Anda di halaman 1dari 13

Vol. 6. No.

Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha


p-ISSN : 2599-1450
e-ISSN : 2599-1485
Volume 6 Nomor 1 Tahun 2018
Open Acces : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPB/index

FITUR EYE PROTECTION PADA LAYAR SMARTHPHONE DAPAT


MENGURANGI KELELAHAN MATA DAN MEMPERPANJANG
DURASI PENGGUNAAN PADA SISWA SMP NEGERI 1 SERIRIT
Ida Ayu Indah Udiantari; Desak Made Citrawathi; I Wayan Sukra Warpala

Jurusan Biologi dan Perikanan Kelautan


Program Studi Pendidikan Biologi
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

email: {ayu.indah.udiantari, dskcitra, sukra.warpala} @undiksha.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) fitur eye protection pada layar samrtphone
dapat mengurangi kelelahan mata; dan (2) fitur eye protection pada layar samrtphone dapat
meningkatkan durasi penggunaan. Jenis Penelitian ini adalah penelitian eksperimental semu(quasi
experimental) dengan rancangan randomize pre and post test design. Lokasi penelitian ini bertempat
di SMP Negeri 1 Seririt yang terletak di Desa Serirt, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng-Bali.
Pengambilan sampel dengan dilakukan secara acak dan diambil sebanyak 26siswa. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan uji t paired dengan taraf signifikansi 5 %. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna pada kelelahan mata sebesar 67,81 % (p < 0,05) dan
durasi penggunaan smartphone sebesar 56,30 % (p < 0,05) antara layar smartphone yang tidak
menggunakan fitur eye protection dan yang menggunakan fitur eye protection. Disimpulkan bahwa
penggunaan fitur eye protectionpada layar smartphone dapat menurunkan kelelahan mata dan
meningkatkan durasi penggunaan. Disarankan agar para pengguna perangkat digital selalu
memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja, salah satunya dengan cara mengaktifkan
fitur eye protection pada layar smartphone untuk menghindari terjadinya kelelahan mata dan
juga dapat memperpanjang durasi penggunaannya.
Kata Kunci: Fitur eye protection, kelelahan mata

Abstract
The aims of this research is to determine: (1) eye protection fiture on smartphone screen can reduce
eye fatigue (2) eye protection fiture on smartphone screen can extend the duration of usage. Type of
this research is quasi experimental with randomized pre and post test group design. The location of
this study took place at SMP Negeri 1 Seririt that located in Seririt village, Seririt district, Buleleng
regency Bali. The number of samples involved in this study were as many as 26 students. Data
analysis was conducted by using t-paired test at significance level of 5%. The results of this research
indicate that there is a significant difference of reduce eye fatigueas much as 67.81% (p <0.05) and
the duration of usage as much as 56.30% (p <0.05) between smartphone screen without using the
eye protection fiture and the smartphone screen with using the eye prtection fiture. It can be
concluded that activating the eye protecion fiture on smartphone screen can reduce eye fatigue and
extend the duration of usage. Recommended for the digital device users always pay attention to occupational

20
Vol. 6. No. 1

health and safety, one of which by using eye protection fiture on smartphone screen to avoid the eye fatigue and
also extend teh duration of usage.

Keywords: Eye protection fiture, eye fatigue

PENDAHULUAN
Berkembangnya era global terlama di Asia Tenggara. Seiring dengan
menyebabkan pengguna smartphone peringkat tersebut, menjadikan Indonesia
semakin bertambah di seluruh dunia. sebagai negara di Asia Tenggara yang
Smartphone dipilih sebagai peralatan memiliki paling banyak khasus gangguan
telekomunikasi utama karena memiliki mata akibat dari radiasi layar smartphone.
beragam fitur yang dapatmembantu
Pangemanan, dkk.(2014), menjelaskan
segala aktivitas penggunaannya.Katadata
pesatnya penggunaan smartphone juga
Indonesia (2016) melaporkan bahwa
berakibat semakin banyaknya kasus
berdasarkan Lembaga e-Marketer,
keluhan kesehatan mata dan bertambahnya
penjualan smartphone di Indonesia tahun
orang yang menggunakan kaca mata.
2016 s.d. 2019 mengalami peningkatan
Keluhan tersebut diakibatkan oleh
sekitar 20 juta unit setiap tahunnya dan
pancaran sinar biru dari layar smartphone
saat ini telah tercatat lebih dari 92juta
yang dapat menimbulkan kelelahan mata
pengguna smartphone di Indonesia.
pada pengguna setelah menatap layar lebih
Menuru Kementrian Komunikasi dan
dari 2 jam.
Informatika Republik Indonesia (2015), Menurut Puspa, dkk. (2018), sinar biru
Indonesia akan menjadi negara keempat terdapat pada spektrum yang masih dapat
terbesar dengan penggunaa aktif diterima oleh mata, namun bersifat HEV
smartphone di dunia setelah Cina, India, Light atau High-Energy Vision Light
dan Amerika Serikat. Pengguna dimana mata yang terpapar sinar biru
smartphone terbesar yaitu remaja dengan dalam waktu yang lama akan berdampak
kisaran umur 15 s.d. 20 tahun.Menuru pada retina. Kornea dan lensa mata tidak
Kementrian Komunikasi dan Informatika dapat menghalangi atau memantulkan
Republik Indonesia (2015), Indonesia sinar biru, sehingga sinar sampai ke
akan menjadi negara keempat terbesar daerah makula dan akan mengakibatkan
dengan penggunaa aktif smartphone di terjadinya degenerasi sel. Berdasarkan
dunia setelah Cina, India, dan Amerika penelitian Ratnayake, dkk.
Serikat. Pengguna smartphone terbesar (2018),menunjukkan bahwa ketika sinar
yaitu remaja dengan kisaran umur 15 s.d. biru mengenai mata dalam jangka waktu
20 tahun. lama, hal ini dapat memicu sel-sel
Dilihat dari rata-rata lamanya fotoreseptor (peka cahaya) untuk
penggunaan smartphone, orang Indonesia menghasilkan molekul beracun yang
mampu menghabiskan lebih dari 2 jam membahayakan bagi mata. Sinar biru
untuk menatap layar smartphone per dapat mengubah molekul-molekul vital
pada mata menjadi pembunuh sel.
harinya. Hasil surve oleh Kumorowati, Molekul vital yang disebut retinal
dkk. (2016), durasi rata-rata penggunaan (retinaldehyde) ini awlnya berperan dalam
smartphone di Indonesiamampu membantu sel fotoreseptor untuk
menghabiskan waktu selama 181 menit per menangkap cahaya dan menyalurkannya
harinya untuk bermain smartphone. Hal ini sinyal ke otak. Retinal memicu distorsi
menjadikan Indonesia sebagai peringkat pada protein penting dalam membran sel
pertama dalam penggunaan smartphone fotoreseptor. Hal tersebut dapat

21
Vol. 6. No. 1

mengakibatkan melarutnya membran sel dengan gangguan pengelihatan di seluruh


fotoreseptor. Sel fotoreseptoryang mati dunia pada tahun 2010 adalah 285 juta
tidak dapat berregenerasi kembali dan orang atau 4,24% populasi. Sebesar
akan rusak. Rusaknya sel tersebut yang 3,65% atau 246 juta orang diantaranya
menjadi pemicu terjadinya degradasi mengalami low vision dan sisanya
makula. Toar, dkk. (2013), menjelaskan mengalami kebutaan. Klasifikasi
bahwa sinar biru juga dapat menyebabkan gangguan penglihatan yang digunakan
gangguan penglihatan seperti katarak yaitu berdasarkan ketajaman penglihatan.
maupun uveal melanoma. Tergolong Low vision jika ketajaman
Kelelahan mata akibat paparan sinar penglihatan berkisar <6/25 - ≥3/60.
biru yang paling umum terjadi seperti mata Upaya yang dapat dilakukan untuk
kering, mata terasa gatal dan mata seperti mengurangi efek negatif dari pancaran
terbakar akibat penggunaan smartphone sinar biru smartphone, salah satunya yaitu
yang lama. Keluhan kelelahan mata terjadi dengan menggunakan fitur eye protection.
akibat pupil bereaksi melambat karena Penggunaan fitur eye protection pada
terpapar cahaya dalam jangka waktu yang layar smartphone dapat mengurangi
lama dan secara terus menerus, hal inilah kelelahan mata setelah penggunan
yang disebut kelelahan mata atau smartphone dalam jangka waktu yang
Astenopia (Tristianto dan Purnawan, lama. Fitur Eye Protection (maupun fitur
2010). serupa seperti Sefety Care, Bluelight
Masalah gangguan mata tidak hanya Filter, Eye Care dan lainnya) telah banyak
terjadi di kalangan orang dewasa ataupun ditemukan di berbagai jenis brand
lansia saja, masalah kesehatan ini juga smartphone yang beredar di pasaran.
banyak dialami oleh anak-anak usia Menurut Lawreson, dkk. (2017), fitur ini
sekolah. Kementerian Kesehatan Republik hampir sama pemanfaatannnya dengan
Indonesia (2009), menyatakan Office Lens yaitu mengurangi radiasi sinar,
permasalahan terkait kesehatan pelajar selain itu fitur ini mampu mengatur
terutama pada indra pengelihatan kecerahan serta warna filter. Secara
termasuk salah satu masalah ksehatan spesifik fitur ini mengurangi banyak efek
yang sangat perlu diperhatikan karena samping dari sinar biru yang dihubungkan
pengelihatan merupakan salah satu faktor dengan peningkatan waktu penggunaan
penting dalam seluruh aspek kehidupan smartphone. Fitur ini dimanfaatkan
termasuk dalam proses pendidikan. dengan cara menyaring sinar biru, yang
Fungsi yang esensial ini, kadang kurang meningkatkan kenyamanan visual dan
diperhatikan, sehingga banyak penyakit mengurangi kelelahan mata, sehingga
yang dapat menyerang kesehatan mata memungkinkan sinar yang tidak
dan menyebabkan gangguan berbahaya untuk lewat dimana tampilan
pengelihatan. Menurut Pusat Data dan layar akan lebih cenderung berwarna
Informasi Kementrian Kesehatan Republik hangat.
Indonesia (2014), estimasi jumlah orang

METODE
Jenis penelitian ini merupakan Kontrol dalam penelitian ini adalah umur
quasi experiment (eksperimen semu) siswa, kondisi kesehatan siswa serta
dengan rancangan Randomized Pre and kondisi lingkungan.
Post Test Control Group Design. Sampel Data yang diperoleh pada
dari penelitian ini adalah 26orang siswa penelitian ini dianalisis secara deskriptif
yang memenuhi kriteria inklusi dalam 1 dan statistik. Analisis deskriptif dilakukan
kelompok. dengan mencari rerata dan simpangan
Variabel bebas pada penelitian ini baku dari data yang diperoleh. Analisis
adalah penggunaan fitur eye protection statistik dilakukan dengan menggunakan
pada layar smartphone. Variabel uji t-test paired dengan taraf signifikansi
terikatnya adalahkelelahan mata dan (α) 0,05.
durasi penggunaan smartphone. Variabel

22
Vol. 6. No. 1

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Hasil deskriptif data kondisi lingkungan disajikan pada Tabel 01.

Tabel 01. Hasil Deskriptif Data Kondisi Lingkungan

Variabel Rerata SB

Suhu Kering (0C) 27,89 2,44


Suhu Basah (0C) 25,80 2,04
Kelembaban Relatif (%) 60,66 31,37
IntensitasCahaya (lux) 4,8280 37,712
Kecepatan Angin (m/dt) 2,60 1,41

Data kelelahan mata dan durasi penggunaan smartphone yang mengaktifkan fitur eye
protection dan yang tidak mengaktifkan fitur eye protection disajikan pada Tabel 02.

Tabel 02. Data Kelelahan Mata dan Durasi Penggunaan Smartphone Antara yang
Mengaktifkan FiturEye Protection dan yang Tidak Mengaktifkan

Tanpa Dengan
Menggunakan Fitur Menggunakan Fitur
Eye Protection Eye Protection
(Periode I) (Periode II)
Variabel Keterangan

Rerata SB Rerata SB

Kelelahan mata sebelum


Menurun
menggunakan 43,85 4,388 26,50 5,255
39,55%
smartphone

Kelelahan mata sesudah


Menurun
menggunakan 65,35 6,299 33.42 5,093
48,85%
smartphone
Selisih kelelahan mata
sebelum dan sesudah Menurun
21,5 1,911 6,92 0,162
menggunakan 67,81%
smartphone

Durasi penggunaan Meningkat


684,77 152,814 1070,35 89,023
smartphone 56,30%

Uji asumsi dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dengan program SPSS 16 for windows
dapat dilihat pada Tabel 03.

23
Vol. 6. No. 1

Tabel 03. Hasil Analisis Normalitas Data Kelelahan Mata dan Durasi Penggunaan
SmartphoneTanpa dan DenganMenggunakan Fitur Eye Protection (n=26)
Variabel Rerata SB Nilai z Nilai p Keterangan
Kelelahan mata sebelum
menggunakan smartphone 43,85 4,388 0,840 0,480 Normal
(Periode I)
Kelelahan mata sesudah
menggunakan smartphone
65,35 6,299 0,648 0,795 Normal
tanpa mengaktifkan fitur
eye protection (Periode I)
Selisih kelelahan mata
sebelum dan sesudah
menggunakan smartphone 21,5 1,911 0,192 0,315 Normal
tanpa mengaktifkan fitur
eye protection (Periode I)
Kelelahan mata sebelum
menggunakan smartphone 26,50 5,255 0,782 0,571 Normal
(Periode II)
Kelelahan mata sesudah
menggunakan smartphone
33.42 5,093 1,346 0,054 Normal
dengan mengaktifkan fitur
eye protection (Periode II)
Selisih kelelahan mata
sebelum dan sesudah
menggunakan smartphone 6,92 0,162 0,564 0,517 Normal
dengan mengaktifkan fitur
eye protection (Periode I)
Durasi penggunaan
smartphone tanpa
684,77 152,814 0,415 0,692 Normal
mengaktifkan fitur eye
protection
Durasi penggunaan
smartphone dengan
1070,35 89,023 0,995 0,724 Normal
mengaktifkan fitur eye
protection

Seluruh data berdistribusi normal sehingga diuji dengan uji t paired dengan taraf signifikansi
5%. Hasil uji hipotesis terhadap kelelahan mata dan durasi penggunaan smartphone dapat
dilihat padaTabel 04.

24
Vol. 6. No. 1

Tabel 4.4 Hasil Uji Hipotesis terhadap Kelelahan Hasil AnalisisNormalitas Data
Kelelahan Mata dan Durasi Penggunaan Smartphone Sebelum dan Sesudah
Menggunakan Fitur Eye Protection (n=26)

Tanpa Dengan
Menggunakan Menggunakan
Fitur Eye Fitur Eye
Variabel Nilai t Nilai p Keterangan
Protection Protection
(Periode I) (Periode II)
Rerata SB Rerata SB
Kelelahan
mata sebelum Menurun
43,85 4,388 26,50 5,255 14,441 0,0001
menggunakan 39,55%
smartphone
Kelelahan
mata sesudah Menurun
65,35 6,299 33.42 5,093 21,990 0,0001
menggunakan 48,85%
smartphone
Selisih
kelelahan
mata sebelum Menurun
21,5 1,911 6,92 0,162 7,549 0,0001
dan sesudah 67,81%
menggunakan
smartphone
Durasi
Meningkat
penggunaan 684,77 152,814 1070,35 89,023 11,996 0,0001
56,30%
smartphone

Pembahasan
Penggunaan Fitur Eye Protection pada Layar Smartphonedapat Mengurangi Kelelahan
Mata pada Siswa SMP
Hasil uji t paired Tabel 4.4 mengaktifkan fitur eye protection 33,42
menunjukkan bahwa nilai p = 0,0001, termasuk katagori agak lelah, dengan
artinya ada perbedaan bermakna antara selisih kelelahan mata pada layar
kelelahan mata yang diakibatkan oleh smartphone yang tidak mengaktifkan fitur
smartphone pada layar yang tidak eye protection sebesar 21,5 dan pada
mengaktifkan fitur eye protection dan yang layar smartphone yang mengaktifkan fitur
mengaktifkan fitur eye protection. Rerata eye protection sebesar 6,92 (penentuan
kelelahan mata sebelum menggunakan katagori sesuai dengan kuisioner pada
smartphone pada periode I sebesar 43,85 lampiran 4).
termasuk kategori agak lelah dan untuk Persentase penurunan kelelahan
periode II sebesar 26,50 termasuk mata dengan mengaktifkan fitur eye
kategori tidak lelah. Kelelahan mata protection sebesar 67,81% (p < 0,05).Hasil
setelah menggunakan smartphone pada analisis tersebut menunjukkan bahwa
layar yang tidak mengaktifkan fitur eye pengaktifan fitur eye protection pada layar
protection sebesar 65,35 termasuk smartphone dapat menurunkan terjadinya
katagori lelah dan layar smartphone yang kelelahan mata.

25
Vol. 6. No. 1

Kejadian kelelahan mata tidak selalu terlalu rendah akan berefek pada
disebabkan oleh hal-hal yang berkaitan penguapan air mata. Penguapan air mata
dengan penyakit mata. Kelelahan mata tergantung pada uap air di sekitar mata.
diakibatkan karena penggunaan perangkat Semakin besar terjadinya penguapan air
digital dalam durasi yang cukup lama, pada mata maka semakin besar peluang
kelelahan ini disebut dengan Digital Eye terjadinya sindrom dry eye yang
Strain. Digital Eye Strain dipengaruhi oleh menyebabkan kelelahan mata
faktor eksternal dan faktor internal. (Rostijawati, 2010).
Faktor eksternal yang mengakibatkan Intensitas cahaya yang dianjurkan
terjadinya Digital Eye Strain yaitu kondisi berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan
lingkungan. Berdasarkan pernyataan Republik Indonesia No. 1450 tahun 2002
Rahayu (2012), kenyamanan dalam mengenai Persyaratan Lingkungan Kerja
bekerja dipengaruhi oleh temperatur, Industri, untuk jenis kegiatan pekerjaan
kelembaban relatif, pencahayaan dan rutin, seperti: pekerjaan
kecepatan angin. kantoran/administrasi, ruang kontrol dan
Talarosa (2005), menyebutkan suhu pekerjaan mesin dan
nyaman thermal untuk masyarakat perakitan/penyusunan tingkat
Indonesia berada pada rentang suhu pencahayaan minimalnya yaitu 300 lux,
22,8ºC s.d. 25,8ºC dengan kelembaban sedangkan unuk jenis pekerjaan dengan
70%. Secara geografis letak Indonesia ketelitian yang tinggi seperti membaca,
berada di garis khatulistiwa yang beriklim menggambar, dan merangkai menurut
tropis dengan suhu rata-rata sebesar 20ºC Suma’mur (2009) memerlukan
dengan kelembaban sebesar 60%. penerangan sebanyak 350-500 lux.
Sedangkan rata-rata suhu di wilayah Penerangan ruangan kerja yang kurang
Indonesia dapat mencapai 35ºC dengan dapat mengakibatkan kelelahan mata,
tingkat kelembaban tinggi yang dapat akan tetapi penerangan yang terlalu kuat
mencapai 85% (iklim tropis panas dapat menyebabkan kesilauan.
lembab). Ketidakseuaian suhu daerah Penerangan yang memadai bisa
tropis tersebut juga terjadi di lingkungan mencegah terjadinya Astenopia (kelelahan
SMP Negeri 1 Seririt. Menurut Meteotrend mata) dan mempertinggi kecepatan serta
(2019), suhu lingkungan di daerah Seririt efisiensi membaca. Kelelahan mata
tergolong panas lembab, dimana suhu disebabkan oleh stress yang terjadi pada
rata-rata pada siang hari sekitar 25ºC s.d. fungsi penglihatan. Stress pada otot yang
30ºC. kelembaban relatif dapat mencapai berfungsi untuk akomodasi dapat terjadi
79%. Berdasarkan data suhu lingkungan pada saat seseorang berupaya untuk
di SMP Negeri 1 Seririt khususnya di kelas melihat pada obyek berukuran kecil dan
VIII A didapat rerata suhu kering 27,890C; pada jarak yang dekat dalam waktu yang
suhu basah 25,800C, dan kelembaban lama. Pada kondisi demikian, otot-otot
relatif 60,66%. mata akan bekerja secara terus menerus
Kondisi ruang kelas tersebut kurang dan lebih dipaksakan. Ketegangan otot-
optimal dalam melakukan aktifitas otot pengakomodasi (korpus siliaris) makin
pembelajaran, hal tersebut berkaitan besar sehingga terjadi peningkatan asam
dengan produktifitas siswa yang laktat dan sebagai akibatnya terjadi
cenderung menurun pada kondisi udara kelelahan mata, stress pada retina dapat
yang terlalu panas. Terjadinya kenaikan terjadi bila terdapat kontras yang
suhu di siang hari sering kali membuat berlebihan dalam lapangan penglihatan
para siswa merasa kurang nyaman dan waktu pengamatan yang cukup lama
dengan suasana kelas mereka yang (Firmansyah, 2010). Berdasarkan data
mengakibatkan terjadinya penuruan intensitas cahaya yang didapat di ruang
konsentrasi. Kenaikan suhu ini dapat kelas VIII A SMP Negeri 1 Seririt sebesar
diakibatkan karena lokasi SMP Negeri 1 482,80 lux, pencahayaan bersumber dari
Seririt berada dekat dengan pantai. cahaya matahari yang masuk dari 12
Sedangkan untuk kelembaban relatif jendela serta pencahayaan tambahan dari
tergolong normal. Kelembaban relatif yang lampu neon 36 watt panjang 120 cm

26
Vol. 6. No. 1

dengan merek phillips. Pencahayaan siliaris yang bertugas memungkinkan


ruang kelas tersebut sangat sesuai untuk perubahan bentuk lensa untuk
aktifitas dengan ketelitian tinggi seperti memfokuskan cahaya. Ketegangan pada
membaca. otot siliaris dikarenakan otot bekerja lebih
Temuan ini didukung oleh: (1) berat untuk selalu mencembungkan lensa
Richman (2012) menyatakan bahwa (berakomondasi maksimal) untuk
syarat level penerangan untuk institusi memfokuskan cahaya dan ditambah lagi
pendidikan, bangunan perkantoran jarak pandang dekat memaksa lensa
maupun tempat-tempat yang digunakan untuk selalu berakomondasi secara
untuk mengoprasikan komputer atau maksimal. Tidak hanya terjadi pada otot
berbagai macam gadget lainnya, harus siliaris, otot sphincter pupillae yang
memiliki rata-rata pencahayaan minimum bertugas untuk mengkontraksikan pupil
400 lux. (2) Ernawati (2015) mengenai sehingga ukurannya mengecil juga perlu
perbaikan pengaruh penggunaan gadget bekerja lebih keras agar sinar yang masuk
terhadap penurunan pengelihatan anak di ke mata dapat dikurangi.
SD Muhammadiyah 2 Potianak Selatan Penelitian ini juga bersinergi dengan
dengan intensitas cahaya 455,75 s.d. penelitian Wu, dkk. (2006) terkait
507,6 lux dengan rerata 480,6 lux. (3) kerusakan retina akibat sinar biru, yang
Puteh, dkk. (2012) megenai kenyamanan menyatakan bahwa sinar biru
suhu kelas untuk masyarakat Malaysia menyebabkan kerusakan pada retina
yaitu 21ºC s.d. 26ºC, namun hasil (fototoksisitas) dan menurunkan respon
pencatatan rata-rata temperatur di daerah fotoreseptor terhadap cahaya.
tropis selama 10 tahun terakhir yaitu Bagaimanapun retina rentan terhadap
antara 23.7ºC s.d. 31,3ºC. Sebanyak kerusakan yang diakibatkan oleh sinar.
51,7% siswa mengeluh kelas mereka Persepsi visual terjadi ketika radiasi
terlalu panas sehingga mengakibatkan dengan panjang gelombang antara 400-
penurunan konsentrasi, serta beberapa 760 nm mencapai retina. Spektrum aksi
siswa mengeluh suhu ruang kelas mereka memuncak di wilayah gelombang pendek,
yang tinggi memberikan efek negatif yang memberikan dasar konsep
terhadap kesehatan mereka. bahayanya sinar biru. Retina mengalami
Faktor internal terjadinya Digital Eye kerusakan fotokimia yang berakibat sel-sel
Strain ini berkaitan oleh pancaran sinar retina mati oleh apoptosis sebagai respon
biru. Sinar biru memiliki panjang terhadap cedera fotik.
gelombang yang pendek dengan jumlah Upaya mengurangi digital eye strain
energi yang lebih tinggi dari pada warna ini dapat dilakukan dengan berbagai cara,
lainnya. Karakteristik tersebut menunjukan diantaranya; (a) penggunaan
bahwa seiring waktu, paparan spektrum pencahayaan yang tepat dan sesuaikan
sinar biru dapat menyebabkan kerusakan pengaturan tampilan layar perangkat
jangka panjang yang serius pada mata. digital sesuai kebutuhan, (b) penggunaan
Spektrum sinar biru tergolong High LCD panel datar akan banyak membantu
Energy Visible (HEV), sinar ini berkedip dibandingkan penggunaan monitor tipe
lebih mudah daripada panjang gelombang CTR yang cenderung memiliki gambar
yang lebih panjang dan lebih lemah. Jenis yang berkedip-kedip sehingga memicu
kerlipan ini menciptakan silau yang dapat ketegangan mata, (c) berkediplah lebih
mengurangi kontras visual dan sering, ini akan membantu permukaan
mepengaruhi kejernihan serta ketajaman mata agar tetap basah, (d) melatih mata
pengelihatan. Menurut Zhao, dkk. dengan melakukan aturan 20-20-20,
(2018),secara alami mata tidak dapat setelah menatap layar perangkat digital
menyaring sinar sekuat sinar biru selama 20 menit berikanlah waktu istirahat
sehingga sinar tersebut menembus minimal 20 detik dengan menatap
langsung pada bagian retina, hal ini yang lingkungan sekitar dengan jarak 20 kaki.
menyebabkan lensa mata kurang optimal Kegiatan tersebut memberikan waktu
memfokuskan bayangan. Kondisi tersebut peregangan serta rileksasi untuk otot-otot
mengakibatkan ketegangan pada otot intrinstik mata, (e) merubah workstation

27
Vol. 6. No. 1

sesuai dengan kaidah ergonomi sangat mengurangi kelelahan mata, seperti: (a)
dianjurkan, hal tersebut akan Zhao, dkk. (2017), melaporkan bahwa
meningkatkan kenyamana kerja sehingga penggunaan kaca mata pemfilteran
kelelahan mata dan kelelahan otot badan gelombang pendek (filter sinar biru/violet)
dapat diminimalkan. meningkatkan sensitivitas kontras pada
Selain upaya perbaikan kondisi kerja, frekwensi rendah maupun sedang dalam
sangat dianjurkan untuk menggunakan kondisi cerah dan akomondasi yang lebih
fitur-fitur penyaring sinar biru yang baik. Penggunaan lensa ini secara efektif
dimanfaatkan sebagai pelindung mata dari menghilangkan asthenopia tanpa reaksi
kerusakan retina akibat paparan sinar biru. yang merugikan sebesar 47,34%. (b)
Penelitian ini bersinergi dengan penelitian Kuse, dkk. (2014), melaporkan bahwa sel-
Vicente-Tejedor (2018) yang sel lebih sensitif terhadap kerusakan yang
menyebutkan, filter pemblokiran sinar biru diinduksi cahaya ketika terkena cahaya
dapat mengurangi kerusakan fotoreseptor yang dipancarkan oleh LED biru (white)
secara signifikan setelah terpapar sinar (464 nm) daripada ketika terpapar dengan
intensitas tinggi. Berdasarkan hasil LED putih-kuning (warm white) (puncak
temuan Narimatsu (2014), menyatakan panjang gelombang pada 553 nm) dari
filter blokade biru-plus (blokade sinar uv, intensitas yang sama (0,38 mW /
violet dan biru) mempertahankan respon cm 2 ). Paparan LED biru, tidak seperti
visual yang jauh lebih baik setelah paparan LED putih-kuning, dimana cahaya
terpapar sinar. Penambahan filter blokade biru menghasilkan peningkatan yang
biru-plus terlihat paling efektif melindungi signifikan terhadap kerusakan sel yang
retina dari kerusakan akibat sinar-sinar diinduksi. Hasil serupa juga diamati pada
dengan panjang gelombang pendek. sel retina primer yang mendukung
Telah banyak beredar smartphone gagasan bahwa paparan cahaya biru
serta perangkat digital lainnya yang di dalam kisaran 400-470 nm (bahkan pada
lengkapi fitur serupa yaitu bekerja dengan level rendah) dapat merusak fotoreseptor
memimalkan pancaran sinar biru pada dan sel epitel pigmen retina. Disimpulkan
layar perangkat digital. Selain itu bahwa penggunaan LED putih-kuning
penambahan pelindung layar atau (warm white) lebih aman dipergunakan
screenguard dengan tambahan dari pada LED biru (white). (c)Narimatsu,
pemblockade sinar biru ataupun dkk. (2014) melaporkan bahwa memblokir
penggunaan kaca mata khusus blokade sinar UV dan cahaya biru dengan bahan
sinar bru juga menjadi alternaitf lain untuk lensa intraokular berwarna kuning (400-
perlindungan mata dari ancaman 450 nm) dapat melindungi retina. Dengan
degenerasi makula dini. demikian, mengurangi jumlah cahaya biru
Dari beberapa peneliti lain yang mencapai retina pada kisaran 400-
melaporkan bahwa penggunaan fitur eye 450 nm penting untuk perlindungan retina.
protection atau penyaring sinar biru dapat

Penggunaan Fitur Eye Protectionpada Layar Smartphonedapat Memperpanjang Durasi


Penggunaan Smartphone oleh Siswa SMP
Hasil uji t paired Tabel 4.4 menunjukkan penggunaan smartphone dengan fitur eye
bahwa nilai p = 0,0001, artinya ada perbedaan protection sebesar 56,30%.Hasil analisis
bermakna antara durasi penggunaan tersebut menunjukkan bahwa penggunaan fitur
smartphone tanpa menggunakan fitur eye eye protection saat melaksanakan aktivitas di
protection dan yang menggunakan fitur eye depan layar dapat meningkatkan durasi
protection. Rerata durasi penggunaan penggunaan smartphone.
smartphone tanpa menggunakan fitur eye Secara alami sinar biru ‘diproduksi’ oleh
protectionsebesar 684,77 detik dan yang matahari, namun tidak menutup kemungkinan
menggunakan fitur eye protectionsebesar sinar yang terlihat putih terang sebagai alat
1070,35 detik. Persentase peningkatan durasi penerangan, seperti lampu LED (Light Emited

28
Vol. 6. No. 1

Diode) dan pada perangkat digital lainnya juga berkurangnya intensitas cahaya yang melewati
memproduksi sinar biru. Samsung (2019), suatu medium seperti plastik maupun kaca.
menyatakan tujuan penggunaan sinar biru pada Dapat dikatakan penggunaan screen
produk-produk penerangan dan perangkat protectordapat melindungi mata dari kerusakan
digital, sebenarnya dimanfaatkan untuk serta mengurangi terjadinya digital eye strain
mendapatkan resolusi yang lebih tinggi serta akibat sinar biru yang dipancarkan layar
warna layar yang terlihat lebih hidup, sehingga smartphone. Dari pernyataan tersebut dapat
pemilihan sinar biru digunakan sebagai warna disimpulkan bahwa penggunaan screen guard
utama yang menerangi layar. Walaupun pada layar smartphone dapat memperpanjang
persentase kerusakan mata lebih besar durasi penggunaan karena kejadian kelelahan
diakibatkan oleh paparan sinar biru yang mata dapat ditunda.
dihasilkan oleh matahari, namun sumber sinar Dari beberapa penelitian lain melaporkan
biru yang dibuat manusia juga berpotensi lebih bahwa penggunaan fitur eye protection atau
besar merusak mata akibat dari frekwensi penyaring sinar biru dapat meperpanjang
penggunaannya yang lebih sering durasi penggunaan smartphone, diantaranya:
dimanfaatkan. (a) Pratt (2007) melaporan bahwa, lensa
Penghalang alami mata yang ditemukan pemblokir sinar biru dan sinar uv
di hampir seuruh indra pengelihatan mamalia memungkinkan 30% sd. 40% mentrasnmisikan
yaitu, kornea dan lensa efektif menghalangi panjang gelombang yang melebihi 625
sinar-sinar berenergi lemah seperti warna nanometer. Filter kombinasi dengan polarize
merah, jingga, kuning, dan hijau. Berbeda menghalangi setidaknya 80% radiasi sinar biru
halnya dengan sinar biru yang menerobos dan sinar uv yang berbahaya. Hal yang
masuk ke daerah retina mata, karena sinar biru menguntungkan diperoleh saat menggunakan
yang langsung masuk dan bayangan jatuh di lensa pemblokir sinar biru dengan penambahan
depan retina sehingga lensa mata mengalami polarize yang secara substansial meningkatkan
kesulitan untuk memfokuskan objek. Kegiatan kenyamanan pengelihatan tanpa terjadinya
berulang serta pemaksaan kontraksi lanjut dari ketidaknyamanan visual. Meningkatnya
otot intrinsik mata inilah yang mengakibatkan kenyamanan pengelihatan akan berdampak
terjadinya digital eye strean, kondisi yang pada berkurangnya kejadian kelelahan mata
dirasakan secara langsng akibat penggunaan sehingga penggunaan perangkat digital pun
gadget dalam durasi yang lama. menjadi lebih lama dioprasikan. (b) Croft, dkk.
Penelitian ini juga bersinergi dengan (2010) melaporkan bahwa, kaca mata untuk
penelitian Kumorowati, dkk. (2016) terkait mengurangi efek digital eye strain memiliki
penggunaan alat pemblokiran sinar biru dapat rancangan pembungkus untuk mengurangi
meningkatkan durasi penggunaan perangkat aliran udara di sekitar mata. lensa dapat
digital, menyatakan bahwa penambahan screen memiliki daya optis dalam kisaran +0,1 hingga
protector pada layar smartphone dapat +0,25 dioptri yang dimanfaatkan untuk
mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan mengurangi tuntutan akomondasi pada mata
oleh sinar biru.Screen protectorterbuat dari saat mengoprasikan perangkat digital. Terdapat
bahan plastik maupun kaca yang dapat lapisan cermin sebagai tranmisif atau
mempolarisasikan cahaya. Polarisasi cahaya pewarnaan secara spektral dapat menyaring
merupakan peristiwa terserapnya arah getar cahaya untuk menghilagkan silau dalam
cahaya pada gelombang transversal. pencahayaan fluoresens.
Terserapnya arah getar ditandai dengan

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian dan Penggunaan fitur Eye Protection pada
pembahasan, maka dapat disimpulkan layar smartphone dapat meningkatkan
mengenai penelitian ini, yaitu sebagai durasi penggunaan smartphone sebesar
berikut. (a) Penggunaan fitur Eye 56,30 % dibandingkan yang tidak
Protection pada layar smartphone dapat menggunakan fitur Eye Protection.
mengurangi kelelahan mata penggunanya Saran yang dapat dikemukakan
sebesar 67,81 % dibandingkan yang tidak setelah melakukan penelitian ini adalah
menggunakan fitur Eye Protection. (b) sebagai berikut. Bagi Masyarakat

29
Vol. 6. No. 1

Pengguna Smartphone : (a) Pengguna penyaring sinar biru pada produknya dan
smartphone dan gadget lainnya, sangat diharapkan untuk mempertimbangkan
disarankan untuk mengaktifkan fitur eye kembali penambahan fitur-fitur ramah
protection saat melaksanakan aktfitas di lingkungan lainnya agar para pengguna
depan layar perangkat digital kita. lebih aman dan nyaman dalam
Penambahan blue light screen protector mengoprasikan produk tersebut.
atau pelindung layar gadget dengan (b)Disarankan untuk merancang ruang
tambahan pemblokir sinar biru serta kerja sesuai dengan kaidah ergonomi dan
penggunaan kaca mata khusus peblokiran sesuai dengan anjuran Kementrian
sinar biru (office lens) juga dapat Kesehatan Republik Indonesia mengenai
memaksimalkan kerja fitur eye protection persyaratan kesehatan lingkungan kerja. (c)
dalam hal penyaringan sinar biru. (b) Perlu adanya sosialisai dan pengarahan
Pentingnya pengetahuan terkait dampak mengenai cara mengistirahatkan mata yang
positif dan negatif penggunaan smartphone efektif, serta layanan pemeriksaan
maupun gadget lainnya agar dapat kesehatan secara berkala dalam hal
mengoprasikan perangkat digital tersebut mencegah penyakit akibat dari penggunaan
dengan bijak. (c) Perlunya untuk komputer untuk para kariawan.Bagi
mengistirahatkan mata dengan cara Peneliti Lain (a) Penelitian selanjutnya
relaksasi 20-20-20. karena setelah diharapkan dapat menghitung panjang
penggunaan perangkat digital selama 20 gelombang yang dihasilkan oleh beberapa
menit, pengguna diharuskan perangkat elektronik lainnya dan
mengistirahatkan matanya dan melihat ke membandingkan seberapa besar terjadinya
arah lain dengan jarak 20 kaki. Bagi kelalelahan mata akibat pancaran sinar
Perusahaan : (a) Bagi perusaaan produksi yang dihasilkan.
gadget untuk menambahkan fitur

DAFTAR RUJUKAN
Aini, A. N., Y. D. P. Santik. 2018. Kejadian
Katarak Sinilis di RSUD Boyce, P. 2014. Human Factor in
Tugurejo. Higeia Journal of Colouring (Third Edition).
Publik Health Research and Rosewood: CRC Press.
Development,2 (2).: 295-306.
Chiarelli-Neto, O., A. Ferreira, W. Martins,
Ambati, J. dan B. J. Fowler. 2012. C. Pavani, D. Severino dan F.
Mechanism of Age-Related Faiao-Flores. 2014. Melanin
Macular Degeneration. Neuron. Photosinsitization and The
US National Library of Medicine Effect of Visible Light on
National Institutes of Health, 75 Epithelial Cells. PLoSOn, 9 (11):
(1): 26-39. 143-153.

Asriwati. 2017. Fisika Kesehatan dan Chiu, S. C., S. W. Chen, C. K. Chiang, Y.


Keperawatan. Yogyakarta: C. Chung dan S. F. Chang.
Deepublish. 2016. The Analysis and
Assessment ofDangerous
ASUS Computer Inc. 2016. “Eye Care Factors in the Visual Lifestyle of
Monitor for Gaming and Children from the Perspective of
Productivity”. Tersedia pada Myopia Prevention.American
https://www.asus.com/Microsite/ Research Institute for Policy
disply/eye-care-technology. Development, 3(1): 46-54.
(Diakses pada 3 Mei 2018).

30
Vol. 6. No. 1

Chitrawathi, D. M., I K. Maharta, dan I M. Heidar, F., F. James, dan N. Mohammad.


Sutajaya. 2012. Anatomi dan 2015. Comparison of
Fisiologi Manusia. Singaraja: Epidemiologcal Factors
Universitas Pendidikan Between Patients with Senile
Ganesha. Cataract and Control Without
Cataract. Open Science Journal
Chuzaimah, M. dan F. N. Dihan. 2010. of Clinical Medicine3 (3): 86-89.
Smartphone: Antara Kebutuhan
dan E-Lifestyle. Seminar Katadata Indonesia. 2016. “Penggunaan
Nasional Informatika 2010: Smartphone di Indonesia”.
Yogyakarta (22 Mei 2010). Tersedia pada
https://databooks.katadata.co.id/
Croft, J., M. Michelsen, dan R. Joyce. datapublish/2016/08/08/penggu
2010. Low-Power Eyewear for na-smartphone-di-indonesia-
Reducing Symptoms of 2016-2019. (Diakses pada 3
Computer Vision Syndrom. Mei 2018).
United States Patent Application
Publication, 18 (1): 1-12. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. 2002. “Persyaratan
Departemen Kesehatan Republik Kesehatan Lingkungan Kerja”.
Indonesia. 2008. Dampak Tersedia di
Sistem Pencahayaan Bagi http://www.hukum.unsrat.ac.id/
Kesehatan Mata. Jakarta: men/menkes_261_1998.pdf.
DepKes RI. (Diakses pada 3 Mei 2018).

Ernawati, W. 2015. Pengaruh Kementria Kesehatan Republik Indonesia.


Penggunaan Gadget Terhadap 2009. “Profil Kesehatan
Penurunan Tajam Pengelihatan Indonesia”. Tersedia
pada Ank Usia Sekolah (6 s.d. padahttps://www.depkes.go.id.
12 Tahun) di SD (Diakses pada 3 Mei 2018).
Muhammadiyah 2 Pontianak
Selatan. Jurnal Proners. 3 Kementrian Komunikasi dan Informatika
(1):1-10. Republik Indonesia
(KEMKOMINFO). 2015.
Firmansyah, F. 2010. Pengaruh Intensitas “Indonesia Raksasa Teknologi
Penerangan terhadap Kelelahan Digital Asia”. Tersedia pada
Mata pada Tenaga Kerja di https://www.kominfo.go.id/conte
Bagian Pengepakan PT. nt/detail/6095/indonesia-
Ikapharmindo Putramas Jakarta raksasa-teknologi-digital-
Timur. Jurnal Universitas asia/0/sorotan_media. (Diakses
Sebelas Maret. 5 (10): 43-53. pada 3 Mei 2018).

Ganganahalli. P., M. B. Tondare, dan P.M. Krantz, B., N. Dave, K. Kumatsubara, B.


Durgawale. 2014. Use of Marr, dan R. Carvajal. 2017.
Electronic Gadgets among Melanoma Uveal: Epidemiology,
Medical Students in Western Etiology, and Treatment of
Maharashtra, India.International Primary Disease. Clin
Journal of Health Sciences and Ophthalmo, 17 (11): 279-289.
Research, 4 (9): 26-30.
Kumorowati, B., Masturi, I. Yulianti, dan
Gregory, R. dan P. Cavanagh. 2011. The F.A. Rahman. 2016. Analisis
Blind Spot. Scholarpedia, Reduksi Intensitas Cahaya pada
6(10):9618. SmartphonesScreen Protector
Dan Dampaknya Pada Mata.

31
Vol. 6. No. 1

Jurnal Ilmu Pendidikan Fisika1


(1): 1-4.

32

Anda mungkin juga menyukai