Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sistem penglihatan pada anak termasuk masalah kesehatan yang perlu
diperhatikan karena penglihatan termasuk salah satu faktor yang sangat penting
dalam seluruh aspek kehidupan. Sering kali kesehatan mata kurang diperhatikan,
sehingga banyak penyakit yang menyerang mata tidak diobati dengan baik dan
menyebabkan gangguan penglihatan. Salah satu gangguan penglihatan yang
sering diabaikan adalah kelainan ketajaman penglihatan.
Gejala kelainan ketajaman penglihatan atau gangguan visus biasanya yang
paling umum dikemukakan oleh seseorang yang mengalami gangguan lintasan
visual. Kelainan ketajaman penglihatan termasuk salah satu masalah yang sering
terjadi pada anak usia sekolah. Tajam penglihatan normal rata-rata bervariasi
antara 6/4 hingga 6/6 (Hartono,2009).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2012, kelainan ketajaman
penglihatan atau gangguan visus termasuk dalam salah satu dari lima besar
penyebab kebutaan, setelah Katarak, Glaukoma, Gegenerasi Makular, dan
Retinopati Diabetikum. Adapun faktor – faktor yang dapat merubah ketajaman
penglihatan pada manusia seperti usia, kelainan refraksi, kontras, intensitas
cahaya dan waktu papar (Illyas, 2015). Masalah penyakit mata pada anak
sebenarnya dapat dicegah dengan melakukan deteksi dini untuk mengetahui status
ketajaman penglihatan pada anak dan pemeriksaan mata sebagai alat ukur kartu
Snellen. Dengan menguji ketajaman penglihatan anak pada masing-masing mata,
memeriksa dan merujuk pasien dengan gangguan penglihatan juga dapat
mencegah hilangnya penglihatan permanen pada masa yang akan datang
(Whitcher, 2016).
Estimasi jumlah orang dengan gangguan penglihatan di seluruh dunia pada
tahun 2010 adalah 285 juta orang atau 4,24% populasi, sebesar 0,56% atau 39 juta
orang menderita kebutaan dan 3,65% atau 246 juta orang mengalami low vision.

1
2

Berdasarkan persentase global, negara dengan gangguan penglihatan terbanyak


adalah China sebesar 43,3 per satu juta populasi dan India sebesar 49,3 per satu
juta populasi. Penyebab gangguan penglihatan terbanyak di seluruh dunia adalah
gangguan ketajaman penglihatan yang tidak terkoreksi, diikuti oleh katarak dan
glaukoma. Sebesar 18% tidak dapat ditentukan dan 1% adalah gangguan
penglihatan pada anak (WHO, 2012).
Menurut RISKESDAS tahun 2013, berdasarkan beberapa provinsi di
Indonesia, prevelansi severe low vision penduduk umur 6 tahun keatas secara
nasional sebesar 0,9%. Prevelensi severe low vision tertinggi terdapat di Lampung
(1,7%), diikiuti Nusa Tenggara Timur dan Kalimantan Barat (masing-masing
1,6%). Provinsi dengan prevelansi severe low vivion terendah adalah Yogyakarta
(0,3%) diikuti oleh Papua Barat (0,3%). Persentase low vision di Kepulauan Riau
sebesar 4,8 % (RISKESDAS, 2007). Adapun presentase penduduk yang memakai
kaca mata atau lensa kontak di Kepulauan Riau didapatkan sekitar 7,3% dan
sekitar 0,5% mengalami low vision (KEMENKES, 2013). Sedangkan persentase
low vision di Kota Batam mencapai 0,02 % mencakup seluruh Puskesmas di Kota
Batam (DINKES Batam, 2017). Pada tahun 2018 presentase low vision
mengalami peningkatan menjadi 0,03% dari total populasi sebanyak 1.329.773
penduduk . Ironisnya sebesar 64 kasus low vision diderita oleh anak mulai dari
usia 10 tahun, sedangkan 5 kasus diderita oleh anak dengan usia < 10 tahun
(DINKES Batam, 2018).
Adapun faktor – faktor yang dapat merubah ketajaman penglihatan pada
manusia seperti usia, kelainan refraksi, kontras, intensitas cahaya dan waktu
papar. Durasi waktu papar yang lama dan terus menerus akan menyebabkan mata
mengalami penguapan dan kekurangan nutrisi serta oksigen. Dalam waktu yang
lama akan kondisi ini dapat menyebabkan gangguan penglihatan menetap
(Hanum, 2009).
Pada zaman modern ini, penggunaan gadget sudah sangat dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari. Gadget meliputi semua barang elektronik yang memiliki
kegunaan khusus, bentuknya biasa berupa handphone, PC (personal computer),
laptop, tablet, smartphone, video games, dan lain-lain. Hasil penelitian sebuah
3

lembaga riset menyebutkan bahwa Indonesia berada di peringkat kelima dalam


daftar pengguna smartphone terbesar di dunia dengan pengguna aktif sebanyak 47
juta atau sekitar 14% dari seluruh total pengguna ponsel (Dediu, 2013).
Gadget tidak hanya sekedar dijadikan media hiburan semata tapi dengan
aplikasi yang terus diperbarui gadget wajib digunakan oleh orang-orang yang
memiliki kepentingan bisnis, atau pengerjaan tugas kuliah dan kantor, akan tetapi
pada faktanya gadget tak hanya digunakan oleh orang dewasa. Anak-anak dengan
mudah melakukan kontak langsung pada layar gadget dan menggunakannya
sebagai mainannya yang lama kelamaan akan mengakibatkan kecanduan bermain
gadget (Park, 2014).
Menurut survei yang dilakukan Kementrian Kominfo yang didanai oleh
UNICEF tahun 2014, kalangan anak dan remaja cenderung menggunakan gadget
untuk mengakses internet. Studi ini menemukan 98% dari anak-anak dan remaja
usia 10-19 tahun yang disurvei tahu tentang internet dan bahwa 79,5%
diantaranya adalah pengguna internet (KOMINFO, 2014).
Semakin berkembang pesatnya teknologi saat ini, menjadikan anak-anak
lebih memilih bermain gadget dibandingkan dengan teman sebayanya.
Berdasarkan survei pendahuluan yang peniliti lakukan di SD Yos Sudarso Kota
Batam diperoleh keterangan dari 10 siswa kelas V, 7 dari 10 siswa mengalami
penurunan ketajaman penglihatan dengan pemeriksaan visus menggunakan
snellen chart, selain itu 9 dari 10 siswa mengatakan sering menggunakan gadget
untuk bermain games dan menonton video lebih dari 2 jam. Peneliti mengambil
anak kelas V SD Yos Sudarso berdasarkan studi pendahuluan yang telah
dilakukan oleh peneliti, SD Yos Sudarso memiliki laboratorium komputer yang
aktif digunakan dalam proses belajar mengajar serta ditemukan banyak anak yang
mengalami penurunan ketajaman penglihatan dan anak-anak dengan bantuan
melihat berupa kacamata. Sedangkan anak-anak kelas V mempunyai rentang usia
10-11 tahun. Pada usia ini termasuk usia yang beresiko mengalami gangguan
ketajaman penglihatan lebih besar, dibandingkan dengan anak dengan usia < 10
tahun. Sebesar 64 kasus low vision diderita oleh anak mulai dari 10 tahun,
sedangkan 5 kasus diderita oleh anak dengan usia < 10 tahun (DINKES Batam,
4

2018). Selain itu, dengan pemakaian gadget secara tidak benar pada usia ini,
memungkinkan mempengaruhi kesehatan mata.
Berdasarkan latar belakang di atas sehingga peneliti tertarik untuk mengambil
judul “Hubungan antara Lama Penggunaan Gadget dengan Ketajaman
Penglihatan pada Anak Kelas V SD Yos Sudarso Kota Batam Tahun 2019”.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan lama pengguna gadget dengan ketajaman penglihatan
pada pelajar kelas V SD Yos Sudarso Kota Batam Tahun 2019?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi
hubungan lama penggunaan gadget dengan ketajaman penglihatan pada
pelajar kelas V SD Yos Sudarso Kota Batam Tahun 2019.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui distribusi frekuensi lama penggunaan gadget pada
pelajar kelas V SD Yos Sudarso Kota Batam.
b. Mengetahui distribusi frekuensi ketajaman penglihatan pada pelajar
kelas V SD Yos Sudarso Kota Batam.
c. Mengetahui dan menganalisa hubungan lama penggunaan gadget
dengan ketajaman penglihatan pada pelajar kelas V SD Yos
Sudarso Kota Batam.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi responden atau pelajar Kelas V
agar dapat menambah pengetahuan serta wawasan khususnya mengenai
pencegahan penurunan ketajaman penglihatan akibat penggunaan gadget.
5

2. Bagi Sekolah Tempat Penelitian


Hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi sekolah khususnya pada
pelajar kelas V SD Yos Sudarso Kota Batam agar dapat menambah wawasan
pengetahuan dan mencegah terjadinya kelainan tajam penglihatan.

3. Bagi Institusi
a. Penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan memperkuat
landasan teori mengenai kelainan di bidang oftalmologi khususnya
kelainan tajam penglihatan serta hubungannya dengan lama
penggunaan gadget.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi di perpustakaan
Fakultas Kedokteran Universitas Batam.

4. Bagi Penulis
Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti
dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan.

5. Bagi Peniliti Lainnya


Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk peneliti
lainnya dalam melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan
penelitian yang telah dilakukan ini.

Anda mungkin juga menyukai