Anda di halaman 1dari 4

Journal Reading

Effect of Spectacle Lenses Designed to Reduce Relative


Peripheral Hyperopia on Myopia Progression in Japanese
Children: a 2-year Multicenter Randomized Controlled
Trial

Hiroyuki Kanda, Tetsuro Oshika, Takahiro Hiraoka, Satoshi Hasebe,


Kyoko Ohno-Matsui, Satoshi Ishiko, Osamu Hieda, Hidemasa Torii,
Saulius R. Varnas, Takashi Fujikado

Oleh:
Fitri Rahmaniani, S.Ked
Mitha Kartika Sari, S.Ked

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARIFIN ACHMAD
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
RESUME JURNAL

Nama Jurnal dan Edisi Japanese Journal of Ophthalmology, Volume 62


Judul Artikel Effect of spectacle lenses designed to reduce relative
peripheral hyperopia on myopia progression
in Japanese children: a 2-year multicenter randomized
controlled trial
Tanggal/Bulan/Tahun 6 Agustus 2018
Latar Belakang Miopia berat merupakan faktor risiko beberapa
penyakit mata, termasuk retinopati miopia, ablasi
retina, dan glaukoma, yang dapat menyebabkan
kebutaan. Jika progresifitas miopia dapat dikurangi,
tingkat kejadian penyakit ini akan berkurang.
Beberapa studi klinis telah meneliti teknik untuk
mencegah progresifitas miopia, termasuk penggunaan
lensa kacamata. Baru-baru ini, Carl Zeiss Vision telah
mengembangkan beberapa lensa kacamata baru untuk
orang dengan miopia (tipe I, II, dan III) yang
mengurangi defokus hiperopik relatif di retina perifer.
Dalam uji klinis, Sankaridurg dkk mengevaluasi efek
lensa ini terhadap progresifitas miopia pada anak-anak
Cina. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan dalam perkembangan
miopia antara lensa kontrol dan 3 jenis lensa baru.
Namun, pada anak-anak yang lebih muda (usia 6-12
tahun) dengan riwayat orang tua miopia (salah satu
atau kedua orang tua), perbedaan yang signifikan
ditemukan pada penggunaan lensa tipe III, yang
kemudian dinamai lensa MyoVision.
Tujuan Untuk mengkonfirmasi efikasi lensa MyoVision dalam
mencegah progresifitas miopia pada anak-anak Jepang
yang lebih muda (berusia 6-12 tahun) dengan riwayat
orang tua miopia.
Metodologi Penelitian ini merupakan multicenter prospective
randomized double-blind placebo-controlled trial.
Penulis merekrut subjek penelitian dari institusi
berikut: University of Tsukuba Hospital, Asahikawa
Medical University Hospital, Okayama University
Hospital, Tokyo Medical and Dental University
Medical Hospital, University Hospital Kyoto
Prefectural University of Medicine, Keio University
Hospital, dan Osaka University Hospital. Subjek
dipilih dalam rentang waktu Februari 2011 hingga Juni
2012, dengan periode follow up  selama 2 tahun.
Sebanyak 207 anak-anak Jepang berusia 6 sampai 12
tahun dimasukkan dalam penelitian ini. Kriteria
inklusi adalah (1) peserta (dan orang tua mereka) yang
memberikan persetujuan tertulis; (2) peserta dapat
1
mengikuti evaluasi secara berkala; (3) peserta dari
kedua gender yang berusia antara 6 dan 12 tahun; (4)
peserta dengan miopia bilateral (refraksi setara bola
[SER] mulai dari 1,50 hingga 4,50 D); (5) peserta
dengan astigmatisme 1,50 D; (6) peserta tanpa
penyakit mata selain kelainan refraksi; dan (7) peserta
dengan riwayat orang tua miopia (minimal 1 orang tua
dengan miopia). Kriteria eksklusi adalah (1) partisipan
dengan anisometropia > 1,50 D; (2) peserta dengan
ketajaman visual desimal terkoreksi < 1,0 (20/20) pada
setidaknya 1 mata; (3) peserta dengan strabismus; (4)
peserta yang memakai kacamata bifokal atau lensa
tambahan progresif; (5) peserta yang memakai lensa
kontak ortokeratologi; dan (6) peserta yang
sebelumnya berpartisipasi dalam studi klinis tentang
pencegahan perkembangan miopia. Para peserta secara
acak dibagi menjadi 2 kelompok: kelompok kontrol
(lensa fokus tunggal; SVL) dan kelompok eksperimen
(lensa MyoVision). Setelah pembagian tersebut, Carl
Zeiss Vision Japan mengirimkan lensa-lensa tersebut
ke toko-toko kacamata, di mana para peserta
menerima kacamata mereka. Dalam penelitian ini,
peserta terus memakai lensa MyoVision atau SVL
selama 24 bulan. Kacamata tersebut dibagikan kepada
para peserta penelitian sekitar 1 minggu setelah
kunjungan pertama melalui toko optik tertentu, setelah
itu mereka mulai memakai kacamata. Para peserta
diinstruksikan untuk memakai kacamata selama > 8
jam per hari. Setelah memperoleh persetujuan tertulis
dari mereka dan orang tua, penulis melakukan tes
tajam penglihatan atau visus, pengukuran refraksi
secara subjektif, pengukuran refraksi secara objektif,
dan pengukuran panjang aksial (AL).

Hasil Profil peserta ditunjukkan pada Tabel 1. Tidak ada


perbedaan signifikan yang ditemukan antara 2
kelompok sehubungan dengan usia atau jenis kelamin.
Selain itu, SER dan AL pada kunjungan pertama tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan. Usia rata-
rata peserta dalam kelompok kontrol dan MyoVision
adalah 9,76 ± 1,38 tahun (rata-rata ± standar deviasi)
dan 9,58 ± 1,51 tahun; rata-rata SER adalah 3,36 ±
0,92 dan 3,18 ± 0,91 D; dan rata-rata AL masing-
masing adalah 24,7 ± 0,76 dan 24,6 ± 0,69 mm.

Tabel 2 menunjukkan hasil model fitting terhadap

2
perubahan SER setelah 2 tahun. Perubahan rata-rata
yang disesuaikan dalam SER setelah 2 tahun adalah
-1,43 ± 0,10 D (rata-rata ± standard error) pada
kelompok MyoVision dan 1,39 ± 0,07 D pada
kelompok kontrol yang memakai SVL. Tidak ada
perbedaan yang signifikan antara 2 kelompok (P =
0,65).

Tabel 3 menunjukkan hasil model fitting terhadap


elongasi AL setelah 2 tahun. Rata-rata perpanjangan
AL yang disesuaikan setelah 2 tahun adalah 0,73 ±
0,04 mm pada kelompok MyoVision dan 0,69 ± 0,03
mm pada kelompok kontrol. Tidak ada perbedaan
signifikan yang ditemukan antara 2 kelompok (P = .
28)

Tabel 4 dan Gambar 2 menunjukkan perubahan yang


disesuaikan menggunakan model di SER dan AL pada
setiap kunjungan. Hasil tersebut diperoleh dengan
analisis linear mixed-effects model. Pada semua
kunjungan, tidak ada perbedaan signifikan yang
diamati pada perubahan SER atau perpanjangan AL
antara kedua kelompok.
Kesimpulan Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik
dalam tingkat progresifitas miopia dengan penggunaan
lensa MyoVision dibandingkan dengan penggunaan
kacamata monofokal. Studi lanjutan diperlukan untuk
merancang lensa yang dapat mengurangi defokus
hiperopik perifer secara individual dan untuk menguji
efek lensa ini pada pencegahan progresifitas miopia.

Anda mungkin juga menyukai