Anda di halaman 1dari 15

JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO

Volume 7, Nomor 2, Mei 2018


Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Riandini Prischilia Zelika, Arief Wildan, Riski Prihatningtias

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN


PEMAKAIAN KACAMATA PADA ANAK SEKOLAH

Riandini Prischilia Zelika1, Arief Wildan2, Riski Prihatningtias2


1
Mahasiswa Program S-1 Ilmu Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
2
Staf Pengajar Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
JL. Prof. H. Soedarto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp. 02476928010

ABSTRAK
Latar Belakang: Kelainan refraksi adalah masalah yang sering terjadi pada penglihatan anak
yang mudah didiagnosis , diukur dan dikoreksi dengan pemakaian kacamata untuk
mendapatkan penglihatan yang normal. Namun pemakaian kacamata koreksi masih rendah
yaitu sebesar 12,5% dari kebutuhan dan pemakaian kacamatanya tidak teratur.
Tujuan: Mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pemakaian
kacamata pada anak sekolah
Metode:Penelitian obeservasional analitik pendekatan cross-sectional. Sampel yang menjadi
subjek penelitian yaitu siswa sekolah dasar di wilayah Kota Semarang yang memakai
kacamata akibat kelainan refraksi yang memenuhi kriteria inklusi tetapi tidak terdapat kriteria
eksklusi dengan metode consecutive sampling. Faktor yang berhubungan dengan kepatuhan
pemakaian kacamata pada anak dinilai melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan di dalam
kuesioner. Hasil penelitian dianalisis menggunakan uji chi square.
Hasil: Jumlah responden dalam penelitian ini yaitu 44 siswa sekolah dasar kelas 4 sampai 6,
22 responden (50%) tidak patuh memakai kacamata. Hasil analisis uji hubungan didapatkan
hubungan yang signifikan antara motivasi (p=0,015) dan tingkat pengetahuan orang tua
(p=0,012) dengan kepatuhan pemakaian kacamata pada anak sekolah. Sedangkan hasil
analisis uji hubungan antara jenis kelamin (p=0,728), status refraksi (p=0,593) dan tingkat
pengetahuan anak (p=0,595) dengan kepatuhan pemakaian kacamata pada anak sekolah
didapatkan hubungan yang tidak signifikan
Simpulan: Terdapat hubungan antara motivasi dan tingkat pengetahuan orang tua dengan
kepatuhan pemakaian kacamata pada anak sekolah. Tidak terdapat hubungan antara jenis
kelamin, status refraksi dan tingkat pengetahuan anak dengan kepatuhan pemakaian kacamata
pada anak sekolah.
Kata Kunci: kelainan refraksi, kacamata, kepatuhan, anak sekolah

ABSTRACT
FACTORS ASSOCIATED WITH COMPLIANCE OF WEARING SPECTACLE IN
SCHOOL CHILDREN.

Background: Refractive error is a common problem in childhood vision that is easily


diagnosed, measured and corrected by spectacle for normal vision. However the wearing of
corrective spectacle is still low, which is only 12.5% from the needs. Moreover the spectacle
are not wearing regularly.
Aim: To know the factors that association with compliance of wearing spectacle in school
children.
Methods: Analytical observational studies with cross-sectional design. The subjects of this
study were elementary school students in Semarang City who wore spectacle due to refractive
JKD, Vol. 7, No. 2, Mei 2018 : 762-776
762
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 7, Nomor 2, Mei 2018
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Riandini Prischilia Zelika, Arief Wildan, Riski Prihatningtias

error that met the inclusion criteria but no criteria of exclusion. The subjects were taken by
consecutive sampling method. Factors affecting compliance of spectacle were assessed
through by filling the questionnaire. The results were analyzed using chi square test.
Results: In this study were 44 children from grade 4 to 6, 22 respondents(50%) were not
compliance wore their spectacle. There were significant associated between motivation (p =
0,015) and parent knowledge level (p = 0,012) with compliance of wearing spectacle at school
children. While there were not significant associated between sex (p = 0,728), refraction
status (p = 0,593) and knowledge of children (p = 0,595) with compliance of wearing
spectacle at school children.
Conclusion: There were association between motivation and level of knowledge of parent to
compliance of wearing spectacle at school children. There were no association between
gender, refraction status and the knowledge of children on compliance of wearing spectacle in
school children.
Key words: Refractive error, spectacle, compliance, school children

PENDAHULUAN usia 5-14 mengalami gangguan


Mata merupakan salah satu indra penglihatan yaitu sebesar 0,01% populasi
terpenting manusia, sebagian besar sumber mengalami kebutaan dan 0,03% populasi
informasi diperoleh dari indra mengalami severe low vision.1,2 Gangguan
penglihatan.1Namun tak sedikit terjadi penglihatan mempunyai banyak penyebab,
gangguan pada penglihatan, baik dari yang salah satunya adalah kelainan refraksi
ringan bahkan sampai menimbulkan sebesar 43%.4
kebutaan. Berdasarkan Global Data on Kelainan refraksi menjadi masalah
Visual Impairment 2010, World Health yang sering terjadi pada penglihatan anak
Organization (WHO) memperkirakan sehingga salah satu tujuan dari WHO
jumlah orang yang mengalami gangguan dalam Vision 2020 : The right to sight
penglihatan di seluruh dunia pada tahun adalah mengeliminasi kebutaan karena
2010 adalah 285 juta orang atau 4,24% kelainan refraksi yang tidak terkoreksi.4
populasi, sebesar 39 juta orang atau 0,58% Data yang didapat dari Rencana Strategi
menderita kebutaan dan 246 juta orang Nasional Penanggulangan Gangguan
atau 3,65% mengalami low vision.2 Penglihatan dan Kebutaan (Restranas
Gangguan penglihatan juga masih PGPK) menunjukan bahwa gangguan
menjadi masalah kesehatan di Indonesia, penglihatan akibat kelainan refraksi
anak –anak juga tak luput dari masalah dengan prevalensi sebesar 22,1%,
tersebut.1,3Berdasarkan data dari Riset sementara sebesar 10 % dari 66 juta anak
Kesehatan Dasar 2013, didapatkan anak sekolah (usia 5-19 tahun) menderita

JKD, Vol. 7, No. 2, Mei 2018 : 762-776


763
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 7, Nomor 2, Mei 2018
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Riandini Prischilia Zelika, Arief Wildan, Riski Prihatningtias

kelainan refraksi, akan tetapi pemakaian menggunakan kacamata secara rutin


kacamata koreksi masih rendah yaitu bahkan melepas kacamatanya. Hal ini
sebesar 12,5% dari kebutuhan.5,6 terjadi karena berbagai alasan yaitu anak
Kelainan refraksi yang terjadi pada merasa kurang nyaman, pandangan buruk
anak usia sekolah harus mendapatkan teman-teman lain terhadap pengguna
perhatian khusus terutama dari pihak kacamata dan tidak percaya diri akan
keluarga. Keluarga merupakan orang penampilannya. Dari penelitian
terdekat yang dapat mempengaruhi sebelumnya, salah satunya penelitian di
perilaku individu dan mempunyai California menyatakan bahwa terdapat
intensitas bertemu yang besar. Beberapa persepsi negatif mengenai pemakaian
kelainan refraksi yang sering menimpa kacamata di masyarakat, presepsi orang tua
anak sekolah diantaranya miopi, yang menganggap bahwa anak-anak tidak
hipermetropi dan astigmatisma. Meskipun memerlukan kacamata dan ejekan yang
kelainan refraksi mudah didiagnosis , ditujukan pada anak berkacamata.9
diukur dan dikoreksi dengan pemakaian Sedangkan penelitian di Cina melaporkan
kacamata untuk mendapatkan penglihatan bahwa pemakaian kacamata berhubungan
yang normal, akan tetapi hanya sedikit dengan sikap anak ,guru dan orang tua dan
anak yang didiagnosis mengalami persepsi peningkgatan fungsi
kelainan refraksi telah memiliki kacamata penglihatan.10 Sementara itu, penelitian
dan memakainya.3,7 Di Cina, hanya mengenai kepatuhan pemakaian kacamata
15,50% anak Sekolah Dasar (SD) kelas 1- di Indonesia masih sangat terbatas.
5 dengan gangguan penglihatan memakai Kepatuhan dapat dipengaruhi oleh
kacamata.3 Apabila kelainan refraksi tidak beberapa faktor, menurut Lawrence Green
segera ditangani atau pemakaiannya tidak dipengaruhi oleh 3 faktor ,yaitu faktor
rutin, maka akan menimbulkan berbagai predisposisi, faktor pendukung dan faktor
masalah serius, yaitu mengganggu proses pendorong. Faktor predisposisi meliputi
belajar mengajar pada anak , menyebabkan pengetahuan, pendidikan, ekonomi, sosial
ambliopia dan mengurangi quality of budaya, dan motivasi, faktor pendukung
life.7,8 meliputi sarana prasarana fasilitas
Pemakaian kacamata pada anak kesehatan dan faktor pendorong meliputi
diperlukan adanya pengawasan karena peran keluarga. Menurut Smet, kepatuhan
anak cenderung tidak patuh untuk
JKD, Vol. 7, No. 2, Mei 2018 : 762-776
764
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 7, Nomor 2, Mei 2018
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Riandini Prischilia Zelika, Arief Wildan, Riski Prihatningtias

dipengaruhi oleh faktor komunikasi, sampel. Pengambilan data dilakukan


pengetahuan dan fasilitas kesehatan.11,12 menggunakan kuesioner yang telah diuji
Berdasarkan latar belakang validitas dan reliabilitas oleh expert
tersebut, maka penelitian ini bertujuan judgment.
untuk mengetahui faktor – faktor yang Variabel bebas penelitian ini adalah
berhubungan dengan kepatuhan pemakaian jenis kelamin, status refraksi, tingkat
kacamata pada anak sekolah, adapun faktor pengetahuan anak, motivasi, dan tingkat
– faktor yang diamati adalah jenis kelamin, pengetahuan orang tua sedangkan variabel
status refraksi, tingkat pengetahuan anak, terikat penelitian ini adalah kepatuhan
motivasi dan tingkat pengetahuan orang pemakaian kacamata.
tua. Sehingga dapat dijadikan Analisis data berupa analisis
pertimbangan dalam upaya peningkatan deskriptif dan uji hipotesis. Analisis
kepatuhan pemakaian kacamata pada anak deskriptif berupa frekuensi dan persentase
sekoalah. sedangkan uji hipotesis menggunakan
analisis Chi Square.
METODE
Penelitian observasional dengan HASIL
rancangan cross sectional. Penelitian Pengambilan data penelitian
dilaksanakan di SD Meteseh, SD Srondol dilakukan Juli-September 2017. Jumlah
Wetan 02, SD Srondol Wetan 06, SD sampel penelitian yang memenuhi kriteria
Pleburan 03 dan SD Sumurboto pada inklusi dan eksklusi adalah 44 responden.
periode Juli-September 2017. Kriteria Tabel 1. Karakteristik Responden Menurut
inklusi penelitian ini siswa SD kelas 4-6 Kelas, Jenis Kelamin, Tingkat Pengetahuan

yang memakai kacamata akibat kelainan Anak, Motivasi dan Tingkat Pengetahuan
Orang Tua
refraksi, kooperatif dan bersedia mengikuti
Frekuensi
penelitian. Kriteria eksklusi penelitian ini Karakteristik %
(n)
adalah didiagnosa memerlukan kacamata
Kelas
selain oleh dokter spesialis mata atau
4 10 22,7
refrksionis.
5 17 38,6
Sampel diambil dengan cara 6 17 38,6
consecutive sampling. Berdasarkan rumus Total 44 100,0
besar sampel didapatkan minimal 43
JKD, Vol. 7, No. 2, Mei 2018 : 762-776
765
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 7, Nomor 2, Mei 2018
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Riandini Prischilia Zelika, Arief Wildan, Riski Prihatningtias

Jenis Kelamin responden ( 75%). Responden dengan


Perempuan 33 75 miopia memiliki jumlah terbanyak yaitu
Laki-laki 11 25 sebanyak 23 responden (52,3 %). Tingkat
Total 44 100,0
pengetahuan terbanyak adalah pengetahuan
Status Refraksi
cukup sebesar 24 responden (54,5%).
Miopia 23 52,3
Mayoritas responden memiliki motivasi
Hipermetropia 1 2,2
tinggi yaitu sebanyak 25 responden
Astigmatisma 20 45,5
(56,8%). Mayoritas orang tua responden
Total 44 100,0
memiliki tingkat pengetahuan cukup yaitu
Tingkat
Pengetahuan sebanyak 16 (36,4%).
Anak
Baik 12 27,3 Tabel 2. Kepatuhan
Cukup 24 54,5 Kepatuhan Frekuensi (n) %
Kurang 8 18,2 Patuh 22 50
Total 44 100,0 Tidak Patuh 22 50
Motivasi Total 44 100,0
Tinggi 25 56,8 Hasil penelitian menunjukan bahwa
Rendah 19 43,2 kelompok responden yang tergolong patuh
Total 44 100,0 memakai kacamata sebanyak 22 (50%) dan
Tingkat yang tidak patuh sebanyak 22 (50%).
Pengetahuan
orang tua
Baik 13 29,5
Tabel 3. Alasan
Cukup 16 36,4
Kurang 15 34,1 Frekuensi
Alasan %
Total 44 100,0 (n)
Sampel penelitian terdiri dari 44 Lupa/ketinggalan 6 27,3
responden di tingkat pendidikan dasar Dipakai saat pelajaran/
9 40,9
,sebanyak 10 responden (22,7%) kelas 4, penglihatan jauh saja
Malu/tidak percaya diri 7 31,8
17 responden (38,6%) kelas 5 dan 17
Total 22 100,0
responden (38,6%) kelas 6. Jumlah
Berdasarkan alasan yang responden
responden terbanyak adalah berjenis
berikan diketahui sebagian besar alasannya
kelamin perempuan yaitu sebanyak 33
JKD, Vol. 7, No. 2, Mei 2018 : 762-776
766
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 7, Nomor 2, Mei 2018
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Riandini Prischilia Zelika, Arief Wildan, Riski Prihatningtias

adalah karena kacamata dipakai saat Hipermetropia 0 0 1 100,0

pelajaran / penglihatan jauh saja sebanyak Astigmatisma 10 50,0 10 50,0

9 responden (40,9%). Total 22 22

Mayoritas responden penelitian


kategori patuh adalah responden yang

Hasil Analisis Statistik mengalami miopia sebesar 12 responden


Tabel 4.Tabulasi silang antara jenis kelamin (54,4 %) . Berdasarkan uji chi-square,
terhadap kepatuhan pemakaian kacamata diperoleh nilai p = 0,593 (p>0,05) yang
berarti tidak terdapat hubungan yang
Jenis Kepatuhan Pemakaian P
signifikan antara status miopia dengan
Kelamin Kacamata
Patuh Tidak Patuh kepatuhan pemakaian kacamata.
n % n %
Tabel 6. Tabulasi silang antara tingkat
Perempuan 17 51,5 16 48,5 0,728
pengetahuan anak terhadap kepatuhan
Laki-Laki 5 45,5 6 54,5
pemakaian kacamata
Total 22 22
Tingkat Kepatuhan Pemakaian P
Berdasarkan analisis hubungan Pengetahuan Kacamata
didapatkan bahwa dari 33 kelompok Anak Patuh Tidak Patuh
perempuan ,terdapat 17 responden n % n %
Baik 6 50 6 50 0,717
(51,5%) yang tergolong patuh lebih besar
Cukup 11 48,5 13 54,2
jika dibandingkan dengan kelompok laki-
Kurang 5 62,5 3 37,5
laki sebanyak 5 responden (45,5%) .
Total 22 22
Berdasarkan uji chi-square didapatkan
Hasil analisis hubungan antara
nilai p = 0,728 (p> 0,05) yang berarti tidak
tingkat pengetahuan anak dengan
terdapat hubungan yang signifikan antara
kepatuhan pemakaian kacamata didapatkan
jenis kelamin dengan kepatuhan
jumlah yang sama pada anak yang
pemakaian kacamata.
memiliki tingkat pengetahuan baik
Tabel 5. Tabulasi silang antara status refraksi
sebanyak 6 responden (50%). Sedangkan
terhadap kepatuhan pemakaian kacamata
Kepatuhan Pemakaian anak yang mempunyai pengetahuan cukup,
Status Kacamata ada 11 responden (48,5%) tergolong patuh
P
Refraksi Patuh Tidak Patuh lebih sedikit dibanding yang tidak patuh
n % n % sebanyak 13 responden (54,2%). Uji chi-
Miopia 12 52,2 11 47,8 0,593
square didapatkan nilai p = 0,717 (p>
JKD, Vol. 7, No. 2, Mei 2018 : 762-776
767
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 7, Nomor 2, Mei 2018
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Riandini Prischilia Zelika, Arief Wildan, Riski Prihatningtias

0,05) ,berarti tidak terdapat hubungan yang dengan kepatuhan pemakaian kacamata.
signifikan antara tingkat pengetahuan anak
Tabel 7. Tabulasi silang antara motivasi terhadap kepatuhan pemakaian kacamata
Kepatuhan Pemakaian
Kacamata
Motivasi C1 95% PR P
Patuh Tidak Patuh
n % N %
Tinggi 17 68,0 8 32,0 1,16-5,74 2,57 0,015
Rendah 5 26,3 14 73,7
Total 22 22

Hasil analisis hubungan antara dengan kepatuhan pemakaian kacamata.


motivasi dengan kepatuhan didapatkan Rentang nilai CI 95% sebesar 1,16-5,74
bahwa dari 25 responden yang mempunyai dan PR sebesar 2,57. Kelompok motivasi
motivasi tinggi, terdapat 16 responden ( tinggi mempunyai kecenderungan 2,57 kali
68,0 %) yang tergolong patuh lebih banyak lebih besar untuk patuh dibandingkan
dibandingkan dengan motivasi rendah dengan motivasi rendah.
sebanyak 5 responden (26,3%).
Berdasarkan uji chi-square didapatkan
nilai p = 0,015 (p<0,05),berarti terdapat
hubungan yang signifikan antara motivasi
Tabel 8. Tabulasi silang antara tingkat pengetahuan orang tua terhadap kepatuhan pemakaian
kacamata
Tingkat Kepatuhan Pemakaian CI 95% PR P
Pengetahuan Kacamata
Orang Tua Patuh Tidak Patuh
n % n %
Baik 11 84,6 2 15,4 1,196-5,385 2,53 0,006
Cukup 6 37,5 10 62,5 0,433-2,924 1,13 0,809
Kurang 5 33,3 10 66,7 (Pembanding)
Total 22 22

JKD, Vol. 7, No. 2, Mei 2018 : 762-776


768
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 7, Nomor 2, Mei 2018
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Riandini Prischilia Zelika, Arief Wildan, Riski Prihatningtias

Analisis dengan cara pemotongan signifikan antara jenis kelamin dengan


sel , hubungan tingkat pengetahuan orang kepatuhan pemakaian kacamata.
tua dengan kepatuhan pemakaian kacamata Hal ini serupa dengan penelitian
didapatkan p sebesar 0,006 (p<0,05) oleh Fernando et al. yang menyatakan
sehingga secara statistik terdapat hubungan tidak ada hubungan yang signifikan antara
yang signifikan antara tingkat pengetahuan jenis kelamin dengan kepatuhan
orang tua dengan kepatuhan pemakaian pemakaian kacamata pada anak sekolah di
kacamata. Rentang nilai CI 95% sebesar Colombia.13 Hasil ini juga diperkuat oleh
1,196-5,385 dan PR sebesar 2,53 untuk penelitian Aaron et al. mengenai faktor-
perbandingan tingkat pengetahuan baik faktor yang berhubungan dengan
dan kurang. Kelompok yang memiliki kepatuhan pemakaian kacamata pada anak
tingkat pengetahuan baik mempunyai sekolah di Mexico.14 Pada penelitian
kecenderungan 2,53 kali lebih besar untuk tersebut tidak terdapat hubungan yang
patuh dalam memakai kacamata signifikan antara jenis kelamin dengan
dibandingkan dengan responden yang kepatuhan pemakaian kacamata. Namun
memiliki tingkat pengetahuan kurang. keduanya juga menunjukan bahwa
responden yang berjenis kelamin
PEMBAHASAN perempuan lebih patuh. Berbeda dengan
Hubungan antara Jenis Kelamin dengan penelitian Gogate et al. yang menyatakan
Kepatuhan Pemakaian Kacamata ada hubungan yang signifikan antara jenis
Hasil penelitian menunjukkan kelamin dengan kepatuhan pemakaian
proporsi responden berjenis kelamin kacamata.15Selain itu , perempuan
perempuan lebih besar sebanyak 33 cenderung lebih baik, lebih memahami dan
responden (75 %) dan cenderung lebih patuh dalam hal perilaku kesehatan.16
berperilaku lebih patuh memakai kacamata Perbedaan ini disebabkan karena sampel
(51,5 %) dibandingkan dengan responden yang digunakan pada penelitian terbatas ,
berjenis kelamin laki-laki (45,5 %). Akan responden penelitian mayoritas berjenis
tetapi berdasarkan analisis bivariat kelamin perempuan dengan perbandingan
hubungan antara jenis kelamin dengan 3:1, jumlah responden yang patuh
kepatuhan pemakaian kacamata didapat dibandingkan tidak patuh hampir sama dan
nilai p sebesar 0,728 (p>0,05) maka secara kepatuhan dapat dipengaruhi oleh faktor
statistik tidak terdapat hubungan yang lain. Oleh karena itu, dengan adanya
JKD, Vol. 7, No. 2, Mei 2018 : 762-776
769
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 7, Nomor 2, Mei 2018
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Riandini Prischilia Zelika, Arief Wildan, Riski Prihatningtias

jumlah kepatuhan menurut jenis kelamin berat lebih patuh dibandingkan dengan
yang tidak merata dan terdapat faktor lain miopia ringan. 17Sedangkan pada penelitian
yang berhubungan dengan kepatuhan ini tidak dilakukan pengukuran derajat
sehingga menghasilkan analisis tidak ada status refraksi. Sebagian besar responden
hubungan yang signifikan antara jenis yang tidak patuh memberikan alasan yaitu
kelamin dengan kepatuhan pemakaian kacamata hanya dipakai saat pelajaran atau
kacamata. melihat jauh saja. Faktor keadaan tajam
Hubungan antara Status Refraksi penglihatan diduga lebih berpengaruh
dengan Kepatuhan Pemakaian dengan kepatuhan pemakaian kacamata,
Kacamata tergantung dari seberapa parah keadaanya.
Hasil penelitian menunjukkan Pada penelitian ini juga sebagian
bahwa mayoritas status refraksi responden besar hasil status refraksi hanya diperoleh
adalah miopia, yaitu sebanyak 23 dari hasil wawancara tanpa dilakukan
responden (52,3%). Adapun proporsi pemeriksaan visus, sehingga tidak dapat
kepatuhan didapatkan lebih besar pada diketahui pada visus berapakah sesorang
responden miopia sebesar 12 responden akan lebih sering memakai kacamata.
(54,6%). Berdasarkan analisis Chi- square Selain itu sampel yang terlalu sedikit dan
, tidak terdapat hubungan yang signifikan jumlahnya tak merata tidak dapat
antara status refraksi dengan kepatuhan menggambarkan hubungan yang signifikan
pemakaian kacamata yang ditandai dengan antara status refraksi dengan kepatuhan
nilai p sebesar 0,593 (p>0,05). pemakaian kacamata.
Hasil ini berbeda dengan penelitian Hubungan antara Tingkat Pengetahuan
Istiaq et al. yang menyatakan bahwa Anak dengan Kepatuhan Pemakaian
terdapat hubungan yang signifikan antara Kacamata
status refraksi dengan pemakaian Berdasarkan analisis penelitian
kacamata. Pada penelitian tersebut anak- menggunakan uji statistik Chi-square
anak dengan miopia lebih patuh didapat nilai p sebesar 0,717 (p>0,05)
dibandingkan dengan hipermetropia dan maka secara statistik tidak terdapat
astigmatisma. Berdasarkan penelitian hubungan yang signifikan antara tingkat
tersebut, kepatuhan dapat dipengaruhi oleh pengetahuan anak dengan kepatuhan
derajat status refraksi, lebih tinggi pemakaian kacamata.
derajatnya maka akan lebih patuh, miopia
JKD, Vol. 7, No. 2, Mei 2018 : 762-776
770
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 7, Nomor 2, Mei 2018
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Riandini Prischilia Zelika, Arief Wildan, Riski Prihatningtias

Hasil penelitian ini serupa dengan kepatuhan dapat dipengaruhi oleh faktor
penelitian yang dilakukan oleh Antonius, individu yang menjadi dasar seseorang
didapatkan nilai p = 0,595 (p>0,05 ) yang untuk berperilaku salah satunya yaitu
berarti tidak ada hubungan yang signifikan kepercayaan.20 Sebagian alasan
antara tingkat pengetahuan anak mengenai ketidakpatuhan yang diberikan responden
pemakaian kacamata dengan kepatuhan adalah perasaan malu /tidak percaya diri
pemakaian kacamata.18 Hal ini berbeda saat memakai kacamata, responden
dengan hasil penelitian Congdon et al. percaya apabila memakai kacamata akan
yang dilakukan di Cina.19 Pada penelitian berdampak buruk pada penampilan dan
tersebut ditemukan hubungan yang menimbulkan anggapan buruk dari teman-
signifikan antara pengetahuan dengan temannya. Sehingga timbul
pemakaian kacamata. kecenderungan responden yang tidak
Pengetahuan merupakan hasil dari petuh dengan pemakaian kacamata secara
tahu , dan terjadi setelah melakukan rutin.
penginderaan dengan suatu objek tertentu. Hubungan antara Motivasi dengan
Pengetahuan termasuk salah satu faktor Kepatuhan Pemakaian Kacamata
yang mempengaruhi perilaku kesehatan, Hasil penelitian menunjukkan
diharapkan apabila seseorang mempunyai proporsi kepatuhan didapatkan lebih besar
pengetahuan yang baik maka perilaku juga pada responden dengan motivasi tinggi
akan baik dalam hal ini yaitu kepatuhan yaitu sebesar 17 (77,3 %). Berdasarkan
11
dalam memakai kacamata secara rutin. hasil analisis Chi-square menunjukkan
Namun pengetahuan yang baik tidak bahwa ada hubungan yang signifikan
sepenuhnya dapat diterapkan dalam bentuk antara motivasi dengan kepatuhan
tindakan nyata. pemakaian kacamata dengan p = 0,015(p <
Pada penelitian ini mayoritas 0,05). Nilai r yang diperoleh dari uji
responden mempunyai tingkat pengetahuan korelasi sebesar 0,382 sehingga didapatkan
cukup dan baik ,tetapi cenderung tidak bahwa motivasi berhubungan dengan
patuh untuk memakai kacamata. Hal ini kepatuhan pemakaian kacamata
dikarenakan pengetahuan terkait kacamata mempunyai korelasi yang cukup kuat,
mudah didapatkan oleh kalangan pelajar karena nilai korelasinya positif, artinya
melalui kemajuan teknologi dan materi semakin banyak yang memiliki motivasi
pembelajaran di sekolah. Selain itu
JKD, Vol. 7, No. 2, Mei 2018 : 762-776
771
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 7, Nomor 2, Mei 2018
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Riandini Prischilia Zelika, Arief Wildan, Riski Prihatningtias

tinggi maka akan semakin banyak anak memadai mengenai kelaian refraksi dan
yang patuh untuk memakai kacamata. manfaat pemakaian kacamata pada
Hal ini diperkuat oleh penelitian anak.20,23 Pengetahuan yang baik sangat
yang dilakukan Kharunnisa yang dibutuhkan untuk mempengaruhi sikap dan
menyatakan bahwa terdapat hubungan dukungan orang tua mengenai pemakaian
yang signifikan antara variabel motivasi kacamata pada anak.24
dengan perilaku penggunaan lensa Pada penelitian ini, pengetahuan
kontak.21 orang tua dibagi menjadi tiga kategori
Motivasi adalah dorongan dalam yaitu baik,cukup dan kurang. Mayoritas
diri seseorang untuk bertindak atau orang tua mempunyai pengetahuan yang
berperilaku dalam mencapai tujuan, hasil cukup sebesar 16 responden (36,4%). Dan
dorongan diwujudkan dalam bentuk mayoritas kepatuhan pemakaian kacamata
perilaku.11Motivasi dapat mendukung didapatkan pada orang tua dengan
seseorang untuk patuh dalam pemakaian pengetahuan baik sebesar 11 responden
kacamata. Penelitian membuktikan bahwa (50%). Berdasarkan analisis Chi-square
motivasi yang kuat memiliki hubungan terdapat hubungan antara tingkat
yang kuat dengan kepatuhan.22Semakin pengetahuan orang tua dengan kepatuhan
tinggi motivasi maka akan semakin patuh, pemakaian kacamata pada anak dengan
dalam hal ini adalah kepatuhan pemakaian nilai p sebesar 0,012 (p < 0,05). Nilai r
kacamata. yang diperoleh dari uji korelasi sebesar
Hubungan antara Tingkat Pengetahuan 0,410 sehingga didapatkan bahwa tingkat
Orang Tua dengan Kepatuhan pengetahuan orang tua berhubungan
Pemakaian Kacamata dengan kepatuhan pemakaian kacamata
Beberapa penelitian menunjukan mempunyai korelasi yang cukup kuat,
hambatan kepatuhan pemakaian kacamata karena nilai korelasinya positif, artinya
pada anak diantaranya berasal dari orang semakin banyak yang memiliki
tua, sebagian orang tua beranggapan pengetahuan baik maka akan semakin
bahwa anak kecil tidak memerlukan banyak anak yang patuh untuk memakai
kacamata karena dapat memperburuk kacamata.
fungsi penglihatan dan menyebabkan Parameter kekuatan hubungan
kebutaan pada usia tua. Anggapan salah ini antara pengetahuan baik dengan
terjadi karena pengetahuan yang kurang pengetahuan kurang lebih besar daripada
JKD, Vol. 7, No. 2, Mei 2018 : 762-776
772
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 7, Nomor 2, Mei 2018
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Riandini Prischilia Zelika, Arief Wildan, Riski Prihatningtias

pengetahuan baik terhadap pengetahuan karena adanya perbedaan karakteristik


sedang. Nilai PR sebesar 2,53 artinya sampel dan juga instrumen penelitian.
orang tua dengan pengetahuan baik Selain itu, terdapat hubungan yang
cenderung lebih patuh adalah 2,53 kali tidak signifikan antar variabel yang
lebih besar dibanding orang tua dengan disebabkan karena terdapat faktor – faktor
pengetahuan sedang. Hal ini diperkuat oleh lain yang berhubungan dengan kepatuhan
penelitian Nurul, ia menyatakan bahwa tetapi tidak mampu dianalisis. Pada
orang tua yang memiliki pengetahuan penelitian ini tidak semua dilakukan
tinggi memiliki hubungan yang signifikan pemeriksaan visus untuk mengetahui status
dengan kepatuhan berobat pada TB anak refraksi responden, sehingga hanya
dengan nila p = 0,0018.25 mengandalkan jawaban responden dari
Notoadmojo mengemukakan kuesioner.
bahwa tindakan seseorang terhadap
masalah kesehatan pada dasarnya SIMPULAN DAN SARAN
dipengaruhi oleh pengetahuan tentang Simpulan
masalah tersebut. Dalam hal ini, tindakan Jenis kelamin tidak berhubungan
yang akan dilakukan orang tua adalah dengan kepatuhan pemakaian kacamata
melakukan pengawasan dan memberi pada anak sekolah. Status refraksi tidak
dukungan terhadap kepatuhan anak untuk berhubungan dengan kepatuhan pemakaian
memakai kacamata.26 kacamata pada anak sekolah. Tingkat
Keterbatasan penelitian ini yaitu pengetahuan anak tidak berhubungan
penelitian menggunakan desain cross dengan kepatuhan pemakaian kacamata
sectional sehingga sulit menentukan sebab pada anak sekolah. Motivasi berhubungan
dan akibat karena pengambilan data dengan kepatuhan pemakaian kacamata
dilakukan dalam saat yang bersamaan, pada anak sekolah. Tingkat pengetahuan
peneliti hanya menggunakan kuesioner orang tua berhubungan dengan kepatuhan
sehingga kurang dapat ditelusuri lebih pemakaian kacamata pada anak sekolah.
mendalam mengenai variabel-variabel Saran
yang diduga dapat mempengaruhi Perlu dilakukan penelitian lebih
kepatuhan pemakaian kacamata, dan lanjut mengenai faktor-faktor lain yang
terdapat perbedaan hasil penelitian dengan berhubungan dengan kepatuhan pemakaian
penelitian sebelumnya yang diakibatkan kacamata pada anak misalnya tingkat
JKD, Vol. 7, No. 2, Mei 2018 : 762-776
773
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 7, Nomor 2, Mei 2018
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Riandini Prischilia Zelika, Arief Wildan, Riski Prihatningtias

pendidikan orang tua, sikap anak, dan Eye Health: a global action plan 2014-
persepsi anak menggunakan metode deep 2019. World Health Organization
interview atau dengan Focus Group [Internet]. 2013[cited 2017 Feb 10]
Discussion ,melibatkan orang tua dan anak, .Available from :
sehingga dapat diketahui lebih mendalam. http://www.who.int/blindness/AP2014
Peneliti menyarankan apabila dilakukan _19_English.pdf?ua=1
penelitian sejenis, untuk menambah 5. Sjamsu B. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
jumlah dan karakteristik responden, Mata. Surabaya: Universitas
sehingga hasil yang didapatkan lebih Airlangga; 2013.
beragam dan lebih representatif. Perlu 6. Kementerian Kesehatan RI. Rencana
dilakukan pemeriksaan visus pada semua Strategi Nasional PGPK. Jakarta;
subjek penelitian untuk mengetahui status 2005.
refraksi dan derajatnya. 7. Resnikoff S, Pascolini D, Mariotti P,
Pokharel GP. Global magnitude of
DAFTAR PUSTAKA visual impairment caused by
1. Kementerian Kesehatan RI. Riset uncorrected refractive errors in
Kesehatan Dasar. Jakarta . 2013;(1):1– 2004.Bull World Health Organization
303. [Internet] .2008;41210(May 2007):63–
2. Kementerian Kesehatan RI. 70. Available from :
InfoDATIN: Situasi Gangguan http://www.who.int/bulletin/volumes/8
Penglihatan dan Kebutaan. Jakarta; 6/1/07-041210.pdf
2014. hal 2. 8. Khandekar RB, Gogri UP, Al S. The
3. He J, Lu L, Zou H, He X, Li Q, Wang impact of spectacle wear compliance
W, et al. Prevalence and causes of on the visual function related quality
visual impairment and rate of wearing of life of Omani students: A historical
spectacles in schools for children of cohort study. Oman J Ophthalmol
migrant workers in Shanghai , China . [Internet]. 2013;6(3):199–202.
BMC Public Health [Internet] . Available from :
2014;1–8. Available from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/arti /24379557
cles/PMC4364498/ 9. Gergana Damianova Kodjebacheva,
4. World Health Organization. Universal Sally Maliski ALC. Use of eyeglasses
JKD, Vol. 7, No. 2, Mei 2018 : 762-776
774
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 7, Nomor 2, Mei 2018
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Riandini Prischilia Zelika, Arief Wildan, Riski Prihatningtias

among children in elementary school: m/doi/full/10.3109/09286586.2014.97


perceptions, behaviors, and 5823
interventions discussed by parents, 14. Holguin AMC, Congdon N, Patel N,
school nurses, and teachers during Ratcliffe A, Esteso P, Flores ST, et al.
focus groups. Am J Health Promotion Factors Associated with Spectacle-
[Internet]. 2015;29(5):324–331. Wear Compliance in School-Aged
Available from : Mexican Children . 2006;47(3):5–8.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed Tersedia pada:
/24717070 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed
10. Li L, Lam J, Lu Y, Ye Y, Lam DSC, /16505025.
Gao Y, et al. Attitudes of Students, 15. Gogate P, Mukhopadhyaya D,
Parents, and Teachers Toward Mahadik A, Naduvilath TJ, Sane S,
Glasses Use in Rural China. Arch Shinde A, et al. Spectacle compliance
Ophtalmol[Internet].2010;128(6):759– amongst rural secondary school
765. Available from : children in Pune district, India. Indian
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed J Ophthalmol [Internet].
/20547954 2013;61(1):8–12. Available from:
11. Notoadmojo S. Promosi Kesehatan http://www.pubmedcentral.nih.gov/arti
Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka clerender.fcgi?artid=3555005&tool=p
Cipta; 2010. mcentrez&rendertype=abstract
12. Bart S. Psikologi Kesehatan. Jakarta: 16. Deeks A, Lombard C, Michelmore J,
PT Gramedia Widiasarana Indonesia; Teede H. The effects of gender and
1994. hal 52-53. age on health related behaviors.
13. Barria von-Bischhoffshausen F, 2009;8:1–8. Tersedia pada :
Muñoz B, Riquelme A, Ormeño MJ, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed
Silva JC. Spectacle-Wear Compliance /19563685.
in School Children in Concepción 17. Anwar I, Waqar S, Altaf A.
Chile. Ophthalmic Epidemiol Compliance of Spectacle Wear Among
[Internet]. 2014;21(6):362–9. Tersedia School Going Children in District
pada: Rawalpindi , Pakistan. 2017;2(1):1–4.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/ 18. Suryadarma AY. 2015.Hubungan
25356984\nhttp://www.tandfonline.co antara pengetahuan dan sikap dengan
JKD, Vol. 7, No. 2, Mei 2018 : 762-776
775
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 7, Nomor 2, Mei 2018
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Riandini Prischilia Zelika, Arief Wildan, Riski Prihatningtias

ketaatan pemakaian kacamata pada Antariksa Halim Perdana Kusuma


siswa SMP Negeri 18 Surabaya. JAKARTA. 2011;6(2):89–98.
Surabaya:Universitas Hang Tuah. 23. Sarwanto.2007. Hubungan
19. Congdon N, Zheng M, Sharma A, Karakteristik, Pengetahuan, Sikap,
Choi K, Song Y, Zhang M, et al. Dan Perilaku Ibu-Ibu Anak SD Kelas
Prevalence and Determinants of 6 Tentang Kelainan Refraksi.
Spectacle Nonwear Among Rural Surabaya:Buletin Panel Kesehatan.
Chinese Secondary Schoolchildren. 24. Niven N. Psikologi Kesehatan.
2008;126(12):1717–23. Tersedia pada Jakarta: EGC; 2002. 162-163 hal.
: 25. Rahmi, NM. 2015. Hubungan Tingkat
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed Pengetahuan Orang Tua Terhadap
/19064854. Kepatuhan Berobat pada Tb Anak di
20. Odedra N, Wedner SH, Shigongo ZS, Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Nyalali K, Gilbert C. Barriers to Zainoel Abidin Banda Aceh. Banda
Spectacle Use in Tanzanian Secondary Aceh : Unsyiah.
School Students. 26. Suprehatin, N.2011. Hubungan antara
2008;(December):410–7. Tersedia pengetahuan dan sikap orang tua
pada : dengan perilaku dalam pengawasan
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed minum obat pada penderita
/19065434. tuberkulosis paru anak di balai besar
21. Khaerunnisa. Faktor-faktor yang kesehatan paru masyarakat (bbkpm)
berhubungan dengan penggunaan surakarta. Surakarta: UMS.
lensa kontak pada pasien dengan
gangguan penglihatan. 2012;1.
Available from:
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bit
stream/123456789/25578/1/KHAERU
NNISA - FKIK.pdf
22. Syamsiah N. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kepatuhan
Pasien CKD Yang Menjalani
Hemodialisa Di RSPAU Dr Esnawan
JKD, Vol. 7, No. 2, Mei 2018 : 762-776
776

Anda mungkin juga menyukai