Anda di halaman 1dari 10

KARYA TULIS ILMIAH

OPTOMETRIS

DISUSUN OLEH:
WIHELMINA BHOKI(23037)

PROGRAM STUDI DIII OPTOMETRIS


AKADEMI REFRAKSI OPTISI LEPRINDO JAKARTA
TAHUN 2023/2024

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembautan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.
ABSTRAK
Rabun jauh atau miopi adalah kondisi mata yang menyebabkan objek yang letaknya dekat
terlihat jelas, sementara objek yang letaknya jauh terlihat kabur. Kondisi ini juga disebut
dengan istilah myopia.
Tingkat keparahan rabun jauh sangat beragam dan berbeda-beda pada tiap penderita.
Pengidap rabun jauh yang ringan umumnya tidak membutuhkan penanganan khusus. Namun,
rabun jauh yang tergolong parah akan mempengaruhi kemampuan melihat pengidapnya
sehingga harus ditangani dengan seksama.

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................................................
ABSTRAK...............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................
A..........................................................................................................................Latar Belakang
B.....................................................................................................................Rumusan Masalah
C...................................................................................................................... Tujuan Penelitian
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................
A...................................................................................................................................... Myopia
B........................................................................................................................... Gejala Myopia
C..........................................................................................................Cara Pencegahan Myopia
BAB III PENUTUP...................................................................................................................
A............................................................................................................................... Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A .LATAR BELAKANG
Dalam dunia kesehatan mata ternyata banyak ahli yang berkecimpung didalamnya. Sering kita
dengar istilah Ophthalmologist, yaitu seorang ahli yang berperan mengatasi masalah kesehatan
mata. Ophthalmologist mempunyai wewenang untuk mendiagnosa dan mengobati penyakit
mata, melakukan operasi mata dan meresepkan kacamata atau lensa kontak (alat bantu
penglihatan) untuk memperbaiki masalah penglihatan seseorang.Ophthalmologist sama
sebutannya dengan Dokter Mata. Tidak hanya itu, ternyata Optician dan Optometrist juga
berhubungan dengan mata khususnya pada dunia perkacamataan. Kedua ahli ini memang
masih terasa tabu dikalangan masyarakat.
Optician adalah seorang ahli yang dengan kompetensi atau kemampuannya dapat
mengkonsultasikan seseorang dalam pemilihan alat bantu penglihatan. Optician bekerja
berdasarkan resep kelainan refraksi mata yang didapat dari Ophthalmologis dan Optometrist,
yang kemudian membuat dan menyajikan kacamata atau lensa kontak. Optician dapat
mendesain, mencocokkan dan memverifikasi alat bantu penglihatan tersebut agar seseorang
dapat terbantu untuk memperbaiki penglihatannya. Optician tidak diizinkan untuk
mendiagnosa atau mengobati penyakit mata. Lama pendidikan seorang optician adalah antara
1-3 tahun. Optician saat ini lebih kita kenal sebagai Ahli Kacamata.
A. RUMUSAN MASALAH
a.Apa penyakit myopia
b.Apa gejala myopia?
b.Cara pencegahan penyakit myopia?

B. TUJUAN PENULISAN
Karya tulis ini bertujuan untuk mengetahui apa penyakit myopia, dan cara pencegahan penyakit
myopia

BAB II
PEMBAHASAN
A.MYOPIA

Miopia adalah salah satu kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang
masuk kedalam mata, bayangannya jatuh di depan retina saat mata tidak
berakomodasi. Miopia secara klinis didefenisikan sebagai ketidaksesuaian antara
kekuatan optik dengan panjang bola mata sehingga bayangan jatuh di depan retina
dan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina.(1-4)
Miopia diklasifikasikan sebagai miopia fisiologis dan patologis. Miopia
fisiologis terjadi akibat peningkatan diameter aksial bola mata (axial length/ AL)
yang melebihi pertumbuhan normal. Miopia patologis terjadi akibat pemanjangan
abnormal bola mata, dan sering disertai dengan penipisan sklera. Klasifikasi
miopia lainnya adalah berdasarkan umur saat onset. Miopia yang terjadi saat lahir
disebut miopia kongenital atau infantil, dengan prevalensi pada bayi full-term
berkisar antara 0,0 sampai 24,2%. Miopia juvenile atau miopia anak sekolah
merupakan jenis miopia yang paling sering ditemukan, terjadi pada usia 7-17
tahun dan stabil saat akhir masa remaja atau awal usia 20-an. Miopia anak sekolah
maupun miopia onset dewasa terutama merupakan akibat dari faktor-faktor
idiopatik, sedangkan miopia kongenital sering disertai dengan kelainan lain.
(1, 5)
Miopia adalah penyebab utama penurunan visus yang dapat dikoreksi pada
dewasa dan anak-anak di dunia. Saat ini satu dari enam individu di dunia
menderita miopia. Miopia mulai terjadi saat anak-anak dan meningkat baik dalam
frekuensi maupun derajat keparahannya saat remaja hingga dewasa.
Penelitian meta-analisis menunjukkan bahwa pada tahun 2020 terdapat 2,6
milyar individu dengan miopia (34,0% dari populasi dunia) dan 399 juta individu
dengan miopia tinggi (5,2% dari populasi dunia). Jumlah ini akan terus
meningkat, dimana pada tahun 2050 diperkirakan akan terdapat 4,8 milyar
individu dengan miopia (49,8% dari populasi dunia) dan 938 juta individu dengan
miopia tinggi (9,8% dari populasi dunia). Peningkatan ini diduga disebabkan oleh
faktor lingkungan, yaitu sistem pendidikan dengan tekanan yang tinggi,
khususnya pada usia dini di negara-negara seperti Singapura, Korea, Taiwan dan
Cina, disamping maraknya penggunaan perangkat elektonik.(7
sekitar 3-5% pada usia 10 tahun dan meningkat hingga 20% saat usia 12-13 tahun.
Sebaliknya, penelitian pada populasi di Asia menemukan peningkatan prevalensi
miopia anak yang pesat, dimana miopia mengenai 80-90% tamatan sekolah
menegah atas dan miopia tinggi mengenai hingga 20% dari siswa sekolah
menengah pertama di Asia Timur. Prevalensi miopia anak (usia 0 tahun sampai
<19 tahun) paling tinggi yaitu di Asia Timur (35%) yang merupakan hampir 80%
kasus di Asia.(6)
Pada penelitian oleh Hamdy tahun 2015 terhadap siswa etnis Cina pada 4
Sekolah Menengah Pertama (SMP) di kota Padang (rentang umur 13 - 15 tahun),
didapatkan prevalensi miopia dan miopia tinggi sebesar 48,4% dan 1,7%.
Penelitian oleh Niani di tahun 2016 pada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di
Kota Padang (rentang usia 15-17 tahun), didapatkan miopia sedang dan tinggi
sebesar 8,7%.(8, 9)
Dampak miopia bagi kesehatan masyarakat dan ekonomi sangat hebat. Di
Amerika Serikat, biaya yang dikeluarkan untuk mengoreksi kelainan refraksi
dengan kaca mata atau lensa kontak diperkirakan berjumlah 3,9 sampai 7,2 milyar
dollar per tahun. Di Singapura, biaya yang dikeluarkan untuk mengoreksi miopia
pada anak sekolah adalah sebesar 37,5 juta dollar per tahun.(10, 11)
Miopia tinggi (>6 Dioptri), meningkatkan resiko perubahan-perubahan
okular patologis, seperti katarak, glaukoma, neovaskularisasi koroid, ablasio
retina, dan degenerasi makula (myopic macular degeneration), yang dapat
menyebabkan kehilangan penglihatan yang permanen. Pada beberapa komunitas
dengan prevalensi miopia yang tinggi, degenerasi makula merupakan penyebab
tersering dari kebutaan. Di Jepang, degenerasi makula dilaporkan menjadi
penyebab dari 12,2% kebutaan (lebih kurang 200.000 orang). Metode dalam
mengoreksi miopia juga dapat menimbulkan komplikasi, seperti infeksi kornea
akibat pemakaian lensa kontak dan sikatrik kornea dan kekeruhan kornea
persisten (persistent corneal haze) akibat bedah refraktif.(1, 7, 12)
Progresifitas miopia terjadi akibat pemanjangan axial length, sehingga
untuk mengontrol perkembangan miopia kecepatan pertumbuhan axial length
harus dikurangi. Derajat progresifitas miopia paling tinggi adalah pada anak,
dengan rata-rata umur untuk miopia anak menjadi stabil adalah saat usia 16 tahun.
Berdasarkan penelitian meta-analisis, progresifitas rata-rata pada anak usia 8 - 13
tahun adalah 0,55 Dioptri/ tahun bagi ras kaukasia, dan 0,82 Dioptri/ tahun bagi
ras Asia.(1, 13-15)
Penelitian menunjukkan anak-anak dengan miopia mengalami penurunan
respon akomodasi monokular, saat memakai kacamata koreksi, atau saat
akomodasi dirangsang menggunakan lensa minus. Akomodasi adalah kemampuan
mata untuk mengubah kekuatan refraksi lensa dan secara otomatis memfokuskan
obyek pada berbagai jarak di retina. Perubahan kekuatan refraksi lensa ini akan
memungkinkan obyek yang berada antara far point (titik yang berkonyungasi
dengan retina saat mata tidak berakomodasi) dan near point (titik yang
berkonyugasi dengan retina saat mata berakomodasi maksimal) bisa terlihat
dengan jelas. Tanpa akomodasi, semua obyek yang berada lebih dekat dari far
point akan terlihat kabur. Amplitudo akomodasi menggambarkan respon
akomodasi maksimal, yaitu peningkatan kekuatan refraksi maksimal yang dapat
dicapai oleh mata untuk memindahkan fokus dari jauh ke dekat.(16-18)
Emetropisasi adalah proses yang terjadi pada mata yang sedang
mengalami tumbuh kembang dimana kekuatan refraksi segmen anterior dan
panjang bola mata saling menyesuaikan untuk mencapai keadaan emetropia.
Emetropisasi merupakan hasil dari proses pasif dan aktif. Proses pasif berupa
pertumbuhan bola mata yang proporsional pada anak, sedangkan proses aktif
berupa mekanisme feedback dari informasi fokus bayangan dari retina dan
penyesuaian axial length. Keadaan defocus (pembentukan bayangan yang buram
pada retina) akan mempengaruhi proses feedback.
(19, 20)
Penelitian menujukkan hyperopic retinal defocus yang terjadi akibat
penurunan amplitudo akomodasi selama aktifitas melihat dekat berkontribusi
terhadap progresifitas miopia pada anak. Hyperopic defocus terjadi saat bayangan
obyek jatuh di belakang retina akan menyebabkan retinal blur yang merupakan
stimulus untuk pertumbuhan bola mata. Hal ini kemudian akan mengakibatkan
elongasi bola mata ke arah aksial agar bayangan obyek jatuh tepat pada retina.

B. GEJALA MYOPIA
Gejala-Gejala yang Timbul Karena Miopi
Gejala miopi atau rabun jauh bisa terjadi kepada siapa saja, tidak membedakan usia tua atau
muda. Faktanya, kondisi yang banyak terjadi adalah umumnya gangguan ini mulai muncul
kepada anak-anak di usia masa sekolah hingga masa remaja. Bagi para penderita gangguan
miopi biasanya merasakan pandangannya agak buram saat melihat objek yang berada di
kejauhan.
Biasanya gangguan penglihatan pada anak-anak, ini sering membuat mereka agak sulit untuk
melihat huruf atau apa saja yang ditulis di papan tulis apabila posisi duduk dia berada di barisan
belakang. Sedangkan pada orang dewasa, yang umum terjadi ketika mendapatkan kesulitan
untuk melihat rambu-rambu lalu lintas pada saat berkendara.
Dampak dari gangguan saat melihat benda-benda yang jauh jaraknya, kadangkala muncul
gejala-gejala kepada penderita gangguan rabun jauh ini, seperti :
1. Sakit di bagian kepala.
2. Mata cepat lelah karena dipaksa bekerja secara berlebihan.
3. Sering mengedipkan mata.Sering mengucek mata.
4. Sering memicingkan mata saat melihat yang berada di kejauhan.
Sedangkan pada anak-anak biasanya mempengaruhi kepada aktivitasnya, sehingga bisa
berdampak kepada sebagai berikut :
1. Adanya penurunan dalam prestasi sekolah.
2. Kesulitan untuk fokus belajar.
3. Sering mendekatkan objek ke wajah agar bisa terlihat jelas.
Miopi atau rabun jauh bisa semakin parah seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia,
namun akan stabil ketika berada di usia dewasa. Yang terjadi banyak kasus dimana miopi atau
rabun jauh justru bisa semakin buruk apabila tidak ditangani dan diobati.
Yang menyebabkan bisa terjadinya miopi adalah karena ada ketidaksesuaian pada struktur mata.
Contohnya, bentuk mata yang akan menjadi terlalu panjang dari ukuran normalnya atau kornea
yang bisa terlalu cembung. Ketika mata normal, semua bagian mata akan memiliki lengkungan
yang sangat halus.
Struktur tersebut bisa membuat terjadinya penglihatan dimana prosesnya adalah cahaya akan
masuk ke pupil dan akan difokuskan oleh lensa mata. Setelah cahaya difokuskan, bayangan
benda posisinya akan jatuh tepat di retina. Yang terjadi ketika mengalami gangguan rabun jauh
adalah bayangan benda akan difokuskan posisinya di depan retina.
Proses inilah yang akhirnya menyebabkan penglihatan menjadi buram. Para dokter biasanya
menyebutnya dengan kesalahan bias.
Berikut Gejala-Gejala Mata Minus (Miopi):
1. Kabur atau buram saat melihat objek yang jauh:
Mata minus atau miopi memiliki beberapa gejala, Salah
satu gejala utama mata minus adalah kesulitan melihat benda yang
berjarak jauh dengan jelas. Objek yang seharusnya terlihat tajam akan
tampak kabur atau buram.
2. Kesulitan membaca tulisan kecil:
Gejala mata minus atau miopi kedua adalah kesulitan membaca
tulisan kecil. Orang dengan mata minus seringkali mengalami
kesulitan membaca teks atau tulisan yang berukuran kecil, terutama
jika jaraknya jauh.
3. Mengedipkan mata secara berlebihan
Gejala mata minus atau miopi yang ketiga adalah mengedipkan mata
secara berlebihan. Seseorang dengan mata minus mungkin cenderung
mengedipkan mata lebih sering. Ini bisa menjadi reaksi alami untuk
mencoba mengatasi ketidaknyamanan atau memperbaiki fokus
penglihatan.
4. Mengernyitkan mata
Gejala mata minus atau miopi keempat adalah mengernyitkan mata.
Ketika melihat objek jauh, seseorang dengan mata minus seringkali
akan mengernyitkan mata atau mengerutkan alis untuk mencoba
memperjelas penglihatan. Hal ini merupakan upaya untuk membantu
membawa objek ke titik fokus yang lebih baik.
5. Sensasi lelah atau tegang pada mata
Gejala mata minus atau miopi kelima adalah sensasi lelah atau tegang
pada mata. Penggunaan penglihatan yang intens dalam kondisi mata
minus dapat menyebabkan mata terasa lelah atau tegang. Ini terutama
terjadi setelah waktu yang lama menghabiskan waktu melihat objek
jauh atau melakukan aktivitas yang memerlukan ketajaman
penglihatan.
C. CARA PENCEGAHAN MYOPIA
Ketika dokter sudah memastikan diagnosis miopi, dokter akan memberikan pilihan untuk cara
penanganannya yang bisa diambil untuk mengobati gangguan tersebut. Berikut adalah beberapa
cara untuk mengatasi gangguan rabun jauh.
1. Menggunakan kacamata dan lensa kontak
Pilihan yang paling umum bagi penderita gangguan miopi adalah menggunakan kacamata atau
lensa. Dokter spesialis mata akan memberikan resep terkait lensa khusus yang tepat untuk
pasien. Apabila memilih kacamata, lensa akan dipasang menggunakan bingkai agar bisa
digunakan dalam aktivitas sehari-hari.
Penderita rabun jauh juga bisa menggunakan lensa kontak. Lensa kontak merupakan lapisan tipis
dan lembut yang akan dipasang di permukaan bola mata. Namun, demi keamanan lensa kontak
harus membutuhkan perawatan yang cukup hati-hati, termasuk selalu memastikan lensa dalam
keadaan bersih karena akan dipasang di bola mata.
2. Melakukan Orthokeratologi
Orthokeratologi atau terapi reaktif kornea adalah proses non bedah yang bisa menjadi pilihan
bagi para penderita miopi. Proses ini biasanya dilakukan dengan serangkaian lensa kontak
khusus yang agak kaku, tujuannya untuk membentuk kembali kornea. Cara kerjanya adalah lensa
kontak tersebut akan memberikan tekanan pada kornea agar bisa rata kembali.
Proses ini bisa membantu orang untuk mengalami penglihatan yang normal untuk sementara
waktu. Karena akan membantu mengubah fokus cahaya pada saat masuk ke mata. Namun,
ternyata ada efek sampingnya ketika memilih proses ini seperti bisa menyebabkan infeksi pada
mata.
3. Melakukan operasi
Operasi mungkin menjadi solusi yang paling baik untuk mendapatkan penglihatan yang normal
kembali atau memperbaiki bentuk mata akibat miopi yang sudah parah. Operasi yang biasa
dilakukan adalah LASIK atau Laser assisted in situ keratomileusis. LASEK adalah operasi
refraktif laser yang paling sering dilakukan untuk memperbaiki masalah pada penglihatan,
termasuk miopi atau rabun jauh.
Proses LASIK adalah sebuah laser khusus yang akan digunakan untuk mengubah bentuk
jaringan bening yang berbentuk kubah di bagian kornea, agar bisa meningkatkan penglihatan.
Operasi ini banyak yang mengklaim bisa mengatasi miopi atau rabun jauh secara efektif. Namun,
pada akhirnya hasil terakhirnya tergantung kepada sudah sejauh mana tingkat keparahan dan
faktor lainnya.
Selain operasi LASIK ada juga operasi photorefractive keratectomy (PRK) dimana ini hampir
mirip dengan LASIK, yang membedakan adalah ahli bedah akan mengangkat semua epitelnya,
kemudian membentuk kembali kornea menggunakan laser. Epitel ini tidak akan diganti, hanya
saja akan tumbuh kembali secara alami, mengikuti bentuk kornea yang baru. Proses ini biasanya
menerapkan energi rentang ultraviolet yang dihasilkan dari laser excimer argon fluoride (ArF) ke
stroma kornea anterior untuk mengubah lengkungannya dan memperbaiki kesalahan refraksi.
Itulah beberapa cara yang bisa digunakan untuk mengatasi miopi dengan menggunakan
kacamata atau lensa kontak, melakukan orthokeratologi, hingga melakukan operasi agar bisa
mendapatkan penglihatan yang normal kembali.
Cara Mencegah Agar Tidak Mengalami Miopi
Ada kemungkinan sulit untuk mencegahnya apabila miopi berasal dari faktor risiko genetik.
Dimana dalam keluarga memiliki riwayat miopi atau rabun jauh. Namun, ada cara agar
gangguan ini bisa diperlambat agar tidak semakin parah, dengan :
 Menjadwalkan rutin untuk melakukan kontrol kesehatan pada mata, walaupun masih
dalam kondisi yang normal.
 Sering melindungi mata dari paparan sinar matahari langsung.
 Menggunakan kacamata untuk menghindari trauma mata pada saat melakukan kegiatan
yang memiliki resiko tinggi.
 Selalu mengonsumsi makanan sehat.
 Tidak merokok.
 Menggunakan lensa kontak atau kacamata yang memiliki ukuran yang tepat.
 Selalu menggunakan penerangan yang cukup dalam menjalani aktivitas.
 Mengurangi ketegangan mata dengan cara tidak memaksakan selalu mata untuk
beraktivitas berat, kalau sudah mulai lelah lebih baik di istirahatkan dulu.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Miopi atau rabun jauh atau mata minus adalah sebuah kondisi pada penglihatan dimana
seseorang bisa dengan jelas melihat objek yang dekat, sedangkan untuk melihat objek yang lebih
jauh akan mendapatkan kesulitan, seperti terlihat buram. Miopi terjadi karena bentuk mata yang
pada akhirnya tidak benar dalam membiaskan sinar cahaya. Karena penderita miopi akan
memfokuskan cahaya di depan retina bukan tepat di retina nya.
Gejala miopi adalah bagaimana penglihatan menjadi tidak jelas ketika melihat objek yang jauh.
Kondisi ini biasanya dialami oleh anak-anak dan remaja. Gejala ini bisa diatasi dengan berbagai
metode pengobatan yaitu seperti memakai kacamata atau lensa kontak, melakukan
orthokeratologi, hingga melakukan operasi agar bisa kembali normal.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.gramedia.com/literasi/miopi/
https://umsu.ac.id/berita/mata-minusmiopi-gejala-penyebab-dan-pengobatan/

Anda mungkin juga menyukai