PENDAHULUAN
Mata merupakan organ penting dalam tubuh kita. Informasi yang diterima otak
sekitar 95% masuk melalui panca indera penglihatan tersebut. Penurunan tajam
penglihatan merupakan kelainan refraksi yang terdiri dari miopia, astigmatisma, dan
hipermetropia yang disebabkan akibat berkas cahaya jatuh tidak tepat pada retina
satu gangguan penglihatan yang memiliki prevalensi tinggi di dunia dan hampir 90%
miopia terjadi di negara berkembang (Rahimi, et al., 2015). Diperkirakan 1,6 miliar
manusia terkena miopia dan kemungkinan akan meningkat hingga 2,5 miliar pada
Berdasarkan data WHO terdapat 285 juta orang di dunia yang mengalami
gangguan penglihatan, dimana 39 juta orang mengalami kebutaan dan 246 juta yang
tersebut disebabkan oleh 43% kelainan refraksi, 33% katarak, dan 2% glaukoma.
Meskipun demikian, bila dikoreksi secara dini sekitar 80% gangguan penglihatan
1
2
pertama dalam 10 penyakit mata terbanyak, dan merupakan penyebab kebutaan urutan
ketiga (0,14%) setelah katarak (0,78%) dan glaucoma (0,20%) serta menjadi masalah
penglihatan) tertinggi terdapat di Lampung (1,7%) ,diikuti Nusa Tenggara Timur dan
Meskipun penyebab pasti miopia masih belum jelas, namun bukti-bukti yang
keturunan (genetik) dan faktor lingkungan. Salah satu faktor lingkungan adalah
miopia. Meskipun, pengaruh yang didapatkan akan berbeda pada setiap individu.
Tidak menutup kemungkinan, bahwa gaya hidup dewasa ini dalam penggunaan
gadget, seperti telepon selular, laptop, komputer yang terlalu lama dengan jarak
pandang yang tetap juga dapat mempengaruhi terjadinya miopia. Sinar biru yang
dipancarkan alat-alat elektronik dapat mempengaruhi otot mata sehingga bekerja lebih
cahaya ketika membaca, besar kecilnya huruf atau angka yang dibaca. Sedangkan
3
dalam penggunaan komputer akan berhubungan dengan adanya pancaran gambar yang
memungkinkan adanya bentuk akomodasi yang berbeda. Jarak yang dibutuhkan dalam
Peneliti dari Chinese University of Hong Kong mengamati anak yang banyak
menonton televisi akan lebih beresiko terkena miopia [ CITATION Hua15 \l 1033 ].
Myopia Prevalence and Progression meninjau lebih dari 500 artikel miopia. Mereka
menyimpulkan bahwa miopia bias mulai didapat atau mengalami progres pada usia di
atas 16 tahun, meskipun dengan derajat yang tidak parah dan dalam populasi yang
kecil. Studi menyimpulkan bahwa 40% penderita hiperopia rendah dan emetropia
yang memasuki bangku kuliah dan pendidikan militer menjadi miopia pada saat usia
perhitungan menunjukkan hasil yang lebih sedikit yaitu <10[ CITATION Pri171 \l
1033 ].
bahwa prevalensi miopia pada mahasiswa kedokteran tahun kedua sekitar 89,8%.
Penelitian lain yang dilakukan di Taiwan juga menunjukkan bahwa lebih dari 90%
kedokteran cenderung terkena miopia. Dari hasil penelitian pada 195 mahasiswa
LvL13 \l 1033 ].
Di dunia, populasi miopi kelas tinggi adalah pada lansia. Yaitu sekitar 2,5-
9,6%. Prevalensi miopi telah dilaporkan sekitar 70%-90% dibeberapa Negara Asia,
30-40% di Eropa dan Amerika Serikat, dan 10-20% di Afrika. Prevalensi tertinggi
berada dibeberapa Negara Asia (China, India, Melayu), dimana hampir 50%-80%
orang dewasa mengalami miopia. Terutama di China, tingkat miopia adalah yang
tertinggi di dunia. Prevalensi adalah 77,3% pada siswa SMA, dan lebih dari 80%
mahasiswa. Atau sekitar 400 juta dari 1,3 miliar penduduk China. Pada tahun 2020
diperkirakan 2,5 miliar (30%) penduduk dari populasi dunia akan mengalami
miopi[ CITATION Mru13 \l 1033 ]. Didukung dengan hasil penelitian lain dibeberapa
rumah sakit di Indonesia ditemukan insidens penderita miopia berkisar antara 50%
sampai 80,3% dari semua gangguan tajam penglihatan[ CITATION Ari131 \l 1033 ].
berumur 5->7 tahun oleh Dinas Kesehatan Provinsi Lampung berdasarkan data
absolute laporan data kesakitan ICD X (LBI-1) SP2TP total provinsi tahun 2011
dilaporkan bahwa angka kejadian miopi di Provinsi Lampung usia 5-9 tahun sebanyak
3%, usia 10-14 tahun sebanyak 6,5%, usia 15-19 tahun sebanyak 4,5%, usia 20-44
tahun sebanyak 31,5%, usia 45-54 tahun sebanyak 32,5%, usia 55-59 tahun sebanyak
5
13,5 %, usia 60-69 tahun sebanyak 7%, dan usia >7 tahun sebanyak 1,5%[ CITATION
Ari16 \l 1033 ].
mendorong peneliti untuk mengetahui pengaruh aktivitas melihat jarak dekat terhadap
Angkatan dibawah tahun 2016, dikarenakan mahasiswa angkatan tersebut diatas telah
sebagai berikut : Apakah ada pengaruh aktivitas melihat jarak dekat terhadap angka
2019.
2019.
analitik dengan rancangan cross sectional. Batasan ruang lingkup pada penelitian ini
adalah mengenai pengaruh aktivitas melihat jarak dekat terhadap angka kejadian
TINJAUAN PUSTAKA
Mata merupakan organ visual yang terdiri dari bola mata (Bulbus oculi) dan
mata terletak di suatu cavitas yang menyerupai pyramid segi empat berongga dengan
dasar yang mengarah ke anteromedial dan apeks ke posteromedial. Bola mata terdiri
atas kornea dan nervus opticus[ CITATION Moo13 \l 1033 ]. Bola mata orang dewasa
1033 ].
Bola mata terdiri atas tiga lapisan yaitu lapisan luar (fibrosa), lapisan tengah
(vaskular), dan lapisan dalam. Lapisan fibrosa terdiri dari sklera dan kornea. Lapisan
vaskular yang kaya pembuluh darah terdiri dari koroid, korpus siliaris dan iris. Lapisan
dalam terdiri atas retina yang memiliki bagian optik dan non-visual (Paulsen &
Waschke, 2012). Bola mata memiliki media refraksi yaitu media yang dapat
membiaskan cahaya yang masuk ke mata, yaitu lensa, kornea, aqueous humor, dan
8
9
2.1.1 Sklera
hamper seluruhnya terdiri atas kolagen. Jaringan ini padat dan berwarna putih serta
posterior. Secara histologi, sklera terdiri atas banyak pita pdat yang sejajar dan
2.1.2 Kornea
dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Dari anterior ke posterior, kornea
1) Epitel
Epitel pada kornea memiliki ketebalan 50 µm dan terdiri atas lima lapis
epitel tidak bertanduk; sel basal, sel poligonal, dan sel gepeng.
10
2) Membran bowman
3) Stroma
jalinan lamella serat serat kolagen yang memiliki tinggi 1-2 µm dan lebar
4) Membran descement
Saat lahir tebalnya sekitar 3 µm dan terus menebal hingga 10-12 µm.
5) Endotel
Endotel hanya memiliki satu lapis sel, tetapi lapisan ini berperan besar
2.1.3 Koroid
Koroid adalah segmen posterior uvea, di antara retina dan sklera. Koroid
tersusun atas tiga lapis pembuluh darah koroid, besar, sedang, dan kecil. Semakin
dalam pembuluh terletak di dalam koroid, semakin lebar lumennya. Bagian dalam
dibatasi oleh membran Bruch dan di sebelah luar oleh sklera. Ruang suprakoroid
terletak di antara koroid dan sklera. Kumpulan pembuluh darah koroid mendarahi
iris (sekitar 6 mm). Processus siliaris berasal dari pars plicata yang merupakan
2.1.5 Iris
iris terdapat sfingter dan otot otot dilator. Iris mengendalikan banyaknya cahaya
(midriasis) pupil.
2.1.6 Retina
Retina dalah lembaran jaringan saraf berlapis yang tipis dan semitransparan
yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata. Retina terdiri
Merupakan tempat sinaps sel ganglion dengan sel bipolar dan sel amakrin.
7) Merupakan tempat sinaps sel fotoreseptor dengan sel horizontal dan sel bipolar.
10) Lapisan fotoreseptor Terdiri atas sel batang dan sel kerucut.
2.1.7 Lensa
posterior iris dan anterior vitreous humor. Lensa ditahan ditempatnya oleh
ligamentum suspensorium atau zonula zinni yang tersusun atas banyak fibril. Enam
puluh lima persen lensa terdiri atas air dan sekitar tiga puluh lima persennya terdiri
nutrisi untuk kornea dan lensa yang tidak memiliki pembuluh darah. Aqueous
humor akan masuk ke camera oculi posterior, berjalan melalui pupil ke dalam
camera oculi anterior, dan bermuara ke dalam sinus venosus sklera atau canalis
sclem.
13
2.1.9 Vitreus
Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avascular yang
membentuk dua pertiga volume dan berat mata. Vitreus mengandung air sekitar
99%. Sisa 1% meliputi dua komponen, kolagen dan asam hialuronat, yang memberi
bentuk dan konsistensi mirip gel pada vitreus karena kemampuannya mengikat
Bola mata memiliki empat media refraksi. Media refraksi adalah media yang
dapat membiaskan cahaya yang masuk ke mata, yaitu lensa, kornea, aqueous humor,
dan vitreous humor. Agar bayangan dapat jatuh tepat di retina, cahaya yang masuk
harus mengalami refraksi melalui media media tersebut. Jika terdapat kelainan pada
1) Tahap pembiasan
Tahap ini terjadi di fovea. Proses kimia yang terjadi akan merangsang dan
3) Tahap pengiriman sinyal sensoris Impuls listrik akan diantar oleh serabut saraf ke
fokuskan oleh lensa ke bagian retina. Cahaya harus melewati lapisan ganglion dan
1) Miopia
Miopia adalah suatu keadaan yang disebabkan karena sinar sejajar yang
masuk ke mata tidak di fokuskan di depan retina, sehingga objek yang jauh
2) Hipermetropia
jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya di belakang retina, sehingga
saat melihat dekat akan terlihat kabur dan akan tampak jelas apabila melihat
3) Astigmatisma
difokuskan pada satu titik dengan tajam pada retina tetapi pada 2 garis titik api
15
2.3 Akomodasi
memfokuskan benda yang berjarak dekat otot siliaris melakukan kontraksi sehingga
membuat lensa mata menjadi tebal. Daya akomodasi mata dibatasi oleh dua titik yaitu
titik dekat (punctum proximum) yaitu titik terdekat yang masih dapat dilihat dengan
jelas oleh mata. Titik jauh (punctum remotum), yaitu titik terjauh yang masih dapat
dilihat dengan jelas oleh mata. Kebanyakan dari masalah penglihatan berhubungan
dengan kemampuan akomodasi, seperti akomodasi yang terlalu besar, terlalu kecil
Ada banyak teori yang telah dikemukan tentang bagaimana proses akomodasi
dapat terjadi pada mata. Teori yang paling tua dikenal yaitu teori vitreus oleh Cramers,
lalu dikembangkan juga teori akomodasi relaksasi oleh Helmholtz, teori kontraksi
ukuran serat – serat purkinje di permukaan anterior lensa kristalin (sama halnya
dengan eksperimen yang telah dilakukan oleh Cramer) untuk mendukung gagasannya
bahwa lensa kristalin sebenarnya berperan besar terhadap akomodasi. Dia mengamati
saat mata tidak berakomodasi dan melihat jauh, maka otot – otot siliaris akan
berelaksasi dan serat – serat zonula elastis jadi teregang, ini akan menarik lensa
16
kristalin ke arah luar ke ekuator dan lensa menjadi datar Ini merupakan teori yang
oleh permukaan anterior dan posterior lensa kristalin. Dia berpendapat bahwa
konstraksi otot siliaris akan meningkatkan ketegangan serat – serat zonula, sehingga
merubah ketajaman lensa tanpa merubah ketebalan ataupun diameter lensa. “Posisi
Tscherning “ merupakan suatu kondisi saat lensa kristalin dikeluarkan dari bola mata,
dan ini tampak seperti kondisi penglihatan jauh dan tidak berakomodasi seperti teori
2.4 Miopia
Miopia atau rabun jauh adalah suatu kelainan refraksi yang di sebabkan
karena sinar sejajar yang masuk ke mata tidak difokuskan di depan retina (Kistianti,
2008). Pada miopia objek yang dekat akan terlihat jelas tetapi objek yang jauh akan
kacamata untuk miopia tinggi biasanya berat dengan distrosi yang bermakna ditepi
lensa, lapang pandang juga terbatas. Penderita merasa tidak nyaman, tetapi juga
snellen chart yang terdiri atas deretan huruf acak yang tersusun mngecil untuk
menguji penglihatan jauh. Setiap baris diberi angka yang sesuai dengan suatu
jarak ( dalam kaki atau meter), yakni jarak yang memungkinkan semua huruf
dalam baris itu terbaca oleh mata normal. Misalnya, huruf-huruf pada baris
“40” cukup besar untuk dapat dibaca mata normal dari jarak 40 kaki.
20 kaki (6 meter), karena pada jarak ini mata akan melihat benda dalam
keadaan istirahat atau tanpa akomodasi. Snellen chart diletakkan sejajar dengan
mata orang yang diperiksa, pastikan ruang tempat pemeriksaan cukup cahaya
18
pada salah satu dari kedua mata secara bergantian. Saat sedang dilakukan
pemeriksaan pada mata kanan maka mata kiri subjek akan ditutup dengan
telapak tangan dengan rapat namun tidak menekan bola mata, demikian pula
snellen chart yang ditunjuk pemeriksa. Pemeriksa akan menunjuk satu persatu
seluruh huruf pada snellen chart, dimulai dari huruf di baris paling atas hingga
subjek salah menyebut 3 huruf dari baris yang ditunjuk. Lalu pemeriksa akan
mencatat ketajaman penglihatan subjek sesuai standar yang tertera pada snellen
Angka pertama adalah jarak uji (dalam meter) antara “kartu” dan pasien, dan
angka kedua adalah jarak barisan huruf terkecil yang dapat dibaca oleh mata
pasien. Penglihatan 20/20 adalah normal; penglihatan 20/60 berarti huruf yang
cukup besar untuk dibaca dari jarak 60 kaki oleh mata-normal baru bisa dibaca
miopia non patologis biasanya pada masa anak-anak, terus berkembang pada
masa pertumbuhan remaja dan biasanya akan stabil pada awal dekade kedua.
Derajat miopia non patologis biasanya ringan sampai sedang (<6 dioptri).
2) Miopia patologis
mata yang terlalu berlebih. Orang dengan miopia patologis akan lebih berisiko
untuk terjadi degenerasi retina dan keadaan keadaan patologis lain. Pada miopi
ini derajatnya sudah berat, lebih dari 6 diopter [ CITATION Ost17 \l 1033 ].
20
2) Miopia aksial, yaitu miopia yang terjadi akibat panjangnya sumbu bola mata,
ablasio retina dan kebutaan. Miopia maligna biasanya lebih dari 6 dioptri yang
1) Keturunan
Faktor yang penting pada miopia yaitu faktor keturunan. Anak dengan
kelainan refraksi. Prevalensi miopia pada anak yang kedua orang tuanya
miopia adalah 32,9 %, sedangkan pada anak dengan hanya salah satu orang
tuanya yang mengalami miopia adalah sekitar 18,2%, dan kurang dari 8,3%
pada anak dengan orang tua tanpa miopia[ CITATION Kom141 \l 1033 ].
faktor risiko miopia pada anak-anak etnis Cina di Sydney dan Singapura
dengan kriteria inklusi kedua orang tua memiliki etnis Cina. Prevalensi miopia
pada anak dari etnis Cina lebih tinggi di Singapura (29,1%) daripada di
efek fisik langsung akibat akomodasi terus menerus sehingga tonus otot siliaris
menjadi tinggi dan lensa menjadi cembung. Namun berdasarkan teori terbaru,
bayangan buram di retina (retina blur) yang terjadi selama fokus dekat.
22
game, dan menonton televisi akan lebih beresiko terkena miopia (Huang, et al.,
2015).
diterima secara luas adalah paparan cahaya yang terang akan menstimulasi
pelepasan dopamin yang dapat menghambat elongasi bola mata (French, et al.,
2013).
4) Kekurangan gizi yang dibutuhkan mata juga bisa memperlemah mata sehingga
kurang mampu bekerja keras dan mudah terkena miopia jika mata terlalu
2.4.6 Penatalaksanaan
23
Orang yang terkena miopia dapat diberikan kacamata dengan lensa cekung
atau dapat juga menggunakan lensa kontak. Kacamata dan lensa kontak akan
memfokuskan kembali cahaya tepat pada retina. Kacamata juga dapat membantu
melindungi mata dari sinar ultraviolet yang berbahaya. Bedah refraktif dilakukan
mata dapat kembali normal. Jika operasi berhasil maka pasien akan memiliki
ketajaman visual yang sangat baik tanpa kacamata atau lensa kontak. Bedah
Hasil penelitian Melita Perty Arianti tahun 2012 tentang hubungan antara
riwayat miopia dikeluarga dan lama aktivitas jarak dekat dengan kejadian miopia pada
tidak terdapat hubungan secara statistic antara membaca buku pelajaran (p=0,961),
handphone, dan bermain video game (p=0,940), menonton televisi (p=0,701) dengan
kejadian miopia.
24
Hasil penelitian Nuraysha Nurullah tahun 2013 tentang hubungan antara jenis
kelamin, faktor genetik dan aktivitas melihat jarak dekat dengan kejadian miopia pada
prevalensi kelainan miopia (visus kurang dari 6/6) didapatkan sebesar 42.86%.
Didapatkan hubungan yang bermakna antara aktivitas membaca buku dan menonton
TV dengan kejadian miopia (p=0.001 dan p=0.001) dengan kejadian miopia pada
Keturunan
lama membaca
buku,komputer/gadget
Aktivitas melihat
Jarak membaca buku,
jarak dekat
komputer/gadget
Miopia
Menonton TV
Aktivitas di luar
Vitamin D
ruangan
Kekurangan gizi
Vitamin A,C,E
yang dibutuhkan
25
Keterangan
Diteliti
Tidak diteliti
Gambar 2.4 Kerangka Teori (Huang et al., 2015) [ CITATION Mar14 \l 1033 ]
26
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah survey analitik.
Pada penelitian ini dilakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau faktor
risiko dengan efek. Faktor risiko pada penelitian ini adalah lamanya aktivitas jarak
3.2.1 Waktu
3.2.2 Tempat
Lampung.
27
28
rancangan cross sectional, yaitu dengan cara, observasi atau pengumpulan data
3.4.1 Populasi
diteliti[ CITATION Not14 \l 1033 ]. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
angkatan 2016 yang berjumlah 333 orang. Dikarenakan Mahasiswa angkatan 2016
saat ini adalah Mahasiswa yang memasuki fase pendidikan tahun kedua yaitu
semester 3 dan semester 4 yang dianggap oleh peneliti sebelumnya, semakin lama
Kedokteran.
3.4.2 Sampel
valid, besar sampel harus dihitung berdasarkan rumus. Rumus besar sampel yang
N
n=
1+ N ( e )2
Keterangan:
29
N : ukuran populasi
333
n= 2
1+333(0,1)
333
n=
1+3,33
n = 76,9
n = 77
Dari jumlah populasi sebanyak 333 orang, setelah dilakukan perhitungan dengan
sampel.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu dengan cara Purposive
Sampling yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh
peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui
Dalam penelitian ini yang menjadi kriteria inklusi yaitu sebagai berikut:
angkatan 2016 menggunakan kacamata atau Soft lens dengan lensa sferis
yang mengalami miopia pada kedua mata (mata kiri dan mata kanan) dengan
visus <6/6.
angkatan 2016 yang menderita miopia tapi pada salah satu mata (kanan saja
1) Variabel Dependen
31
dipengaruhi oleh variabel independent. Pada penelitian ini yang menjadi variabel
2) Variabel Independen
mempengaruhi hasil. Pada penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah
Pada penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah kuesioner dan snellen chart.
Jenis data pada penelitian ini adalah data primer, yang diperoleh dengan cara :
2) Menggunakan kuesioner yang sudah disiapkan oleh peneliti dan di isi oleh
responden.
1. Editing
Pada tahap ini, data yang sudah dikumpulkan, dicatat, diperiksa dan
diteliti kembali. Hal ini bisa dilakukan pada saat proses pengumpulan data atau
2. Coding
Data yang sudah di edit, diberikan kode numeric (angka) terhadap data
yang terdiri dari beberapa kategori. Pemberian kode sangat penting untuk
3. Entry
4. Cleaning
Pada tahap ini dilakukan pengecekan kembali data yang sudah masuk
ke komputer agar tidak ada kesalahan dalam memasukkan data dan agar hasil
34
program software computer dimana akan dilakukan 2 macam analisa data, yaitu
1) Analisa Univariat
distribusi frekuensi dengan ukuran proporsi dan presentase lalu disajikan dalam
2) Analisa Bivariat
dependen dengan variabel independen. Uji yang dipakai pada penelitian ini
ditolak dan Ha diterima yang berarti terdapat korelasi yang signifikan. Dengan
pula nilai koefisien korelasi (r) untuk mengetahui kekuatan pengaruh antara
Adapun alur penelitian yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Penyusunan Proposal
Pre Survey
Populasi
36
Penelitian
Mencatat Data
Pengolahan Data
Analisis Data