Anda di halaman 1dari 12

PUBLCATION MANUSCRIPT

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN DAN JARAK PANDANG GADGET


DENGAN KETAJAMAN PENGLIHATAN PADA ANAK SEKOLAH
DASAR KELAS 2 DAN 3 DI SDN 027
KOTA SAMARINDA

THE ASSOCIATION BETWEEN DURATION OF USE AND GADGET


DISTANCE TOWARD THE VISUAL ACUITY AMONG SECOND
AND THIRD GRADE ELEMENTARY SCHOOL’S
STUDENTS IN SDN 027
SAMARINDA CITY

Trisna Ika Fitri1, Suprayitno2

DIAJUKAN OLEH:
TRISNA IKA FITRI
1311308240271

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH SAMARINDA
2017
Hubungan Lama Penggunaan dan Jarak Pandang Gadget dengan Ketajaman
Penglihatan pada Anak Sekolah Dasar Kelas 2
dan 3 di SDN 027 Kota Samarinda

Trisna Ika Fitri1, Suprayitno2

INTISARI

Latar Belakang: Kelainan tajam penglihatan pada anak usia sekolah merupakan masalah
kesehatan yang perlu diperhatikan karena penglihatan adalah salah satu faktor penting
dalam proses belajar. Hal ini dapat terjadi akibat lama penggunaan dan jarak pandang
gadget dengan tindakan yang tidak aman. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian
mengenai hubungan lama penggunaan dan jarak pandang gadget dengan ketajaman
penglihatan.
Tujuan Penelitian: Mengetahui hubungan lama penggunaan dan jarak pandang gadget
dengan ketajaman penglihatan pada anak sekolah dasar kelas 2 dan 3 di SDN 027 Kota
Samarinda.
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain penelitian Cross Sectional. Metode
pengambilan sampel mengunakan simple random sampling dengan teknik probability
proportional to size (PPS) pada 98 sampel. Teknik analisis data menggunakan analisis
univariat dan analisis bivariat (Spearman Rank).
Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara lama
penggunaan (p=0,815) dan jarak pandang gadget (p=0,317) dengan ketajaman penglihatan.
Kesimpulan: Tidak ada hubungan lama penggunaan dan jarak pandang gadget dengan
ketajaman penglihatan pada anak sekolah dasar kelas 2 dan 3 di SDN 027 Kota Samarinda.
Disarankan agar tetap memperhatikan faktor tersebut sesuai standar dan juga
memperhatikan faktor lain misalnya intensitas pencahayaan dan posisi membaca yang
mungkin menjadi penyebab kelainan ketajaman penglihatan.

Kata Kunci: Lama Penggunaan Gadget, Jarak Pandang Gadget, Ketajaman Penglihatan,
Anak Sekolah Dasar.

Keterangan :
1
Mahasiswa Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Peminatan Epidemiologi, Stikes
Muhammadiyah Samarinda
2
Dosen S1 Kesehatan Masyarakat Stikes Muhammadiyah Samarinda
The Association Between Duration of Use and Gadget Distance
Toward the Visual Acuity Among Second and Third Grade
Elementary School’s Students in SDN 027
Samarinda City
1 2
Trisna Ika Fitri , Suprayitno

ABSTRACT

Background: The visual acuity disorder in school-aged children has been being a health
problem that need to be considered because eyesight is one important factor in the learning
process. This may occur due to of duration of use and gadget distance with unsafe actions.
Therefore, it needs to be researched about the association of duration of use and gadget
distance with the visual acuity.
Purpose: To know the association between duration of use and gadget distance toward the
visual acuity among the second and third grade elementary school’s students in SDN 027
Samarinda city.
Method: This research used cross sectional research design. The sampling method used
simple random sampling with probability proportional to size technique to 98 samples. The
data was analyzed by univariat and bivariat analysis (spearman rank).
Result: The result of study indicates that there are no association between duration of use
(p=0,815) and gadget distance (p=0,317) with visual acuity.
Conclusion: There are no association between duration of use and gadget distance toward
the visual acuity among the second and third grade elementary school’s students in SDN 027
Samarinda city. It should be concern to the factors appropriate to the standards and also to
pay attention to other factors such as the intensity of lighting and reading positions that may
be the cause of visual acuity disorder.

Keywords: Duration of gadget usage, gadget distance, visual acuity, elementary school
students

Notes :
1
Student of Undergraduate Program of Public Health Concetration Epidemiology, Health
Science Muhammadiyah Samarinda
2
Lecturer of Health Science Muhammadiyah Samarinda

PENDAHULUAN penglihatan (Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia, 2009).
Masalah kesehatan pelajar pada Ketajaman penglihatan atau visus
sistem penglihatan termasuk salah satu adalah kemampuan untuk membedakan
masalah kesehatan yang perlu bagian-bagian detail yang kecil, baik
diperhatikan karena penglihatan adalah terhadap objek maupun terhadap
salah satu faktor yang sangat penting permukaan. Kelainan ketajaman
dalam seluruh aspek kehidupan termasuk penglihatan merupakan gejala yang paling
diantaranya pada proses pendidikan. umum dikemukakan oleh seseorang yang
Fungsinya bagi pelajar sangat penting, mengalami gangguan lintasan visual.
namun sering kali kesehatan mata kurang Tajam penglihatan adalah salah satu
terperhatikan, sehingga banyak penyakit masalah yang sering terjadi pada anak
yang menyerang mata tidak diobati usia sekolah (Hartono, 2009).
dengan baik dan menyebabkan gangguan
Estimasi jumlah orang dengan berinteraksi dengan gadget terlalu lama
gangguan penglihatan di seluruh dunia dengan jarak dekat dalam jangka panjang
pada tahun 2010 adalah 285 juta orang akan menimbulkan risiko mata minus,
atau 4,24% populasi, sebesar 0,58% atau dampak lainnya kelelahan mata,
39 juta orang menderita kebutaan dan pandangan kabur hingga sakit kepala
3,65% atau 246 juta orang mengalami low yang muncul saat asik menggunakan
vision. 65% orang dengan gangguan gadget dan lupa untuk beristirahat. Selain
penglihatan dan 82% dari penyandang itu mata juga akan jarang berkedip, hal
kebutaan berusia 50 tahun atau lebih. inilah yang menyebabkan masalah mata
Penyebab gangguan penglihatan kering (Handrawan, 2014).
terbanyak di seluruh dunia adalah Penelitian yang dilakukan Rudhiati,
gangguan refraksi yang tidak terkoreksi, dkk (2015), durasi bermain video game
diikuti oleh katarak dan glaukoma. dengan ketajaman penglihatan memiliki
Sebesar 18% tidak dapat ditentukan dan hubungan. Bermain video game dengan
1% adalah gangguan penglihatan sejak durasi tidak normal (lebih 2 jam/hari)
masa kanak-kanak (Global Data on Visual memiliki peluang 3 kali mengalami
Impairment 2010, World Health kelainan ketajaman penglihatan
Organization 2012 dalam Pusat Data dibandingkan dengan siswa yang bermain
Informasi Kementerian Kesehatan video game dengan durasi normal.
Republik Indonesia). Penelitian yang dilakukan Handriani
Di Indonesia berdasarkan beberapa (2016), ada pengaruh jarak pandang saat
provinsi, prevalensi severe low vision menggunakan gadget terhadap ketajaman
penduduk umur 6 tahun ke atas secara penglihatan. Responden yang memiliki
nasional sebesar 0,9 persen. Prevalensi kebiasaan menggunakan gadget dengan
severe low vision tertinggi terdapat di jarak kurang dari 30 cm mengalami
Lampung (1,7%), diikuti Nusa Tenggara kelainan ketajaman penglihatan sebesar
Timur dan Kalimantan Barat (masing- 66,7%. Sedangkan hanya sebesar 39,3%
masing 1,6%). Provinsi dengan prevalensi responden mengalami kelainan ketajaman
severe low vision terendah adalah di penglihatan dengan kebiasaan
Yogyakarta (0,3%) diikuti oleh Papua menggunakan gadget berjarak lebih dari
Barat dan Papua (masing-masing 0,4%). 30 cm. Penggunaan gadget dengan jarak
Di Kalimantan timur prevalensi severe low kurang dari 30 cm dapat meningkatkan
vision sebesar 0,7% (Riskesdas 2013, risiko 3 kali lipat terjadinya kelainan
diolah oleh Pusdatin Kemenkes). ketajaman penglihatan.
Pada zaman modern ini, penggunaan Di Kota Samarinda perkembangan
gadget sudah sangat dibutuhkan dalam teknologi yang terjadi sangat cepat
kehidupan sehari-hari. Gadget adalah sehingga anak-anak yang dahulunya lebih
semua barang elektronik yang memiliki memilih bermain dengan teman, beralih
kegunaan khusus, bentuknya bisa berupa menjadi lebih memilih main game,
handphone, PC computer, laptop, tablet, menonton televisi, dan lain sebagainya.
smartphone, video games, dan lain-lain. Hal ini terjadi pada anak sekolah dasar di
Hasil penelitian sebuah lembaga riset kota Samarinda bahkan pada anak-anak
menyebutkan bahwa Indonesia berada di Sekolah Dasar Negeri 027. Oleh karena
peringkat kelima dalam daftar pengguna itu tidak dapat dipungkiri sudah ada yang
smartphone terbesar di dunia dengan menggunakan kaca mata pada usia
pengguna aktif sebanyak 47 juta atau sekolah dasar.
sekitar 14% dari seluruh total pengguna Berdasarkan latar belakang di atas
ponsel (Dediu, 2013). sehingga peneliti tertarik untuk
Penggunaan gadget pada anak-anak mengetahui hubungan antara lama
sering kali digunakan untuk bermain penggunaan dan jarak pandang gadget
games, membaca email, chatting dan dengan ketajaman penglihatan pada anak
nonton video. Membiarkan mata sekolah dasar SDN 027 Kota Samarinda.
TUJUAN PENELITIAN 1. Karakteristik Responden

Tujuan Umum Tabel 1 Distribusi Responden


Mengetahui hubungan lama Berdasarkan Jenis Kelamin di
penggunaan dan jarak pandang gadget SDN 027 Samarinda
dengan ketajaman penglihatan pada anak Jenis Frekuensi Persentase
sekolah dasar kelas 2 dan 3 di SDN 027 Kelamin %
Kota Samarinda tahun 2017. Laki-Laki 43 43,9
Tujuan Khusus Perempuan 55 56,1
1. Mengetahui hubungan lama Jumlah 98 100,0
penggunaan gadget dengan ketajaman Sumber: Data Primer, 2017
penglihatan. Berdasarkan tabel 1 diatas dapat
2. Mengetahui hubungan jarak pandang diketahui bahwa dari jenis kelamin
gadget dengan ketajaman penglihatan. responden yaitu sebagian besar berjenis
kelamin perempuan sebanyak 55 orang
METODE PENELITIAN (56,1%).

Penelitian ini menggunakan survei


analitik dengan rancangan Cross
Sectional. Penelitian ini dilaksanakan di
SDN 027 Kota Samainda pada kelas 2
dan 3 yang dilaksanakan pada tanggal 28
April 2017 dan 5 Mei 2017. Populasi pada Sumber: Data Primer, 2017
penelitian ini yaitu sebanyak 185 siswa- Gambar Distribusi Responden
siswi pada kelas 2 dan 3. Metode Berdasarkan Jenis Gadget yang
pengambilan sampel menggunakan dipakai di SDN 027 Samarinda
simple random sampling dengan teknik
probability propotional to size yang Berdasarkan gambar diatas dilihat
didapatkan 98 sampel. Instrument dari jenis gadget yang dimiliki yaitu
pengumpulan data menggunakan sebagian besar memiliki
kuesioner untuk melihat lama pengunaan handphone/smartphone sebanyak 70
gadget, lembar observasi dan meteran orang (71,4%).
untuk melihat jarak pandang dan snellen
chart untuk mengukur ketajaman 2. Analisis Univariat
penglihatan. Analisis data menggunakan
uji korelasi Spearman Rank karena data Tabel 2 Lama Penggunaan Gadget di
tidak bedistribusi normal. SDN 027 Samarinda
Descriptive Std.
Mean Min Max
HASIL DAN PEMBAHASAN Statistic Deviation
Lama
HASIL Penggunaan
Gadget 5,337 7,2545 0,5 42,0
Penelitian ini melakukan analisis data
(dalam
secara univariat, selanjutnya dilakukan jam/minggu)
analisis data bivariat untuk mengetahui Sumber: Data Primer, 2017
hubungan antara vaiabel independen dan Berdasarkan tabel 2 diatas dapat
dependen. diketahui bahwa rata-rata penggunaan
gadget selama 5 jam/minggu. Skor
terendah untuk lama penggunaan gadget
yaitu 0,5 jam/minggu dan skor tertinggi 42
jam/minggu. Standar deviasi pada variabel
lama penggunaan gadget berkisar 7,2545.
Tabel 3 Jarak Pandang Gadget di SDN α=0,05 menunjukkan bahwa keputusan uji
027 Samarinda yang didapatkan yaitu Ho gagal ditolak.
Descriptive
Mean
Std.
Min Max
Berdasarkan uraian diatas dapat
Statistic Deviation disimpulkan bahwa tidak terdapat
Jarak hubungan yang bermakna antara lama
Pandang penggunaan gadget dengan ketajaman
30,40 7,695 13 52
Gadget
(dalam cm)
penglihatan pada anak sekolah dasar
Kelas 2 dan 3 di SDN 027 Samarinda.
Sumber: Data Primer, 2017
Tabel 6 Analisis Hubungan antara
Berdasarkan tabel 3 diatas dapat Jarak Pandang Gadget
diketahui bahwa rata-rata jarak pandang dengan Ketajaman
responden dengan gadget yaitu 30,4 cm. Penglihatan di SDN 027
Skor terendah untuk jarak pandang Samarinda
gadget yaitu 13 cm dan skor tertinggi 52 Ketajaman Penglihatan
cm. Standar deviasi pada variabel lama Variabel
N
penggunaan gadget berkisar 7,695. Jarak
0,31
Pandang 0,102 98
Tabel 4 Ketajaman Penglihatan di SDN 7
Gadget
027 Samarinda Sumber: Data Primer, 2017
Descriptive Std.
Mean Min Max
Statistic Deviation
Berdasarkan tabel 6 diatas
Ketajaman didapatkan hasil pvalue = 0,317 > α=0,05
Penglihatan menunjukkan bahwa keputusan uji yang
0,918 0,1713 0,3 1,0
(dalam
desimal) didapatkan yaitu Ho gagal ditolak.
Berdasarkan uraian diatas dapat
Sumber: Data Primer, 2017
disimpulkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara jarak
Berdasarkan tabel 4 diatas dapat pandang gadget dengan ketajaman
diketahui bahwa rata-rata ketajaman penglihatan pada anak sekolah dasar
penglihatan responden yaitu 0,918. Skor Kelas 2 dan 3 di SDN 027 Samarinda.
terendah untuk ketajaman penglihatan
yaitu 0,3 dan skor tertinggi 1,0. Standar PEMBAHASAN
deviasi pada variabel ketajaman Hasil penelitian berdasarkan
penglihatan berkisar 0,1713. karakteristik siswa-siswi kelas 2 dan 3 di
SDN 027 Kota Samarinda sebagian besar
3. Analisis Bivariat berjenis kelamin perempuan sebanyak 55
anak (56,1%). Hasil penelitian Bawelle
Tabel 5 Analisis Hubungan antara (2016) juga menunjukkan yang sama,
Lama Penggunaan Gadget sebagian besar yang menderita miopia
dengan Ketajaman
merupakan siswa perempuan sebesar 36
Penglihatan di SDN 027 siswi (72%). Jenis gadget yang dimiliki
Samarinda sebagian besar memiliki
Ketajaman Penglihatan
Variabel handphone/smartphone sebanyak 70
N
anak (71,4%). Pada penelitian ini
Lama menunjukkan, yang mengalami kelainan
Penggunaan -0,024 0,815 98
ketajaman penglihatan sebagian besar
Gadget
Sumber: Data Primer, 2017 menggunakan handphone/smartphone
yaitu 5 anak (50%) dari total 10 anak yang
Berdasarkan tabel 5 diatas dengan mengalami kelainan ketajaman
menggunakan uji Korelasi Spearman penglihatan, 4 anak (40%) menggunakan
Rank didapatkan hasil pvalue = 0,815 >
tablet dan sisanya 1 anak (10%) dengan pencahayaan yang menyilaukan
menggunakan keduanya. (Ilyas, 2006).
Ketajaman penglihatan merupakan Hasil penelitian ini sejalan dengan
sebagai kemampuan mata untuk dapat penelitian yang dilakukan sebelumnya
melihat sesuatu objek secara jelas dan oleh Ernawati (2015) yang menyatakan
sangat tergantung pada kemampuan bahwa tidak ada pengaruh antara
akomodasi mata (Ulfah, 2016). Akomodasi frekuensi lamanya menggunakan gadget
merupakan kemampuan lensa di dalam terhadap kelainan tajam penglihatan.
mata untuk mencembung yang Pada penelitian tersebut anak yang
memerlukan kerja otot siliar, sehingga mengunakan gadget sebagian besar
dapat menyebabkan kelelahan (Ilyas, mempunyai visus normal yaitu sebanyak
2006). 31 orang (56,4%) dan yang mengalami
Mata saat menatap layar gadget kelainan visus ada 24 orang (43,6%).
dalam waktu yang lama dapat Jenis gadget yang paling banyak
memberikan tekanan tambahan pada digunakan yaitu tablet sebanyak 32
mata dan susunan syarafnya. Saat (58,2%) orang dari total responden 55
melihat gadget dalam waktu lama dan orang.
terus menerus dengan frekuensi Hasil penelitian ini juga sejalan
mengedip yang rendah dapat dengan yang dilakukan oleh Bawelle
menyebabkan mata mengalami (2016) yang menyatakan tidak terdapat
penguapan berlebihan sehingga mata hubungan intensitas penggunaan
menjadi kering. Apabila mata kekurangan smartphone dengan fungsi penglihatan.
air mata maka dapat menyebabkan mata Berdasarkan analisis bahwa dari 50
kekurangan nutrisi dan oksigen. Dalam mahasiswa 37 (74%) diantaranya memiliki
waktu yang lama kondisi seperti ini dapat visus normal, dan 13 (26%) sisanya
menyebabkan gangguan penglihatan didapati kelainan visus. Intensitas
menetap (Mangoenprasodjo, 2005). penggunaan smartphone >4 jam memiliki
Hasil penelitian menunjukkan rata- visus di bawah nilai normal atau terjadi
rata anak memiliki ketajaman penglihatan kelainan yaitu 12 (24%) orang, sedangkan
yaitu 0,918. Ketajaman penglihatan anak untuk intensitas penggunaan 3-4 jam
terendah yaitu 0,3 dan ketajaman terdapat 1 mahasiswa dengan kelainan
penglihatan tertinggi 1,0. Sebagian besar visus.
anak memiliki ketajaman penglihatan baik Hasil penelitian ini tidak sejalan oleh
yaitu sebanyak 88 anak (89,8%) dari total Porotu’o (2014) yang menyatakan bahwa
98 anak, sedangkan sisanya yaitu 10 anak ada hubungan antara screen time dengan
(10,2%) memiliki kelainan ketajaman ketajaman penglihatan. Screen time
penglihatan. Hasil analisis hubungan lama didefinisikan sebagai durasi waktu yang
penggunaan gadget dengan ketajaman digunakan untuk melakukan aktifitas di
penglihatan didapatkan hasil p value= depan layar kaca media elektronik tanpa
0,815 > α= 0,05 menunjukkan bahwa melakukan aktifitas olahraga, screen time
ketajaman penglihatan pada anak sekolah berdasarkan klasifikasi yaitu >2 jam/hari
dasar kelas 2 dan 3 tidak dipengaruhi oleh dan ≤2 jam/hari, anak memiliki screen
lama penggunaan gadget. based activity >2 jam/hari yang tinggi yaitu
Hasil ini dapat dipengaruhi oleh jeda 80%, hal ini menunjukkan bahwa sangat
waktu penggunaan yang memungkinkan banyak aktifitas yang dilakukan anak di
otot mata untuk berisitirahat sehingga depan layar >2 jam/hari.
dapat terhindar dari kelelahan. Mata lelah Berdasarkan hasil wawancara dan
dapat terjadi jika mata fokus kepada objek observasi yang diperoleh peneliti,
berjarak dekat dalam waktu yang lama berpendapat bahwa ada faktor-faktor lain
dan otot-otot mata bekerja lebih keras yang lebih dominan mempengaruhi
untuk melihat objek terutama jika disertai ketajaman penglihatan anak. Sebagai
pengalaman peneliti pada saat melakukan
wawancara, terdapat anak dengan lama menggunakan gadget terhadap ketajaman
penggunaan gadget ≤2 jam/hari atau ≤14 penglihatan. Anak yang memiliki
jam/minggu, namun beberapa diantaranya kebiasaan menggunakan gadget dengan
memiliki kelainan ketajaman penglihatan jarak kurang dari 30 cm mengalami
dan terdapat anak dengan lama kelainan ketajaman penglihatan sebesar
penggunaan gadget >2 jam/hari atau >14 66,7%. Sedangkan hanya sebesar 39,3%
jam/minggu, namun memiliki penglihatan anak mengalami kelainan ketajaman
yang normal. Hal ini dapat dilihat dari penglihatan dengan kebiasaan
korelasi yang didapatkan yaitu tidak menggunakan gadget berjarak lebih dari
adanya hubungan, hal ini berarti kelainan 30 cm.
ketajaman penglihatan anak tidak selalu Berdasarkan hasil wawancara dan
dilihat dari lama penggunaan gadget yang observasi yang diperoleh peneliti,
tidak baik. berpendapat bahwa ada faktor-faktor lain
Mata melakukan kegiatan akomodasi yang lebih dominan mempengaruhi
pada saat melihat objek, baik dengan ketajaman penglihatan anak.
jarak jauh maupun jarak dekat. Hal ini Kemungkinan terdapat beberapa hal yang
bertujuan agar mata dapat melihat objek mempengaruhi ketajaman penglihatan
dengan jelas. Kegiatan akomodasi yang anak, misalnya posisi penggunaan
dilakukan oleh otot mata ini dapat gadget, intensitas pencahayaan, usia dan
menyebabkan kelelahan mata. Kejadian genetik. Posisi membaca dengan tiduran
ini dapat terjadi sebagai akibat dari cukup berisiko, posisi ini akan
akomodasi yang tidak efektif hasil dari otot menyebabkan mata mudah lelah. Saat
mata yang lemah dan tidak stabil (Djua, berbaring, tubuh tidak bisa relaks karena
2015). otot mata akan menarik bola mata ke arah
Penelitian yang dilakukan didapatkan bawah, mengikuti letak buku yang sedang
hasil bahwa rata-rata jarak pandang dibaca Mata yang sering terakomodasi
gadget yaitu 30,4 cm. Berdasarkan hasil dalam waktu lama akan cepat
wawancara diketahui bahwa jarak menurunkan kemampuan melihat jauh
pandang gadget dengan jarak terpendek (Rozi, 2015).
yaitu 13 cm dan jarak terpanjang Penerangan yang baik adalah
penggunaan gadget yaitu 52 cm. Hasil penerangan yang cukup dan memadai
analisis hubungan jarak pandang gadget sehingga dapat mencegah terjadinya
dengan ketajaman penglihatan didapatkan ketegangan mata. Desain penerangan
hasil p value=0,317 >α=0,05 menunjukkan yang tidak baik akan menyebabkan
bahwa ketajaman penglihatan pada anak gangguan atau kelelahan penglihatan.
sekolah dasar kelas 2 dan 3 tidak Intensitas penerangan atau cahaya
dipengaruhi oleh jarak pandang gadget. menentukan jangkauan akomodasi
Hasil penelitian ini sejalan dengan (Permana, dkk, 2015).
penelitian yang dilakukan sebelumnya Seiring bertambahnya usia
oleh Nugrahanto (2011) yang menyatakan menyebabkan lensa mata kehilangan
bahwa tidak ada hubungan jarak pandang elastisitasnya, sehingga sedikit kesulitan
mata ke layar monitor laptop dengan jika melihat dalam jarak yang dekat. Hal
kejadian kelelahan mata. Hasil ini menyebabkan ketidaknyamanan
pengukuran diperoleh jarak pandang mata penglihatan pada saat mengerjakan
dengan layar monitor laptop Mahasiswa sesuatu dengan jarak yang dekat dan
yang tidak standar (<60 cm) 23 orang penglihatan jauh. Pada anak usia 6-8
(65,71%), sedangkan yang standar (≥60 tahun hanya ada 3% saja yang menderita
cm) sebanyak 12 orang (34,29%). Hasil rabun jauh (Ilyas, 2013).
penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan sebelumnya
oleh Handriani (2016) yang menyatakan
bahwa ada pengaruh jarak pandang saat
KESIMPULAN case control atau memperbesar
sampel.
1. Tidak ada hubungan antara lama c. Peneliti selanjutnya dapat
penggunaan gadget dengan ketajaman mengukur mata lebih bak lagi
penglihatan pada anak sekolah dasar dengan pengukuran refraksi.
kelas 2 dan 3 di SDN 027 Kota 5. Bagi STIKES Muhammadiyah
Samarinda. a. Diharapkan penelitian ini dapat
2. Tidak ada hubungan jarak pandang menjadi data awal dalam
gadget dengan ketajaman penglihatan melakukan pengembangan
pada anak sekolah dasar kelas 2 dan 3 penelitian selanjutnya.
di SDN 027 Kota Samarinda. b. Diharapkan penelitian ini dapat
menjadi referensi dalam melakukan
SARAN pengembangan penelitian
selanjutnya.
1. Bagi Siswa-Siswi
Demi menjaga kesehatan mata, DAFTAR PUSTAKA
tetap dianjurkan untuk menjaga lama
penggunaan dan jarak pandang dalam Bawelle, Lintong, Rumampuk. (2016).
penggunaan gadget. Diharapkan juga Hubungan Penggunaan
dapat memperhatikan faktor lain yang Smartphone dengan Fungsi
dapat mempengaruhi, misalnya posisi Penglihatan Pada Mahasiswa
membaca dan intensitas pencahayaan. Fakultas Kedokteran Universitas
2. Bagi Orang Tua Sam Ratulangi Manado. Jurnal e-
Orang tua dapat memberikan Biomedik. 4, (2).
gadget kepada anak pada waktu Dediu, H. (2013). Internet dan Seluk
tertentu saja seperti pada hari libur dan Beluknya. Jakarta: Gramedia
mengawasi anak memakai gadget Pustaka Utama.
dengan jarak normal yaitu >30 cm. Djua, N. (2015). Gambaran Faktor-Faktor
3. Bagi Sekolah Yang Mempengaruhi Progresivitas
a. Pihak sekolah dapat bekerjasama Penderita Miopia di Poliklinik Mata
dengan ahli refraksionis optisien, RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe.
sehingga hasil pengukuran mata Skripsi, tidak dipublikasikan,
dapat hasil yang baik. Gorontalo, Universitas Negeri
b. Melakukan sosialisasi kepada Gorontalo, Indonesia.
siswa-siswi dan orang tua terhadap Ernawati, Budiharto, Winarianti. (2015).
dampak penggunaan gadget. Pengaruh Penggunaan Gadget
c. Pihak sekolah diharapkan dapat Terhadap Penurunan Tajam
memasang poster sebagai media Penglihatan pada Anak Usia
informasi yang menarik mengenai Sekolah (6-12 Tahun) di SD
aktivitas menggunakan gadget yang Muhammadiyah 2 Pontianak
aman, bahaya gadget dan cara Selatan. Jurnal ProNers, 3, (1).
untuk mencegah kelainan Handrawan, N. (2014). Dampak
ketajaman penglihatan. penggunaan gadget pada
4. Bagi Peneliti lain kesehatan mata.
a. Bagi peneliti lain diharapkan bisa http://www/combiphar.com/id/healt
meneliti variabel-variabel lain yang y-living/dampak-penggunaan-
mungkin berhubungan dengan gadget-pada-kesehatan-mata,
ketajaman penglihatan. diperoleh 12 November 2016.
b. Peneliti diharapkan dapat Handriani, M. (2016). Pengaruh Unsafe
menggunakan metode penelitian Action Penggunaan Gadget
lain seperti menggunakan desain Terhadap Ketajaman Penglihatan
Siswa Sekolah Dasar Islam Tunas
Harapan. Skripsi, tidak infodatin penglihatan, diperoleh 03
dipublikasikan, Semarang, Oktober 2016.
Universitas Dian Nuswantoro, Rozi, A. (2015). Hubungan Kebiasaan
Indonesia. Membaca Dengan Penurunan
Hartono. (2009). Simptomalogi dalam Ketajaman Penglihatan di SD
Neuro-Oftalmologi. Yogyakarta: Santo Antonius 02 Banyumanik.
Pustaka Cendekia Press. Skripsi, tidak dipublikasikan,
Ilyas, S. (2006). Kelainan Refraksi dan Semarang, STIKES Ngudi Waluyo
Kacamata. Jakarta: Fakultas Unggaran, Indonesia.
Kedokteran Universitas Indonesia. Rudhiati, Apriany, Hardianti. (2015).
Ilyas, S. (2013). Ilmu Penyakit Mata. Hubungan Durasi Bermain Video
Jakarta: Fakultas Kedokteran Game dengan Ketajaman
Universitas Indonesia. Penglihatan Anak Usia Sekolah.
Kementerian Kesehatan Republik Jurnal Skolastik Keperawatan, 1,
Indonesia. (2009). Profil (2).
Kesehatan Indonesia. Ulfah, N. (2016). Pengaruh Usia dan
http://www.depkes.go.id, diperoleh Status Gizi Terhadap Ketajaman
21 Oktober 2016. Penglihatan. Universitas
Mangoenprasodjo (2005). Mata Indah, JendralSudirman.http://kesmas.un
Mata Sehat. Yogyakarta: soed.ac.id/sites/default/files/fileun
Thinkfresh. ggah/jurnal/PENGARUH%20USIA
Nugrahanto, N. (2011). Hubungan %20DAN%20STATUS%20GIZI%
Kelelahan Mata dengan 20-8.pdf diakses tanggal 1 April
Penggunaan Laptop (Studi 2016.
Mahasiswa Jurusan Ilmu
Kesehatan Masyarakat Angkatan
2008) Universitas Negeri
Semarang. Skripsi, tidak
dipublikasikan, Semarang,
Universitas Negeri Semarang.
Permana, Koesyanto, Mardiana. (2015).
Faktor yang Berhubungan Dengan
Keluhan Computer Vision
Syndrome (CVS) Pada Pekerja
Rental Komputer di Wilayah
UNNES. Unnes Journal of Public
Health, 3.
Porotu’o, Joseph, Sondakh. (2014).
Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Ketajaman Penglihatan
Pada Pelajar Sekolah Dasar
Katolik Santa Theresia 02 Kota
Manado. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 4, (1).
Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
(2014). Situasi Gangguan
Penglihatan dan Kebutaan,
http://www.depkes.go.id/download
.php?file=download/pusdatin/infod
atin/infodatin-penglihatan.pdf

Anda mungkin juga menyukai