PENDAHULUAN
Budi memang benar-benar anak yang bandel. Sudah berkali-kali ayahnya memperingatkan Budi
untuk tidak naik pohon mangga di belakang rumah, tapi tidak pernah dihiraukannya. Pada suatu hari ia
naik pohon itu lagi dan saat ia menginjak dahan yang sudah lapuk, tiba-tiba…”kreek”, dahan itu patah
dan secara reflex ia meraih dahan diatasnya. Sambil bergelantungan, ia memanggil ayahnya untuk
menurunkannya. Untungnya, ia tidak sampai jatuh, tapi mukanya langsung pucat karena terkejut dan
takut. Lengan kanannya terasa panas dan nyeri, ternyata lengannya luka dan berdarah karena tergores
dahan yang tajam. Oleh ibunya, Budi diberi obat supaya tidak sakit. Sejak saat itu, ia tidak naik pohon
1
BAB II
PEMBAHASAN
Jaringan saraf terdiri dari berjuta-juta sel saraf. Jaringan saraf tersebar secara luas di dalam
tubuh dan, dengan beberapa pengecualian, semua organ dari tubuh mengandung unsur saraf.
Pada dasarnya, system saraf menghimpun rangsangan dari lingkungan, mengubah rangsangan-
rangsangan demikian menjadi impuls saraf dan meneruskan impuls ini ke suatu daerah
penerimaan dan kolerasi yang terorganisasi baik, dan disini impuls-impuls ditafsirkan, dan
seterusnya disusul ke organ-organ efektor untuk memberikan jawaban (respons) yang tepat.
Fungsi-fungsi ini dilakukan oleh sel-sel yang sangat terspesialisasi, disebut neuron, yang
Jaringan saraf terdiri dari sel saraf (neuron) dan jaringan penyangga (neuroglia). Sel saraf
(neuron) terdiri atas akson, dendrite, dan badan sel. Neuron mengandung badan sel, nukleus, dan
penjuluran atau serabut. Satu tipe penjuluran tersebut adalah dendrit, yang berperan dalam
menerima sinyal dari sel lain dan meneruskannya ke badan sel. Tipe penjuluran sel saraf yang
lain, disebut akson (neurit), yang berperan dalam meneruskan sinyal dari badan sel ke neuron
lainnya. Beberapa akson berukuran sangat panjang, yaitu memanjang dari otak sampai ke bagian
bawah abdomen (panjang 1/2 meter atau lebih). Transmisi sinyal dari neuron ke neuron lainnya
2
umumnya dilakukan secara kimia. Selain neuron, ditemukan juga sel pendukung, seperti sel glia.
Sel glia merupakan sel yang menunjang dan melindungi neuron. Sel-sel pendukung umumnya
berperan dalam melindungi dan membungkus akson dan dendrit, sehingga membantu
Jaringan saraf tersusun atas sel-sel saraf atau neuron. Tiap neuron/sel saraf terdiri atas
badan sel saraf, cabang dendrit dan cabang akson, cabang-cabang inilah yang menghubungkan
tiap-tiap sel saraf sehingga membentuk jaringan saraf. Saraf berdasarkan fungsinya :
3
1. Neuron motorik, mengendalikan organ efektor seperti otot dan kelenjar eksokrin dan
endokrin,terdiri dari tiga bagian utama, yaitu 1. soma- badan utama dr neuron 2. Akson
tunggal yang memanjang dari spinalis 3. Dendrite, merupakan sejumlah tonjolan tipi sari
soma yang memanjang keluar sepanjang 1mm ke daerah sekitar medulla spinalis
2. Neuron sensorik, terlibat dalam penerimaan stimulus sensoris ddari lingkungan dan dari
dalam tubuh.
3. Interneuron, mengadakan hubungan antar neuron dan membentuk jaringan fungsional yang
4
kemampuan sel saraf untuk bereaksi terhadap perubahan lingkungan. Konduktivitas artinya
(a) Neuron unipolar, (b) neuron bipolar, dan (c) neuron multipolar.
Secara anatomis, system saraf dibagi menjadi 2 bagian susunan saraf pusat (SSP), yang
terdiri dari otak dan medulla spinalis yang berlokasi di cranium dan kanalis vertebralis (jadi
dilindungi oleh tulang), dan susunan saraf tepi (SST), yang meliputi semua jaringan saraf yang
lain. Susunan saraf pusat menerima semua rangsangan saraf berasal dari luar tubuh
(eksteroseptif) dan semua impuls-impuls saraf dari tubuh (interoseptif) dan bertindak sebagai
pusat integrasi dan komunikasi. System saraf tepi (perifer) melayani hubungan antara semua
5
A. Sistem Saraf Pusat (SSP) – Central Nervous System
Susunan saraf pusat terdiri dari a. otak dan b. medulla spinalis (sumsum tulang belakang).
Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi susunannya berbeda.
a. Otak (Enchepalon)
Otak terletak di dalam rongga cranium. Otak mendapat impuls dari : medulla spinalis dan nervi
cranialis. Untuk mengorganisasi, yaitu sensasi (perasaan) kesadaran, memori (ingatan), asosiasi
stimulus : dengan stimulus lain, dengan memori dengan aksi yang sesuai dan terkoordinasi. Otak
manusia terdiri dari 2 belahan (hemisphaerium) kiri dan kanan. otak dan medulla spinalis
dibungkus 3 membran pelindung yang disebut meninges. Di dalam otak terdapat ruang
6
Di bawah arachnoid tdpt subarachnoid yg berisi cairan cerebrospinalis dan pembuluh darah.
Cairan cerebrospinalis sbg bantalan otak. Otak berkembang dari sebuah tabung yang mulanya
memperlihatkan tiga gejala pembesaran, otak awal, yang disebut otak depan, otak tengah, dan
otak belakang.
b. Medulla Spinalis
Medulla Spinalis atau sumsum tulang belakang bermula pada medulla oblongata, menjulur
kea rah kaudal melalui foramen magnum dan berakhir di antara vertebrata lumbalis pertama dan
7
kedua. Di sini medulla spinalis meruncing sebagai konus medularis, dan kemudian sebuah
sambungan tipis dari pia meter yang disebut filum terminale, yang menembus kantong
durameter, bergerak menuju koksigis. Sumsum tulang belakang yang berukuran panjang sekitar
45 cm ini, pada bagian depannya dibelah oleh fissure anterior yang dalam, sementara bagian
Pada sumsum tulang belakang terdapat dua penebalan, yaitu penebalan servikal dan
penebalan lumbal. Dari penebalan ini, plexus-plexus saraf bergerak guna melayani anggota
badan atas dan bawah. Dan plexus dari daerah torax membentuk saraf-saraf interkostalis.
Fungsi medulla spinalis adalah (a) mengadakan komunikasi antara otak dan semua bagian
Sistem saraf tepi tersusun atas 12 pasang saraf otak dan 31 pasang saraf spinal.
8
Urat saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang dan terdapat di dalam sumsum
tulang belakang. Urat saraf ini merupakan gabungan neuron sensorik dan motorik. Semua saraf
sensorik masuk ke sumsum tulang belakang melalui akar dorsal, adapun semua dendritnya
berasal dari reseptor. Sedangkan semua saraf motorisnya keluar dari sumsum tulang belakang
System saraf tepi berdasarkan arah impulsnya terbagi menjadi dua, yaitu system aferen dan
system eferen. System aferen mengandung sel saraf yang menghantarkan informasi dari reseptor
ke system saraf pusat (SSP). System eferen mengandung sel saraf yang menghantarkan informasi
9
Sifat fisiologi saraf tepi (perifer) adalah (a) iritabilitas (peka rangsang) – mampu merespon
terhadap rangsang, (b) konduktivitas – mampu menghantar impuls, (c) dalam keadaan istirahat,
Rasa nyeri merupakan mekanisme perlindungan. Rasa nyeri timbul bila ada kerusakan
jaringan, dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan cara memindahkan stimulus
nyeri. Dapat merasakan nyeri apabila bagian epidermis tergores / luka sehingga membuat reflex
1. Transduksi, stimuli nyeri, yaitu ketika aktivitas listrik yang akan diterima ujung saraf,
2. Transmisi, yaitu impuls disalurkan oleh serabut saraf a dan c sebagai neuron pertama
diteruskan ke thalamus oleh traktus spinota lamikus sebagai neuron kedua, kemudian
impuls disalurkan ke daerah stomato sensoris (di korteks sebelum neuron ketiga),
3. Proses modulasi, yaitu ketika terjadi interaksi antara system analgesic endogen yang
dihasilkan oleh tubuh dengan input nyeri yang masuk ke medulla spinalis
10
4. Persepsi, hasil akhir dari proses interaksii yang komplek dan menghasilkan suatu
Fisiologi nyeri – reseptornya adalah organ tubuh yang berfungsi menerima rangsang nyeri
dan organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung saraf bebas kulit yang
Tipe nyeri : 1. Nyeri lambat (kronis) : contohnya terbakar, berdebar. 2. Nyeri cepat (akut),
Berdasarkan letaknya :
1. Di kulit dan subkutan – reseptor a delta dengan kecepatan transmisi 6-30 m/det. -
2. Di somatic dalam. – pada tulang, pembuluh darah, saraf, otot, dan jaringan penyangga
lainnya.
2.3 Analgesik
Farmakodinamik analgesic mempelajari tentang efek obat dan mekanisme kerja obat (cara
11
b. Efek samping (side effect), merupakan efek yang tidak diharapkan, yang terjadi di
samping efek utama pada dosis terapi merugikan, tapi bisa menguntungkan
c. Reaksi alergi, terjadi oleh karena adanya pelepasan bahan alergen (histamin, seretonin,
d. Efek toksik, merupakan efek yang terjadi karena dosis yang berlebihan
e. Idiosinkronisasi, suatu keadaan dimana obat menimbulkan efek yang berbeda dengan
efek yang semestinya, merupakan reaksi yang abnormal terhadap obat atas dasar kelainan
genetik
1. melalui interaksi dengan reseptor, kebanyakan obat bekerja melalui interaksi dengan
reseptornya yang berupa makromolekul spesifik pada membran sel. Ikatannya bersifat
reversible.
1. Antagonism fisiologik, yaitu antagonisme melalui sistem fisiologik yang sama, tetapi pada
2. Antagonisme pada reseptor yang sama dapat dibagi : antagonis kompetitif dan antagonis
non-kompetitif.
12
2.3.2 Farmakokinetik Analgesik
Obat masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian, umumnya mengalami
absorpsi, distribusi dan pengikatan untuk sampai di tempat kerja (titik tangkap kerja) kemudian
FILTRASI
Molekul2 kecil (BM < 100Å) yg larut dalam air, transport melalui kanal hidrofilik(urea,
OBAT
etanol,antipirin dll)
untuk ion anorganik (Na, K, Ca, Cl), o.k. mengikat air Q ukuran besar
untuk semua molekul baik yang larut dalam lemak maupun tidak, kecuali Albumin
(karena BM 69.000Å).
Transport obat melalui celah antar sel berperan pada ekskresi obat melalui Glomerulus
Absorpsi
13
Absorpsi ialah proses penyerapan obat dari tempat pemberian sampai di sirkulasi sistemik,
( menyangkut jumlah obat dlm persentase baik dalam bentuk utuh/asal/aktif maupun
metabolitnya), untuk mencapai tempat kerjanya (titik tangkap kerja), dan obat baru memberi efek
Bioavailabilitas ialah jumlah persentase obat dari bentuk sediaan yang dapat mencapai sirkulasi
Contoh :
- Diazepam (anti cemas) dan fenobarbitol (hipnotik) mempunyai titik tangkap kerja di otak
- Beberapa obat dapat menimbulkan efek pada tempat pemberiannya (efek lokal), sehingga
o Karakteristik obat:
- Kelarutan dalam air dan lemak, sebaiknya obat larut dalam air dan lemak
14
- BM (BM < 100 obat dg mudah mengalami filtrasi)
o Karakteristik penderita:
- pH saluran cerna
- Pergerakan usus
a. intravena (iv)
b. subkutan (sk)
c. intramuskular (im)
15
5. Pemberian melalui paru-paru (inhalasi) (tdk met lin I)
Distribusi
o Sesudah diabsorpsi, obat akan didistribusikan ke seluruh tubuh mel. sirkulasi darah. Jadi
distribusi terjadi mulai saat obat mencapai plasma darah sampai obat mencapai tempat atau
16
1. Sawar (barier) biologik dan sifat fisiko kimia obat ( obat tdk larut lemak distribusi
2. Aliran darah fase 1 (jt,hati, ginjal, otak dll) dan fase 2 (otot, visera, kulit, jar. lemak)
A. ENTERAL: B. PARENTERAL:
1. Oral 1. Intravaskular
2. Sublingual 2. Intramuskular
3. Rektal 3. Subkutan
C. LAIN-LAIN:
1. Inhalasi
2. Intranasal
3. Intratekal/Intraventrikular
4. Topikal
5. Transdermal
2.4 Gerak
17
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa
disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor,
ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh
otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh
efektor.
1. Gerak biasa
2. Gerak refleks
Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap
rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa
dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya
berkedip, bersin, atau batuk. Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas,
yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat
saraf, diterima oleh sel saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim
tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini
Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada di
dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks
18
sumsum tulang belakang bila set saraf penghubung berada di dalam sumsum tulang belakang
KESIMPULAN
Jaringan saraf terdiri dari berjuta-juta sel saraf. Secara anatomis, system saraf dibagi
menjadi 2 bagian susunan saraf pusat (SSP) dan susunan saraf tepi (SST). Rasa nyeri timbul
19
bila ada kerusakan jaringan, dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan cara
memindahkan stimulus nyeri dari system saraf. Dapat merasakan nyeri apabila bagian
epidermis tergores / luka sehingga membuat reflex ke otak kecil berupa rasa sakit. Untuk
menghilangkan rasa nyeri, terdapat obat-obat yang berkhasiat menghilangkan rasa nyeri, yang
disebut analgesic.
DAFTAR PUSTAKA
20
Pearce, E. 2008. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia.
W. F. Ganong. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 14. Jakarta : EGC
21