PENDAHULUAN
penglihatan seseorang pada jarak 6 meter. Visus 6/6 artinya seseorang melihat
secara luas namun bila tanpa disertai pengendalian yang tepat akan dapat
berlebihan, posisi yang tidak benar dan intensitas pencahayaan yang tidak baik,
akan berdampak terhadap penurunan visus. Penurunan visus pada anak-anak akan
2016).
diakibatkan oleh penggunaan gadget yang terlalu lama seperti mata lelah,
1
ketidaknyamanan pada okuler saat melihat dari dekat ataupun dari jauh setelah
penggunaan gadget jangka lama. Suatu sinar yang disebut high energy visible atau
heV atau dikenal sebagai blue light adalah salah satu bagian dari spektrum cahaya
yang berada di antara biru dan violet adalah cahaya yang sangat kuat dan
ini menjadi salah satu penyebab masalah penglihatan, yaitu katarak dan amD
heV akan berdampak pada retina, heV penetrasi ke pigmen makula pada mata dan
terhadap paparan heV dan degenerasi sel (The Vision Council, 2014).
Menurut Flurry, Mobile Addict atau pecandu gadget adalah orang yang
membuka aplikasi pada gadget mereka sebanyak lebih dari 60 kali dalam sehari.
Dari survey tersebut diketahui bahwa dari 1,4 miliar pengguna gadget yang
diteliti, 176 juta orang di antaranya adalah pecandu smartphone. Angka tersebut
juga naik sampai 123 persen dibandingkan angka tahun lalu yang hanya 79 juta
orang. Selain itu diketahui pula 25% pecandu smartphone tersebut masih dalam
usia sekolah, yaitu berusia 13-18 tahun. Selain sebagai media komunikasi,
smartphone mempunyai fitur yang dinikmati semua strata sosial masyarakat baik
yang kaya maupun kalangan ekonomi menengah kebawah. Bahkan anak anak
online(Widyastuti, 2016).
2
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr. Mark Rosenfield seorang
beban kerja mata pada saat menggunakan telepon pintar lebih berat. Membaca
pada jarak yang dekat memaksa mata untuk bekerja lebih keras dalam
memfokuskan pada suatu objek. Membaca tulisan yang kecil juga akan
menambah beban kerja mata. Makin beratnya mata dalam bekerja maka makin
bertambah resiko untuk terjadi regangan pada mata yang akhirnya dapat
daya akomodasi mata yang akhirnya berdampak pada penurunan visus. Hal ini
terjadi karena pengguna telepon pintar cenderung menatap layar telepon pintar
pada jarak yang terlalu dekat sehingga beban kerja mata bertambah berat dalam
lain penggunaan telepon pintar adalah penglihatan menjadi kabur, kelelahan pada
WHO, pada tahun 2010, jumlahnya diperkirakan telah mencapai 108 juta orang.
WHO telah menetapkan miopia sebagai salah satu prioritas utama untuk
mengendalikan dan mencegah kebutaan di dunia pada tahun 2020 karena miopia
menjadi penyebab utama kebutaan. Data WHO menunjukkan bahwa 10% dari 66
juta anak usia sekolah menderita myopia (Wiartini, 2018). Global Data On Visual
secara global . Mereka menyatakan bahwa pada tahun 2010 di perkirakan 285 juta
penduduk dunia mengalami gangguan penglihatan dari 285 juta tersebut 246 juta
3
mengalami low vision dan dari 285 juta yang mengalami gangguan pengelihatan
penyakit mata. Menurut Suharjo kasus kelainan refraksi dari tahun ke tahun terus
Indonesia hampir 25% populasi penduduk atau sekitar 55 juta jiwa. Dari hasil
provinsi di Indonesia seperti Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat
pada tahun 2009 ditemukan kelainan refraksi sebesar 61,71% dan menempati
urutan pertama dalam sepuluh penyakit mata terbesar di Indonesia (Enira, 2016).
berdasarkan umur 6-14 tahun sebesar 1,0% dan umur 15-24 tahun sebesar 2,9%.
dimana anak yang tidak sekolah sebanyak 2,3%, anak yang tamat SD sebanyak
3,6%, yang tamat SMP sebanyak 4,0%, dan yang tamat SMA sebanyak 7,0%. Jika
ditinjau dari segi tempat tinggal lebih tinggi penderita yang tinggal di perkotaan
(RISKESDAS, 2013).
Kecamatan Ngoro yang setiap tahun rutin melaksanakan screening kesehatan pada
4
siswa siswi setingkat SMP dan SMA. Adapun jumlah sekolah setingkat SMP yang
ada di wilayah kecamatan Ngoro adalah 10 sekolah dan setingkat SMA adalah 5
sekolah. Berdasarkan data hasil screening kesehatan sekolah yang dilakukan pada
tahun 2018 didapatkan hasil siswa SMP kelas VII sebanyak 756 siswa dan yang
mata. Salah satu program tahunannya adalah program kaca mata gratis bagi siswa
yang tidak mampu. SMPN 1 Ngoro merupakan salah satu sekolah yang masuk
dalam wilayah kerja Puskesmas Ngoro. Pada tahun 2018, siswa siswi SMPN 1
Ngoro yang mendapat bantuan kaca mata sebanyak 89 orang. Selain itu,
kacamata, terutama siswa kelas VII. Berdasarkan data UPT Puskesmas Ngoro
melalui hasil screening pemeriksaan visus dengan tabel snellen yang dilakukan
pada siswa kelas VII SMPN 1 Ngoro tahun 2017, yang mengalami kelainan
penggunaan gadget dengan penurunan visus pada siswa kelas VII SMPN 1 Ngoro,
5
1.2 Rumusan Masalah
pada siswa kelas VII SMPN 1 Ngoro, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
jenis kelamin, jenis gadget pada siswa kelas VII SMPN 1 Ngoro,
tahun 2019.
6
e. Untuk menganalisis hubungan antara lama penggunaan gadget dan
1. Bagi peneliti
2. Bagi masyarakat
3. Bagi puskesmas
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Visus
bayangan yaitu kornea, lensa dan retina. Kornea adalah selaput bening mata,
bagian selaput yang menembus cahaya dan juga jaringan yang menutup bola mata
bagian depan dan terdiri atas lapisan epitel, membran bowman, stroma membran
descement, dan endotel. Lensa adalah jaringan yang berasal dari ektoderm
permukaan yang berbentuk transparan didalam mata dan bersifat bening. Retina
atau selaput jala adalah bagian mata yang mengandung reseptor yang menerima
fokuskan oleh lensa ke bagian belakang mata, yaitu retina, fotoreseptor pada
sinyal informasi ke otak melalui saraf optik. Semua bagian tersebut harus bekerja
berjalan dari satu medium lain dengan kepadatan yang berbeda kecuali apabila
berkas cahaya tersebut jatuh tegak lurus pada permukaan (Sherwood, 2010).
8
Gambar 2.1 Anatomi mata
Proses penglihatan diawali dengan cahaya yang masuk ke dalam mata, dan
diikuti dengan proses penglihatan yang terdiri dari empat tahap, yaitu tahap
pembiasan tahap sintesa fotokimia, tahap pengiriman sinyal sensoris dan tahap
kaca, dengan titik hasil pembiasan tergantung pada pada panjang sumbu bola
mata. Proses fotokimia terjadi pada fovea di makula. Proses kimia yang terjadi
listrik ini akan diantar oleh serabut saraf ke pusat penglihatan di otak untuk
akan di fokuskan oleh lensa ke bagian belakang mata, yaitu retina. Fotoreseptor
9
Pada mata normal, otot siliaris melemas dan lensa mendatar untuk
penglihatan jauh, tetapi otot siliaris melonggar atau melemas dan lensa mendatar
untuk penglihatan jauh tetapi otot siliaris akan berkontraksi untuk memungkinkan
lensa menjadi cembung dan lebih kuat untuk penglihatan dekat. Hal inilah yang
c. Tajam Penglihatan
yaitu high contrast acuity atau tajam penglihatan, sensitivitas terhadap kontras,
kontras, berbagai uji warna, waktu papar, dan kelainan refraksi mata dapat
berbentuk huruf dimana yang paling sering digunakan adalah kartu uji snellen
10
Cara melakukan pemeriksaan visus dengan menggunakan snellen chart
yaitu pasien menghadap kartu uji pada jarak 6 meter (atau 20 feet). Pemeriksaan
visus biasanya dimulai dari mata bagian kanan kemudian dilanjutkan mata bagian
kiri. pasien diminta membaca huruf-huruf pada kartu uji snellen mulai dari huruf
dengan kartu sedangkan penyebut adalah jarak pasien yang penglihatannya masih
Rumus : V = D/d
Keterangan :
mata untuk menilai kekuatan resolusi mata. Pemeriksaan standar adalah dengan
menggunakan kartu Snellen, yang terdiri dari baris-baris huruf yang semakin ke
bawah ukurannya semakin kecil. Tajam penglihatan dicatat sebagai jarak baca
pada nomor baris, dari huruf terkecil yang dilihat. Tajam penglihatan normal rata-
rata bervariasi antara 6/4 hingga 6/6 (20/15 atau 20/20 kaki). Apabila penglihatan
kurang maka diukur dengan menentukan kemampuan melihat jumlah jari (hitung
11
Tabel 2.1 Kriteria tajam penglihatan menurut WHO
Tajam Penglihatan
Kriteria
Snellen LogMAR
Tajam penglihatan baik 6/6 – 6/18 0,00 – 0,48
Tajam penglihatan sedang <6/18 – 6/60 >0,48 – 1,00
Tajam penglihatan buruk <6/60 >1,00
tajam penglihatan dapat berubah-ubah sesuai dengan proses penyakit yang sedang
berjalan. Secara garis besar, terdapat tiga penyebab utama berkurangnya tajam
refrakta (misal katarak), dan kelainan syaraf (misal glaukoma, neuritis) (Vaughan,
2010).
1. Usia
Usia kronologis manusia adalah perhitungan usia yang dimulai dari saat
sehingga sedikit kesulitan jika melihat dalam jarak yang dekat. Hal ini
dengan jarak yang dekat dan penglihatan jauh. Dengan bertambahnya usia,
12
2. Intensitas Penerangan
dengan gejala terjadinya iritasi pada mata (mata perih, merah, berair),
disebabkan oleh intensitas cahaya yang rendah titik jauh bergerak menjauh
Menatap layar gadget dalam waktu yang lama dapat memberikan tekanan
tambahan pada mata dan susunan syarafnya. Saat melihat gadget dalam
waktu lama dan terus menerus dengan frekuensi mengedip yang rendah dapat
kering. Dalam hal ini, air mata memiliki fungsi yang sangat penting. Air mata
masuk kemata dari atmosfer, nutrisi (glukosa, elektrolit, enzim, protein) serta
13
maka dapat menyebabkan mata kekurangan nutrisi dan oksigen. Dalam waktu
durasi paparan radiasi yang diterima oleh tubuh. Radiasi merupakan energi
khususnya mata walaupun dengan intensitas yang rendah akan tetapi dalam
game online pada anak usia sekolah sebesar 20,80 jam perminggu dan rata-
rata nilai visus mata anak menurun dengan nilai 0,8 sebanyak 35%. Hal ini
gadget lebih dari dua jam per hari dapat meningkatkan risiko penurunan visus
3 kali lebih besar dibandingkan menggunakan gadget kurang dari dua jam per
hari. Namun dalam penelitian tersebut menyatakan tidak ada hubungan yang
signifikan antara penerangan gadget dengan tajam penglihatan, tetapi hal ini
14
Saat mata melihat objek maka mata melakukan kegiatan akomodasi. Hal
ini bertujuan agar mata dapat melihat objek dengan jelas. Ketika melihat
objek dengan jarak yang jauh maupun dengan jarak yang dekat mata akan
berakomodasi. Kegiatan akomodasi yang dilakukan oleh otot mata ini dapat
menyebabkan kelelahan mata. Kejadian ini dapat terjadi sebagai akibat dari
akomodasi yang tidak efektif hasil dari otot mata yang lemah dan tidak stabil.
Anatomi mata manusia didesain untuk melihat jarak jauh dalam waktu lama
dan melihat objek dekat dalam waktu pendek. Jadi ketika membaca,
menggunakan komputer atau bekerja dengan objek jarak dekat dengan waktu
kerusakan yang disebut stres titik dekat. Pandangan mata terhadap objek yang
terlalu dekat dan terus menerus lebih dari dua jam dapat menyebabkan
menyesuaikan fokus untuk melihat benda dengan jelas. Ukuran aksial bola
15
mata yang terlalu panjang ini dapat menyebabkan penurunan visus, yaitu
berbaring. Dalam posisi duduk pengguna dapat menjaga jarak ideal antara
mata dengan gadget. Sedangkan pada posisi berbaring, tubuh tidak akan
merasa relaks karena otot mata akan menarik bola mata ke bawah mengikuti
letak objek sehingga mata akan lebih bekerja keras dalam berakomodasi.
seseorang secara cepat. Menjaga jarak antara mata dengan gadget juga
melihat gadget dalam jarak yang terlalu jauh dan terlalu dekat maka mata
16
menggunakan gadget dengan posisi yang benar hanya mengalami penurunan
2.2 Gadget
a. Definisi
Secara istilah gadget berasal dari bahasa Inggris yang artinya perangkat
elektronik kecil yang memiliki fungsi khusus. Manumpil, dkk (2015), gadget
adalah sebuah teknologi yang berkembang pesat dan memiliki fungsi khusus
aplikasi yang dapat menyajikan berbagai media berita, jejaring sosial, hobi,
bahkan hiburan. Jati dan Herawati (2014), gadget adalah media yang dipakai
komunikasi manusia.
b. Perkembangan Gadget
Trend gadget sekitar tahun 2012 di indonesia masih dipegang oleh segmen
berkembang, akan tetapi masih kalah dengan perkembangan smartphone. Hal ini
bertambah. Seperti saat ini perkembangan gadget yang menjadi pilihan banyak
17
c. Jenis-jenis Gadget di Indonesia
1. Smartphone
(Irawan, 2013).
2. Komputer Tablet
handphone. Alat ini serupa dengan komputer tablet yang memiliki fungsi-
3. Netbook
18
1. Iklan yang merajalela di dunia pertelevisian dan di media sosial
masa kini. Sehingga hal itu membuat remaja semakin tertarik bahkan
(Fadilah, 2015).
gadget, akan tetapi pada kenyataan sekarang orang tua berpenghasilan pas-
5. Lingkungan
19
sekarang hampir setiap kegiatan menuntut seseorang untuk menggunakan
6. Faktor budaya
7. Faktor sosial
serta status sosial. Peran keluarga sangat penting dalam faktor sosial,
2007).
8. Faktor pribadi
seperti usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan dan lingkungan ekonomi,
gaya hidup, dan konsep diri. Kepribadian remaja yang selalu ingin terlihat
Unsafe action adalah perilaku atau tindakan tidak aman yang dapat
timbul akibat dari paparan radiasi yang diterima oleh tubuh dan didukung dengan
20
unsafe action yang secara tidak sadar dan terus menerus dilakukan. Unsafe action
dalam penggunaan gadget dapat berupa posisi, lama waktu, jarak pandang, dan
1. Posisi
Posisi saat berbaring menyebabkan tubuh tidak bisa relaks karena otot
mata akan menarik bola mata ke arah bawah, mengikuti letak objek yang
dilihat. Mata yang sering terakomodasi dalam waktu lama akan lebih cepat
menurunkan kemampuan melihat jauh. Oleh karena itu, posisi duduk lebih
(Ridwan, 2009).
2. Lama waktu
Dosis pajanan merupakan hasil kelipatan dari konsentrasi dan waktu, maka
100-400 Gy mulai bergejala dalam jangka waktu 2-6 jam, sedangkan pada
3. Jarak pandang
Makin jauh jarak sumber radiasi, intensitas pancaran radiasi akan makin
kecil. Pandangan mata terhadap objek yang terlalu dekat dan terus
2009).
4. Pencahayaan
21
Intensitas penerangan atau cahaya menentukan jangkauan akomodasi.
cahaya yang rendah titik jauh bergerak menjauh maka kecepatan dan
Menurut penelitian Lely. I. Porotu’o, dkk pada tahun 2014 yang berjudul
sebagai berikut:
klasifikasi tersebut yaitu >2 jam/hari dan ≤2 jam/hari yang di lihat pada
Manado memiliki screen based activity >2 jam/hari yang tinggi yaitu 80%,
hal ini menjukkan bahwa sangat banyak aktivitas yang dilakukan anak-
yang tidak ergonomis saat proses belajar mengajar (Wati, 2008) oleh
22
karena itu posisi akan mempengaruhi anak saat membaca yang dapat
tidak tegak.
3. Jarak membaca pada siswa siswi Sekolah Dasar Katolik Santa Theresia 02
gadget perhari selama > 2jam, frekuensi jeda saat menggunakan gadget
tiap >1 jam, lama jeda saat menggunakan gadget <15 menit, posisi
23
Hubungan Penggunaan Gadget dengan Ketajaman Penglihatan Pada
Siswa Kelas VII dn VIII Mts Ridyatul Falah Jombang. Hasil penelitian :
rendah. Hasil uji statistik menunjukkan p (0,08) > (0,05) ada hubungan
24
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
Penggunaan gadget
Paparan radiasi
Akomodasi lensa mata ↑
(blue light)
Kemampuan akomodasi
Menstimulasi serotonin lensa mata ↓
Bayangan jatuh
Menstimulasi dibelakang retina
pertumbuhan panjang
aksial bola mata
Penurunan
Visus
yang tidak berhenti dan otot siliaris terus berkontraksi sehingga menyebabkan
25
produksi cairn intraocular. Peningkatan ini menyebabkan meningkatnya
tekanan bola mata yang berhubungan terjadinya penurunan visus. Agar tidak
terjadi kerusakan pada bola mata sebaiknya penggunaan gadget dibatasi 1-2
pada retina perifer dan sentral. Gangguan ini menyebabkan bayangan jatuh di
Keterangan :
: diteliti
internal dan faktor eksernal. Salah satu faktor internal yang mempengaruhi
penurunan visus adalah penggunaan gadget, dapat berupa posisi, lama waktu, dan
1. Posisi
Saat berbaring menyebabkan tubuh tidak bisa relaks karena otot mata
akan menarik bola mata ke arah bawah, mengikuti letak objek yang dilihat.
26
Mata yang sering terakomodasi dalam waktu lama akan lebih cepat
menurunkan kemampuan melihat jauh. Oleh karena itu, posisi duduk lebih
100-400 Gy mulai bergejala dalam jangka waktu 2-6 jam, sedangkan pada
dosis 600-1000 Gy sudah timbul dalam 2 jam. Oleh karena itu, semakin
Saat melihat gadget dalam waktu lama dan terus menerus dengan
menetap
3.3 Hipotesis
27
BAB IV
METODE PENELITIAN
hubungan antara lama waktu penggunaan gadget dengan tajam penglihatan pada
a. Populasi
(Sunyoto & Setiawan, 2013). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Semua siswa kelas VII SMPN 1 Ngoro, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto,
b. Besar Sampel
28
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiono, 2013). Sampel adalah sebagian objek yang diteliti dan
siswa kelas VII yang berjumlah 10 kelas di SMPN 1 Ngoro, Kecamatan Ngoro,
Kabupaten Mojokerto.
metode simple random sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara acak
tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi (Alimul, 2009).
𝑁
n=
1+𝑁(𝑒)2
Keterangan :
n : Ukuran sampel
N : Ukuran populasi
Perhitungan rumus
320
n=
1+320 (0,05)2
320
n=
1,8
n = 177,7 = 178
siswa yang diambil di SMPN 1 Ngoro dari populasi 320 siswa adalah sebesar 178
siswa.
29
c. Kriteria Sampel
1. Seluruh anak kelas 7 SMP yang bersekolah dan hadir pada saat
pelaksanaan penelitian
diwawancara.
strabismus, konjungtivis, dan katarak serta penyakit mata lain yang dapat
adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau
timbulnya variabel dependen (Sugiono, 2013). Variabel bebas dalam penelitian ini
30
4.4.2 Variabel Dependen (terikat)
karena variabel bebas (Sugiono, 2013). Variabel terikat dalam penelitian ini
atau sifat yang akan dipelajari sehingga menjadi variabel yang dapat diukur.
Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan untuk meneliti dan
Tabel 4.1 Definisi Operasional hubungan antara lama waktu penggunaan gadget dengan
tajam penglihatan pada siswa SMPN 1 Ngoro Mojokerto.
No Variab Definisi Parameter Alat Skala Hasil ukur
el operasional ukur
Frekuensi a. Sering
Gadget yang penggunaan (≥ 3hari)
Kuesioner Nominal
digunakan oleh gadget dalam b. Jarang
responden yang seminggu (<3 hari)
Penggu
diukur berdasarkan a. Berlebih
1. naan indikator lama Lama waktu (≥ 2 jam)
Gadget penggunaan dan penggunaan b. Cukup
frekuensi kuesioner Nominal
gadget dalam (<2 jam)
(Anggreini,2016). sehari (Anggrei
ni,2016)
Penurunan a. Tajam
kemampuan visus penglihatan
responden dalam normal
Penuru
melihat dengan Snellen (6/6)
2. nan Visus Nominal
jelas jarak dekat Chart b. Tajam
Visus
atau jauh yang penglihatan
diukur dengan menurun
snellen chart (<6/6)
31
(WHO,
2010)
4.6 Prosedur Penelitian / Pengumpulan Data
Populasi
Seluruh siswa SMPN 1 Ngoro,
Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto
Penilaian Visus
Analisis Data
Gambar 4.1 Alur Penelitian hubungan antara lama waktu penggunaan gadget dengan
tajam penglihatan pada siswa SMPN 1 Ngoro Mojokerto.
32
4.5.2 Jumlah Tenaga Kerja yang Terlibat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, jumlah tenaga kerja yang secara formal memiliki
disadur dari kuesioner penelitian yang dilakukan oleh Rahmawaty tahun 2018
serta Snellen chart. Kuesioner dilengkapi dengan surat pengantar kuesioner atau
Pengolahan data adalah kegiatan merubah atau membuat seluruh data yang
dikumpulkan menjadi suatu bentuk yang dapat disajikan, dianalisa, dan ditarik
a. Editing
yang telah diisi pada saat pengumpulan data. Hal ini dilakukan untuk
33
jawabannya, kesesuaian antara jawaban yang satu dengan yang lainnya,
b. Coding
c. Scoring
d. Tabulation
a. Analisis Univariat
34
b. Analisis Bivariat
adalah uji Chi Square. Uji Chi Square bekerja dengan data nominal. jika x²
hitung ≤ x² tabel maka Ho diterima artinya tidak signifikan, yaitu tidak ada
tabel berikut.
35
36