Anda di halaman 1dari 13

REHABILITASI PROSTETIK PADA KASUS KEHILANGAN BULBUS

OCULI SINSTRA AKIBAT TRAUMA

A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Tn. Wakijo
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Umur : 58 tahun
4. Pekerjaan : Wiraswasta
5. Alamat : Ngentak, Sapen, Gg. Sawit 1, Catur tunggal

B. ANAMNESIS
1. Motivasi:
Pasien datang ke RSGM Prof Soedomo Ingin membuatkan mata tiruan sebelah
kiri

2. Keluhan:
Pasien merasa kurang percaya diri akibat cacat mata yang diderita dan ingin
dibuatkan protesa mata sebelah kiri yang sesuai untuk memperbaiki
penampilan.

3. Riwayat Mata:

Cacat mata sebelah kiri terjadi karena tertusuk kaca saat mengalami
kecelakaan lalu lintas ±20 tahun yang lalu, bola mata pasein diambil oleh dokter
yang menangani karena sudah terjadi infeksi (evicerasi).

4. Pengalaman Dengan Protesa Mata:

Pasien belum pernah menggunakan protesa mata sebelumnya.

1
C. PEMERIKSAAN KLINIS

Diketahui tidak terdapat bola mata sebelah kiri dan tampak asimetris antara
mata kiri dan kanan, soket mata tampak lebih kecil dibanding soket mata kanan.

Gambar 1. Kondisi awal pasien sebelum perawatan

D. PEMERIKSAAN MODEL STUDI

Gambar 2. Model studi protesa mata

E. DIAGNOSIS
Kehilangan bola mata sebelah kiri pasca eviscerasi.

2
F. RENCANA PERAWATAN
Pembuatan protesa mata non fabricated.

G. TAHAPAN KLINIK
1. Kunjungan I
a. Persetujuan penderita (Inform consent).
b. Membuat sendok cetak dengan malam, caranya:
 Pasien duduk tegak dengan pandangan lurus ke depan.
 Malam merah ukuran 3x5 cm dilunakkan sampai bisa dibentuk,
kemudian ditekan perlahan pada daerah mata.
 Malam merah kemudian dibentuk menyerupai bentuk mata.

c. Model malam yang sudah terbentuk diisi dengan gips keras.


d. Membuat sendok cetak mata perorangan, caranya:
 Olesi model sendok cetak gips yang telah mengeras dengan vaselin.
 Aduk self cured akrilik resin sampai homogen.
 Tuangkan resin akrilik diatas model hingga merata, dan pada titik
sentral dibuat pegangan yang memanjang kearah luar.
 Tunggu sampai setting selesai.
 Potong kelebihan akrilik dan haluskan.

2. Kunjungan II
a. Pencetakan mata dengan menggunakan sendok cetak mata perorangan dan
bahan cetak double impression, menggunakan metode mukostatik untuk
keperluan model studi dan model kerja
b. Posisi pasien sebaiknya duduk tegak dengan pandangan lurus ke depan dan
diinstruksikan agar rileks
c. Ulasi kulit dan rambut ada area pencetakan dengan vaselin
d. Bahan putty diletakkan pada sendok cetak terlebih dulu, tunggu 10 detik

3
.

Gambar 3. Pencetakan menggunakan putty

e. Bahan light body diinjeksikan ke dalam soket mata hingga penuh, kemudian
sendok cetak yang telah terdapat bahan putty dicetakkan kembali ke soket
mata. Tunggu hingga setting.

A B

Gambar 4. A.Penginjeksian light body ke soket mata; B. Pencetakan kembali double


impression pada sendok cetak
f. Hasil cetakan diperiksa, begitu juga soket mata, jangan ada bahan cetak yang
tertinggal pada soket bola mata. Lalu dilakukan pengisian hasil cetakan
dengan bahan gips keras.

4
Gambar 5 Hasil cetakan

Tahap laboratoris pembuatan model kerja:


Cetakan diisi menjadi dua bagian, bagian pertama dari cetakan diisi
dengan adukan gips keras sampai bagian yang terlebar dari cetakan dasar
soket, kelebihan gips keras dirapikan. Sebelum setting time berakhir, kemudian
dibuat dua atau tiga lekukan di permukaan gips keras yang nantinya berfungsi
sebagai kunci. Gips keras kemudian dilapisi dengan vaseline dan bagian kedua
dari cetakan diisi dengan adukan gips keras. Setelah model kerja mengeras,
bahan cetak dan sendok cetak dilepas dari model kerja. Model kerja dapat
dipisah menjadi dua bagian. Selanjutnya model kerja dirapikan dengan pisau
gips.

Tahap laboratoris pembuatan sklera malam:


Rendam model kerja beberapa menit di dalam air, lalu dikeringkan dengan
tissue. Mould space (rongga mata pada model kerja) diisi dengan malam cair,
yang telah dipanaskan diatas lampu spiritus. Setelah malam dingin, mold
dibuka dan pola malam dihaluskan (gambar 6). Permukaan anterior dibentuk
setengah bola, sedangkan permukaan posterior sesuai dasar dari soket mata.

5
Gambar 6. Model malam sklera

3. Kunjungan III
- Try in model malam sklera. Pola malam skera harus nyaman dipakai oleh
pasien, jika tidak dapat menyebabkan iritasi. Bentuk bola mata dan
terbukanya kelopak mata perlu diperhatikan dari segala arah sehingga sama
dengan mata sebelahnya yang asli.
- Proses laboratorium: packing model malam sklera, deflasking dan polishing
untuk membuat sklera akrilik.

Gambar 7. Try in model malam sclera

6
Tahap laboratoris pencatatan warna sklera:
Setelah bentuk pola malam sesuai, kemudian dilakukan pencatatan
warna sklera. Dengan melakukan observasi dan pengambilan gambar foto
pada mata asli maka didapat warna sklera pasien. Pola malam sklera yang
sudah dihaluskan dan catatan warna sklera pasien dikirim ke laboratorium
untuk di packing menjadi sklera mata akrilik.

Gambar 8. Sklera mata akrilik

4. Kunjungan IV
- Try in sklera akrilik dan penetuan lokasi iris dan diameter iris.
- Proses laboratorium.

7
A B

C D

Gambar 9. A. Pengukuran lebar iris mata kanan; B. menentukan central iris mata
kanan dengan membuat titik pada sutura internasalis; C. Penentuan central iris
protesa mata kiri dari titik sutura internasalis; D. Penentuan lebar iris protesa

5. Kunjungan V
- Insersi protesa mata.
Hal yang perlu diperiksa pada waktu insersi:
1. Retensi bola mata yaitu pada waktu dipakai protesa mata tidak lepas dari
soket mata.

8
2. Stabilisasi: pada waktu memakai protesa mata tidak ada rasa sakit,
warnanya sesuai dengan mata yang masih ada, serta simetris dengan mata
yang masih ada/penonjolan bola mata.
3. Kenyamanan: pasien merasa nyaman memakai protesa matanya.

- Pasien diinstruksikan untuk menjaga kebersihan daerah sekitar mata, protesa


mata dilepas pada malam hari dan dibersihkan dengan menggunakan kapas.
- Kontrol 1 minggu kemudian.

6. Kunjungan VI
Kontrol
- Pemeriksaan subyektif: pasien tidak mengeluhkan adanya rasa sakit dan iritasi
akibat pemakaian protesa mata. Pasien merasa puas dan nyaman dengan
protesa mata barunya.
- Pemeriksaan obyektif: kondisi soket mata baik, tidak ada iritasi dan kondisi
jaringan di sekitarnya terlihat normal.

Gambar 10. Protesa mata yang telah selesai diproses

9
A B

Gambar 11. Hasil akhir A. Sebelum perawatan; B. Sesudah perawatan

10
PEMBAHASAN

Kehilangan bola mata merupakan proses yang traumatik baik secara medis
maupun secara psikis. Permasalahan kehilangan bola mata dari sisi medis yaitu
kesulitan dalam penglihatan. Dampak dari aspek psikologis adalah perasaan rendah
diri (inferiority complex) serta penerimaan sosial yang berbeda dari sebelumnya
(Dheeraj dkk., 2010; Rahn dan Boucher, 1970).
Pasien laki-laki usia 58 tahun datang ke Klinik Prostodonsia RSGM Prof
Soedomo dalam kondisi kehilangan mata sebelah kiri akibat trauma. Pengangkatan
bola mata pasien dilakukan karena mata pasien rusak terkena pecahan kaca sejak 20
tahun yang lalu. Pada kasus ini protesa mata non fabricated dipilih karena protesa
mata jenis ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu warna protesa mata dapat
disesuaikan dengan mata yang masih ada, harga lebih ekonomis dan sesuai dengan
kondisi soket mata pasien (Lubis, 2005).
Pada soket mata pasien, tidak ditemukan adanya gambaran peradangan dan
tidak ada air mata yang sering keluar. Pergerakan protesa mata baik karena protesa
mata dibuat mengikuti kontur soket mata. Pada kasus ini pasien belun pernah
menggunakan protesa mata, sehingga pasien akan memerlukan waktu untuk
beradaptasi dengan protesa yang baru. Pembuatan sklera dan pelukisan iris
disesuaikan dengan mata sebelahnya menggunakan bantuan fotografi mata pasien.
Menurut Dheeraj dkk. (2010) Penggunaan fotografi sebagai bantuan dalam penentuan
warna sklera sangat membantu proses pembuatan protesa mata. Fotografi mata asli
pasien dapat mengurangi waktu perawatan pasien, karena biasanya pelukisan sklera
dan iris dilakukan di depan pasien.
Pewarnaan protesa mata ini menggunakan kombinasi teknik pewarnaan
intrinsik dan ekstrinsik. Pewarnaan intrinsik bertujuan agar warna protesa tidak
berubah selama pemakaian, sedangkan pewarnaan ekstrinsik dilakukan untuk
memberikan degradasi warna pada protesa agar tidak terkesan tiruan. Pewarnaan

11
ekstrinsik maupun intrinsik pada kasus ini menggunakan cat akrilik, kemudian
dilakukan pengulasan varnis yang bertujuan mempertahankan cat agar tidak luntur.
Penggunaan protesa mata dapat menggunakan berbagai retensi mekanik,
antara lain: bahan adhesive, daerah undercut pada jaringan, penggunaan implant dan
magnet, dan menggunakan kacamata (Hubakolva dkk., 2010). Pada kasus ini
digunakan retensi dari undercut jaringan. Pembuatan protesa mata bertujuan
mengembalikan penampilan pasien mendekati mata normal. Menurut Parel dan
Tjellstrom (1991) protesa mata non fabricated lebih dapat diterima pasien, karena
lebih sesuai dengan bentuk soket mata pasien dari pada protesa mata fabricated.
Dengan mengembalikan penampilan dapat meningkatkan kepercayaan diri pasien
sehingga dapat diterima dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Pemakaian protesa
mata tidak dapat mengembalikan fungsi penglihatan pasien, akan tetapi dapat
mengurangi trauma psikologis akibat kehilangan bola mata (Adarsh dkk., 2011).

12
DAFTAR PUSTAKA

Adarsh.N, Pradeep, Suresh B.S., Yogesh.R.B, Rachana.K.B., Ocular Prosthesis Made


Easy: A Case Report. International Journal of Dental Clinics. 2011, Vol
3(1):105-106.
Dheeraj K., Ajay G., Hemant G., Gaurav C., Ocular Prosthesis: A Case Report. Baba
Farid University Dental Journal. 2010, Vol.1:52-54.
Hubalkova, H., Holakovsky, J., Bradza, F., Diblik, P., Mazanek, J., 2010. Team
Approach in Treatment of Extensive Maxillofacial Defects: Five Cast Report
Series. Prague Medical Report, 111(2):148-157
Lubis, S.Prothesis Mata, LaporanKasus.Jurnal Kedokteran Gigi Indonesia.2005;
55:433-36.
Parel, M., Tjellstrom, A., 1991, The United States and Swedish Experience with
Osseointegration and Facial Prosthesis, Int J Oral maxillofacial, 6:75-79.
Rahn A.O. Boucher L. J. Maxillofacial Prosthetics: Orbital and Ocular prostheses.
Philadelphia: W.B. Saunders Company.1970; 151-168.

13

Anda mungkin juga menyukai