Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Budi memang benar-benar anak yang bandel. Sudah berkali-kali ayahnya memperingatkan Budi

untuk tidak naik pohon mangga di belakang rumah, tapi tidak pernah dihiraukannya. Pada suatu hari ia

naik pohon itu lagi dan saat ia menginjak dahan yang sudah lapuk, tiba-tiba…”kreek”, dahan itu patah

dan secara reflex ia meraih dahan diatasnya. Sambil bergelantungan, ia memanggil ayahnya untuk

menurunkannya. Untungnya, ia tidak sampai jatuh, tapi mukanya langsung pucat karena terkejut dan

takut. Lengan kanannya terasa panas dan nyeri, ternyata lengannya luka dan berdarah karena tergores

dahan yang tajam. Oleh ibunya, Budi diberi obat supaya tidak sakit. Sejak saat itu, ia tidak naik pohon

mangga itu lagi.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Jelaskan anatomi dan fisiologi dari system saraf !

1.2.2 Jelaskan mekanisme fisiologi nyeri dan macam-macamnya !

1.2.3 Jelaskan farmakodinamik dan farmakokinetik analgesic !

1.2.4 Jelaskan mekanisme dan macam-macam gerak !

1.3 Tujuan Penulisan

1.2.3 Mempelajari anatomi, histology, dan fisiologi system saraf

1.2.4 Mempelajari mekanisme fisiologi nyeri dan macam-macamnya

1.2.3 Mempelajari farmakodinamik dan farmakokinetik analgesic

1.2.4 Mempelajari mekanisme dan macam-macam gerak.

1
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Jaringan Saraf

2.1.1 Pengertian Jaringan Saraf

Jaringan saraf terdiri dari berjuta-juta sel saraf. Jaringan saraf tersebar secara luas di dalam

tubuh dan, dengan beberapa pengecualian, semua organ dari tubuh mengandung unsur saraf.

Pada dasarnya, system saraf menghimpun rangsangan dari lingkungan, mengubah rangsangan-

rangsangan demikian menjadi impuls saraf dan meneruskan impuls ini ke suatu daerah

penerimaan dan kolerasi yang terorganisasi baik, dan disini impuls-impuls ditafsirkan, dan

seterusnya disusul ke organ-organ efektor untuk memberikan jawaban (respons) yang tepat.

Fungsi-fungsi ini dilakukan oleh sel-sel yang sangat terspesialisasi, disebut neuron, yang

bersama sel-sel penyokongnya neuroglia dan bahan ekstraseluler, membentuk jala-jala

komunikasi yang terintegrasi.

2.1.2 Pembagian Jaringan Saraf

Jaringan saraf terdiri dari sel saraf (neuron) dan jaringan penyangga (neuroglia). Sel saraf

(neuron) terdiri atas akson, dendrite, dan badan sel. Neuron mengandung badan sel, nukleus, dan

penjuluran atau serabut. Satu tipe penjuluran tersebut adalah dendrit, yang berperan dalam

menerima sinyal dari sel lain dan meneruskannya ke badan sel. Tipe penjuluran sel saraf yang

lain, disebut akson (neurit), yang berperan dalam meneruskan sinyal dari badan sel ke neuron

lainnya. Beberapa akson berukuran sangat panjang, yaitu memanjang dari otak sampai ke bagian

bawah abdomen (panjang 1/2 meter atau lebih). Transmisi sinyal dari neuron ke neuron lainnya

2
umumnya dilakukan secara kimia. Selain neuron, ditemukan juga sel pendukung, seperti sel glia.

Sel glia merupakan sel yang menunjang dan melindungi neuron. Sel-sel pendukung umumnya

berperan dalam melindungi dan membungkus akson dan dendrit, sehingga membantu

mempercepat transmisi sinyal.

Berikut ini struktur dari sebuah sel saraf (neuron)

Jaringan saraf tersusun atas sel-sel saraf atau neuron. Tiap neuron/sel saraf terdiri atas

badan sel saraf, cabang dendrit dan cabang akson, cabang-cabang inilah yang menghubungkan

tiap-tiap sel saraf sehingga membentuk jaringan saraf. Saraf berdasarkan fungsinya :

3
1. Neuron motorik, mengendalikan organ efektor seperti otot dan kelenjar eksokrin dan

endokrin,terdiri dari tiga bagian utama, yaitu 1. soma- badan utama dr neuron 2. Akson

tunggal yang memanjang dari spinalis 3. Dendrite, merupakan sejumlah tonjolan tipi sari

soma yang memanjang keluar sepanjang 1mm ke daerah sekitar medulla spinalis

2. Neuron sensorik, terlibat dalam penerimaan stimulus sensoris ddari lingkungan dan dari

dalam tubuh.

3. Interneuron, mengadakan hubungan antar neuron dan membentuk jaringan fungsional yang

komplek seperti pada retina

Gbr. Sel saraf (neuron) dengan akson dan dendrit).

Sel saraf mempunyai kemampuan iritabilitas dan konduktivitas. Iritabilitas artinya

4
kemampuan sel saraf untuk bereaksi terhadap perubahan lingkungan. Konduktivitas artinya

kemampuan sel saraf untuk membawa impuls-impuls saraf.

Neuron berdasarkan struktur (jumlah uluran).

(a) Neuron unipolar, (b) neuron bipolar, dan (c) neuron multipolar.

2.1.3 Sistem Saraf Secara Anatomis dan Fisiologis

Secara anatomis, system saraf dibagi menjadi 2 bagian susunan saraf pusat (SSP), yang

terdiri dari otak dan medulla spinalis yang berlokasi di cranium dan kanalis vertebralis (jadi

dilindungi oleh tulang), dan susunan saraf tepi (SST), yang meliputi semua jaringan saraf yang

lain. Susunan saraf pusat menerima semua rangsangan saraf berasal dari luar tubuh

(eksteroseptif) dan semua impuls-impuls saraf dari tubuh (interoseptif) dan bertindak sebagai

pusat integrasi dan komunikasi. System saraf tepi (perifer) melayani hubungan antara semua

jaringan-jaringan dan organ-organ lain dengan system saraf pusat.

5
A. Sistem Saraf Pusat (SSP) – Central Nervous System

Susunan saraf pusat terdiri dari a. otak dan b. medulla spinalis (sumsum tulang belakang).

Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi susunannya berbeda.

a. Otak (Enchepalon)

Otak terletak di dalam rongga cranium. Otak mendapat impuls dari : medulla spinalis dan nervi

cranialis. Untuk mengorganisasi, yaitu sensasi (perasaan) kesadaran, memori (ingatan), asosiasi

stimulus : dengan stimulus lain, dengan memori dengan aksi yang sesuai dan terkoordinasi. Otak

manusia terdiri dari 2 belahan (hemisphaerium) kiri dan kanan. otak dan medulla spinalis

dibungkus 3 membran pelindung yang disebut meninges. Di dalam otak terdapat ruang

(ventrikulus) berisi cerebrospinalis, sel-sel bersilia agar cairan tetap beredar.

6
Di bawah arachnoid tdpt subarachnoid yg berisi cairan cerebrospinalis dan pembuluh darah.

Cairan cerebrospinalis sbg bantalan otak. Otak berkembang dari sebuah tabung yang mulanya

memperlihatkan tiga gejala pembesaran, otak awal, yang disebut otak depan, otak tengah, dan

otak belakang.

b. Medulla Spinalis

Medulla Spinalis atau sumsum tulang belakang bermula pada medulla oblongata, menjulur

kea rah kaudal melalui foramen magnum dan berakhir di antara vertebrata lumbalis pertama dan

7
kedua. Di sini medulla spinalis meruncing sebagai konus medularis, dan kemudian sebuah

sambungan tipis dari pia meter yang disebut filum terminale, yang menembus kantong

durameter, bergerak menuju koksigis. Sumsum tulang belakang yang berukuran panjang sekitar

45 cm ini, pada bagian depannya dibelah oleh fissure anterior yang dalam, sementara bagian

belakang dibelah oleh sebuah fissure sempit.

Pada sumsum tulang belakang terdapat dua penebalan, yaitu penebalan servikal dan

penebalan lumbal. Dari penebalan ini, plexus-plexus saraf bergerak guna melayani anggota

badan atas dan bawah. Dan plexus dari daerah torax membentuk saraf-saraf interkostalis.

Fungsi medulla spinalis adalah (a) mengadakan komunikasi antara otak dan semua bagian

tubuh, dan (b) gerak reflex.

B. Sistem Saraf Tepi (SST) – Periferal Nervus System

Sistem saraf tepi tersusun atas 12 pasang saraf otak dan 31 pasang saraf spinal.

8
Urat saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang dan terdapat di dalam sumsum

tulang belakang. Urat saraf ini merupakan gabungan neuron sensorik dan motorik. Semua saraf

sensorik masuk ke sumsum tulang belakang melalui akar dorsal, adapun semua dendritnya

berasal dari reseptor. Sedangkan semua saraf motorisnya keluar dari sumsum tulang belakang

melalui akar ventral dan semua neuritnya menuju ke efektor.

System saraf tepi berdasarkan arah impulsnya terbagi menjadi dua, yaitu system aferen dan

system eferen. System aferen mengandung sel saraf yang menghantarkan informasi dari reseptor

ke system saraf pusat (SSP). System eferen mengandung sel saraf yang menghantarkan informasi

dari system saraf pusat (SSP) ke otot dan kelenjar.

9
Sifat fisiologi saraf tepi (perifer) adalah (a) iritabilitas (peka rangsang) – mampu merespon

terhadap rangsang, (b) konduktivitas – mampu menghantar impuls, (c) dalam keadaan istirahat,

plasma membrane istirahat dalam keadaan polar.

2.2 Rasa Nyeri

2.2.1 Pengertian Rasa Nyeri

Rasa nyeri merupakan mekanisme perlindungan. Rasa nyeri timbul bila ada kerusakan

jaringan, dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan cara memindahkan stimulus

nyeri. Dapat merasakan nyeri apabila bagian epidermis tergores / luka sehingga membuat reflex

ke otak kecil berupa rasa sakit.

2.2.2 Proses Terjadinya Nyeri

Proses terjadinya nyeri disebut nosisepsi, :

1. Transduksi, stimuli nyeri, yaitu ketika aktivitas listrik yang akan diterima ujung saraf,

dapat berupa tekanan,panas, dan kimia

2. Transmisi, yaitu impuls disalurkan oleh serabut saraf a dan c sebagai neuron pertama

dan perifer ke medulla spinalis, impuls tersebut mengalami medulasi sebelum

diteruskan ke thalamus oleh traktus spinota lamikus sebagai neuron kedua, kemudian

impuls disalurkan ke daerah stomato sensoris (di korteks sebelum neuron ketiga),

impuls tersebut diterjemahkan dan dirasakan sebagai reseptor nyeri.

3. Proses modulasi, yaitu ketika terjadi interaksi antara system analgesic endogen yang

dihasilkan oleh tubuh dengan input nyeri yang masuk ke medulla spinalis

10
4. Persepsi, hasil akhir dari proses interaksii yang komplek dan menghasilkan suatu

perasaan subyektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri.

2.2.3 Mekanisme Fisiologi Nyeri dan Tipenya

Fisiologi nyeri – reseptornya adalah organ tubuh yang berfungsi menerima rangsang nyeri

dan organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung saraf bebas kulit yang

berespon hanya pada stimulus kuat yang secara potensial merusak.

Tipe nyeri : 1. Nyeri lambat (kronis) : contohnya terbakar, berdebar. 2. Nyeri cepat (akut),

contohnya kesetrum, terkena benda tajam, tertusuk.

2.2.4 Nyeri Menurut Letak Terjadinya

Berdasarkan letaknya :

1. Di kulit dan subkutan – reseptor a delta dengan kecepatan transmisi 6-30 m/det. -

serabut c dengan kecepatan transmisi 0,5 m/det.

2. Di somatic dalam. – pada tulang, pembuluh darah, saraf, otot, dan jaringan penyangga

lainnya.

3. Di daerah visceral – meliputi jantung, hati, usus, ginjal, dsb.

2.3 Analgesik

2.3.1 Farmakodinamik Analgesik

Farmakodinamik analgesic mempelajari tentang efek obat dan mekanisme kerja obat (cara

kerja obat). Efek obat :

a. Efek utama (main effect), merupakan efek yang diharapkan

11
b. Efek samping (side effect), merupakan efek yang tidak diharapkan, yang terjadi di

samping efek utama pada dosis terapi merugikan, tapi bisa menguntungkan

c. Reaksi alergi, terjadi oleh karena adanya pelepasan bahan alergen (histamin, seretonin,

bradikinin) sebagai akibat reaksi antigen-antibodi & terjadi pada px tertentu

d. Efek toksik, merupakan efek yang terjadi karena dosis yang berlebihan

e. Idiosinkronisasi, suatu keadaan dimana obat menimbulkan efek yang berbeda dengan

efek yang semestinya, merupakan reaksi yang abnormal terhadap obat atas dasar kelainan

genetik

f. Toleran dan Takhifilaksis.

Mekanisme kerja obat :

1. melalui interaksi dengan reseptor, kebanyakan obat bekerja melalui interaksi dengan

reseptornya yang berupa makromolekul spesifik pada membran sel. Ikatannya bersifat

reversible.

2. tidak diperantarai reseptor

Secara farmakodinamik dapat dibedakan 2 antagonisme, yaitu :

1. Antagonism fisiologik, yaitu antagonisme melalui sistem fisiologik yang sama, tetapi pada

sistem reseptor yang berlainan.

2. Antagonisme pada reseptor yang sama dapat dibagi : antagonis kompetitif dan antagonis

non-kompetitif.

12
2.3.2 Farmakokinetik Analgesik

Obat masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian, umumnya mengalami

absorpsi, distribusi dan pengikatan untuk sampai di tempat kerja (titik tangkap kerja) kemudian

menimbulkan efek, selanjutnya dengan atau tanpa biotransformasi/metabolisme obat diekskresi

dari dalam tubuh.

FILTRASI

1. Melalui kanal hidrofilik

Molekul2 kecil (BM < 100Å) yg larut dalam air, transport melalui kanal hidrofilik(urea,
OBAT
etanol,antipirin dll)

2. Melalui kanal selektif

untuk ion anorganik (Na, K, Ca, Cl), o.k. mengikat air Q ukuran besar

3. Melalui celah antar sel

untuk semua molekul baik yang larut dalam lemak maupun tidak, kecuali Albumin

(karena BM 69.000Å).

Transport obat melalui celah antar sel berperan pada ekskresi obat melalui Glomerulus

di ginjal dan absorpsi pada pemberian parenteral.

Absorpsi

13
Absorpsi ialah proses penyerapan obat dari tempat pemberian sampai di sirkulasi sistemik,

( menyangkut jumlah obat dlm persentase baik dalam bentuk utuh/asal/aktif maupun

metabolitnya), untuk mencapai tempat kerjanya (titik tangkap kerja), dan obat baru memberi efek

setelah mencapai titik tangkap kerja tersebut.

Bioavailabilitas ialah jumlah persentase obat dari bentuk sediaan yang dapat mencapai sirkulasi

sistemik dalam bentuk utuh/asal/aktif saja.

Contoh :

- Diazepam (anti cemas) dan fenobarbitol (hipnotik) mempunyai titik tangkap kerja di otak

- Digitalis titik tangkap kerjanya di jantung

- Beberapa obat dapat menimbulkan efek pada tempat pemberiannya (efek lokal), sehingga

tidak membutuhkan absorpsi ke sirkulasi sistemik, misalnya:

- anti acne cream, samphoo

- antasid berefek di lambung

Faktor yang mempengaruhi absorpsi :

o Karakteristik obat:

- kecepatan disintegrasi dan disolusi

- Bahan pembantu formulasi yg dapat mempercepat disintegrasi dan disolusi

- Kelarutan dalam air dan lemak, sebaiknya obat larut dalam air dan lemak

- derajat ionisasi pada pH sal. cerna

14
- BM (BM < 100 obat dg mudah mengalami filtrasi)

o Karakteristik penderita:

- pH saluran cerna

- Waktu pengosongan lambung

- Pergerakan usus

- Penyakit sal.cerna akan mengganggu absorpsi

- Interaksi dengan obat lain atau dg. makanan

Cara pemberian obat dan absorpsinya :

1. Pemberian per oral ( difusi pasif)

2. Pemberian secara sub lingual (tdk met lin I)

3. Pemberian per rektal

4. Pemberian secara suntikan (parenteral)

a. intravena (iv)

b. subkutan (sk)

c. intramuskular (im)

d. intratekal (tdk met lin I)

15
5. Pemberian melalui paru-paru (inhalasi) (tdk met lin I)

6. Pemberian Topikal (kulit dan mata)

Distribusi

o Sesudah diabsorpsi, obat akan didistribusikan ke seluruh tubuh mel. sirkulasi darah. Jadi

distribusi terjadi mulai saat obat mencapai plasma darah sampai obat mencapai tempat atau

titik tangkap kerja.

o Faktor yang mempengaruhi distribusi adalah:

16
1. Sawar (barier) biologik dan sifat fisiko kimia obat ( obat tdk larut lemak distribusi

terbatas pd cairan ekstra sel)

2. Aliran darah fase 1 (jt,hati, ginjal, otak dll) dan fase 2 (otot, visera, kulit, jar. lemak)

3. Ikatan protein (protein binding)

Rute pemberian obat :

A. ENTERAL: B. PARENTERAL:

1. Oral 1. Intravaskular

2. Sublingual 2. Intramuskular

3. Rektal 3. Subkutan

C. LAIN-LAIN:

1. Inhalasi

2. Intranasal

3. Intratekal/Intraventrikular

4. Topikal

5. Transdermal

2.4 Gerak

2.4.1 Pengertian Gerak

17
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa

disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor,

ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh

otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh

efektor.

2.4.2 Macam-Macam Gerak

Macam-macam gerak adalah :

1. Gerak biasa

Reseptor à neuron sensorik à pusat saraf à neuron motorik à efektor

Contoh : gerak yang kita lakukan sehari-hari

2. Gerak refleks

Reseptor à neuron sensorik à neuron konektor à neuron motorik à efektor

Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap

rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa

dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya

berkedip, bersin, atau batuk. Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas,

yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat

saraf, diterima oleh sel saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim

tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini

disebut lengkung refleks.

Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada di

dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks

18
sumsum tulang belakang bila set saraf penghubung berada di dalam sumsum tulang belakang

misalnya refleks pada lutut.

KESIMPULAN

Jaringan saraf terdiri dari berjuta-juta sel saraf. Secara anatomis, system saraf dibagi

menjadi 2 bagian susunan saraf pusat (SSP) dan susunan saraf tepi (SST). Rasa nyeri timbul

19
bila ada kerusakan jaringan, dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan cara

memindahkan stimulus nyeri dari system saraf. Dapat merasakan nyeri apabila bagian

epidermis tergores / luka sehingga membuat reflex ke otak kecil berupa rasa sakit. Untuk

menghilangkan rasa nyeri, terdapat obat-obat yang berkhasiat menghilangkan rasa nyeri, yang

disebut analgesic.

DAFTAR PUSTAKA

A. C. Guyton. 1996. Buku Ajar Histologi Kedoktern Edisi 7. Jakarta : EGC.

20
Pearce, E. 2008. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia.

W. F. Ganong. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 14. Jakarta : EGC

21

Anda mungkin juga menyukai