Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH PENGGUNAAN SMARTPHONE TERHADAP KESEHATAN DI

PONDOK PESANTREN MAHASISWA NURUL HAKIM

Siti Sonia Umiah 1), Ayu Muniri2), Annisa Yuniar Handayani 3), Ardyanti Syafitri 4), Anugrah Nur
Fatimah 5), Asna Amalia 6), Nopi Nuraeni 7), Novia Rahmawati 8), Anjani Mutiarasani 9), Femmy
Adithya Purnama Sejati 10), Akfini Husnul Khotimah 11), Mustatiah Nurul Mujahidah 12), Siti Noor
Sya’fa 13)
1
Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran 3 Fakultas
2

Keperawatan, Universitas Padjadjaran 4 Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran 5 Fakultas


Keperawatan, Universitas Padjadjaran 6 Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran 7 Fakultas
Keperawatan, Universitas Padjadjaran 8 Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran 9 Fakultas
Keperawatan, Universitas Padjadjaran 10 Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran 11 Fakultas
Keperawatan, Universitas Padjadjaran 12 Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran 13 Fakultas
Keperawatan, Universitas Padjadjaran
email: siti18045@mail.unpad.ac.id

Abstrak

Di zaman serba canggih ini pasti sudah menjadi hal lumrah jika setiap individu pasti menggunakan
smarthphone, dengan perkembangan teknologi yang pesat membuat persebaran smartphone tidak
lagi melihat usia atau kelas sosial. Penggunaan smartphone di Indonesia pertumbuhannya meningkat
tajam hingga 78%, dari penggunaan mobile phone atau ponsel biasa menjadi ponsel yang berbasis
smartphone. Bertujuan untuk Meningkatkan pemahaman mengenai pengaruh negatif smartphone
terhadap kesehatan dan menjelaskan solusi yang tepat dalam mengatasi dampak negatif smartphone
terhadap kesehatan. Metode yang digunakan salah satu media yang digunakan dalam promosi
kesehatan ini adalah powerpoint. Powerpoint tersebut berisikan materi-materi mengenai topik yang
diambil yaitu “Pengaruh Smartphone Terhadap Kesehatan”. Tes yang digunakan untuk mengukur
pemahaman audiens dalam promosi kesehatan ini adalah pre-test dan post-test mengenai pengaruh
penggunaan smartphone terhadap kesehatan.

Kata kunci: smartphone, radiasi dan kesehatan.

The Impact of Expanding the Use of Smartphones in Student Islamic Boarding


Schools

Abstract
In this era of high-tech, it would be natural now to bring about the rapid development of
smartphones, making the flow of smartphones no longer visible to the age or social class. The use of
smartphones in Indonesia has rapidly increased from smartphones and regular phone use to 78
percent of the country's fastest-growing smartphone-based handsets. She has her sights set on
appropriate solutions to enhance understanding of the negative health effects of smartphones and to
address the negative health effects of smartphones. The method for using one of the media used to
improve this health is PowerPoint. PowerPoint is "full of data on topics gained through health-
related policies." Tests used to measure viewers' understanding of this health improvement are pre-
diagnosis and post-sessions on the impact of smartphone use.

Key words: smartphone, radiation and health

Pendahuluan
1. Definisi Smartphone

Ponsel atau telepon genggam merupakan alat komunikasi yang paling


populer di era sekarang ini dengan perkembangannya sudah bertransformasi
menjadi sebuah alat yang dapat berperan sebagai asisten pribadi. Smartphone
adalah telepon pintar yang memiliki kemampuan seperti komputer. Smartphone
diklasifikasikan sebagai high end mobile phone yang dilengkapi dengan
kemampuan mobile computing. Dengan kemampuan tersebut, smartphone
memiliki kemampuan yang tak bisa dibandingkan dengan ponsel biasa. (Anonim a,
2012). Para pengguna smartphone digunakan dengan berbagai tujuan positif,
seperti daily life, mencari berbagai informasi maupun pengalihan stress untuk
berkomunikasi dan bermain game (Salehan & Negahban, 2013).

2. Kecanduan Smartphone (Nomophobia)

Disebutkan oleh Bian & Leung pada tahun 2014 Dalam laporannya yang
telah dirilis dalam analisis internasional, disampaikan bahwa tingkat penetrasi
pengguna smartphone di Cina antara usia 21 sampai 30 tahun adalah 68,4%, yang
merupakan jumlah terbesar di pasar smartphone. Data yang ada menunjukan bahwa
penggunaan smartphone dari tahun ke tahun naik secara signifikan terutama pada
kawasan benua Asia, termasuk di Indonesia. Berdasarkan International Data
Corporation (IDC) pemakaian smartphone di Indonesia naik 7% dari kuartal
semester 2 di tahun 2013, kondisi tersebut akan kian meningkatkan tajam pada
tahun selanjutnya. Pada penggunaan smartphone di Indonesia pertumbuhannya
meningkat tajam hingga 78% dari penggunaan mobile phone atau ponsel di
Indonesia telah menggunakan ponsel yang berbasis smartphone. Penggunaan
smartphone berlebihan dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan
ketergantungan. Ketergantungan smartphone memiliki pengaruh negatif terhadap
kualitas hidup dan kesehatan seperti kecemasan Nomophobia.

Nomophobia atau biasa dikenal dengan singkatan “No Mobile Phone


Phobia” atau penyakit tidak bisa jauh-jauh dari mobile phone merupakan suatu
penyakit ketergantungan yang dialami seorang individu terhadap mobile phone,
sehingga bisa mendatangkan kekhawatiran yang berlebihan jika mobile phone nya
tidak ada di dekatnya. Orang yang didiagnosis menderita Nomophobia akan lebih
banyak menghabiskan waktu dengan mobile phone nya dibandingkan berinteraksi
dengan orang-orang disekitarnya (Kendler dalam Davison, dkk., 2006:
185).

Individu yang menderita Nomophobia sangat berpengaruh terhadap


perilakunya diantaranya seperti kecemasan yang berlebihan yang ditandai dengan
tidak mampu menonaktifkan ponselnya untuk beberapa waktu, rasa khawatir yang
berlebihan jika kehabisan daya baterai, bahkan kemana-mana pun sampai
membawa pengisi daya baterai , terus-menerus memeriksa pesan, panggilan, email
baru dan jejaring sosial. Bahkan penderita nomophobia dapat membawa ponselnya
hingga ke kamar mandi karena terlalu cemas. Dampak dari nomophobia itu sendiri
akan sangat mempengaruhi terhadap kehidupan sosialnya antara lain seperti
hubungan dengan keluarga maupun masyarakat sekitar.

3. Radiasi Smartphone

Radiasi pada dasarnya adalah suatu cara perambatan energi dari sumber
energi ke lingkungannya tanpa membutuhkan medium. Tubuh manusia akan
tersinari oleh berbagai frekuensi gelombang magnetik yang kompleks. Tingkat
paparan gelombang elektromagnetik dari berbagai frekuensi berubah secara
signifikan sejalan dengan perkembangan teknologi yang menimbulkan
kekhawatiran bahwa paparan dari gelombang elektromagnetik ini dapat
berpengaruh buruk terhadap kesehatan fisik manusia (Swamardika).

Secara garis besar, radiasi total yang diserap oleh tubuh manusia adalah tergantung
pada beberapa hal:

1) Frekuensi dan panjang gelombang medan elektromagnetik


2) Polarisasi medan elektromagnetik
3) Jarak antara badan dan sumber radiasi elektromagnetik dalam hal ini
handphone
4) Keadaan paparan radiasi, seperti adanya benda lain di sekitar sumber
radiasi.
5) Sifat-sifat elektrik tubuh. Hal ini sangat tergantung pada kadar air didalam
tubuh, radiasi akan lebih banyak diserap pada media dengan konstanta
dielektrik tinggi seperti otak, otot dan jaringan lainnya dengan kadar air
tinggi
Menurut The National Radiological Protection Board (NPRB) UK, Inggris. Efek
yang ditimbulkan oleh radiasi gelombang elektromagnetik dari telepon seluler
dibagi menjadi dua yaitu :

1) Efek fisiologis
Efek fisiologis merupakan efek yang ditimbulkan oleh radiasi gelombang
elektromagnetik tersebut yang mengakibatkan gangguan pada organ-organ
tubuh manusia berupa, kanker otak dan pendengaran, tumor, perubahan pada
jaringan mata, termasuk retina dan lensa mata, gangguan pada reproduksi,
hilang ingatan, kepala pusing (Bawelle, 2016).

2) Efek psikologis

Merupakan efek kejiwaan yang ditimbulkan oleh radiasi tersebut misalnya


timbulnya stress dan ketidaknyamanan karena penyinaran radiasi berulang-
ulang.

Di dalam sebuah penelitian yang berjudul “Efek Radiasi Gelombang


Elektromagnetik Ponsel Terhadap Kesehatan Manusia”.disebutkan bahwa radiasi
ponsel ternyata hampir sama dengan dampak radiasi elektromagnetik yang
ditimbulkan oleh radar pesawat. Radar pesawat ini diduga memiliki dampak
merugikan bagi manusia yang tinggal disekitar wilayah instalasi radar. Radiasi
radar tersebut dapat mengagitasi molekul air yang ada dalam tubuh manusia. Jika
intensitas radiasi elektromagnetiknya cukup kuat, maka molekul-molekul air
terionisasi, dampak yang ditimbulkan mirip dengan akibat yang ditimbulkan oleh
radiasi nuklir Telepon seluler bekerja dengan cara memancarkan sejenis radiasi
elektromagnetik radio frekuensi (Mahardika. I. Putu, 2010).

Smartphone memiliki radiasi yang bisa memicu pertumbuhan neoplasma, yang


diakibatkan oleh regenerasi sel yang tidak berjalan semestinya.

4. Peran Organisasi Terhadap Radiasi Smartphone

Di Indonesia maupun di luar negeri belum ada badan khusus yang fokus
terhadap keamanan pemasaran smartphone berkaitan dengan radiasi smartphone
yang dianggap mengganggu kesehatan. Hal tersebut dikarenakan tidak ada korelasi
pasti bahwa gelombang radiasi ponsel menyebabkan penyakit tertentu. Pernyataan
tersebut dikeluarkan berdasarkan uji coba di banyak negara, termasuk badan-badan
khusus seperti American Cancer Society, National Institute of Environmental
Health Sciences, US FDA, Federal Communications Commission, dan-lain-lain.

Badan FCC (Federal Communication Commission) Amerika telah menguji


tingkat radiasi yang dipancarkan beberapa ponsel. Kekuatan radiasi ponsel yang
diterima oleh otak atau yang dinamakan SAR (Specific Absorption Rate) diukur
dalam satuan watt/kg. Nilai SAR (watt/kg) didefinisikan sebagai batas selamat
jumlah maksimal radiasi gelombang elektromagnetik (watt) dari ponsel jika
terpapar atas 1 kilogram jaringan tubuh manusia pada saat ponsel sedang
dipergunakan. Standar yang sementara ini diikuti di Eropa memiliki nilai SAR<1,6
(Anonim. 2009) . Untuk itu FCC menetapkan bahwa semua ponsel yang
memancarkan radiasi diatas 1.6 watt/kg dilarang untuk diproduksi (dilarang masuk
di Amerika). Sebenarnya semua ponsel yang beredar masih bisa dikategorikan
aman karena masih berada pada tingkat SAR dibawah 1.6 watt/kg. Meskipun
demikian, terdapat beberapa orang yang merasa pusing atau telinganya panas
setelah menggunakan ponsel yang dikategorikan aman tersebut. Jadi, yang betul-
betul aman atau bukan sekedar aman saja adalah yang tingkat SAR dibawah 1
watt/kg.

Jadi mengenai penetapan nilai ambang batas aman masih perlu diteliti lebih
jauh lagi, demi keselamatan pemakaian gelombang mikro termasuk pula terhadap
pemakaian ponsel. Tetapi sebagai pemakai ponsel, sebaiknya memilih dan
menggunakan ponsel pada nilai antara batas aman yang masih diperbolehkan. Hal
ini untuk menjaga kesehatan dan kelangsungan hidup di masa yang akan datang.

Menurut WHO, penggunaan smartphone tidak akan memberi efek yang


berarti asalkan penggunaannya tidak terlalu sering. Mengenai ketetapan waktu
wajar penggunaan smartphone, WHO belum mengeluarkan batas spesifiknya.
Tetapi lebih disarankan lama pemakaiannya yaitu setiap 1 jam pemakaian
smartphone untuk istirahat terlebih dahulu agar meminimalisir efek dari pemakaian
smartphone yang terlalu lama.

5. Pengaruh Smartphone Berdasarkan Riset


Menurut Harfika dan Widayanti dari Rudiyana (2012), para peneliti
remaja menyatakan bahwa intensitas penggunaan media sosial dan internet
(smartphone) yang berlebihan dapat mengganggu kesehatan seperti mengalami
kesulitan tidur (insomnia), kondisi tubuh yang mudah sakit, gangguan
penglihatan, serta gangguan psikologis seperti mudah stres.

Sinar radiasi smartphone juga dapat membuat penglihatan menjadi


terganggu. Dalam dunia kedokteran dikenal istilah Computer Vision Syndrome
(CVS) yang merupakan gejala (sindrom) yang diakibatkan karena sering melihat
layar, dalam hal ini termasuk layar smartphone. Gejala akibat CVS yaitu mata
kering atau bisa disebut juga Dry Eyes (Widayanti, 2019)

Para ahli mengungkapkan radiasi yang ditimbulkan telepon seluler bisa


menyebabkan gangguan kesehatan terhadap manusia, mengingat masih banyak
orang yang masih setia meng-gunakan piranti wireless ini untuk memudahkan
aktivitas. Namun kekhawatiran dari masyarakat tetap muncul setelah mengetahui
pancaran energi frekuensi radio (gelombang radio) dari telepon seluler berpotensi
menyebabkan masalah kesehatan, dan kekhawatiran yang lain akan jumlah
pengguna telepon seluler yang terus meningkat pesat.
Peningkatan besar dalam penggunaan telepon seluler di seluruh dunia per
Juni 2009 terdapat lebih dari 4,3 miliar pengguna di seluruh dunia. Menurut
laporan International Telecommunication Union (ITU) 2010 yang dikutip dari
Institute for Policy Research Northwestern University, jumlah pengguna telepon
seluler di Amerika Serikat bertambah dari 184,8 juta pada 2004 dan meningkat
menjadi 298,4 juta pada tahun 2009. Data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional
(SUSENAS) 2005 menunjukkan jumlah pengguna telepon seluler yaitu 0,114 juta
rumah tangga dengan persentase 18,15% dari 0,629 juta rumah tangga di Sulawesi
Utara.
Telepon seluler harus memancarkan energi frekuensi radio pada tingkat
yang cukup tinggi untuk mencapai BTS (menara antena). Karena gelombang radio
(microwave) yang dipancarkan secara langsung ke kepala pengguna, menyebabkan
keamanan teknologi ini diragukan. Menurut studi dari Schörnborn et al yang
dikutip dari Romanian J. Biophys, menunjukkan bahwa kepala orang dewasa
menyerap 80% dari radiasi yang dipancarkan oleh telepon seluler.
Penelitian dari Oktay dan Dasdag yang dikutip dari Bahrain Medical
Bulletin, dan dipresentasikan pada Pertemuan Tahunan American Academy of
Otolaryngology-Head and Neck Surgery, 100 orang yang telah menggunakan
telepon seluler selama lebih dari setahun mengalami peningkatan derajat gangguan
pendengaran selama rentang 12 bulan. Studi ini menemukan bahwa orang yang
menggunakan telepon seluler lebih dari 60 menit sehari memiliki ambang
pendengaran yang lebih buruk daripada mereka yang menggunakannya kurang dari
itu, selain itu orang yang menggunakan telepon seluler selama lebih dari satu jam
per hari merasa sulit untuk membedakan suara frekuensi tinggi (misalnya s, f, h, t,
dan z) pada awal kata.

Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan cara


potong lintang (cross sectional), dimana pengambilan data hanya dilakukan satu
kali pada satu saat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember
2012 di RSUP Prof. R. D. Kandou bagian THT-KL Malalayang Manado. Populasi
dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa angkatan 2009 Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado dengan sampel penelitian sebanyak 40 orang
mahasiswa yang Battung, Rumampuk, Supit; Hubungan Radiasi Gelombang
Elektromagnetik dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Kriteria inklusi
dalam penelitian ini: bersedia untuk ikut serta dalam meneliti dan menandatangani
informed consent, lama penggunaan telepon seluler lebih dari 10 menit dalam
sehari dengan frekuensi menelepon lebih dari satu kali, dapat berkomunikasi
dengan baik. Kriteria eksklusi yaitu mahasiswa yang memiliki gangguan
pendengaran dan menderita sakit saat menjalani penelitian. Instrumen dan alat
dalam penelitian yaitu lembar informed consent, lembar kuesioner penelitian, alat
tulis menulis dan laptop yang memiliki aplikasi SPSS, lembar audiogram,
audiometri (Screening “Audiometer QH10” Quadrant Instruments Australia
2008). Kalibrasi terakhir Agustus 2012, EFT.

Gangguan pendengaran yang berbeda antara telinga kiri dan kanan


tergantung pada tingkat paparan radiasi yang berbeda terhadap individu secara
langsung. Dalam penelitian ini, sampel yang diteliti tidak memiliki penyakit atau
keluhan telinga sebelumnya, namun keluhan tinnitus muncul setelah terpapar
radiasi telepon seluler dalam jangka waktu yang cukup lama. Hasil yang sama juga
didapatkan dari penelitian Karlidag, et al.
Penurunan pendengaran ringan yang didapat dari hasil pemeriksaan
audiometri pada beberapa responden umumnya disebabkan oleh induksi radiasi di
koklea atau perubahan vaskular, namun mekanisme gangguan pendengaran masih
belum terbukti. Hal ini didukung oleh banyak penelitian yang dilakukan untuk
mengevaluasi pengaruh radiasi elektromagnetik yang dipancarkan telepon seluler
terhadap pendengaran orang dewasa bahwa tidak ada efek yang ditimbulkan.
Hasil uji bivariat dengan Pearson correlation hubungan antara audiogram
telinga kiri dengan radiasi telepon seluler diperoleh r= -0,256 dengan p= 0,056,
hasil ini menunjukkan secara statistik tidak bermakna pada kedua variabel (p=
0,056 > α= 0,05). Sedangkan uji bivariat pada telinga kanan diperoleh r= 0,210
dengan p= 0,097, hasil ini juga menunjukkan secara statistik tidak bermakna pada
kedua variabel (p= 0,097 > α= 0,05).
Hubungan Radiasi Gelombang Elektromagnetik. Mendukung hipotesis
adanya hubungan radiasi gelombang elektromagnetik telepon seluler terhadap
fungsi pendengaran. Hasil pengukuran radiasi telepon seluler yang dihubungkan
dengan hasil pemeriksaan audiometri secara statistik tidak bermakna. Hal lain yang
mungkin mempengaruhi hasil penelitian ini diantaranya mengenai aktivitas
penggunaan earphone sebelumnya, seperti mendengarkan musik dengan volume
keras dari telepon seluler dengan menggunakan earphone atau perangkat audio
lain. Hal ini dapat menimbulkan bising kronik yang dapat mengganggu fungsi
pendengaran. Intensitas suara yang dihasilkan oleh earphone bisa mencapai 110
dB. Paparan suara berintensitas 110 dB selama 1 jam per hari dapat menurunkan
fungsi pendengaran. Penurunan fungsi pendengaran dapat bersifat sementara. Hal
ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Rahadian, Prastowo, dan Haryono
yang menunjukkan adanya perbaikan fungsi pendengaran setelah penggunaan
earphone dikurangi atau dihentikan. (Rut O. Battung,dkk, 2013)
Smartphone ketika digunakan memancarkan jenis radiasi non-pengion disebut
radiasi elektromagnetik frekuensi radio radiofrequency (SRFEMR). (IARC, 2013).
Saat ini, SRF-EMR diyakini dapat menyebabkan gangguan neurologis tertentu dan
dapat meningkatkan resiko kanker tertentu (Gang Yu, 2019).

6. Solusi mengurangi dampak radiasi smartphone


1) Meminimalkan waktu paparan.
Meminimalkan waktu paparan bisa dilakukan dengan cara menggunakan
smartphone hanya saat dibutuhkan saja. Misalkan, jika menelepon
seseorang tunggulah sampai telepon sudah menyambung ke tempat tujuan,
sebelum mendekatkan ponsel ke telinga.
2) Memaksimalkan jarak smartphone dengan tubuh terutama kepala.
Kekuatan gelombang elektromagnetik akan berkurang secara drastis dengan
bertambahnya jarak. Cara untuk memberi jarak antara smartphone dengan
tubuh terutama kepala adalah dengan menggunakan headset atau hand free
seefektif mungkin. Hindari menyimpan smartphone di saku celana atau
baju pada saat smartphone dalam kondisi on karena selama smartphone on
dia akan terus memancarkan radiasi. Memberi jarak smartphone dengan
kepala juga bisa dilakukan dengan memanfaatkan layanan pesan singkat
(SMS) dibanding telepon.
3) Jangan gunakan smartphone di ruangan yang berdinding logam seperti di
dalam mobil.
Ruangan berdinding logam membuat radiasi tidak bisa menembus keluar
sehingga akan dipantulkan kembali.
4) Memilih ponsel dengan level SAR (Specific Absorption Rate) yang rendah.
Level SAR ini biasanya dicantumkan dalam buku manual. ICNIRP
(International Commission on Non-Ionizing Radiation Protection)
memberikan batas maksimal sebesar 2,0 W/kg.
5) Jika smartphone tidak digunakan, ubah pengaturan handphone menjadi
airplane mode atau tidak tersambung internet.
Hal ini dilakukan agar radiasi yang dikeluarkan seminimal mungkin. Selain
itu, ketika handphone tidak tersambung internet akan membuat seseorang
lebih fokus melakukan pekerjaannya daripada memeriksa notifikasi
handphone nya.
6) Lakukan hal yang menyenangkan bersama keluarga atau teman di dalam
dunia nyata.
Banyak individu yang kecanduan bermain handphone karena memiliki
teman virtual dalam dunia game onlinenya. Ketika individu tersebut
melakukan aktivitas yang menyenangkan dan bermanfaat di dunia nyata
seperti liburan bersama keluarga, memasak bersama keluarga, bermain
bersama sahabat dan lain sebagainya, maka akan membuat individu
tersebut mengurangi penggunaan handphone nya. Selain itu juga, hubungan
sosial individu tersebut akan menjadi lebih baik.
7) Menghapus aplikasi yang tidak bermanfaat dan membuat candu.
Aplikasi sosial media dan game online membuat beberapa orang candu
bahkan membuat semua orang tidak bisa hidup tanpa sebuah handphone.
Menghapus beberapa aplikasi sosial media akan membuat rasa penasaran
seseorang terhadap dunia luar sedikit berkurang sehingga individu tersebut
tidak terlalu fokus sama yang namanya handphone.
8) Harus selalu ingat dampak buruk penggunaan handphone
Ketika seseorang tahu dampak buruk suatu hal, pasti seseorang tersebut
akan merasa waspada dan selalu berhati hati.
9) Menggunakan handsfree/headset saat menelpon sehingga antenna lebih
jauh dari tubuh.
10) Mengurangi panggilan dan menggunakan short message service (SMS)
11) Mengatur tingkat pencahayaan layar, misalnya penggunaan mode baca
12) Jangan lupa untuk mengistirahatkan mata
13) Menggunakan kacamata anti-radiasi, karena pancaran sinar smartphone
dapat menjadi penyebab radiasi
14) Gunakan dalam jarak yang aman, minimal 30 cm dari mata kearah
smartphone

Metode

Kegiatan pelaksanaan promosi kesehatan kepada Mahasiswa PPM (Pondok


Pesantren Mahasiswa) Nurul Hakim yang mengambil studi di beberapa perguruan
tinggi seperti UNPAD, UPI, ITB, IKOPIN, IPDN, dan UIN dengan jurusan yang
bervarian yang setiap harinya tidak bisa lepas dari smartphone. Salah satu media
yang digunakan dalam promosi kesehatan ini adalah powerpoint. Powerpoint
tersebut berisikan materi-materi mengenai topik yang diambil yaitu “Pengaruh
Smartphone Terhadap Kesehatan”. Tes yang digunakan untuk mengukur
pemahaman audiens dalam promosi kesehatan ini adalah pre-test dan post-test
mengenai pengaruh penggunaan smartphone terhadap kesehatan. Pre-test diberikan
di awal tahap pelaksanaan yaitu sebelum penyampaian materi untuk mengetahui
kemampuan awal audience dan post-test diberikan pada akhir pembelajaran untuk
mengetahui kemampuan setelah mendapatkan pembelajaran.

Hasil

a. Evaluasi Proses

Pada proses pelaksanaan promosi kesehatan tentang pengaruh penggunaan


smartphone pada Mahasiswa PPM (Pondok Pesantren Mahasiswa) Nurul Hakim
yang mengambil studi di beberapa perguruan tinggi seperti UNPAD, UPI, ITB,
IKOPIN, IPDN, dan UIN dengan jurusan yang bervarian yang setiap harinya tidak
bisa lepas dari smartphone. Peserta yang hadir mengikuti pelaksanaan promosi
kesehatan berjumlah 20 peserta. Pada proses pelaksanaanya peserta antusias
terhadap materi penyuluhan yang disampaikan. Peserta memberikan respon positif
terhadap materi penyuluhan dengan berperan aktif dalam mengajukan pertanyaan.

b. Evaluasi Hasil

Indikator keberhasilan dari promosi kesehatan tentang pengaruh penggunaan


smartphone adalah tercapainya kehadiran peserta minimal 20 orang peserta yang
hadir. Peserta penyuluhan berperan aktif dalam proses penyuluhan minimal
mengajukan 3 pertanyaan. 75% peserta yang hadir mengikuti proses penyuluhan
dapat menjawab post test dengan 7 soal benar dari 10 soal yang tersedia.

HASIL PRETEST DAN POSTEST


HASIL

NO NAMA USIA
PRETES POSTES
T T
1 Muhammad Ilyas A 21 Tahun 50 80
2 Takdir Toyib Polanunu 21 Tahun 40 80
3 Miqdam Alkayyis 20 Tahun 40 80
4 Muhammad Yusuf Nur I 18 Tahun 70 100
5 Muhammad Fadela 20 Tahun 70 90
6 Ahmad Rezi 19 Tahun 40 90
7 Sinta Meilinda 19 Tahun 50 70
8 Dinda A Aflaha 18 Tahun 60 90
9 Dinda N Salsabila 20 Tahun 50 90
10 Dara Citra M 21 Tahun 50 80
11 Arina Nur Fadhilah 25 Tahun 50 80
12 Hafsoh Yuniarti Pratiwi 19 Tahun 70 100
13 Vira Putri Dinda 20 Tahun 80 100
14 Mutiara 20 Tahun 50 100
15 Vicky Aulia F 21 Tahun 50 100
16 Alisya Aisha Ahmad 20 Tahun 80 100
17 Tasya Inayah 20 Tahun 70 100
18 Dinna Sholihatunnisa 19 Tahun 40 80
19 Diah Ayu Marantika 22 Tahun 40 50
20 Yuyun Yunengsih 20 Tahun 40 60
Rata - Rata 54.5 86

Pembahasan

1. Kendala
a. Internal
1) Transportasi menuju lokasi promosi kesehatan
b. Eksternal
1) Peserta memiliki agenda lain yang belum selesai di Pondok Pesantren
Mahasiswa Nurul Hakim ketika acara promosi kesehatan akan dimulai
2) Peserta datang secara bertahap sehingga menghambat keberlangsungan acara
promosi kesehatan
3) Tiga orang peserta tidak mengikuti evaluasi post-test saat akhir acara promosi
kesehatan
4) Kondisi ruangan yang digunakan untuk promosi kesehatan kurang proposional
2. Keuntungan
- Kami dapat membagikan ilmu mengenai kesehatan yaitu “Pengaruh Smartphone
Terhadap Kesehatan” kepada mahasiswa di Pondok Pesantren Mahasiswa Nurul
Hakim.
Simpulan

Simpulan merupakan uraian singkat yang dijabarkan secara tepat dari hasil penelitian dan
pembahasan.

Ucapan Terima kasih

Dengan terselesaikannya Artikel ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat sehingga penulis dapat
menyelesaikan artikel ini
2. Bapak Ahmad Yamin, S.Kp., M.Kes., Sp.Kom selaku dosen pembimbing dalam
memberikan bimbingan serta arahan dalam kegiatan penyuluhan dan penulisan
artikel ini.
3. Orang tua yang membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan artikel ini
4. Pimpinan dan santri Pondok Pesantren Mahasiswa Nurul Hakim atas kerja sama nya
dalam kegiatan penyuluhan yang telah penulis lakukan sebelumnya

Daftar Pustaka

Bawelle, C. F. (2016). Hubungan Penggunaan Smartphone Dengan Fungsi Penglihatan.

Enny. 2014. EFFEK SAMPING PENGGUNAAN PONSEL. Jurnal Gema Teknologi Vol. 17
No. 4
Gang Yu, d. (2019). Long-term exposure to 4G smartphone radiofrequency
electromagnetic. Science of the Total Environment.

Hisyam, Y. A. (2018). Analisis intensitas radiasi medan magnet high frequency (HF) pada
handphone.

Maria, H. W. (2018). Hubungan Tingkat Penggunaan Smartphone Dengan Kejadian


Miopia.

Rut O. Battung,dkk. (2013). HUBUNGAN RADIASI GELOMBANG


ELEKTROMAGNETIK. Jurnal e-Biomedik (eBM), 1047-1051.

Sudatri, N.W. DAMPAK BURUK RADIASI HANDPHONE


Swamardika, I. A. (n.d.). Pengaruh Radiasi Gelombang Elektromagnetik terhadap
Kesehatan Manusia.

Widayanti, M. H. (2019). Hubungan Penggunaan Smartphone Dengan Aktivitas Fisik


Remaja di Desa Sumokali Kecamatan Candi Sidoarjo. 156 -163.

Wilantika, C. F. (2015). Pengaruh Penggunaan Smartphone Terhadap Kesehatan dan


Perilaku.

Anda mungkin juga menyukai