Anda di halaman 1dari 8

JUDUL TESIS PASCA SARJANA PEMINATAN PRO KES UNIVERSITAS SARI

MUTIARA INDONESIA MEDAN TAHUN 2021

Nama : Lidia Silaban

Nim : 190101095

Pembimbing I : Jenny Marlindawani , MNS,Ph.D

Pembimbing II : Kesaktian Manurung, M.Biomed

No Judul Tesis
1 Hubungan Pengetahuan Sikap Dengan Tindakan Pencegahan Myopia Pada Siswa SMP
Kelas VIII dan IX SMP N 3 Onanganjang Kecamatan Onanganjang Kabupaten
Humbang Hasundutan Tahun 2021 .

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mata merupakan salah satu dari indera dalam tubuh manusia yang berfungsi untuk

penglihatan. Mata sangat penting dalam kehidupan sehari-hari karena penglihatan

mempersiapkan kita terlebih dahulu untuk mempersiapkan sesuatu secara matang.Fungsi mata

untuk kehidupan manusia sangat penting, namun sering kali kurang diperhatikan, sehingga

banyak penyakit yang menyerang mata yang tidak diobati dengan baik sehingga menyebabkan

gangguan penglihatan sampai kebutaan. Masalah mata yang sering terjadi adalah rabun.

Penyakit rabun terbagi atas rabun melihat jauh, rabun melihat benda pada jarak dekat.Semua

jenis rabun mata pada intinya merupakan benda yang dilihat atau kelainan refraksi (Ametropia).

Kesehatan mata sangatlah penting karena penglihatan tidak dapat digantikan dengan

apapun, maka mata memerlukan pemeriksaan dan perawatan secara teratur (Deddy dkk, 2009).

Mata adalah salah satu indera yang penting bagi manusia, melalui mata manusia menyerap

informasi visual yang digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan. Namun gangguan

terhadap penglihatan banyak terjadi, mulai dari gangguan ringan hingga gangguan yang berat

yang dapat mengakibatkan kebutaan (Pusdatin Kemenkes RI, 2014).

Menurut Fachrian (2009), kelainan penglihatan pada anak usia sekolah suatu masalah

kesehatan yang sangat serius. Deteksi dini dan publikasi mengenai prevalensi serta factor yang

berhubungan dengan kelainan penglihatan terhadap pelajar Sekolah Menengah Pertama di

Indonesia masih jarang dilakukan. Padahal menurut Gianini (2004) dalam Wajaya (2010),

penglihatan merupakan suatu cara utama manusia dalam mengintegrasikan dirinya dengan

lingkungan eksternal. Menurut American Optometric Association (2006), kelainan refraksi

menunjukkan kelainan kondisi mata yang paling sering terjadi.


Pengetahuan siswa Sekolah Menengah Pertamatentang kesehatan mata masih kurang.

Faktor ini disebabkan karena informasi yang diterima diperoleh dari sumber yang salah

sehingga menimbulkan informasi yang keliru, selain itu disebabkan juga oleh faktor kebiasaan

yang tidak mau memperdulikan kesehatan mata sehingga akan membuat pemahaman dan

persepsi Siswa Menengah Pertama tentang kesehatan mata tidak baik. Tindakan ini

mengakibatkan siswa mengabaikan dan tidak tahu cara untuk melakukan pencegahan yang tepat

pada Myopia (Hilman, 2012).

Contoh jurnal yang membahas tentang myopia akan diuraikan secara singkat dibawah ini:

1. Jurnal “Hubungan lama aktivitas membaca dengan derajat myopia pada mahasiswa

pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Unand angkatan 2010” bahwa dalam jurnal tersebut

menguraikan mengenai bagaimana hubungan lama aktivitas membaca dengan derajat

myopia pada mahasiswa pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Unand angkatan 2010.

2. Jurnal “Skrining Miopia Pada Siswa Sekolah Dasar Di Kabupaten Temanggung” bahwa

dalam jurnal tersebut menguraikan mengenaibagaimana hasil Skrining Miopia Pada Siswa

Sekolah Dasar Di Kabupaten Temanggung,

3. Junal “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Derajat Miopia Pada Remaja (Studi Di Sma

Negeri 2 Temanggung Kabupaten Temanggung)”bahwa dalam jurnal tersebut menguraikan

mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Derajat Miopia Pada Remaja.

4. Jurnal “Hubungan Antara Faktor Keturunan, Aktivitas Melihat Dekat Dan Sikap

Pencegahan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau Terhadap Kejadian Miopia”

bahwa dalam jurnal tersebut menguraikan mengenai Hubungan Antara Faktor Keturunan,

Aktivitas Melihat Dekat Dan Sikap Pencegahan Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Riau Terhadap Kejadian Miopia.


5. Jurnal “Pengaruh Penyuluhan Gangguan Refraksi Terhadap Peningkatan Pengetahuan Siswa

Sekolah Dasar Negeri 69 Banda Aceh”bahwa dalam jurnal tersebut menguraikan mengenai

bagaimana Pengaruh Penyuluhan Gangguan Refraksi Terhadap Peningkatan Pengetahuan

Siswa Sekolah Dasar Negeri 69 Banda Aceh.

Myopi merupakan suatu kelainan refraksi dari mata dimana bayangan difokuskan di

depan retina ketika mata tidak dalam kondisi berakomodasi. Sekarang ini matamiopi masih

menjadi masalah utama dalam kehidupan masyarakat. Biasanya seseorang yang mengalami

myopia dikoreksi dengan lensa sferis konkaf (minus). Kelainan refraksi yang tidak terkoreksi

merupakan penyebab utama penurunan ketajaman penglihatan dan dapat menyebabkan

kebutaan (Almita, 2012 ). Menurut Ilyas S. (2004), pada keadaan normal cahaya tidak terhingga

akan terfokus pada retina demikian pula bila benda jauh akan didekatkan maka dengan adanya

gaya akomodasi benda dapat difokuskan pada retina atau makula lutea.

Akomodasi adalah kemampuan lensa untuk mencembung yang terjadi akibat kontraksi

otot siliar.Akibat kontraksi daya pembiasan lensa bertambah kuat. Kekuatan akomodasi akan

meningkat sesuai kebutuhan, makin dekat benda makin kuat mata harus berakomodasi. Bila

benda terletak jauh bayangan akan terletak pada retina.

Myopia disebabkan oleh 2 (dua) faktor penting yaitu faktor genetik dan faktor

lingkungan. Sementara etiologinya hingga sekarang belum diketahui secara pasti. Faktor

lingkungan lebih banyak dibandingkan dengan genetik sebab kebanyakanpelajar menghabiskan

waktu membaca buku dan aktifitas melihat dekat, melihat komputer terlalu lama (Usman, 2014).

Berdasarkan data WHO diperoleh data terdapat 314 juta orang di dunia yang hidup

dengan gangguan penglihatan dan 45 juta dari mereka buta. Resiko untuk gangguan penglihatan

ini meliputi berbagai usia, jenis ketamin dan letak geografis. Dalam berbagai studi ilmiah
ditemukan fakta yang menunjukkan bahwa wanita secara signifikan memiliki resiko lebih tinggi

untuk terjadinya kelainan refraksi dibanding dengan laki-laki. Jika ditinjau berdasarkan letak

geografis, 87% orang dengan gangguan penglihatan tinggal di negara berkembang (WHO,

2008).

Angka kelainan refraksi dan kebutaan di Indonesia terus mengalamipeningkatan dengan

prevalensi 1.5 % dan tertinggi dibandingkan dengan angkakebutaan di negara–negara regional

Asia Tenggara seperti Bangladesh sebesar 1%,India sebesar 0.7 %, dan Thailand 0.3 %.

Kelainan refraksi (0,14%) merupakanpenyebab utama kebutaan ke tiga setelah katarak (0,78%)

dan glaukoma (0,20%)(Richard, 2014). Bedasarkan data Sumatera utara didapatkan jumlah

kebutaan 17.161orang dengan low vision 0,9% dan jumlah Low Vision 120.963 orang

(Kemenkes,2014).

Sepuluh persen dari 66 juta anak usia sekolah khususnya pada tingkat Sekolah Menengah

Pertama di Indonesia yang mengalami kelainan refraksi myopia dan angka pemakaian kaca

mata koreksi sampai saat ini masih rendah yaitu 12,5% dari kebutuhan. Jika kondisi ini tidak

ditangani sungguh-sungguh akan berdampak negatif pada perkembangan kecerdasan anak dan

proses pembelajaran yang selanjutnya akan mempengaruhi mutu, kreativitas dan produktivitas

angkatan kerja. Pada akhimya permasalahan ini dapat berdampak buruk bagi laju pembangunan

ekonomi nasional (Depkes RI, 2007).

Almita (2012) dalam penelitiannya terhadap siswa sekolah dasar didapat pengetahuan

yang berbeda sebelum dan sesudah penyuluhan dilakukan. Dimana sebanyak 62 orang memiliki

pengetahuan yang kurang sebelum penyuluhan. Sementara sesudah penyuluhan terdapat 32

orang yang memiliki pengetahuan kurang. Hal ini menunjukan bahwa terjadi peningkatan

jumlah responden yang berpengetahuan baik.


Sari (2009) dalam penelitiannya di falkultas kedokteran di Sumatra

Utara,denganresponden 93 orang, didapatkan 59 orang sering melakukan aktivitas jarak dekat

seperti tidak memperhatikan jarak membaca 30 cm, menonton TV dengan jarak yang terlalu

dekat secara terus menerus, memakai komputer terlalu lama tanpa mengistirahatkan mata yang

dapat menyebabkan myopiadan 34 orang normal

Kemampuan deteksi dini dan pencarian bantuan yang tepat tentu saja dapat dimiliki, bila

para siswa memiliki pengetahuan dan sikap yang benar. Pengetahuan tentang arti, gejala dan

cara mendeteksi dini terhadap yang mengalami kelainan refraksi khususnya Myopia akan

membentuk sikap yang mendukung penanganan kelainan refraksi myopia bila terjadi

{Lighthouse International, 2009).

Sikap dan perilaku para siswa yang baik tentang kelainan refraksi myopia akan dapat

mencegah gangguan penglihatan. Disamping itu dengan cara deteksi dini dan pencegahan

(Sirlan, 2006).

Berdasarkan survei awal yang dilakukan di SMP N 3 Onan Ganjang dimana dari 148

Siswa yang terdiri dari Kelas VIII dan kelas IX, terdapat 48 (empat puluh delpan) orang siswa

yang memakai kacamata atau yang terkena myopia. Diberikan 15 pertanyaan mengenai myopia,

dari 10 orang siswa yang memakai kacamata terdapat 6 orang siswa tidak mengetahui

pengertian myopia, tanda gejala, pencegahan dan memiliki kebiasaan membaca buku dengan

pencahayaan yang kurang, membaca buku sambil tiduran, menonton televisidengan jarak terlalu

dekat, dan bermain laptop dalam jangka waktu yang lama. Selebihnya siswa memiliki

pengetahuan baik tetapi mereka tetap melakukan faktor yang memicu terjadinya myopia, salah

satunya masih membaca buku dengan pencahayaan yang kurang dan juga bermain smart phone

sambil tiduran dengan jangka waktu yang lama.


Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan pada siswa SMP sebanyak 148 orang yang

terdiri dari 79 orang kelas VIII dan sebanyak 69 orang kelas IX peneliti tertarik meneliti

tentang: Hubungan Pengetahuan, Sikap Dengan Tindakan Pencegahan Myopia Pada Siswa

SMP N 3 Onan Ganjang.”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah diatas,maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah

ada hubungan pengetahuan, sikap dengan tindakan pencegahan myopia pada siswa SMP?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dengan tindakan pencengahan

myopiapada siswa SMP.

2. Tujuan Umum

a. Mengidentifikasi Pengetahuan Tentang Myopia pada pada Siswa SMP.

b. Mengidentifikasi Tingkat SikapSiswa SMP Terhadap Myopia.

c. Mengidentifikasi Pengetahuan dengan Tindakan PencegahanMyopia pada pada

Siswa SMP.

D. Manfaat Penelitian

1) Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan dan pemahaman penulis dalam penulisan proposal dan

khususnya tentang hubungan pengetahuan, sikap dengan tindakan pencegahan

myopia pada siswa SMP.

2) Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan serta ilmu keperawatan, bagi peserta didik

untuk penelitian selanjutnya.

3) Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan untuk meneliti aspek lain

tentang tindakan pencegahan myopia.

Anda mungkin juga menyukai