya penyerapan zat
warna dari bahan pembersih gigi tiruan. Perubahan warna dalam penelitian ini
diukur dengan densitometer. Densitometer merupakan suatu alat yang digunakan

21

untuk mengamati perubahan warna dan mengukur besarnya intensitas cahaya


yang diserap oleh suatu benda.

3.5

Alat dan Bahan Penelitian

3.5.1 Alat Penelitian


a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.
u.

Kuvet
Press hidrolik
Bowl
Spatula
Catridge
Furnace
Plugger
Petridisk untuk merendam sampel
Glass plate
Densitometer
Pisau model (medica)
Penggaris 15 cm
Straight handpiece
Stone bur
Neraca (Ohauss)
Super blender (Miyako)
Rotary evaporator (Schott, Duran)
Labu rotary evaporator (Schott, Duran)
Corong dan kertas saring
Tabung dan pengaduk kaca
Ayakan dengan diameter 20cm

3.5.2 Bahan Penelitian


a.
b.
c.
d.

3.6

Nilon termoplastik Valplast (WP, Thailand)


Aquades steril (PT. Otsuka Indonesia)
Bunga cengkeh (Syzygium aromatic) dari pasar tanjung, Jember, Jawa Timur
Etanol 97%

Sampel Penelitian

22

3.6.1 Bentuk dan Ukuran Sampel


Sampel berbentuk persegi dengan ukuran 10x10x1 mm

3.6.2 Kriteria Sampel


a. Bentuk sampel disesuaikan dengan ukuran cetakan
b. Sampel tidak porus
c. Permukaan sampel rata dan halus kemudian dilakukan pemolesan sampel
tidak berubah bentuk

3.6.3 Pembagian Kelompok Sampel


Sampel penelitian dibagi menjadi 6 kelompok:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Kelompok I
Kelompok II
Kelompok III
Kelompok IV
Kelompok V
Kelompok VI

: direndam aquades (kontrol)


: direndam ekstrak bunga cengkeh 0.8%
: direndam ekstrak bunga cengkeh 1%
: direndam ekstrak bunga cengkeh 1.2%
: direndam ekstrak bunga cengkeh 1.4%
: direndam ekstrak bunga cengkeh 1.6%

3.6.4 Jumlah Sampel


Besar sampel dalam penelitian ini diestimasikan berdasarkan rumus Federe
(Supranto, 2000).
(n-1) (t-1) 15
Keterangan:
n : Besar kelompok
t : Jumlah sampel

23

Perhitungan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah


sebagai berikut
(n-1) (t-1)

15

(6-1) (t-1)

15

5 (t-1)

15

5t 5

15

5t

20

4
Dari hasil perhitungan menggunakan rumus Federe, maka didapatkan

jumlah sampel minimal 4 untuk setiap kelompok. Dalam setiap kelompok peneliti
menggunakan sampel 5 buah sehingga jumlah sampel keseluruhan 30 buah
sampel nilon termoplastik.

3.6.5 Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik simple
random sampling. Sampel nilon termoplastik yang memenuhi criteria diambil
secara acak kemudian dibagi menjadi 6 kelompok. Masing-masing kelompok
terdiri dari 5 buah sampel, sehingga jumlah sampel keseluruhan yang digunakan
sebanyak 30 buah sampel nilon termoplastik.
3.7

Cara Kerja Penelitian

3.7.1 Cara Pembutan Plat Nilon Termoplastik


Pembuatan master / mould:
a.

Model master sebagai panduan cetakan nilon termoplastik dibuat dari malam
merah (Cavex, Holland) dengan ukuran 10x10x1 mm dan membuat sprue dari
malam merah,

24

b. Kuvet disiapkan terlebih dahulu dan mengulasinya dengan vaselin, kemudian


kuvet bagian bawah diisi dengan gips keras sesuai dengan petunjuk pabrik
dimana perbandingan air : bubuk sebesar 100 : 24 ml,
c. Malam merah yang akan digunakan sebagai model master diletakkan pada
kuvet yang telah terisi adonan gips keras dengan posisi mendatar,
d. Pemasangan sprue dilakukan dengan cara memasangnya dari belakang kuvet
ke bagian posterior dari malam merah pada kedua sisi model,
e. Setelah adonan gips mengeras, permukaan atas gips dan sisi atas dari model
master diulas dengan vaselin agar tidak melekat
f. Kuvet bagian atas dipasang kemudian diisi dengan adonan gips keras sambil
di vibrasi,
g. Kemudian kuvet ditutup dan di press dengan menggunakan press begel sampai
mencapai waktu setting ( 30 menit),
h. Setelah gips setting, dilakukan penggodokan untuk menghilangkan malam
merah yang telah tertanam,
i. Apabila penggodokan telah selesai, kuvet dibuka dan didapatkan mould space.
Jika masih terdapat sisa malam merah yang menempel pada mould space
maka segera dibersihkan (Combe, 1992 dan Anusavice, 2003)
Pembuatan specimen plat nilon termoplastik:
a. Model master / mould space yang telah dibersihkan kemudian diulasi dengan
bahan separasi kemudian ditunggu sampai kering,
b. Berbeda dengan resin akrilik, nilon tidak dapat larut sehingga tidak dapat
dibuat dalam bentuk adonan dan mengisi mould yang menggunakan teknik
biasa, tetapi harus dilelehkan dan diinjeksikan ke dalam kuvet di bawah
tekanan (injection moulding),
c. Nilon dimasukkan keddalam suatu cartridge dan dilelehkan pada suhu 274293 C dengan menggunakan furnace elektrik,
d. Selanjutnya nilon yang telah meleleh ditekan ke dalam kuvet oleh plugger
dibawah tekanan yang diberikan oleh press hidrolik atau manual,
e. Kuvet kemudian dibiarkan dingin pada suhu kamar selama 30 menit sebelum
dibuka,
f. Kemudian dilakukan pemulasan (Negrutiu, 2005).

25

3.7.2 Pembuatan Berbagai Konsentrasi Ekstrak Bunga Cengkeh (Syzygium


aromaticum)
a. Bunga cengkeh yang digunakan adalah bunga cengkeh yang tua yang sudah
dikeringkan, yang diperoleh dari pasar Tanjung, Jember
b. Bunga cengkeh yang telah kering ditimbang sebanyak 1 kg, kemudian
diblender sehingga menjadi serbuk (Simplisia),
c. Serbuk dimasukkan ke dalam botol tertutup berwarna gelap agar terlindung
dari sinar matahari dan direndam (dimaserasi) dengan ethanol 97% sebanyak
1.5 liter sampai seluruh bagian terendam,
d. Pemaserasian dilakukan pada suhu kamar, selama 3 hari dan dilakukan
pengadukan setiap hari,
e. Setelah 3 hari pemaserasian, maserat kemudian disaring dengan corong
Buchner, filtrate dipisahkan dari ampasnya kemudian dilakukan remaserasi
yakni ampas dari maserasi sebelumnya direndam kembali dengan ethanol 97%
yang baru sebanyak 1.5 liter selama 24 jam,
f. Filtrate yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator pada
suhu tidak lebih dari 50 C dan diuapkan di vacuo sehingga terpisah pelarut
ethanol 97% dengan ekstrak bunga cengkeh,
g. Pengenceran konsentrasi dilakukan dengan melakukan pengenceran awal dari
konsentrasi 100% menjadi 10% dengan cara mengambil 0,5 ml ekstrak 100%
ditambah 4,5% aquades. Hal ini mempermudah pengenceran ekstrak sesuai
konsentrasi yang digunakan untuk penelitian serta mengurangi tingkat
kesalahan yang terjadi karena rentang sangat kecil,
h. Selanjutnya ekstrak dengan konsentrasi 10% tersebut kemudian diencerkan
lagi (0.8%, 1%, 1.2%, 1.4%, dan 1.6%) dengan cara:
1. Ekstrak bunga cengkeh 0,8% dibuat dengan cara mengambil 0,4 ml
ekstrak 10% ditambah 4,6 ml aquades,
2. Ekstrak bunga cengkeh 1% dibuat dengan cara mengambil 0,5 ml
ekstrak 10% ditambah 4,5 ml aquades,
3. Ekstrak bunga cengkeh 1,2% dibuat dengan cara mengambil 0,6 ml
ekstrak 10% ditambah 4,4 ml aquades,
4. Ekstrak bunga cengkeh 1,4% dibuat dengan cara mengambil 0,7 ml
ekstrak 10% ditambah 4,3 ml aquades,

26

5. Ekstrak bunga cengkeh 1,6% dibuat dengan cara mengambil 0,8 ml


ekstrak 10% ditambah 4,2 ml aquades (Arviga, T., 2013).

3.8

Prosedure Perendaman
Sampel dibagi menjadi 6 kelompok yang masing-masing terdiri dari 5 buah

sampel. Kelompok pertama merupakan kelompok control yang direndam dalam


aquadest selam 6 jam, kelompok kedua direndam dalam ekstrak bunga cengkeh
0,8% selama 6 jam, kelompok ketiga direndam dalam ekstrak bunga cengkeh 1%
selama 6 jam, kelompok keempat direndam dalam ekstrak bunga cengkeh 1,2%
selama 6 jam, kelompok kelima direndam dalam ekstrak bunga cengkeh 1,4%
selama 6 jam, dan kelompok keenam direndam dalam ekstrak bunga cengkeh
1,6% selama 6 jam. Kemudian sampel diambil dari rendaman.

3.9

Uji Perubahan Warna

a. Pengukuran perubahan warna dilakukan setelah sampel dibilas dengan


aquadest steril kemudian dikeringkan,
b. Sampel diletakkan pada alat pengukur dalam permukaan yang rata atau
mendatar,
c. Pengukuran dilakukan melalui sinar yang datang dari UV-Visible (cahaya
tampak), berkas cahaya yang terbentuk dijatuhkan pada sampel dan dilakukan
pengukuran intensitas cahaya dengan menggunakan alat densitometer,

3.10 Analisis Data


Data hasil penelitian yang telah diperoleh dikumpulkan kemudian ditabulasi
menurut kelompok masing-masing. Setelah itu dilakukan analisis menggunakan
uji Kolmogrov-Smirnov untuk mengetahui normalitas data dan uji homogenitas
varian menggunakan uji Levene untuk mengetahui keseragaman sampel.

27

Dilanjutkan dengan uji Two Way ANOVA untuk mengetahui adanya perbedaan
yang signifikan nilai rerata intensitas cahaya antara kelompok control dan
perlakuan. Kemudian dilanjutkan kembali dengan uji LSD (Least Significant
Difference) untuk mengetahui perbedaan bermakna pada setiap pasangan dengan
menggunakan tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05%).

28

3.11 Alur Penelitian


Plat nilon termoplastik berbentuk kotak dengan
ukuran 10x10x1 mm berjumlah 30 buah

Kontrol

Perlakuan

Kel I

Kel II

Kel III

Kel IV

Kel V

Kel VI

5 buah
plat
direndam
aquadest
sebanyak
5 ml

5 buah
plat
direndam
ekstrak
bunga
cengkeh
0,8%
sebanyak
5 ml

5 buah
plat
direndam
ekstrak
bunga
cengkeh
1%
sebanyak
5 ml

5 buah
plat
direndam
ekstrak
bunga
cengkeh
1,2%
sebanyak
5 ml

5 buah
plat
direndam
ekstrak
bunga
cengkeh
1,4%
sebanyak
5 ml

5 buah
plat
direndam
ekstrak
bunga
cengkeh
1,6%
sebanyak
5 ml

Perendaman selama 6 jam


Sampel dibilas dengan aquades dan dikeringkan
Pengukuran intensitas cahaya

Hasil
Analisis data

29

Anda mungkin juga menyukai