Anda di halaman 1dari 25

BAB I PENDAHULUAAN Suatu Percobaan Acak dari Efek Soft Lens pada Perkembangan Miopia pada Anak

1.1 PICO
Problem : Penggunaan soft lens yang dihubungkan dengan perkembangan miopia pada anak. Intervensi : Compare Outcome : Subjek penelitiaan menggunakan soft lens selama 3 tahun dan kacamata sebagai pembanding. : Membandingkan penggunaan soft lens dengan kacamata yang dihubungkan dengan perkembangan miopia. Perkembangan miopia yang dinilai dari kesalahan refraksi, kelengkungan kornea dan panjang aksial bola mata. Pencarian Bukti Ilmiah Kata Kunci : Soft lens, Miopia, kacamata, perkembangan miopia, kesalahan refraksi. Dipilih jurnal berjudul : A Randomized Trial of the Effect of Soft Contact Lenses on Myopia Progression in Children Oleh : Jeffrey J. Walline, Lisa A. Jones, Loraine Sinnott, Ruth E. Manny, Amber Gaume, Marjorie J. Rab, Monica Chitkara dan Stacy Lyons. Dimuat dalam : Investigate Ophthalmology & Visual Science, November 2008, Vol 49, No.11

1.2 Abstrak
1

Objektif Desain

: Untuk menentukan pengaruh penggunaan soft lens pada perkembangan miopia pada anak dengan kacamata sebagai pembanding. : Metode penelitiaan prospektif. 1.00 D astigmatisma dari Adolescent and Child Health Initiative to Encourge Vision Empowerment (ACHIEVE).

Partisipan : 484 anak berumur 8 dan 11 tahun dengan miopia -1.00 sampai -6.00D dan <

Intervensi

: 247 subjek penelitiaan secara acak ditugaskan menggunakan lensa kontak soft dan 237 subjek penelitiaan secara acak ditugaskan menggunakan kacamata selama 3 tahun.

Hasil

: Ada interaksi yang signifikan secara statistik antara waktu dan pengobatan untuk perkembangan miopia (P =0,002); Tingkat rata-rata perubahan adalah 0,06 D per tahun lebih besar untuk pemakai lensa kontak dari pemakai kacamata. Setelah 3 tahun, perbedaan disesuaikan antara pemakai lensa kontak dan pemakai kacamata secara statistik tidak signifikan (95% confidence interval [CI]= 0,46-0,02). Tidak ada perbedaan antara kedua kelompok perlakuan sehubungan dengan perubahan panjang aksial (ANCOVA, P= 0,37) atau perubahan kelengkungan kornea(ANCOVA, P= 0,72).

Kesimpulan : Lensa kontak soft tidak menyebabkan peningkatan klinis yang relevan dalam panjang aksial, kelengkungan kornea, atau miopia.

1.3 Definisi Operasional


Soft Contact Lens (soft Lensa yang mempunyai sifat sangat lentur yang memberikan lens) lebih sedikit keluhan pada pasien dan banyak mengandung air. Lensa menutupi kornea dan sedikit tepi sklera yang tetap dapat melaksanakan metabolisme pada kornea karena oksigen dapat masuk melalui lensa kontak dan pergerakannya akan cukup mengalirkan air mata antara lensa dan kornea. Kacamata Alat bantu penglihatan diserati frame dengan lensa tipis untuk memperbaiki kelainan refraksi. Miopia Keadaan refraksi mata, dimana sinar sejajar yang datang dari jarak tak terhimgga, oleh mata dalam keadaan istirahat, dibiaskan di depan retina, sehingga pada retina didapatkan lingkaran difus dan bayangan kabur. Sumbu mata Kelainan Refraksi Kesalahan dalam perubahan jalannnya cahaya, akibat media refrakta. Kelengkungan kornea Kondisi permukaan kornea. Normal kelengkungan kornea rata. Panjang bola Jarak antara kornea ke retina.

1.4 METODE Tempat penelitian : Universitas Ohio, Departemen Optometri, Colombus Waktu : selama 3 tahun

Populasi : 484 responden miopia usia antara 8 11 tahun

Kriteria Inklusi : Anak berumur 8 -11 tahun

Miopia antara -1.00 - -6.00 D dan astigmatisma < 1.00 D Memiliki mata yang sehat

Tidak memiliki kontraindikasi penggunaan lensa kontak

Kriteria Ekslusi : Tidak ada

Sampel : 484 responden

PROSPEKTIF STUDY (selama 3 tahun)

247 dipakaikan lensa kontak

Secara Acak

237 dipakaikan kacamata

BAHAN & METODE Pemeriksaan kelainanan refraksi Pemeriksaan sumbu panjang bola mata Pemeriksaan lekung kornea (keratometri) Alat : autorefraksi siklopegik Tujuaan : Untuk mengetahui tajam penglihatan Prosedur : sebelum dilakukan pemeriksaan dengan autorefraktor, mata ditetes dengan 1 tetes proparacaine 0,5% setelah 5 menit teteskan 2 tetes tropicamid 1,0%, pemeriksaan dilakukan setelah 25 menit penetesan tropicamid Alat : Scan USG (A-5500,Sonomed.inc) Tujuaan : Untuk mengetahui jarak antara kornea dengan retina.

Alat : Autorefraksi siklopegik Tujuaan : Untuk mengetahui Kelengkungan kornea

Dilakukan pada : 1. Awal 2. Tahun ke-1 3.Tahun ke-2 4. Tahun ke-3

Perkembangan miopia

RESULT

Progresifitas myopia secara statistic signifikan (P=0.002), rata - rata perubahan 0.006 D per tahun lebih besar pada Soft lens daripada kacamata.

Setelah 3 tahun, perbedaan progresifitas antara soft lens dan kacamata sebesar 0.22 D dan secara statistic tidak signifikan.

Pertumbuhan sumbu panjang mata tidak berbeda secara signifikan antara grup yang dilakukan percobaan (ANCOVA, p=0,37).

progresifitas pengurangan lengkung kornea tidak berbeda secara signifikan antara grup yang dilakukan percobaan (ANCOVA, p=0,72).

1.5 Diskusi
Pada hasil penelitiaan didapatkan bahwa soft lens menyebabkan peningkatan kesalahan refraksi secara signifikan lebih besar yaitu 0.06 D per tahun dibandingkan kacamata, tetapi perbedaan disesuaikan setelah 3 tahun sebesar 0.22 D, tidak cukup signifikan secara statistik. Perbedaan kecil pada batas yang secara klinis terukur dan tidak mewakili klinis. Hasil penelitiaan ini sesuai dengan penelitiaan sebelumnya yang dilakukan oleh Andreo.1 Hal tersebut menjawab pernyataan bahwa penggunaan soft lens tidak meningkatkan kesalahan refraksi pada anak. Penelitiaan ini memberikan hasil bahwa penggunaan soft lens pada anak dengan myopia tidak meningkatkan kelengkungan kornea. Hasil tersebut berbeda dengan hasil penelitiaan sebelumnya tentang progresifitas myopia yang dihubungkan dengan pemakaiaan lensa kontak rendah DK dan lensa kontak tinggi DK yang menyatakan bahwa penggunaan lensa kontak rendah DK menyebabkan peningkatan kelengkungan kornea yang dihubungkan dengan progresifitas kornea dibandingkan dengan lensa kontak tinggi DK. Lensa kontak rendah DK menyebabkan keadaan hipoksia pada kornea sehingga membuat kornea edema.2,3 Perbedaan hasil yang ditemukan pada penelitiaan ini dengan sebelumnya mungkin disebabkan adaptasi awal terhadap pemakaiaan lensa kontak yang menyebabkan kornea mengubah kelengkungan, kelengkungan kornea seperti meningkat karena untuk adaptasi awal untuk kondisi yang relatif hipoksia setelah inisiasi memakai lensa kontak, terutama bila lensa kontak dipakai secara lama. Setelah menyesuaikan untuk perubahan yang disebabkan oleh keausan lensa kontak, kornea dapat kembali untuk kelengkungan awal. Perubahan transien dapat menjelaskan mengapa penyelidikan jangka panjang dengan kunjungan yang relatif jarang mungkin tidak menemukan perbedaan yang signifikan dalam bias kesalahan atau perubahan kelengkungan kornea bahwa penelitian sebelumnya dengan sering berkunjung selama periode singkat dilaporkan.4 Hasil penelitiaan ini menunjukan bahwa penggunaan kontak lensa lembut pada myopia tidak meningkatkan panjang sumbu bola mata. Pertumbuhan panjang sumbu bola mata karena efek lensa kontak pada perkembangan myopia belum diukur dalam studi sebelumnya. Kesamaan dalam pertumbuhan aksial antara dua kelompok perlakuan menegaskan fakta bahwa anak dengan lensa kontak lunak tidak akan menyebabkan peningkatan permanen dalam miopia. 4

Ini adalah studi terbesar untuk membandingkan perkembangan miopia yang antara lensa kontak memakai anak-anak dan mereka memakai kacamata dan untuk mengevaluasi kelengkungan kornea dan panjang aksial perubahan dalam dua kelompok. Lensa kontak lunak dipakai oleh anak-anak tidak menyebabkan peningkatan klinis yang relevan dalam panjang aksial, kelengkungan kornea, atau miopia. 4

1.5.1 Gambaran profil lengkung kornea

Gambar 1. Grafik profil lengkung kornea Dari grafik diatas menunjukkan gambaran profil lengkung kornea setelah

observasi 3 tahun pada penggunaan soft lens dan kacamata. Pada soft lens di dapatkan data awal, tahun ke-1, tahun ke-2, tahun ke-3 sebesar 44,60 D; 44,66 D; 44,65 D; dan 44,69 D. Pada kacamata didapatkan data awal, tahun ke-1, tahun ke-2, tahun ke-3 sebesar 44,60 D; 44,61 D; 44,70 D; dan 44,67 D. Hasil dari grafik diatas menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara soft lens dan kacamata pada kelengkungan kornea.

1.5.2 Gambaran profil panjang sumbu bola mata

Gambar 2. Grafik profil panjang sumbu bola mata Dari grafik diatas menunjukkan gambaran profil panjang sumbu bola mata setelah observasi 3 tahun pada penggunaan soft lens dan kacamata. Pada soft lens di dapatkan data awal, tahun ke-1, tahun ke-2, tahun ke-3 sebesar 24,32 mm; 24,58 mm; 24,77 mm dan 24,94 mm. Pada kacamata didapatkan data awal, tahun ke-1, tahun ke-2, tahun ke-3 sebesar 24,32 mm; 24,55 mm; 24,75 mm dan 24,91 mm. Hasil dari grafik diatas menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara soft lens dan kacamata pada panjang sumbu bola mata.

1.5.3 Gambaran profil kesalahan refraksi

Gambar 3. Grafik profil kesalahan refraksi 9

Dari grafik diatas menunjukkan gambaran kesalahan refraksi setelah observasi 3 tahun pada penggunaan soft lens dan kacamata. Pada soft lens di dapatkan data awal, tahun ke-1, tahun ke-2, tahun ke-3 sebesar -2,43 D; -2,91 D; -3,36 D; dan -3,37 D. Pada kacamata didapatkan data awal, tahun ke-1, tahun ke-2, tahun ke-3 sebesar -2,38 D; -2,80 D; -3,19 D dan -3,50 D. Hasil dari grafik diatas menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara soft lens dan kacamata dengan kesalahan refraksi.

1.6 Kesimpulan

10

BAB II Tinjauan Pustaka

2.1 Anatomi Media Refraksi

Gambar 4. Anatomi mata

Yang termasuk media refraksi antara lain kornea, aquoes humor, lensa dan vitreous humor (badan kaca). Media refraksi targetnya diretina sentral (macula). Gangguaan media refraksi menyebabkan visus turun. Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri dari atas kornea, aqueous humor, lensa, badan vitreous dan panjangnya bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjang bola mata sedemikiaan seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut emetropia dan 11

akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh.5

2.1.1 Kornea 5,6 Kornea (Latin cornum=seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya. Kornea merupakan lapisan jaringan yang menutupi bola mata sebelah depan dan terdiri atas 5 lapis, yaitu: 1 2 3 1. Epitel 5,6 Tebalnya 50 m, terdiri atas 5 lapis selepitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di depannya melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, eliktrolit, dan glukosa yang merupakan barrier. 4 5 6 1 7 1 2 3 3. Stroma 5,6 pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sadangkan dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang 12 Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya, 2. Membran Bowman5,6 Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma. Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren. Epitel berasal dari ektoderm permukaan

merupakan fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma. 4. Membran Descement 5,6 Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya 4 Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 m. 5 6 5. Endotel5,6 melekat pada membran descement melalui hemi desmosom dan zonula okluden1,2 Berasal dari mesotelium, berlapis satu,bentuk heksagonal, besar 20-40 m. Endotel

8 Gambar 5. Lapisan kornea 9 Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di sebelah

depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea. 5,6 2.1.2 Aqueous humor Aqueous humor mengandung zat-zat gizi untuk kornea dan lensa, keduanya tidak memiliki pasokan darah. Adanya pembuluh darah di kedua struktur ini akan mengganggu lewatnya cahaya ke fotoreseptor. Aqueous humor dibentuk dengan kecepatan 5 ml/hari oleh jaringan 13

kapiler di dalam korpus siliaris, turunan khusus lapisan koroid di sebelah anterior. Cairan ini mengalir ke suatu saluran di tepi kornea dan akhirnya masuk ke darah. Jika aqueous humor tidak dikeluarkan sama cepatnya dengan pembentukannya (sebagai contoh, karena sumbatan pada saluran keluar), kelebihan cairan akan tertimbun di rongga anterior dan menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler (di dalam mata). Keadaan ini dikenal sebagai glaukoma. Kelebihan aqueous humor akan mendorong lensa ke belakang ke dalam vitreous humor, yang kemudian terdorong menekan lapisan saraf dalam retina. Penekanan ini menyebabkan kerusakan retina dan saraf optikus yang dapat menimbulkan kebutaan jika tidak diatasi.5,7 2.1.3 Lensa Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam bola mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris dan terdiri dari zat tembus cahaya (transparan) berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi.5,6 Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Di dalam lensa dapat dibedakan nukleus embrional, fetal dan dewasa. Di bagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai korteks anterior, sedangkan dibelakangnya korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras dibanding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer kapsul lensa terdapat zonula Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh ekuatornya pada badan siliar. 5,6 Secara fisiologis lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu: Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan, Terletak ditempatnya, yaitu berada antara posterior chamber dan vitreous body dan berada di sumbu mata. 2.1.4 Badan Vitreous 14

Badan vitreous menempati daerah mata di balakang lensa. Struktur ini merupakan gel transparan yang terdiri atas air (lebih kurang 99%), sedikit kolagen, dan molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi. Badan vitreous mengandung sangat sedikit sel yang menyintesis kolagen dan asam hialuronat. Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina. Kebeningan badan vitreous disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhanbadan vitreous akan memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan oftalmoskopi. Vitreous humor penting untuk mempertahankan bentuk bola mata yang sferis. 5,7 2.1.5 Panjang bola mata Panjang bola mata menentukan keseimbangan dalam pembiasan. Panjang bola mata seseorang dapat berbeda-beda. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh karena kornea (mendatar atau cembung) atau adanya perubahan panjang (lebih panjang atau lebih pendek) bola mata, maka sinar normal tidak dapat terfokus pada mekula. Keadaan ini disebut sebagai ametropia yang dapat berupa myopia, hipermetropia dan astigmatisma.5,6

2. 2 Miopia 2.2.1 Definisi Miopia merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yang memasuki mata tanpa akomodasi, jatuh pada fokus yang berada di depan retina. Dalam keadaan ini objek yang jauh tidak dapat dilihat secara teliti karena sinar yang datang saling bersilangan pada badan kaca, ketika sinar tersebut sampai di retina sinar-sinar ini menjadi divergen,membentuk lingkaran yang difus dengan akibat bayangan yang kabur. 5,8

15

Gambar 6 Miopia

2.2.2 Tipe Miopia6 Berdasarkan penyebabnya : 1. Miopia aksial Bertambah panjangnya diameter anteroposterior bola mata dari normal. Pada orang dewasa panjang axial bola mata 22,6 mm. Perubahan diameter anteroposterior bola mata 1 mm akan menimbulkan perubahan refraksi sebesar 3 dioptri. Dapat merupakan kelainan kongenital ataupun akwisita, juga ada faktor herediter. Yang kongenital didapatkan pada makroftalmus. Yang akwisita terjadi bila anak membaca terlalu dekat.6 2. Miopia pembiasan Miopia pembiasan terjadi karena indeks bias media yang tinggi, atau akibat indeks refraksi kornea dan lensa yang kuat.8 Penyebabnya dapat terletak pada:
1. Kornea : kongenital seperto keratokonus dan akwsita seperti peningkatan tekanan

intraokuler, kornea menonjol kedepan. 6


2. Lensa : Lensa terlepas dari zonula zinnii pada luksasi lensa. 6

16

3. Cairan mata : Pada penderita diabetes mellitus yang tidak diobati, kadar gula dari

humor akueus meninggi, menyebabkan daya biasnya meninggi pula. 6 Berdasarkan tingginya dioptri, miopia dibagi dalam:6 1. Miopia sangat ringan, dimana miopia sampai dengan 1 dioptri 2. Miopia ringan, dimana miopia antara1-3 dioptri 3. Miopia sedang, dimana miopia antara 3-6 dioptri 4. Miopia tinggi, dimana miopia 6-10 dioptri 5. Miopia sangat tinggi, dimana miopia >10 dioptri Berdasarkan klinik, miopia dibedakan6 : 1. Miopia Simpleks Timbul pada umur masih muda, kemudiaan berhenti. Dapat juga naik sedikit pada waktu atau segera setelah pubertas, atau didapat kenaikan sedikit sampai umur 20 tahun. Besar dioptrinya kurang dari -5D atau -6D. Tajam penglihatan dengan koreksi yang sesuai dapat mencapai keadaan normal. 6 2. Miopia progresif Dapat ditemukan pada semua umur dan mulai sejak lahir. Kelainan mencapai puncaknya waktu masih remaja, bertambah terus sampai umur 25 tahun atau lebih. Besar dioptrinya melebihi 6 dioptri. 6 3. Miopis Maligna Miopia progresif yang lebih ekstrim. Mioipa progresif dan miopia maligna disebut juga miopia patalogik atau degeneratif, karena diserai kelainan degenerasi dikoroid dan bagian lain dari mata. 6 2.2.3 Etiologi dan Patogenesis Etiologi dan patogenesis pada miopia tidak diketahui secara pasti dan banyak faktor memegang peranan penting dari waktu kewaktu misalnya konvergen yang berlebihan, akomodasi yang berlebihan, lapisan okuler kongestif, kelainan pertumbuhan okuler, dan avitaminosis. Teori miopia menurut sudut pandang biologi menyatakan bahwa miopia ditentukan secara genetik. 2.2.4 Gejala Klinis 5,6,8 17

Gejala subjektif miopia antara lain: a. Kabur bila melihat jauh b. Senang melakukan pekerjaan pekerjaan dekat. c. Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat d. Lekas lelah bila membaca ( karena konvergensi yang tidak sesuai dengan akomodasi ) e. Astenovergens dengan keluhan : lekas capai, pusing, silau, mengantuk, melihat kilatan cahaya. Gejala objektif miopia antara lain: 1. Miopia simpleks : a) Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol5,6 b) Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat disertai kresen miopia (myopic cresent) yang ringan di sekitar papil saraf optik. 5,6 2. Miopia patologik : a) Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks. 5,6 b) Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan pada 1. Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau degenerasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan miopia. 5,6 2. Papil saraf optik : terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen miopia dapat ke seluruh lingkaran papil sehingga seluruh papil dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur. 5,6

Gambar 2. Myopic cresent 3. Makula : berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan perdarahan subretina pada daerah makula. 5,6 4. Retina bagian perifer : berupa degenersi kista retina bagian perifer. 5,6 18

5. Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina. Akibat penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan disebut sebagai fundus tigroid. 5,6

Gambar 3. Fundus Tigroid Kesalahan pada saat pemeriksaan refraksi biasa mendominasi gejala klinik yang terjadi pada miop tinggi. Hilangnya penglihatan secara tiba-tiba mungkin disebabkan karena perdarahan makular pada bagian fovea dimana membrana Bruch mengalami dekompensasi. Kehilangan penglihatan secara bertahap dan metamorpopsia terjadi oleh karena rusaknya membrana Bruch. 5,6 Dikatakan miop tinggi apabila melebihi -8.00 dioptri dan dapat labih tinggi lagi hingga mencapai -35.00 dioptri. Tingginya dioptri pada miopia ini berhubungan dengan panjangnya aksial mIopia, suatu kondisi dimana belakang mata lebih panjang daripada normal, sehingga membuat mata memiliki pandangan yang sangat dekat. 5,6 2.2.5 Penyulit Starbismus divergens, ablasi retina, perdarahan badan kaca. 5,6 2.2.6 Prognosa Miopia simpleks : dengan koreksi yang baik, disertai dengan pemeliharaan kesehatan mata dan badan yang baik, prognosisnya baik.6 Miopia progresif : yang disertai penyulit yang gawat, kadang-kadang membutuhkan pengurangan, bahkan penghentiaan dari pekerjaan dekat. 6 Miopia maligna : Prognosa buruk. 6

2.2.7 Koreksi Koreksi miopia dengan pemberiaan lensa sferis negatif (S-) sekecil-kecilnya (K), yang memberikan perbaikan visus yang maksimal (M).6

19

2.3. Lensa Kontak

2.3.1 Definisi Lensa kontak adalah setiap lensa yang diletakan pada permukaan kornea dan sklera yang terbuat dari gelas atau bahan plastik. Ruang diantara kornea dan sklera diisi dengan larutan garam fisiologis. Sistem ini dapat menghilangkan astigmatisme kornea dan mengadakan koreksi ametropia.6,10 Cara yang disukai untuk mengoreksi kelainan miopia adalah lensa kontak. Banyak jenis lensa kontak yang tersedia meliputi lensa kontak sekali pakai yang sekarang telah tersedia lebih dari -16.00 dioptri.6,10 2.3.2 Indikasi pemakaiaan lensa kontak :6 1. Memperbaiki visus 2. Pengganti kacamata yang tebal Pada miopia tinggi, lensa kontak memperbesar ukuran dari bayangan, karenanya memperbaiki visus. Dengan lensa kontak, pada afakia, dapat mengurangi pembesaran bayangan, dibanding dengan menggunakan kacamata biasa. Dengan demikian penderita dapat bergerak lebih pasti. 3. Memperbaiki penglihatan binokuler, contoh pada afakia monokuler, yang bila dikoreksi dengan kacamata biasa dapat menimbulkan perbedaan besar bayangan yang hebat, sehingga mengganggu penglihatan binokuler. 4. Untuk terapi : Melindungi kornea,bila terdapat kelainan kelainan pada kelopak mata. Menghindari perlekatan yang disebabkan keadaan peradangan akut. 5. Kosmetik : Untuk memperbaiki penampilan pada mata yang korneanya rusak. Bila diperlukan koreksi visus, dapat pula diberikan pada lensa konsmetik ini. 2.3.3 Klasifikasi lensa kontak :6,9,10 Berdasarkan bahan penyusunnya : 1. Lensa Kontak keras (Hard lens) lensa kontak keras disusun dari PMMA (polymethylmetacrylate) dan memiliki diameter yang lebih kecil dari kornea. Lensa kontak keras mempunyai keuntungan yaitu memberikan koreksi visus yang baik, bisa dipakai dalam jangka waktu yang lama (awet), serta mampu mengoreksi astigmatisme kurang dari 2 dioptri. Kerugiannya adalah pada pemakai lensa kontak keras akan terjadi penurunan sensitibilitas kornea, memerlukan fitting yang lama, serta memberikan rasa yang kurang nyaman. 6,9,10 20

2. Soft lens (Soft lens) 6,9,10 Lensa kontak lunak terbuat dari hydrogels, HEMA (hydroksimethylmetacrylate) dan vinyl copolymer. Lensa kontak berbahan hydrogel bersifat permeable terhadap oksigen bergantung pada kadar air yang dikandungnya. Makin besar kadar air yang dimiliki lensa kontak lunak tersebut maka makin permeable terhadap oksigen. Hal ini dikarenakan oksigen dapat mencapai permukaan mata dengan melewati air. Namun demikian kemampuan solubilitas lensa kontak (P= Dk) terhadap permeabilitas oksigen juga dipengaruhi oleh faktor ketebalan lensa kontak tersebut (Dk/t). Makin tebal lensa kontak tersebut maka kemampuannya untuk melewatkan oksigen makin rendah. Air tersebut membuat lensa ini lembut dan fleksibel, serta memungkinkan oksigen terus mencapai kornea. Lensa menutupi kornea dan sedikit tepi sklera yang tetap dapat melaksanakan metabolisme pada kornea karena oksigen dapat masuk melalui lensa kontak dan pergerakannya akan cukup mengalirkan air mata antara lensa dan kornea. Lensa kontak ini banyak dipakai untuk pengobatan karena sifatnya yang lentur dan mengandung banyak air. Keuntungan lensa kontak lunak adalah nyaman, singkat masa adaptasi pemakaiannya, mudah memakainya, dislokasi lensa yang minimal, dapat dipakai untuk sementara waktu. Kerugian lensa kontak lunak adalah memberikan ketajaman penglihatan yang tidak maksimal, risiko terjadinya komplikasi, tidak mampu mengoreksi astigmatisme, kurang awet serta perawatannya sulit. Pemilihan Lensa Kontak Tabel Perbandingan Indikasi Pemakaian Lensa Kontak Lunak dan Keras
Lensa Kontak Lunak Pemakaian lensa kontak pertama kali Pemakaian sementara Bayi dan anak-anak Orang tua Terapi terhadap kelainan kornea (sebagai bandage) Keratokonus Lensa Kontak Keras Gagal dengan lensa kontak lunak Iregularitas kornea Alergi dengan bahan lensa kontak lunak Dry eye Astigmatisme

3. Rigid gas-permeable (RGP) 6,9,10

21

Lensa yang terbuat dari plastik tipis yang fleksibel yang mempermudah masuknya oksigen ke mata. Penggunaan lensa ini memiliki beberapa keuntungan yaitu, penglihatan lebih baik dari soft lens, nyaman, mengoreksi hampir seluruh kelainan refraksi mata, mudah digunakan dan disimpan, jangka penggunaannya relatif lama, dapat bertahan lama (1-2 tahun), tersedia dalam berbagai warna. Kelemahan dari penggunaan lensa ini yaitu, lebih mudah terlepas pada pusat mata daripada tipe yang lain, debris lebih mudah menempel pada lensa, memerlukan penggunaan yang konsisten dan pemeriksaan kesehatan mata. Berdasarkan waktu pemakaiaan :14 Jenis Lensa kontak Daily-wear Contact Lenses Waktu pemakaiaan 12 sampai 16 jam per hari Karakteristik Lensa Harus dibuka setiap hari. Tidak digunakan ketika tidur Jenis lensa berupa Hard contact lenses, Soft contact lenses dan RGP. Permeabilitas oksigen lebih tinggi, beberapa orang bisa memakainya ketika tidur Jenis lensa RGP atau soft contact lenses Permeabilitas oksigen lebih tinggi, beberapa orang bisa memakainya ketika tidur Setiap pasang lensa akan dibuang atau diganti setelah memakai selama satu hari atau hingga satu bulan: Lensa yang dihapus dan dibersihkan setiap hari dapat digunakan sampai satu bulan, sementara mereka terus menerus selama 7 hari perlu diganti mingguan. Harus lensa kontak lunak

Extended-wear Contact Lenses

Mulai dari satu hari untuk terus dpakai selama 7 hari, tergantung pada kasuskasus individual Pemakaiaan mulai dari 1 hari, 2 minggu atau 1 bulan tegantung tipe lensa

Disposable contact lenses

2.3.4 Kontraindikasi pemakaiaan lensa kontak :12 1. Absolut : Keadaan radang aktif 2. Relatif : anak-anak/jompo, dry eye syndrome, penderita dengan gangguan kekebalan tubuh (infeksi opurtinistik), palpebra (kalazion, enteropion), Konjungtiva (pterigium, pinguekula), kornea (bila letak trauma korneanya menyebabkan kedudukan lensa kontak eksentrik). 2.3.5 Selama pemakaiaan lensa kontak dapat terjadi :6 1. Rangsangan pada mata. Rangsangan ini hilang, bila lensa dilepas.

22

2. Lensa melengket pada kornea, yang dapat terjadi, bila lensa yang seharusnya dibuka sebelum tidur, dipakai waktu tidur. Teteskan larutan garam fisiologis, tunggu sebentar, sampai lensa dapat bergerak, sebelum lensa dilepaskan. 3. Edema kornea, yang menyebabkan keluhan melihat gambaran pelangi disekitar lampu (halo) dan pandangan berkabut. Disini lensa harus dilepaskan dan diperiksa dengan baik-baik. 4. Lakrimasi fotofobia, harus dicari penyebabnya. 5. Timbulnya neovaskularisasi. Dalam hal ini lensa kontak jangan dipakai lagi.

2.3.6 Komplikasi:6 1. Keratitis epiteleal, mungkin terjadi akibat hipoksi dari kornea serta geseran-geseran pada kornea, meskipun sebetulnya lensa kontak ini kandungan airnya tinggi dan terletak lopnggar diatas kornea. 2. Hipertrofi papiler dari konjungtiva palpebra, kemungkinan disebabkan 2 faktor : gesekangesekan tepi lensa kontak pada konjungtiva palpebra dan faktor alergi. 3. Ulkus kornea, disebabkan oleh lensa kontak yang terlalu ketat, sehingga terjadi reaksi berupa inflamasi dari mata dan edema dari kornea yang dapat diikuti dengan infeksi sehingga terjadi ulkus kornea. 4. Penyakit pada lensa kontaknya sendiri : - Robeknya lensa, oleh karena kuku penderita yang panjang dan runcing, tergesa-gesa dalam pemasangannya atau pelepasannya, sehingga lensa yang tipis dapat mudah tertekuk. - Deposit lensa, sukar dihindari. Deposit ini dapat berasal dari air matanya sendiri, kosmetik mata, krim wajah dan jari-jari yang kotor. Pemakaian lensa kontak harus sangat hati-hati karena memberikan komplikasi pada kornea, tetapi komplikasi ini dikurangi dengan pemilihan bahan yang mampu dilewati gas O2. Hal ini disebut Dk (gas Diffusion Coefficient), semakin tinggi Dk-nya semakin besar bisa mengalirkan oksigen, sehingga semakin baik bahan tersebut. 2.3.7 Perawatan Lensa Kontak 11 1. Perawatan Lensa kontak lunak :

23

- Perawatan hariaan : Bila lensa dilepas / dipakai,segera bilas dengan NaCl 0,9%, Simpan dalam kotak penyimpan LKL yang telah diisi 2/3 cairan desinfeksi. - Perawatan mingguaan : gunakan tablet penghilang protein, untuk menghilangkan endapan protein pada lensa yg berasal dari air mata. 2. Perawatan Lensa kontak keras : Diperlukan 3 macam cairan perawatan : - Cleaning sol.( pencuci ) : membersihkan lensa sesudah dan sebelum dipakai - Wetting sol.( pembasah ) : mutlak perlu dibasahi satu tetes segera sebelum dipakai. - Soaking sol. ( perendam ) : tempat penyimpanan lensa agar tidak mudah tergores dan bebas hama. 2.4. Koreksi Miopia dengan Penggunaan Kacamata Penggunaan kacamata untuk pasien miopia tinggi masih sangat penting. Meskipun banyak pasien miopia tinggi menggunakan lensa kontak, kacamata masih dibutuhkan. Pembuatan kacamata untuk miopia tinggi membutuhkan keahlian khusus. Bingkai kacamata haruslah cocok dengan ukuran mata. Bingkainya juga harus memiliki ukuran lensa yang kecil untuk mengakomodasi resep kacamata yang tinggi. pengguanaan indeks material lensa yang tinggi akan mengurangi ketebalan lensa. Semakin tinggi indeks lensa, semakin tipis lensa. Pelapis antisilau pada lensa akan meningkatkan pengiriman cahaya melalui material lensa dengan indeks yang tinggi ini sehingga membuat resolusi yang lebih tinggi. Pengobatan pasien dengan miopia adalah dengan memberikan kaca mata sferis negatif terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal. Bila pasien dikoreksi dengan -3,0 memberikan tajam penglihatan 6/6, dan demikian juga bila diberi -3.25, maka sebaiknya diberikan lensa koreksi -3,0 agar untuk memberikan istirahat mata dengan baik sesudah dikoreksi. 2.5 Perbandingan penggunaan lensa kontak dan kacamata Penggunaan lensa kontak dan kacamata dinilai dari sisi : 1. Lapang Pandangan Karena letak lensa kontak yang dekat sekali dengan pupil serta tidak memerlukan bingkai dalam pemakaiannya, lensa kontak memberikan lapang pandangan yang terkoreksi lebih luas dibandingkan kacamata. Lensa kontak hanya sedikit menimbulkan distorsi pada bagian perifer. 24

2. Ukuran Bayangan di Retina Ukuran bayangan di retina sangat tergantung dari vertex distance (jarak verteks) lensa koreksi. Jika dibandingkan dengan pemakaian kacamata, dengan koreksi lensa kontak, penderita miopia memiliki bayangan yang lebih besar di retina, sedangkan pada penderita hipermetropia bayangan menjadi lebih kecil. 3. Akomodasi Dibandingkan dengan kacamata, lensa kontak meningkatkan kebutuhan akomodasi pada penderita miopia dan menurunkan kebutuhan akomodasi pada penderita hipermetropia sesuai dengan derajat anomali refraksinya.

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Penggunaan soft lens lebih meningkatkan kelainan refraksi rata rata sebesar dibandingkan dengan pengunaan kacamata sebesar -1.10 D. 2. Penggunaan soft lens lebih meningkatkan kelengkungan kornea rata-ratra sebesar 0.10 D dibandingkan dengan pengunaan kacamata sebesar 0.05D. 3. Penggunaan soft lens lebih meningkatkan panjang aksial bola mata rata-rata sebesar 0.063 mm dibandingkan dengan pengunaan kacamata sebesar 0.59 mm. 4. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara penggunaan soft lens dan kacamata terhadap perkembangan miopia pada anak yang dinilai melalui kelainan refraksi, panjang aksial bola mata dan kelengkungan kornea. 5. Lensa kontak lunak dipakai oleh anak-anak tidak menyebabkan peningkatan klinis yang relevan dalam panjang sumbu bola mata, kelengkungan kornea, dan perkembangan miopi. -1.29 D

25

Anda mungkin juga menyukai