Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

Gigi tiruan sebagian lepasan (removable partial denture) adalah gigi tiruan yang
menggantikan sebagian gigi asli yang hilang dan dapat dilepas dan dipasang sendiri oleh
pasien dari mulutnya. Berdasarkan bahannya, gigi tiruan sebagian lepasan terbuat dari resin
akrilik, logam, vulcanite, dan thermoplastic atau valplast (Abu Bakar, 2012).

Resin akrilik dipakai sebagai basis gigi tiruan karena bahan ini memiliki sifat tidak
toksik, tidak iritasi, tidak larut dalam cairan mulut, estetik baik, mudah dimanipulasi,
reparasinya mudah dan perubahan dimensinya kecil (David, 2005).

Resin akrilik yang digunakan di bidang kedokteran gigi umumnya dibedakan atas
tiga jenis, yaitu resin akrilik swapolimerisasi, resin akrilik polimerisasi sinar, dan resin
akrilik polimerisasi panas (RAPP). Hingga saat ini, RAPP banyak menjadi pilihan sebagai
bahan pembuat basis gigi tiruan lepasan karena bahan ini memiliki sejumlah keunggulan di
antaranya kualitas estetis yang cukup memuaskan, penyerapan air yang rendah, memiliki
konduktivitas termal yang baik, biokompatibel, mudah diproses dan direparasi tanpa
membutuhkan tenaga ahli laboratorium, serta ekonomis (Carr dkk, 2005).

Gigi tiruan resin akrilik selalu berkontak dengan saliva, minuman, dan makanan
sehingga gigi tiruan merupakan tempat terbentuknya stain, karang gigi, dan plak karena
kurangnya pemeliharaan kebersihan gigi tiruan resin akrilik.

Pada pemakaian gigi tiruan resin akrilik, mukosa akan tertutup sehingga
menghalangi pembersihan permukaan mukosa maupun permukaan gigi tiruan oleh lidah dan
saliva sehingga terjadi akumulasi plak pada gigi tiruan. Plak pada gigi tiruan merupakan
faktor predisposisi yang dapat menyebabkan inflamasi pada mukosa palatal dan terjadinya
denture stomatitis. Faktor yang menyebabkan denture stomatitis adalah Candida albicans,
infeksi bakteri, alergi, faktor psikologi, kurangnya kebersihan gigi tiruan, aliran saliva dan
nutrisi (Wahyuningtyas, 2008).

Candida albicans adalah organisme komensal yang merupakan bagian flora normal
rongga mulut pada 30-50% populasi. Organisme ini dapat menimbulkan infeksi oportunis
dalam rongga mulut jika terdapat faktor- faktor predisposisi yang mendukung. Infeksi
Candida albicans terkait dengan faktor lokal dan sistemik. Penyebab tersering dari infeksi
lokal Candida albicans adalah penggunaan gigi tiruan, terutama yang sudah longgar atau
pembersihannya tidak baik (Shiril dkk, 2012).

Candida albicans dapat melakukan penetrasi pada resin akrilik dan tumbuh pada
permukaan gigi tiruan sehingga dapat menginfeksi jaringan lunak. Candida albicans dapat
melepaskan endoktoksin yang merusak mukosa mulut dan menyebabkan terjadinya denture
stomatitis. Oleh karena itu desinfeksi dan pembersihan gigi tiruan merupakan faktor penting
yang harus dilakukan (Wahyuningtyas, 2008).

Pembersihan gigi tiruan dapat dilakukan dengan cara mekanis dan kimiawi.
Pembersihan secara mekanis dengan sikat gigi menggunakan pasta gigi, pembersihan secara
kimia dengan merendam gigi tiruan dalam larutan 3 desinfektans, alkali peroksida, alkali
hipoklorit dan enzim (Wahyuningtyas, 2008).

Pasta gigi adalah bahan yang digunakan untuk membantu sikat gigi dalam
membersihkan permukaan gigi. Pasta gigi pada dasarnya tersusun oleh bahan abrasif,
deterjen, bahan antiplak, bahan penyegar, bahan pengisi dan bahan tambahan (Mc.Donal,
1998).

Meskipun dalam pasta gigi sudah terdapat bahan antiplak, plak masih mudah melekat
pada permukaan basis gigi tiruan resin akrilik (Naini, 2007). Maka dari itu perlu
dikembangkan pasta gigi yang mampu menghilangkan daya antiplak yang menjadi resiko
menempelnya Candida albicans pada basis resin akrilik yang meningkatkan kemampuan
pasta gigi untuk menghambat pertumbuhan Candida albicans. Di dalam pasta gigi sudah
terdapat triclosan yang berfungsi sebagai bahan antiplak. Penambahan triclosan untuk
menghambat pertumbuhan Canida albicans berpengaruh tidak baik, yaitu toksisitas pada
mulut. Sehingga diperlukan bahan yang aman tanpa efek samping, salah satunya adalah
pasta gigi dengan tambahan bahan herbal. Sudah diteliti beberapa bahan herbal yaitu daun
dewa (Gynura pseudochina (Lour) DC), biji buah pinang ( Areca catechu l.), daun ungu
(Graptophyllum pictum), daun sirih (Familia piperaceae), dan daun sirsak (Annona muricata
L.). Kelebihan daun sirsak daripada tanaman herbal yang lain yaitu daun sirsak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri, membantu menghambat mutasi gen, membantu
menghambat perkembangan virus, membantu menghambat perkembangan parasit, dll
(Goltra, 2007).

4 Daun sirsak selain berfungsi mengobati berbagai macam penyakit juga berfungsi
sebagai antibakteri dan mempunyai efek antifungi karena mengandung senyawa flavonoid
dan tanin yang dapat menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans, yang juga mudah
dijangkau dan banyak ditemukan (Family Content, 2011).

Senyawa tersebut dapat diambil dengan cara ekstraksi. Penelitian mengenai daun
sirsak pernah dilakukan oleh Herawati (2013) dengan judul pengaruh konsentrasi ekstrak
daun sirsak (Annona muricata) terhadap pertumbuhan Candida albicans pada lempeng resin
akrilik heat curing, hasil dari penelitian tersebut didapatkan bahwa konsentrasi yang efektif
menghambat Candida albicans pada lempeng resin akrilik heat curing adalah 35%.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin menguji salah satu tanaman herbal yaitu daun
sirsak (Annona muricata) sebagai bahan tambahan herbal dalam pasta gigi terhadap
pertumbuhan Candida albicans pada plat GTSL resin akrilik heat cured dengan konsentrasi
35%.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

1. Pengertian Gigi Tiruan Sebagian Lepasan


Gigi tiruan sebagian lepasan adalah suatu alat yang berfungsi untuk
mengembalikan beberapa gigi asli yang hilang dengan dukungan utama adalah
jaringan lunak dibawah plast dasar serta dukungan tambahan dari gigi asli yang
masih tertinggal dan terpilih sebagai gigi penyangga (Lengkong; dkk, 2015:25).
Gigi tiruan sebagian lepasan flexible merupakan gigi tiruan dengan basis yang
biocompatible, yaitu nilon termoplastik memiliki sifat fisik yang bebas monomer
sehingga tidak menimbulkan reaksi alergi, serta tanpa adanya unsur logam yang
dapat mempengaruhi estetika (Soesetijo, 2016:59).

2. Fungsi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan


Untuk menghindari dampak yang tidak diinginkan akibat hilangnya gigi
tanpa ada pengganti maka dibuat suatu alat tiruan sebagai pengganti gigi yang
sudah hilang. Fungsi gigi tiruan sebagian lepasan adalah untuk mengembalikan
fungsi pengunyahan, fonetik, estetik, bicara, dan pencegahan migrasi gigi
(Gunadi; dkk, 1991:33-39).

B. Retensi dan Stabilisasi

1. Retensi
Retensi dapat didefinisikan sebagai ketahanan gigi tiruan terhadap
pengangkatannya dari mulut. Retensi adalah kualitas yang tidak dapat dipisahkan
dari suatu gigi tiruan untuk melawan gaya gravitasi, daya lekat makanan serta
gaya-gaya yang berhubungan dengan gerak muka rahang. Retensi adalah cara
memegang gigi tiruan pada posisinya di dalam mulut (Watt D.M, 1992:54).

5
2. Stabilisasi
Stabilisasi merupakan gaya untuk melawan pergerakan geligi tiruan dalam
arah horizontal. Dalam hal ini semua bagian cengkeram berperan, kecuali
dibagian terminal (ujung) lengan retentif, cengkram sirkumfrensial memberikan
stabilisasi lebih baik karena mempunyai sepasang bahu yang kuat dan lengan
retentif yang lebih fleksibel (Gunadi; dkk, 1991:157).

C. Desain Gigi Tiruan

Rencana dalam pembuatan desain merupakan salah satu tahap penting dan
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan atau kegagalan sebuah gigi tiruan.
Tak kurang pentingnya, sebuah desain yang benar dapat mencegah terjadinya
kerusakan jaringan dalam mulut, akibat kesalahan yang tidak seharusnya terjadi dan
yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Pembuatan desain gigi tiruan dikenal empat
tahap yaitu : (Gunadi; dkk, 1995:308-313).
1. Tahap I Menentukan Kelas dari Daerah Tak Bergigi
Menentukan kelas dari masing – masing daerah tak bergigi. Daerah tak
bergigi dalam suatu lengkung gigi dapat bervariasi, dalam hal panjang, macam
jumlah, dan letaknya. Semua ini akan mempengaruhi rencana pembuatan desain
gigi tiruan, baik dalam bentuk sadel, konektor maupun dukungannya. Klasifikasi
kelas pada gigi tiruan sebagian lepasan pertama kali dikenalkan oleh Dr. Edward
Kennedy pada tahun 1925, Kennedy membagi klasifikasi menjadi empat kelas
sebagai berikut :
a. Kelas I : daerah tak bergigi terletak dibagian posterior dari gigi yang
masih ada dan berada pada kedua sisi rahang bilateral.

Gambar 2.1 Kelas I


(Sumber:Gunadi; dkk, 1995:25)
b. Kelas II : daerah tak bergigi terletak dibagian posterior dari gigi yang
masih ada, tetapi pada salah satu sisi rahang saja unilateral.

Gambar 2.2 Kelas II


(Sumber:Gunadi; dkk, 1995:25)

c. Kelas III : daerah tak bergigi terletak diantara gigi yang masih ada
dibagian posterior maupun anterior.

Gambar 2. 3 Kelas III


(Sumber:Gunadi; dkk, 1995:25)

d. Kelas IV : daerah tak bergigi terletak pada bagian anterior dari gigi –
gigi yang masih ada dan melewati garis tengah rahang.

Gambar 2. 4 Kelas IV
(Sumber:Gunadi; dkk, 1995:25)

2. Tahap II Menentukan Macam Dukungan dari Setiap Sadel


Bentuk daerah tidak bergigi ada dua macam yaitu daerah tertutup
(paradental) dan daerah berujung bebas (free end). Ada dua dukungan untuk
saddle paradental, yaitu dukungan dari gigi dan mukosa.
3. Tahap III Menentukan Jenis Penahan
Ada dua macam penahan (retainer) untuk gigi tiruan yaitu
a. Penahan langsung (direct retainer), yang diperlukan untuk setiap gigi
tiruan.
b. Penahan tak langsung (indirect retainer), yang tidak selalu dibutuhkan
untuk setiap gigi tiruan.
Faktor – faktor yang perlu diperhatikan untuk dapat menentukan penahan
mana yang akan diterapkan, antara lain :
a. Dukungan dari sadel
Hal ini berkaitan dengan indikasi dari macam cengkram yang akan
dipakai dan gigi penyangga yang ada atau diperlukan.
b. Stabilisasi dari gigi tiruan
Ini berhubungan dengan macam jumlah dan macam gigi pendukung
yang ada dan yang akan dipakai.
c. Estetika
Ini berhubungan dengan bentuk atau tipe cengkram serta lokasi dari gigi
penyangga.
4. Tahap IV Menentukan Jenis Konektor
Untuk protesa resin, konektor yang dipakai biasanya berbentuk plat, jenis-
jenis konektor pada pembuatan gigi tiruan sebagaian lepasan resin aklirik
yaitu:
a. Konektor berbentuk full plate
Indikasi pemakainnya untuk kasus kelas I dan kelas II kennedy.
b. Konektor berbentuk seperti horse shoe (Tapal Kuda)
Indikasi pemakainnya untuk gigi rahang atas dan rahang bawah, yang
kehilangan satu atau lebih gigi pada anterior dan posterior atas yang
luas.
D. Resorbsi Tulang Alveolar

Resorbsi tulang alveolar secara umum dapat disebabkan oleh dua hal yaitu:
faktor lokal berupa inflamasi jaringan periodontal dan traumatik oklusi, sedangkan
faktor lainnya adalah faktor sistemik termasuk diantaranya adalah diabetes militus
begitu pula dengan penurunan kualitas tulang. Pasca pencabutan gigi geligi, tulang
alveolar mengalami resorbsi yang menyebabkan perubahan bentuk dan berkurangnya
ukuran tulang alveolus secara terus menerus. Perubahan bentuk tulang alveolus tidak
hanya terjadi pada permukaan tulang alveolus dalam arah vertikal saja tetapi juga
dalam arah labio-lingual/palatal dari posisi awal yang menyebabkan tulang alveolus
menjadi rendah, membulat, atau datar.
Bentuk tulang alveolar diklasifikasikan menjadi 3 kelas yaitu menurut Zarb dkk
(2012) :
1. Klas I yaitu tinggi tulang alveolus rahang bawah 21mm atau lebih dengan
hubungan rahang klas 1, keadaan ini memiliki prognosa yang baik
keberhasilan perawatan gigi tiruan.
2. Klas II yaitu tinggi tulang alveolus rahang bawah 16-20 mm dengan
hubungan rahang klas I. Bentuk tulang alveolus ini dapat menahan gaya
vertikal dan horizontal pada gigi tiruan penuh.
3. Klas III, tinggi tulang alveolus rahang bawah 11-15mm. Pasien hubungan
rahang klas I, II ataupun III dengan posisi perlekatan jaringan lunak dapat
mempengaruhi retensi dan stabilitas gigi tiruan penuh, pada keadaan ini
dibutuhkan intervensi perawatan bedah berupa tindakan pembedahan
preprostetik atau insersi implan untuk mencapai keberhasilan fungsi gigi
tiruan (Nasution dan Pridana, 2016:56-57).
E. Pengertian Ekstrusi Gigi

Ekstrusi gigi adalah pergerakan gigi keluar dari alveolus dimana akar mengikuti
mahkota. Ekstrusi gigi dari soketnya dapat terjadi tanpa resorpsi dan deposisi tulang
yang dibutuhkan untuk pembentukan kembali dari mekanisme pendukung gigi. Pada
umumnya pergerakan ekstrusi mengakibatkan tarikan pada seluruh struktur
pendukung (Amin, 2016:23). Pergerakan gigi dapat terjadi secara fisiologis dan
patologis, dan kedua jenis pergerakan ini tidak diharapkan karena terjadinya
pergerakan tersebut dapat diketahui bahwa keadaan gigi dan struktur jaringan
pendukungnya mengalami perubahan, misalnya pada gigi yang terdapat diantara
daerah diastema maka gigi tersebut akan bergerak ke daerah yang kosong (Bahirrah,
2004:1-6).

F. Akibat Kehilangan Gigi Tanpa Penggantian

Beberapa akibat kehilangan gigi tanpa penggantian, diantaranya adalah sebagai


berikut (Gunadi; dkk, 1991:31-32) :
1. Migrasi dan Rotasi Gigi
Hilangnya kesinambungan pada lengukung gigi dapat menyebabkan
pergeseran, miring atau berputarnya gigi. Karena gigi ini tidak lagi menempati
posisi yang normal untuk menerima beban yang terjadi pada saat pengunyahan,
maka akan mengakibatkan kerusakan struktur periodontal.
2. Erupsi Berlebihan
Bila gigi sudah tidak memiliki antagonisnya, maka akan terjadi erupsi
berlebih (over eruption). Erupsi berlebih dapat terjadi tanpa atau disertai
pertumbuhan tulang alveolar. Bila hal ini terjadi tanpa pertumbuhan tulang
alveolar, maka struktur periodontal akan mengalami kemunduran sehingga gigi
akan mengalami ekstrusi.
3. Memburuknya Penampilan
Menjadi buruknya penampilan (loss of appearance) karena kehilangan gigi
depan akan mengurangi daya tarik wajah seseorang.
G. Klasifikasi Bahan Basis Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Basis gigi tiruan lepasan adalah bagian protesa yang berhadap dengan jaringan
lunak dibawahnya, berfungsi untuk memperbaiki kontur jaringan sebagai tempat bagi
elemen gigi tiruan, dan menerima dukungan dari gigi pendukung atau jaringan sisa
tulang alveolar (Djunaedy; dkk, 2015:55).
Bahan yang digunakan untuk pembuatan basis gigi tiruan sebagian lepasan dapat
berasal dari bahan akrilik, nilon termoplastik, dan logam :
1. Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Akrilik
Akrilik sejak pertengahan tahun 1940-an, kebanyakan basis protesa dibuat
menggunakan resin poli (metil metakrilat). Resin-resin tesebut merupakan
kandungan bahan yang dibentuk dengan menggabungkan molekul-molekul metil
metakrilat multiple. Akrilik adalah turunan etilen yang mengandung gugus vinil
dalam rumus strukturnya CH2=CHCOOH dan CH2=C(CH3)COOH. Kedua
senyawa ini berpolimerisasi tambahan dengan cara yang sama (Anusavice,
2004:192-197).
a. Kelebihan basis gigi tiruan resin akrilik
1) Biokompatibilitas.
2) Stabilisasi warna baik sehingga lebih estetis.
3) Mudah dipoles dan dapat diperbaiki.
4) Proses pembuatan mudah dan hanya memerlukan alat sederhana.
b. Kekurangan bahan basis gigi tiruan resin akrilik
1) Konduktivitas termal yang rendah.
2) Kekuatan impak dan kekutan transversal yang rendah.
3) Ketahanan terhadap abrasi yang rendah.
c. Indikasi bahan basis gigi tiruan resin akrilik
1) Sebagai alat untuk menyelesaikan masalah estetik dan fonetik.
2) Sebagai alat sementara selama perawatan pendahuluan untuk
mengadakan perbaikan secara orthodontic.
3) Karena alasan keuangan oleh pasien.
4) Resin merupakan bahan terpilih (material of choice).
2. Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Nilon Termoplastik
Resin nilon adalah nama generik dari bahan polimer sintetik yang dikenal
sebagai poliamida. Material tersebut merupakan hasil reaksi kondensasi antara
heksa metil diamina (2NH2) dengan asam dikarboksilat (2COOH). Teknik
manipulasinya adalah dengan cara injection moulding, yaitu melelehkannya
kemudian menginjeksikan kedalam rongga cetak dengan bentuk yang diinginkan
(Soesetijo, 2016:61).
a. Kelebihan basis gigi tiruan nilon termoplastik
1) Kekuatan fisik yang tinggi.
2) Resisten terhadap suhu dan bahan kimia.
3) Serta sifatnya yang plastis.
b. Kekurangan basis gigi tiruan nilon termoplastik
1) Cenderung menyerab air.
2) Berubah warna.
3) Sulit direparasi.
c. Indikasi basis gigi tiruan nilon termoplastik (Dewi R.M, 2015:9).
1) Pasien yang alergi terhadap akrilik.
2) Pasien yang hipersensitif terhadap metal.
3) Pasien yang tidak bisa dibuatkan bridge tetapi memprioritaskan
penampilan atau estetik.
d. Kontra indikasi basis gigi tiruan nilon termoplastik (Dewi, 2015:9).
1) Pada gigi yang mengalami kelainan jaringan periodontal (goyang).
2) Pasien dengan oral hygiene yang buruk.

3. Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Kerangka Logam


Gigi tiruan kerangka logam (frame) lebih ideal dibandingkan gigi tiruan
akrilik, karena dapat dibuat lebih sempit, lebih tipis, lebih kaku, dan lebih kuat,
sehingga dapat dibuat disain yang ideal (Lenggogeny dan Masulili, 2015:124).
a. Kelebihan basis gigi tiruan kerangka logam
1) Tahan karat (stainless steel)
2) Nyaman dipakai pasien karena dapat dibuat tipis.
3) Gaya yang timbul akibat pengunyahan dapat disalurkan lebih baik.
4) Sulkus gingiva lebih sehat (tidak tertutup/teriritasi landasan).
b. Kekurangan basis gigi tiruan kerangka logam
1) Kurang estetik jika logam terlihat.
2) Biaya pembuatan mahal.
c. Indikasi basis gigi tiruan kerangka logam
1) Penderita yang hipersensitif terhadap resin.
2) Penderita dengan daya kunyah abnormal.
3) Ruang intermaksilar kecil.
4) Kasus basis dukungan gigi dengan desain unilateral.

H. Macam – Macam Cengkeram Nilon Termoplastik

1. Circumferential Clasp
Cengkeram circumferential clasp digunakan pada gigi yang beridiri sendiri
karena gigi-gigi sebelahnya sudah hilang sehingga cengkeram ini digunakan
sebagai retensi agar gigi tiruan tidak mudah lepas. Cengkeram ini dibentuk bulat
dan mengelilingi gigi, biasanya cengkeram ini digunakan pada gigi posterior.

Gambar 2.5 Tipe Circumferential Clasp


(Sumber:Kaplan, 2008:4)
2. Cengkeram Utama
Cengkeram utama atau main clasp adalah jenis yang paling umum digu
nakan dalam pembuatan gigi tiruan flexible. Cengkeram ini seperti cengkeram C
terletak tereletak dibawah kontur terbesar menutupi ±2mm gigi penyangga yang
bertumpu pada permukaan jaringan gusi agar dapat menahan gigi tiruan yang
flexible tetap pada tempatnya.

Gambar 2.6 Tipe Main Clasp


(Sumber:Kaplan, 2008:4)

3. Cengkeram Kombinasi
Cengkeram kombinasi merupakan kombinasi dari circumferential clasp dan
main claps. Cengkeram kombinasi komponennya melalui occlusal table yaitu
cengkeram circumferential bertindak sebagai pegangan dan dapat mentransfer
beban aksial kearah gigi. Kemudian dilanjutkan dengan dengan cengkeram gigi
sebelahnya, memberikan stabilitas dan kekuatan pada gigi tiruan sebagian
lepasan flexi.

Gambar 2.7 Tipe Cengkeram Kombinasi


(Sumber:Kaplan, 2008:4)
4. Wrap-around Clasp
Cengkeram lengan bukal/labial yang dibuat pada gigi penjangkaran sebelah
gigi yang hilang. Cengkeram tersebut ditempatkan diatas gigi penyangga yang
bersebelahan, mengikat sekitar servikal dari gigi yang selaras dengan garis
servikal dari kedua gigi penyangga. Ujungnya harus tepat diinterproximal.

Gambar 2.8 Tipe Wrap-around Clasp


(Sumber:Steven, 2014:19)

5. Anchor Clasp
Anchor clasp merupakan perluasan sepanjang dua gigi dari titik pertemuan
pada bagian labial dan bukal. Cengkeram ini diindikasikan pada kasus yang
terdapat diastema dan pemasangan elemen gigi yang perluasannya sepanjang dua
gigi dari titik pertemuan bukal dan labial.

Gambar 2.9 Tipe Anchor Clasp

(Sumber:Steven, 2014:
6. Spurs Clasp
Spurs clasp jarang digunakan karena ujungnya pendek dan tidak melingkari
di sekililing gigi penyangga. Apabila cengkeram tersebut dibuat tebal akan
mengakibatkan estetik pasien kurang baik, sedangkan bila dibuat tipis akan
membuat gigi tiruan menjadi renggang.

Gambar 2.10 Tipe Spurs Clasp


(Sumber: Dewi R.M, 2015:14)

I. Macam – macam Jenis Bahan Resin Termoplastik

Menurut Nandal (2013) macam-macam jenis bahan resin termoplastik dibagi


menjadi empat yaitu :
1. Resin Nilon Termoplastik
Nilon termoplastik adalah poliamida. Poliamida adalah polimer yang terdiri
dari monomer amida yang tergabung dengan ikatan peptide. Poliamida dapat
terbentuk secara alami ataupun sintetis. Poliamida sintetis dapat dibuat melalui
polimerisasi atau fasa padat yang menghasilkan bahan nilon.

a. Keuntungan resin nilon termoplastik


Warna merah muda dan translucent hampir sama dengan jaringan
mulut, tidak ada cengkram logam hanya jaringan cengkram yang menyatu
dengan gigi alami sehingga memberikan estetika yang sangat baik, nilon
tidak mudah pecah, ringan dan tidak mudah rapuh, karena sangat
flexibilitas, nilon cocok bagi yang alergi terhadap gigi tiruan sebagian
lepasan akrilik.
2. Resin Asetal Termoplastik
Resin asetal termoplastik ini memiliki karakter yang sangat kuat, tahan aus
dan patah serta cukup fleksible, sehingga ideal digunakan sebagai preformes
clasp pada gigi tiruan sebagian, framework gigi tiruan sebagian hingga abutment
implant.
a. Keuntungan resin asetal termoplastik
Asetal termoplastik yang juga berwarna merah muda, untuk
mencocokan terhadap banyaknya gigi orang atau gusi dan cengkram adalah
warna cengkram yang cocok dengan gigi sehingga memberikan estetik yang
baik.

3. Resin Termoplastik Akrilik


Resin termoplastik akrilik atau sering disebut Thermosen campuran khusus
dari polimer dan memiliki tingkatan tertinggi dari resin akrilik serta tidak retak
jika jatuh di lantai, sehingga sangat popular untuk perawatan bruxism.
Termoplastik akrilik tersedia dalam warna gigi dan gingiva, dan memiliki daya
tembus cahaya, memberikan estetika yang sangat baik.
a. Keuntungan resin termoplastik akrilik
Memiliki retensi yang memadai dan kekuatan lentur yang baik, akrilik
termoplastik tersedia dalam bentuk sesuai dengan gigi dan warna gingival
memberikan estetika yang sangat baik, Flexite MP-akrilik termoplastik,
adalah campuran khusus dari polimer dan memiliki kekuatan efek tertinggi
tidak retak bahkan jika jatuh di lantai, sehingga sangat populer untuk kasus
bruxism juga sebagai gigi tiruan sebagian lepasan.

4. Resin Polikarbonat Termoplastik


Polikarbonat adalah rantai polimer bisfenol-A carbonate. Sama halnya
dengan resin asetal, resin polikarbonat juga sangat kuat, tahan patah dan cukup
fleksibel. Polikarbonat tidak cocok digunakan untuk gigi tiruan lengkap lepasan
atau sebagian lepasan tetapi ideal untuk mahkota dan jembatan sementara.
a. Keuntungan resin polikarbonat termoplastik
Tidak menggunakan monomer dalam proses pembuatan. Polycarbonate
dalam penyerapan air kecil sehingga tidak mudah berbau busuk oleh
penyerapan air liur dan apalagi itu aman untuk digunakan yaitu tidak ada
rangsangan pada jaringan mukosa mulut. Selain itu, unggul dalam kekuatan,
tidak mudah retak dan abrasi.

J. Kelainan Malposisi

1. Crossbite
Crossbite adalah suatu kondisi dimana satu atau beberapa gigi mengalami
malposisi kearah bukal, lingual atau labial terhadap gigi antagonisnya.
Berdasarkan lokasinya crossbite dibedakan menjadi crossbite anterior dan
crossbite posterior (Gungga; dkk, 2015:122-123).

2. Deepbite
Deepbite merupakan suatu kondisi tertutupnya gigi anterior mandibula oleh
gigi anterior maksila pada bidang vertikal secara berlebihan, melebihi tumpang
gigit normal maupun melewati sepertiga incisal gigi incisivus mandibula.
Deepbite yang disebabkan oleh faktor gigi dapat terjadi karena erupsi gigi
anterior yang berlebihan, biasanya terjadi karena jarak gigit yang besar
(Mandala; dkk, 2014:364).

3. Migrasi dan Rotasi Gigi


Hilangnya kesinambungan pada lengkung gigi dapat menyebabkan
pergeseran, miring atau berputarnya gigi. Karena gigi tidak menempati posisi
yang normal untuk menerima beban yang terjadi pada saat pengunyahan, maka
akan mengakibatkan kerusakan struktur periodontal (Gunadi; dkk, 1991:31).
4. Ekstrusi
Suatu keadaan pemanjangan gigi keluar dari lubang gigi itu berada dan
karena itu menyebabkan gigi tersebut keluar dari bidang oklusi yang normal.
Penyebab ektrusi gigi ialah tidak adanya gigi antagonis.

K. Macam-macam Relasi Rahang

Klasifikasi oklusi pada gigi-geligi menurut Edward Angle pada tahun 1899
dibagi menjadi tiga kelas yaitu : (Foster, 1999: 32)
1. Kelas I
Hubungan kelas I adalah hubungan antara antero-posterior yang sedemikian
rupa dengan gigi-gigi berada pada posisi yang tepat dilengkung rahang. Ujung
gigi kaninus atas berada pada bidang vertikal yang sama seperti ujung distal gigi
kaninus bawah. Tonjol antero-bukal dari molar pertama atas tetap beroklusi
dengan groove bukal dari molar pertama bawah tetap. Jika gigi insisivus berada
pada inklinasi yang tepat, overjet insisal adalah sebesar 3mm.

Gambar 2.11 Relasi Rahang Kelas I


(Sumber:Foster, 1999:32)

2. Kelas II
Hubungan kelas II adalah lengkung gigi bawah terletak lebih ke posterior
dari lengkung gigi atas dibandingkan dengan hubungan kelas I dan sering disebut
sebagai “hubungan postnormal”. Kelas II ini dikelompokkan menjadi dua divisi
yaitu :
a. Kelas II divisi I
Lengkung gigi mempunyai hubungan kelas II dengan gigi-gigi
insisivus sentral dan lateral atas proklinasi dengan overjet insisal lebih
besar.

Gambar 2.12 Relasi Rahang Kelas II divisi I


(Sumber:Foster, 1999:32)

b. Kelas II divisi II
Lengkung gigi mempunyai hubungan kelas II dengan gigi-gigi insisivus
sentral atas yang proklinasi dengan overbite insisal yang besar. Gigi-gigi
insisivus lateral atas bisa proklinasi atau retroliknasi.

Gambar 2.13 Relasi Rahang Kelas II Divisi II


(Sumber:Foster, 1999:32)

3. Kelas III
Lengkung gigi bawah terletak lebih anterior terhadap lengkung gigi atas
dibandingkan pada hubungan kelas 1 dan sering disebut sebagai “hubungan
prenormal”.

Gambar 2.14 Relasi Rahang Kelas III


(Sumber:Foster, 1999:32)
L. Cara Penyusunan pada Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

1. Penyusunan Gigi Anterior


Penyusunan gigi dilakukan secara bertahap yaitu gigi anterior atas, gigi
anterior bawah, gigi posterior atas dan gigi posterior bawah.
a. Penyusunan gigi anterior rahang atas
1) Insisivus satu rahang atas
Titik kontak sebelah mesial berkontak dengan midline. Sumbu gigi
miring 5oterhadap garis midline, titik kontak sebelah mesial tepat pada
garis tengah, incisal edge terletak di atas bidang datar.
2) Insisivus dua rahang atas
Titik kontak sebelah mesial berkontak dengan distal insisivus satu
kanan rahang atas, sumbu gigi miring 5o terhadap garis midline, tepi
incisal naik 2 mm diatas bidang oklusal. Inklinasi antero-posterior
bagian servikal condong lebih ke palatal dan incisal terletak diatas
linggir rahang.
3) Caninus rahang atas
Sumbu gigi tegak lurus bidang oklusal dan hampir sejajar dengan
garis midline. Titik kontak mesial berkontak dengan titik kontak distal
insisiv dua. Puncak cups menyentuh atau tepat pada bidang oklusal.
Permukaan labial sesuai dengan lengkung bite rim.
b. Penyusunan gigi anterior rahang bawah
1) Insisivus satu rahang bawah
Sumbu gigi tegak lurus terhadap meja artikulator, permukaan
incisal lebih kelingual. Permukaan labial sedikit depresi pada bagian
servikal dan ditempatkan diatas atau sedikit kelingual dari puncak
ridge. Titik kontak mesial tepat pada midline. Titik kontak distal
berkontak dengan titik kontak mesial insisiv dua.
2) Insisivus dua rahang bawah
Inklinasi gigi lebih kemesial. Titik kontak mesial berkontak dengan
titik kontak distal insisiv satu.
3) Caninus rahang bawah
Sumbu gigi lebih miring kemesial, ujung cups menyentuh bidang
oklusal dan berada diantara gigi insisiv dua dan caninus rahang atas.
Sumbu gigi lebih miring ke mesial dibandingkan gigi insisiv dua rahang
bawah.
2. Penyusunan Gigi Posterior
a. Penyusunan gigi posterior rahang atas
1) Premolar satu rahang atas
Sumbu gigi terletak lurus bidang oklusal. Titik kontak mesial
berkontak dengan titik kontak distal caninus. Puncak cups buccal tepat
berada atau menyentuh bidang oklusal dan puncak cups palatal
terangkat kurang lebih 1 mm diatas bidang oklusal. Permukaan buccal
sesuai lengkung bite rim.
2) Premolar dua rahang atas
Sumbu gigi terletak lurus bidang oklusal. Titik kontak mesial cups
palatal terangkat kurang lebih 1 mm di atas bidang oklusal. Permukaan
buccal sesuai lengkung bite rim.
3) Molar satu rahang atas
Sumbu gigi pada bagian servikal sedikit miring ke arah mesial.
Titik kontak mesial berkontak dengan titik kontak distal premolar dua.
Mesio buccal cups dan disto palatal cups terangkat 1 mm di atas bidang
oklusal. Disto buccal cups terangkat kurang lebih 1 mm di atas bidang
oklusal (terangkat lebih tinggi sedikit dari disto palatal cups).

4) Molar dua rahang atas


Sumbu gigi pada bagian servikal sedikit miring ke arah mesial.
Titik kontak mesial berkontak dengan titik kontak distal molar molar
satu. Mesio palatal cups menyentuh bidang oklusal. Mesio buccal cups
dan disto palatal cups terangkat 1 mm di atas bidang oklusal
b. Penyusunan gigi posterior rahang bawah
1) Premolar satu rahang bawah
Sumbu gigi tegak lurus pada meja artikulator. Cups buccal terletak
pada central fossa antara premolar satu dan caninus atas.

2) Premolar dua rahang bawah


Sumbu gigi tegak lurus. Cups buccal terletak pada centra fossa
antara premolar satu dan premolar dua atas.
3) Molar satu rahang bawah
Cups mesio buccal gigi molar satu rahang atas berada di groove
mesio buccal molar satu rahang bawah, cups buccal gigi molar satu
rahang bawah berada di fosacentral.

4) Molar dua rahang bawah


Inklinasi antero-posterior dilihat dari bidang oklusal, cups buccal
berada di atas linggir rahang (Itjingningsih, 1991:88-122).

M. Kemungkinan – kemungkinan Cara Penyusunan Gigi pada Relasi Rahang


Kelas III
Kemungkinan – kemungkinan cara penyusunan gigi pada relasi rahang gigitan
crossbite, yaitu :
1. Penyusunan gigi anterior dengan relasi edge to edge dan gigi posterior
dengan relasi normal.
2. Penyusunan gigi anterior dengan relasi normal dan gigi posterior dengan
relasi crossbite.
3. Penyusunan gigi anterior dengan relasi crossbite dan gigi posterior dengan
relasi normal.
4. Penyusunan gigi relasi rahang crossbite dimana gigi bawah disusun
disebelah labial dan buccal dari gigi atas (Susilowati, 2012:35-36).
N. Prosedur Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

1. Prosedur Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian lepasan Nilon Termoplastik


adalah sebagai berikut :
a. Persiapan model kerja
Menurut Itjiningsih, syarat model kerja yang baik ialah bersih dari
nodul dan batas anatomi terbentuk jelas untuk mempermudah saat
pembuatan protesa.
b. Survey model
Survey model merupakan prosedur lokasi dan garis luar (outline) dari
kontur dan posisi gigi dan jaringan sekitarnya pada model kerja.
Tujuannya untuk menunjukan daerah – daerah undercut yang
menguntungkan, menentukan arah pemasangan dan pelepasan gigi
tiruan, serta untuk membantu penentuan desain (Dewi R.M, 2015:14)
c. Block out
Block out merupakan proses menutup daerah undercut dengan
menggunakan gips agar undercut yang tidak menguntungkan tidak
menghalangi keluar masuknya protesa gigi tiruan (Gunadi; dkk,
1991:101).
d. Transfer desain
Menurut Freddy Suryatenggara, sebelum proses pembuatan dimulai,
desain desain harus digambar pada model kerja (Gunadi; dkk,
1995:381).
e. Pembuatan galangan gigit (Biterim)
Galangan gigit atau biterim merupakan pengganti dari kedudukan gigi
dengan galangan gigit yang dapat terbuat dari malam, dan berfungsi
untuk menentukan dimensi vertika (Itjingningsih, 1991:51).
f. Penanaman model pada okludator
Okludator merupakan alat yang digunakan untuk menirukan gerakan
oklusi sentris. Tujuan penanaman model pada okludator ini untuk
membantu dalam proses penyusunan elemen gigi tiruan. Penanaman
okludator yang baik ialah sesuai dengan bentuk oklusi, garis median
okludator sejajar dengan bidang datar (Pratiwi, 2016:15).
g. Penyusunan elemen gigi
Penyusunan elemen gigi tiruan merupakan salah satu yang paling
penting, karena hubungan antara gigi-gigi tersebut dengan gigi yang
masih ada (Itjingningsih,1991:85).
h. Flasking
Flasking adalah proses penanaman model malam ke dalam cuvet untuk
mendapat mould space. Metode flasking yang digunakan adalah pulling
the casting yaitu model gigi tiruan berada di kuvet bawah dan seluruh
elemen gigi tiruan terbuka, sehingga setelah boiling out, gigi-gigi akan
ikut pada kuvet bagian atas. Keuntungan dari metode ini adalah dalam
memulas separating medium dan prosesnya lebih mudah, karena
seluruh mould dapat terlihat. Kerugian metode ini bisa terjadi
peninggian gigitan yang sering tidak dapat di hindari
(Itjingningsih,1991:153).
i. Pemasang sprue
Pemasanga sprue dilakukan sebelum bahan tanam pada cuvet atas di isi,
bertujuan untuk mengalirkan bahan nilon termoplastik kedalam mold
space pada cuvet (Dewi R.M, 2015:25)
j. Boling out
Boiling out bertujuan untuk menghilangkan wax dari model kerja yang
telah ditanam dicuvet untuk mendapatkan mouldspace (Itjingingsih,
1991:51).
k. Injection
Injection merupakan proses memasukan bahan resin nilon termoplastik
yang telah dipanaskan dengan Heating machine kedalam mould space
dengan menggunakan injection press machine (Dewi R.M, 2015:17).
l. Deflasking
Deflasking adalah proses melepaskan gigi tiruan yang telah di injection
dari dalam cuvet serta bahan tanam, dengan memotong – motong bahan
tanam menggunakan tang gips, model dan protesa dikeluarkan secara
utuh dari bahan tanam (Dewi R.M, 2015:17).
m. Pemotongan sprue
Sprue dipotong menggunakan tang potong atau hanging bur dan mata
bur disc lakukan dengan hati-hati agar tidak merusak bagian lain seperti
basis dan elemen gigi tiruan (Dewi R.M, 2015:17).
n. Finishing
Finishing adalah proses mengaluskan gigi tiruan yang telah dilepaskan
dari cuvet dan telah dilakukan pemotongan sprue, sisa – sisa bahan
tanam dibersihkan dan dirapihkan serta menyempurnakan bentuk akhir
dari gigi tiruan dengan memotong sisa – sisa bahan nilon pada batas
gigi tiruan dan sekita gigi dengan menggunakan mata bur fissure bagian
protesa menghadap mukosa dibersihkan menggunakan frezzer.
Kemudian protesa dihaluskan dan bagian tepi yang tajam menggunakan
rubber (Dewi R.M, 2015:17).
o. Poleshing
Poleshing adalah proses pemolesan protesa gigi tiruan. Pemolesan gigi
tiruan bertujuan untuk menghaluskan dan mengkilapkan gigi tiruan
tanpa mengubah konturnya. Dalam melakukan tahap polishing ini
berpengaruh pada faktor estetis dikarenakan sebuah proses pembuatan
dengan basis yang mengkilat, elemen gigi tiruan sesuai dengan surat
perintah kerja dan pada saat di insersi ke pasien merasa nyaman dan
puas (Itjingningsih, 1991:187)
2. Prosedur Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Heat Curing Acrylic adalah
sebagai berikut :
a. Persiapan model kerja
Model kerja dibersihkan dari nodul-nodul agar proses pembuatan gigi
tiruan berjalan dengan lancar.
b. Survey
Prosedur ini adalah penentuan lokasi garis luar dari kontur terbesar,
undercut, posisi gigi, dan jaringan disekitarnya pada model rahang
(Gunadi; dkk, 1991:92).
c. Block out
Block out merupakan proses menutup daerah undercut dengan
menggunakan gips agar undercut yang tidak menguntungkan tidak
menghalangi keluar masuknya protesa gigi tiruan (Gunadi; dkk,
1991:101).
d. Pembuatan bite rim
Fungsinya adalah menggantikan kedudukan gigi untuk mendapatkan
hubungan maxilla dan mandibula dengan membuat bite rim dan bentuk
landasan dari malam (Itjingningsih,1991:57).
e. Pembuatan cengkeram
Cengkeram dibuat mengelilingi gigi dan menyentuh sebagian besar
kontur gigi untuk memberikan retensi, stabilisasi serta sebagai support
untuk gigi tiruan sebagian lepasan (Gunadi; dkk,1991:161-162).
f. Pemasangan okludator
Okludator adalah alat yang digunakan untuk menirukan gerakan oklusi
sentris. Tujuan penanaman model pada okludator ini untuk membantu
dalam proses penyusunan gigi (Martanto, 1981:140).
g. Penyusunan elemen gigi
Penyusunan elemen gigi tiruan merupakan salah satu yang paling
penting, karena hubungan antara gigi-gigi tersebut dengan gigi yang
masih ada (Itjingningsih,1991:85).
h. Flasking
Flasking adalah suatu proses penanaman model malam dalam suatu
cuvet untuk mendapatkan suatu moldspace dan bahan yang sering
digunakan adalah plaster of paris (Itjingningsih, 1991:147).
Ada 2 metode flasking dalam gigi tiruan :
1) Pulling the casting : dimana setelah boiling out, elemen gigi tiruan
akan ikut pada cuvet bagian atas, sedangkan model kerja tetap
berada pada cuvet bagian bawah.
2) Holding the casting : model berserta seluruh elemen gigi tiruan
berada di cuvet bawah dan ditutup dengan plaster of paris, sehingga
setelah boiling out akan terlihat seperti ruangan kecil. Pada waktu
packing adonan resin akrilik harus melewati bagian bawah gigi
untuk mencapai daerah sayap (Itjingningsih, 1991:153).
i. Boiling out
Tujuannya adalah menghilangkan wax dari model yang telah ditanam di
flask untuk mendapatkan mould space (Itjingningsih,1991:151).
j. Packing
Packing adalah proses mencampur monomer dan polimer resin akrilik.
Metode yang digunakan dalam proses pembuatan gigi tiruan sebagian
lepasan adalah Wet method yaitu mencampur monomer dan polimer
diluar mould dan bila sudah mencapai dough stage baru dimasukkan ke
dalam mould (Itjingningsih,1991:155).
k. Curing
Curing adalah proses polimerisasi antara monomer yang bereaksi
dengan polimernya bila dipanaskan atau ditambahkan suatu zat kimia
lain. Polimerisasi secara termis disebut heat curing
(Itjingningsih,1991:163).
l. Deflasking
Deflasking adalah proses melepaskan protesa gigi tiruan resin akrilik dari
dalam kuvet dan bahan tanamnya dengan memotong-motong gips
menggunakan tang gips dan model dikeluarkan secara utuh
(Itjingningsih,1991:165).
m. Finishing
Finishing adalah proses membersihkan sisa-sisa bahan tanam dari gigi
tiruan dan merapikan serta menyempurnakan bentuk akhir gigi tiruan
dengan membuang sisa-sisa akrilik pada batas gigi dan sekitar gigi
menggunakan mata bur (Itjingningsih,1991:183).
n. Polishing

Polishing adalah proses pemolesan protesa gigi tiruan sebagian lepasan.


Proses ini merupakan proses akhir dalam pembuatan gigi tiruan sebagian
lepasan (Itjingningsih,1991:18).
BAB III

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka teori

Edentulous

GT cekat Gigi tiruan

GTL
GT lepasan
GTSL

Sosial ekonomi &


pendidikan
Pemeliharaan GT
pasca insersi
Tujuan/manfaat Faktor yang
mempengaruhi
Menjaga kesehatan
rongga mulut Instruksi Bahan basis pasien
Kebersihan GT dokter gigi tiruan

Prosedur
pembersihan GT Akrilik Logam

Frekuensi metode

Harian Mekanik
Tidak Kimiawi
teratur kombinasi
Tingkat kebersihan GT
Keterangan
:
= Variabel diteliti

= Variabel tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Teori

23
3.2 Kerangka konsep

Jenis GT

Basis gigi
tiruan

Perilaku
membersihkan

Frekuensi & metode


pembersihan gigi

Akumulasi
plak

Tingkat kebersihan
GT

Gambar 3.2 Kerangka Teori


Keterangan :

= Variabel bebas

= Variabel akibat

= Variabel kendali

= Variabel antara

= Variabel random

= Variabel moderator
DAFTAR PUSTAKA

1. Garg R. Denture hygiene, different strategies. WebmedCentral DENTISTRY


2010;1(10):2
2. Wardhana G, Baehaqi M, Amalina R. Pengaruh kehilangan gigi posterior terhadap
kualitas hidup individu lanjut usia studi terhadap individu lanjut usia di unit
rehabilitasi sosial pucang gading dan panti wredha harapan ibu semarang. ODONTO
Dent J 2015;2(1):41
3. Rahmayani L, Herwanda, Idawani M. Perilaku memelihara gigi tiruan terhadap
pemeliharaan kebersihan gigi tiruan lepasan. Jurnal PDGI 2013;62(3):83
4. Dama C, Soelioangan S, Tumewu E. Pengaruh perendaman plat resin akrilik dalam
ekstrak kayu manis (cinnamomum burmanii) terhadap jumlah blastospora candida
albicans. Jurnal e-GiGi 2013;1(2):2
5. Sofya PA, Rahmayani L, Fatmawati F. Tingkat kebersihan gigi tiruan sebagian
lepasan resin akrilik ditinjau dari frekuensi dan metode pembersihan. J syiah Kuala
Dent Soc 2016;1(1):91-94
6. Krisma W, Mozartha M, Purba R. Level of denture cleanliness influences the
presence of denture stomatitis on maxillary denture bearing-mucosa. Journal of Dent
Indonesia 2014;21(2):45
7. Mapanawang BN. Gambaran pemeliharaan kebersihan gtl akrilik pada masyarakat
kelurahan batu putih bawah. Jurnal e-GiGi 2014;2(1):2-8
8. Barbosa LC, Ferreira MRM, Calabrich FCF, Viana AC, de Lemos MCL, Lauria RA.
Edentulous patients knowledge of dental hygiene and care of prostheses.
Gerodontology 2008;25:99-106
9. Gunadi H, Margo A, Burhan L, Suryatenggara F, Setiabudi I. Buku ajar ilmu geligi
tiruan sebagian lepasan. Jakarta: Hipokrates;2012.p.11-2
10. Battisttuzzi PGFCM, Keyser AF, Keltjens HMAM, Plasmana PJJM. Gigi tiruan
sebagian titik tolak pada diagnose dan perawatan gigi-geligi yang rusak. Alih bahasa
A I Kosasih, A R Kosasih. Editor Susianti Kentjana, LilianYuwono. Jakarta: Widya
Medika; 1996.p.9-10
11. Mangkat Y, Wowor VNS, Mayulu N. Pola kehilangan gigi pada masyarakat desa
roong kecamatan tondano barat minahasa induk. Jurnal e-GiGi 2015;3(2):509
12. Nallaswamy D. Textbook of prosthodontics. New Delhi: Jaypee; 2003.p.5-6
13. Gunadi HA, Burhan LK, Suryatenggara F, Margo A, Setiabudi I. Buku ajar ilmu
geligi tiruan sebagian lepasan. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2012.p.407-12
14. Bagaray DA, Mariati NW, Leman MA. Perilaku memelihara kebersihan gigi tiruan
lepasan berbasis akrilik pada masyarakat desa treman kecamatan kauditan. Jurnal e-
GiGi(eG) 2014;2(2):2
15. George AZ, Charles LB, Judson CH, Gunnar EC. Buku ajar prostodonti untuk pasien
tak bergigi menurut boucher. Edisi 10. Jakarta: EGC; 2002.p.5-7

Anda mungkin juga menyukai