2 Tahun 2021
Online: https://ojsfkuisu.com/index.php/ibnusina
Artikel Penelitian
Kurniawati 91
Ibnu Sina: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan-Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara
Volume 20 No.2 Tahun 2021
Korespondensi the r value in the right eye = 0.424 and the left eye the value of r = 0.398, which
means that the strength of the correlation is sufficient, and the direction of the
Tel. 082386336401 correlation is positive, which means that the relationship between the two
Email: variables is unidirectional, thus it can be interpreted that the higher the duration
kurniawati040199 of using the device, the decrease in vision will also increase.
@gmail.com Conclusion: There is a relationship between the duration of using gadgets and
vision for FK UISU students in 2020.
92 Kurniawati
Ibnu Sina: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan-Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara
Volume 20 No.2 Tahun 2021
93 Kurniawati
Ibnu Sina: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan-Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara
Volume 20 No.2 Tahun 2021
katarak dan amD (age-related macular yang terdapat di suatu area pada retina
degeneration). Mata yang terekspos mempengaruhi visus.8
terlampau lama oleh heV akan berdampak Hasil penelitian yang dilakukan oleh
pada retina, heV penetrasi ke pigmen makula Randy Richter et. all. (2018) terhadap 105
pada mata dan menyebabkan kerusakan siswa kelas XII SMA Negeri 9 Binsus
perlindungan mata sehingga mata akan lebih didapatkan hasil bahwa 32,38% dari
rentan terhadap paparan heV dan degenerasi responden yang dilakukan pengukuran visus
sel.6 mengalami penurunan visus, kasus tertinggi
Visus atau ketajaman penglihatan didapatkan pada jenis kelamin perempuan
adalah suatu kemampuan mata dalam dan pada usia 17 tahun. Siswa yang tidak
membedakan bagian-bagian yang sangat memakai kacamata lebih dominan yakni
spesifik baik objek atau suatu permukaan.7 76,19% dimana dalam satu bulan tidak ada
Visus seseorang dapat dipengaruhi oleh perubahan signifikan terhadap visus. Lama
beberapa faktor, yaitu usia, genetik, penggunaan gawai tertinggi yaitu ≥ 2
penggunaan gawai dengan cara yang kurang jam/hari sebesar 94,29% dan jarak pandang
tepat, seperti menggunakan gawai dengan gawai tertinggi yaitu < 30 cm sebesar
durasi terlalu lama, intensitas cahaya, posisi 80,95%.9
danjarak pandang yang tidak tepat. Selain Aktifitas dalam menggunakan gawai
itu, faktor yang mempengaruhi visus yang terlalu lama dapat menyebabkan
meliputi media refraksi (kornea, aqueous akomodasi yang tidak terhenti dan memaksa
humor, lensa, dan corpus vitreum), keadaan otot siliaris terus berkontraksi. Hal ini
media refraksi yang keruh akan menyebabkan peningkatan suhu pada bilik
menyebabkan penurunan visus karena mata depan yang selanjutnya akan
cahaya terhalang oleh kekeruhan. Faktor meningkatkan produksi cairan intraokuler.
sistem refraksi (panjang aksial bola mata, Peningkatan aktivitas tersebut akan
10
kelainan refraksi), pada kelainan refraksi, berhubungan dengan terjadinya miopia .
fokus cahaya yang masuk tidak tepat pada Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan
retina terutama makula, sehingga bayangan gawai lebih dari dua jam per hari dapat
menjadi kabur. Serta sistem persarafan mata meningkatkan risiko penurunan visus 3 kali
(retina, makula, nervus optikus, dan korteks lebih besar dibandingkan menggunakan
serebri) visus juga dipengaruhi oleh area gawai kurang dari dua jam per hari 11.
pada retina yang menjadi tempat jatuhnya
bayangan, karena densitas dari sel kerucut
94 Kurniawati
Ibnu Sina: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan-Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara
Volume 20 No.2 Tahun 2021
Berdasarkan hasil survey awal yang yaitu data yang diperoleh secara langsung
dilakukan peneliti terhadap mahasiswa FK dari sumbernya dan diperoleh jawaban atas
UISU diperoleh data bahwa hampir semua pengisian identitas diri pada responden,
mahasiswa FK UISU memiliki gawai dan kuesioner dan pengukuran visus responden
mereka hampir setiap hari menggunakan secara langsung.
gawai mereka untuk mengakses berbagai Instrumen pada penelitian ini
informasi, baik yang berkaitan dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui
perkuliahan, hiburan dan lain sebagainya, durasi menggunakan gawai, intensitas
karena hal ini difasilitasi oleh fakultas cahaya dalam menggunakan gawai, jarak
sebagai fasilitas kampus, sehingga hal ini pandang gawai, posisi kebiasaan
bisa menjadi risiko jika penggunaannya menggunakan gawai oleh responden,
berlebihan dan bisa menimbulkan dampak selanjutnya dilakukan pengukuran visus
terhadap visus, maka peneliti tertarik untuk menggunakan snellen chart.
melakukan penelitian tentang “Hubungan Penelitian ini dilakukan setelah
Durasi Penggunaan Gawai dengan Visus mendapatkan izin dari Komite Etik
pada Mahasiswa FK UISU Tahun 2020”. Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara dengan
METODE
No.097/EC/FK.UISU/XII/2020.
Jenis penelitian ini adalah penelitian
analitik observasional dengan desain cross HASIL
sectional dengan metode purposive
sampling sebanyak 35 orang mahasiswa FK Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase
Intensitas Cahaya Dalam Menggunakan Gawai
UISU. Populasi penelitian ini adalah seluruh Pada Mahasiswa FK UISU
Kurniawati 95
Ibnu Sina: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan-Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara
Volume 20 No.2 Tahun 2021
Pada tabel 2 didapatkan distribusi posisi FK UISU tahun 2020. Responden yang
kebiasaan dalam menggunakan gawai pada memiliki durasi > 4 jam merupakan
dengan posisi rebahan merupakan kelompok durasi <4 jam merupakan kelompok terkecil
responden yang menggunakan gawai dengan Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Persentase
posisi duduk merupakan kelompok terkecil Visus Pada Mahasiswa FK UISU
96 Kurniawati
Ibnu Sina: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan-Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara
Volume 20 No.2 Tahun 2021
Kurniawati 97
Ibnu Sina: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan-Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara
Volume 20 No.2 Tahun 2021
Jarak Pandang Menggunakan Gawai mata kiri diketahui nilai ρ value = 0,018
Dari data yang didapatkan, jumlah yang berarti terdapat hubungan antara durasi
responden yang menggunakan gawai dengan menggunakan gawai dengan visus dimana
jarak <30cm adalah jumlah terbanyak yaitu nilai r pada mata kanan = 0,424 dan pada
29 orang (82,9%). Hasil penelitian ini mata kiri nilai r = 0,398 yang berarti
sejalan dengan penelitian terdahulu yang kekuatan korelasinya cukup, dan arah
dilakukan oleh jurgen (2019) terhadap korelasinya positif yang artinya hubungan
mahasiswa laki-laki fakultas kedokteran sam kedua variabel searah, dengan demikian
ratulangi angkatan 2015, menunjukkan dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat
orang (56%) memiliki jarak pandang mata penurunan visus juga akan semakin
smartphone.16 Jarak pandang minimal dalam penggunaan gawai dengan visus dapat
penggunaan gawai yang disarankan oleh The dilihat dari data dimana sebagian besar
cm. Jarak tersebut merupakan jarak jam perhari, hal ini bisa menjadi salah satu
Sedangkan jarak ideal mata dengan layar Hal tersebut didukung oleh Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Putri (2020)
98 Kurniawati
Ibnu Sina: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan-Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara
Volume 20 No.2 Tahun 2021
terhadap 110 siswa kelas 5 dan 6 SDK Citra pada mata dan susunan sarafnya.22 Saat
Bangsa Kupang, didapatkan hasil uji melihat gawai dalam waktu yang lama dan
statistik menggunakan sperman rank terus menerus dengan frekuensi mengedip
diperoleh hasil p value = 0,000 (<0,05) yang yang rendah dapat menyebabkan mata
menunjukkan ada hubungan antara lama mengalami kering karena tidak dibasahi oleh
penggunaan gawai dengan visus dimana air mata. Fungsi dari air mata yaitu untuk
nilai r= 0,357.19 memberikan pelumas (lubrikasi) pada bola
Kemudian Penelitian oleh Muallima mata, membersihkan kotoran yang masuk ke
(2019) terhadap 112 siswa SMP Unismuh mata, serta mengandung antibakteri dan
Makassar didapatan hasil uji chi-square antibodi. Kurangnya air mata akan
terhadap hubungan antara durasi menyebabkan mata mengalami kekurangan
penggunaan gawai dengan gangguan visus nutrisi dan oksigen. Dalam waktu yang
yang mendapatkan nilai p=0,000 yang lama, kondisi seperti ini dapat menyebabkan
menunjukkan terdapat hubungan antara gangguan penglihatan.23
durasi penggunaan gawai dengan penurunan Aktifitas dalam menggunakan gawai
visus pada siswa SMP Unismuh Makassar.20 yang terlalu lama juga dapat menyebabkan
Hasil penelitian ini tidak sejalan akomodasi yang tidak terhenti dan memaksa
dengan yang dilakukan oleh Bawelle (2016) otot siliaris terus berkontraksi.10 Akomodasi
yang menyatakan tidak terdapat hubungan adalah suatu mekanisme dimana mata dapat
intensitas penggunaan gawai dengan visus. merubah kekuatan refraksi dengan cara
Berdasarkan analisis bahwa dari 50 merubah bentuk lensa sehingga obyek pada
mahasiswa, 37 (74%) diantaranya memiliki jarak yang dikehendaki dapat difokuskan di
visus normal dan 13 (26%) lainnya didapati retina. Semakin lama seseorang
kelainan visus. Intensitas penggunaan gawai memfokuskan penglihatannya untuk melihat
>4 jam memiliki visus di bawah nilai normal dekat semakin lama pula mata seseorang
atau terjadi kelainan yaitu 12 (24%) orang, melakukan akomodasi, sehingga lama
sedangkan untuk intensitas penggunaan 3-4 kelamaan mata akan lelah dan kondisi ini
jam terdapat 1 mahasiswa dengan kelainan akan memicu pengaburan di retina dan mata
visus. Hasil analisis data diperoleh p value = menjadi tidak fokus.24
0,786 (>0,05), yang bermakna tidak terdapat Penelitian menunjukkan bahwa
hubungan antara intensitas penggunaan penggunaan gawai lebih dari dua jam per
gawai dengan visus.21 hari dapat meningkatkan risiko penurunan
Menatap gawai dalam waktu yang visus 3 kali lebih besar dibandingkan
lama dapat memberikan tekanan tambahan menggunakan gawai kurang dari dua jam per
Kurniawati 99
Ibnu Sina: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan-Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara
Volume 20 No.2 Tahun 2021
hari.11 Apabila penggunaan gawai lebih dari mata kanan didapati nilai ρ value = 0,011
dua jam dalam satu waktu, usahakan untuk dan pada mata kiri diketahui nilai ρ value =
mengistirahatkan mata untuk mengendorkan 0,018 yang berarti terdapat hubungan antara
otot-otot mata (Suryadi, 2016). Bila perlu durasi menggunakan gawai dengan visus
lakukan latihan untuk mata (eye exercise) dimana nilai r pada mata kanan = 0,424 dan
agar dapat mengurangi resiko terjadinya pada mata kiri nilai r = 0,398 yang berarti
kelainan pada mata, dengan teknik 20/20 kekuatan korelasinya cukup, dan arah
yang artinya meluangkan waktu 20 detik korelasinya positif yang artinya hubungan
untuk melihat benda sejauh 20 meter setiap kedua variabel searah, dengan demikian
20 menit saat menggunakan gawai.18 dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat
durasi menggunakan gawai, maka
KESIMPULAN
penurunan visus juga akan semakin
Distribusi responden di Fakultas
meningkat.
Kedokteran UISU berdasarkan intensitas
cahaya menggunakan gawai sebagian besar DAFTAR REFERENSI
responden mahasiswa FK UISU 1. Nurhakim S. Dunia Komunikasi dan
menggunakan gawai dengan intensitas Gadget. Jakarta; 2015.
100 Kurniawati
Ibnu Sina: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan-Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara
Volume 20 No.2 Tahun 2021
Kurniawati 101
Ibnu Sina: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan-Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara
Volume 20 No.2 Tahun 2021
102 Kurniawati