Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Penggunaan resin akrilik sebagai bahan basis gigi tiruan sudah banyak digunakan sejak

pertengahan tahun 1940-an. Resin akrilik sampai saat ini masih merupakan pilihan untuk

pembuatan basis gigi tiruan oleh karena harganya relatif murah, mudah direparasi, proses

pembuatan gigi tiruan mudah dan menggunakan peralatan sederhana, warna stabil, dan mudah

dipulas. Warna serta sifat optik tetap stabil dibawah kondisi mulut yang normal, dan sifat-sifat

fisiknya telah terbukti sesuai untuk aplikasi kedokteran gigi (Anusavice, 2003).

Tingkat kebersihan rongga mulut merupakan salah satu indikator kesehatan gigi dan

mulut. Kebersihan rongga mulut dapat dilihat dari ada tidaknya deposit-deposit organik, seperti

pelikel, materi alba, sisa makanan, kalkulus, dan plak gigi.1 Saat ini prevalensi tertinggi penyakit

gigi dan mulut adalah karies dan penyakit periodontal yang disebabkan adanya plak gigi. 2 Plak

merupakan deposit lunak yang membentuk lapisan biofilm dan melekat erat pada permukaan gigi

dan gusi serta permukaan keras lainnya dalam rongga mulut.3

Pembersihan gigi tiruan dapat dilakukan dengan cara mekanis dan kimiawi. Pembersihan

secara mekanis dilakukan dengan sikat gigi, sedangkan pembersihan secara kimiawi dilakukan

dengan merendam gigi tiruan dalam larutan desinfektan untuk menghindari kontaminasi bakteri

dan jamur (Wahyuningtyas, 2008).

Pasta gigi adalah sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan dengan sikat gigi untuk

tujuan membersihkan permukaan gigi yang dapat dijangkau (Balsam, 1972). Pasta gigi berfungsi
untuk membersihkan permukaan gigi, mengkilapkan permukaan gigi, mengurangi insiden

(peristiwa) karies gigi, meningkatkan kesehatan gingival (gusi), memberikan sensasi kesehatan

mulut dan kontrol bau mulut (Harris, 1987).

Harris, 1987, Flurosis Therapy Primary Preventive

Dentistry, 2nd ed. Appleton & Large, Norwalk,

Connnenticut, Los Angeles, California

Balsam, M., S., 1972, Cosmetics Science and Technology,

Volume I, 2nded. A Willey Interscience Publication

John Willey & Sons, New Cork, London.

Pasta gigi pada umumnya mengandung bahan abrasif, air, pelembab, bahan perekat,

bahan penambah rasa, bahan terapeutik, bahan desensitisasi, bahan anti-tartar, bahan pemutih,

bahan pengawet, serta bahan antimikroba seperti triklosan dan klorheksidin yang berperan

sebagai bahan aktif yang dapat memberikan efek inhibisi secara langsung pada pembentukan

plak.16

16. Putri MH, Herijulianti E dan Nurjannah N.

Ilmu pencegahan penyakit jaringan keras dan

jaringan pendukung gigi. Jakarta: EGC, 2010.

Hal.56-77, 98-121.
Senyawa Fluoride dalam pasta gigi antara lain: stannous Fluoride, Sodium Fluoride, dan Sodium

Monophosphate Fluoride. Fungsi utama senyawa Fluoride agar jaringan keras gigi lebih tahan

terhadap lingkungan asam dan bersifat kariogenik, serta bersifat bakterisida dan memiliki efek

antiplak tambahan.13

13. Nurin Aisyiyah Listyasari. Pengaruh Pasta Gigi Dengan Kandungan Propolis Terhadap
Pembentukan Plak Gigi. 2012. Semarang: Universitas Diponegoro

Kandungan bahan kimia yang sering digunakan

sebagai pemutih gigi adalah karbamid peroksida dan

hidrogen peroksida. Karbamid peroksida dan hidrogen

peroksida terutama diindikasikan untuk pemutihan gigi

eksternal.

Kedua bahan ini mengandung bahan yang

sama, yaitu hidrogen peroksida yang akan terurai

menjadi H2O dan O2.

Konsentrasi hidrogen peroksida

yang digunakan pada pemutihan gigi bervariasi.


Semakin tinggi konsentrasi hidrogen peroksida yang

dipakai maka akan semakin terang warna gigi yang

dihasilkan. Salah satu sistem pemutihan gigi yang

menggunakan konsentrasi hidrogen peroksida yang

tinggi (30 – 38%) adalah power bleaching atau in

office bleaching.

Pemutihan gigi adalah suatu tindakan untuk


menghilangkan pewarnaan yang terjadi pada gigi
secara kimiawi dengan bahan oksidator. Bahan
dasar yang digunakan untuk pemutihan gigi
adalah hidrogen peroksida.3 Hidrogen peroksida
adalah bahan kimia yang sangat reaktif yang
tersusun atas komponen hidrogen dan oksigen.
Hidrogen peroksida tersebut dapat memutihkan
gigi karena dapat menembus lapisan gigi dan
memecah molekul kompleks dari zat-zat yang
dapat menyebabkan pewarnaan pada gigi.4 Pada
bulan Januari 2008, the European Scientific
Committee on Consumer Products atau SCCP
kembali mengeluarkan pernyataan bahwa kadar
hidrogen peroksida sampai 6% aman digunakan
oleh pasien sebagai bahan pemutih gigi tanpa
pengawasan dokter gigi.3Menurut standar zat
beracun tahun 2008, hidrogen peroksida dengan
kadar 3–6% disebut sebagai bahan schedule 5
yang artinya harus digunakan dengan hati-hati
dan hidrogen peroksida dengan kadar di atas 6%
disebut sebagai bahan schedule 6 yang artinya
bahan beracun.5 Pada kenyataannya, pemutihan
gigi yang dilakukan oleh dokter gigi di tempat
praktik menggunakan kadar hidrogen peroksida
hingga 40% dikarenakan keefektifannya dalam
menghilangkan pewarnaan gigi.6

3. American Dental Association. Tooth


whitening/bleaching: treatment considerations
for dentists and their patients. 2009
September:1–5.
5. Australian Dental Association. Community
oral health promotion: teeth whitening
(bleaching) by persons other than dental
care providers. 2009:1–5.
6. American Dental Association Statement
on the safety and effectiveness of tooth
whitening product. 2012:1–4.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut : “Bagaimana perbandingan efektivitas pasta gigi dengan larutan hydrogen

peroksida (H2O2) dalam tingkat kebersihan gigi tiruan akrilik?”

I.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui perbandingan efektivitas pasta gigi dengan larutan hydrogen peroksida

(H2O2) dalam tingkat kebersihan gigi tiruan akrilik.

I.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini penting dilaksanakan karena :

1. Sebagai salah satu alternatif bahan pembersih gigi tiruan resin akrilik.

2. Memberikan informasi tentang perbedaan pengaruh kebersihan gigi tiruan akrilik

antara pasta gigi dan hydrogen peroksida (H2O2).

3. Sebagai dasar acuan untuk penelitian lebih lanjut.

I.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif analitik dengan menggunakan

metode Cross Sectional untuk mengetahui perbandingan efektivitas pasta gigi dan larutan

hydrogen peroksida (H2O2) dalam tingkat kebersihan gigi tiruan akrilik.


1. Ambarwati FE, Utami DF dan Pramono D.

Pengaruh pemberian larutan ekstrak jeruk nipis

(Citrus aurantifolia) terhadap pembentukan

plak gigi. Jurnal Media Medika muda 2012; 3-

18.

2. Fontana M and Zero DT. Assessing patients’

caries risk. J Am Dent Assoc 2006; 137(9)

:1231-1239.

3. Haake SK: Periodontal microbiology. Dalam

F.A.Carranza dan M.G.Newman. Clinical

Periodontology. 9th Ed. Philadelphia: W.B.

Saunders. 2002. Hal. 96-113.

Infeksi Candida albicans dapat dicegah dengan cara memelihara kebersihan gigi tiruan dan

merendamnya pada larutan antijamur dimalam hari (Damayanti, 2009).


Resin akrilik terbagi menjadi 2 macam yaitu resin akrilik heat cured dan cold cured. Resin

akrilik heat cured merupakan bahan dasar yang paling sering digunakan karena polimerisasinya

lebih sempurna daripada resin akrilik cold cured. Polimerisasi sempurna tersebut menghasilkan

permukaan basis gigi tiruan mengandung lebih sedikit porositas (Anusavice, 1996).

Porositas pada basis gigi tiruan menyebabkan akumulasi plak yang berasal dari pelikel saliva.

Secara normal, gigi tiruan tidak bersentuhan langsung dengan membran mukosa tetapi disekat

oleh pelikel saliva. Pelikel saliva merupakan mediator respon biologis karena mampu

mengadakan perlekatan dengan mikroorganisme atau sel jaringan tubuh selama 2 jam (Cevanti

dkk., 2007).

Pelikel saliva pada basis gigi tiruan dapat mempengaruhi kesehatan rongga

mulut dan sistemik pengguna gigi tiruan. Pelikel saliva pada permukaan gigi

tiruan akan menyebabkan kolonisasi dan proliferasi bakteri dan jamur. Kolonisasi

bakteri dan jamur menjadi faktor pemicu terjadinya denture stomatitis. Kolonisasi

bakteri dan jamur menyebabkan pH saliva pasien dengan denture stomatitis

menjadi lebih asam. Kondisi asam tersebut disebabkan karena fermentasi

karbohidrat oleh Candida albicans dan Streptococcus mutans (Cevanti dkk.,

2007).

S. mutans merupakan salah satu bakteri yang berperan penting pada

pembentukan plak pada basis gigi tiruan. Pada awal terbentuknya pelikel saliva,

bakteri gram positif yaitu golongan Streptococcus sp. menjadi bakteri pertama

yang melekat pada basis gigi tiruan dan membentuk koloni. Salah satu bakteri
tersebut adalah S. mutans. Monroy et al. (2005) melaporkan dari 105 orang yang

memakai gigi tiruan, ± 50 orang menderita stomatitis dengan pH saliva rata-rata

5,2 ditemukan pada membran mukosa yaitu Candida albicans 51,4%,

Staphylococcus aureus 52,4%, dan Streptococcus mutans 67,6%. S. mutans

menghasilkan suatu substrat yaitu polisakarida ekstraseluler (PSE) yang tidak

dimiliki oleh bakteri-bakteri lain. Substrat tersebut menjadi jalan bagi bakteri dan

jamur lain untuk melekat pada basis gigi tiruan. Bakteri dan jamur tersebut akan

berproliferasi menjadi plak. Plak inilah yang menyebabkan terjadinya denture

stomatitis (Sato et al., 1997).

Anda mungkin juga menyukai