| 1
Abstrak
Kelainan refraksi merupakan kelainan pembiasan cahaya yang menyebabkan bayangan tidak fokus pada retina
sehingga penglihatan menjadi kabur. Kelainan refraksi pada anak harus mendapat perhatian khusus karena pada
usia sekolah, kelainan refraksi mulai terjadi. Kelainan refraksi yang tidak terkoreksi pada anak usia sekolah
dapat menjadi masalah dan menyebabkan kebutaan, yang nantinya akan memberikan dampak terhadap proses
belajar dan mutu pendidikan yang selanjutnya akan mempengaruhi kualitas, kreativitas dan produktivitas dalam
pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran kelainan refraksi pada siswa Sekolah Dasar Negeri
1 dan 2 di Amahusu Kecamatan Nusaniwe tahun 2018. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
pendekatan cross sectional yang dilakukan pada siswa SD Kelas IVI yang berjumlah 220 orang berasal dari
Sekolah Dasar Negeri 1 dan 2 Amahusu pada bulan Agustus 2018 dengan teknik total sampling. Data
didapatkan melalui pemeriksaan tajam penglihatan menggunakan Snellen chart dan pinhole di sekolah dan
diikuti pemeriksaan dengan Trial lens apabila ditemukan kelainan refraksi. Hasil penelitian menunjukkan
gambaran kelainan refraksi pada siswa SD Negeri 1 dan 2 Amahusu sebanyak 11 siswa (5,0%) dengan jenis
kelainan tajam penglihatan, yaitu miopia (100%), sedangkan hipermetropia dan astigmatisma tidak ditemukan.
Berdasarkan jenis kelamin, gambaran kelainan refraksi miopia ditemukan pada laki-laki (63,6%) lebih tinggi
dibandingkan perempuan (36,4%). Gambaran kelainan refraksi miopia berdasarkan usia ditemukan paling
tinggi pada usia 6 tahun (36,4%). Gambaran kelainan refraksi menurut tingkatan kelas, gambaran kelainan
refraksi tertinggi ditemukan pada siswa kelas I dan siswa kelas V (36,4%).
Kata Kunci: Kelainan refraksi, siswa sekolah dasar, jenis kelamin, usia, tingkatan kelas.
Gambaran Kelainan Refraksi pada Siswa Sekolah Dasar.. | 2
Abstract
Refractive error is light refraction error that causes the shadow not focus on retina so vision become blurred.
Refractive error in children should got special attention because in school-aged, refractive error begin to occur.
Uncorrected refraction error in school age children can be a problem and causes blindness, which later will have
an impact for process of learn and the quality of education which will next affects quality, creativity, and
productivity in education. This study aims to see an overview of refractive error in elementary school students 1
and 2 Amahusu, sub-districts of Nusaniwe in 2018. This study design was cross sectional by using a sampling
method is total sampling of 220 students which did on elementary students 1 st grade until 6th grade come from
elementary school 1 and 2 Amahusu at August 2018. The data obtained through visual acuity examination using
Snellen chart and pinhole at school and continue by examination using Trial lens if refractive error is founded.
This study result showed description of refractive error in elementary school 1 and 2 Amahusu as many as 11
students (5,0%) with kind of refractive error is myopia (100%) while hypermetropia and astigmatism not founded.
According to gender, description of myopia refractive error found in boys (63,6%) higher than girls (36,4%).
Description of myopia refractive error according of age founded highest on 6 years old (36,4%). Description of
myopia refractive error according of grade founded highest on 1 st grade and 5th grade (36,4%).
Keywords: Refractive error, elementary school students, gender, age, school grade
Pendahuluan
Kelainan refraksi merupakan tahun dan meningkat seiring pertambahan
kelainan pembiasan cahaya yang usia dan mencapai 20% pada usia 15
menyebabkan bayangan tidak fokus pada tahun.3
retina sehingga penglihatan menjadi Menurut data World Health
kabur.1 Kelainan refraksi tidak dapat Organization (WHO) tahun 2014
dicegah namun, dapat didiagnosis dengan diperkirakan 12 juta anak di dunia
pemeriksaan mata dan dikoreksi dengan mengalami kelainan refraksi.4 Kelainan
penggunaan kacamata.1 Kelainan refraksi refraksi yang tidak terkoreksi dapat menjadi
dialami oleh semua usia, status sosial vision impairment yang akan mengurangi
ekonomi dan grup etnik. Statistik tahun kualitas hidup dan menurunkan aktifitas
2013 oleh Stevens2 memperkirakan di yang berhubungan dengan penglihatan.5
seluruh dunia terdapat 32,4 juta orang Diantara 12 juta anak yang mengalami
mengalami kebutaan dan 191 juta orang kelainan refraksi, 1,4 juta mengalami
mengalami masalah penglihatan. kebutaan permanen dan membutuhkan
Masalah penglihatan tidak hanya rehabilitasi untuk pengembangan diri.6
dialami oleh orang dewasa namun, dapat Secara global berdasarkan data dari WHO,
dialami juga oleh anak. Kelainan refraksi penyebab gangguan penglihatan adalah
yang terjadi pada anak harus mendapatkan kelainan refraksi yang tidak terkoreksi
perhatian khusus karena pada usia sekolah dengan persentase 43%.6 WHO juga
kelainan refraksi mulai terjadi. Prevalensi memperkirakan 2-10% anak di seluruh
miopia kurang dari 2% sebelum 7 atau 8 dunia mengalami kelainan refraksi dan
Gambaran Kelainan Refraksi pada Siswa Sekolah Dasar.. | 3
paling banyak dialami oleh kelompok anak anak usia sekolah (5-19 tahun).17 Data
usia sekolah 5-15 tahun.7 prevalensi pada penelitian yang dilakukan
Kelainan refraksi yang tidak oleh Barliana JD et al di Depok
terkoreksi pada anak usia sekolah dapat menunjukkan bahwa prevalensi kelainan
menjadi masalah dan menyebabkan refraksi (miopia) sebesar 25,58%.18
kebutaan8, yang nantinya akan memberikan Menurut Riset Kesehatan Dasar
dampak terhadap proses belajar dan mutu (RISKESDAS) tahun 2013, kelompok
pendidikan yang selanjutnya akan umur 6-14 tahun yang memakai kacamata
mempengaruhi kualitas, kreativitas dan persentasenya sebesar 1,0%. Untuk
produktivitas dalam pendidikan.9,10 Sebuah wilayah Maluku sendiri, angka pemakaian
kelompok studi mengenai kelainan refraksi kacamata untuk usia lebih dari 6 tahun pada
pada anak atau Refractive Error Study in tahun 2013 sebesar 3,5%. Dalam Riskesdas
children (RESC) yang telah dilakukan di 2007 maupun 2013, responden yang
beberapa negara, menempatkan kelainan diperiksa adalah responden yang berusia
refraksi sebagai penyebab terbanyak lebih dari 6 tahun dan memungkinkan
gangguan penglihatan pada anak.11-15 untuk diperiksa visusnya. Pemeriksaan
Prevalensi untuk kelainan refraksi dilakukan tanpa atau dengan koreksi
(miopia, hipermetropia, dan astigmatisma) optimal. Untuk tahun 2013, responden
bervariasi di tiap negara. Li Zhijian, Xu yang dianalisis berjumlah 924.780
Keke et al melakukan penelitian pada anak orang.19,20
usia sekolah di Cina Utara, kelainan refraksi Penelitian mengenai kelainan
dengan prevalensi yang besar adalah miopia refraksi telah dilakukan di wilayah Maluku
sebesar 5,0% diikuti oleh astigmatisma untuk anak SD oleh Lembang pada tahun
sebesar 2,0% dan hipermetropia sebesar 2015.21 Dalam penelitian tersebut
1,6%.16 Penelitian lain yang dilakukan di menyatakan kelainan refraksi banyak
wilayah Debre Markos melaporkan bahwa ditemukan pada usia 6 tahun dengan jenis
kelainan refraksi terbanyak adalah miopia, kelainan refraksi miopia pada perempuan.
diikuti oleh astigmatisma dan Selain itu, Ohman pada tahun 201722
hipermetropia.3 menyatakan bahwa pada siswa kelas VI
Di Indonesia, yang menjadi prevalensi kelainan refraksi miopia lebih
perhatian pada masalah mata adalah tinggi terjadi daripada astigmatisma,
gangguan penglihatan yang diakibatkan sementara hipermetropia tidak ditemukan
oleh kelainan refraksi dengan prevalensi pada penelitian ini. Pada tahun yang sama,
24,7%, 10% diantaranya adalah 66 juta Usmany23 menyatakan bahwa pada siswa
Gambaran Kelainan Refraksi pada Siswa Sekolah Dasar.. | 4
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang fisiologis yang mencapai kondisi emetropia
dilakukan oleh peneliti, ditemukan bahwa pada usia 9-11 tahun.
dari 220 siswa terdapat 11 siswa yang Miopia biasanya muncul pada usia
mengalami kelainan refraksi, yaitu miopia 5-20 tahun. Hasil penelitian ini menemukan
(100%). Hipermetropia dan astigmatisma miopia tertinggi pada usia 6 tahun diikuti
tidak ditemukan pada penelitian ini. Dari 11 usia 10 tahun. Hal ini juga sesuai dengan
siswa yang mengalami kelainan refraksi penelitian yang dilakukan oleh Li Zhijian,
miopia, siswa laki-laki yang mempunyai Xu Keke et al (2014) pada anak usia
angka kelainan refraksi miopia tertinggi, sekolah (5-18 tahun) di Cina Utara bahwa
yaitu 7 siswa (63,6%) dengan usia 6 tahun kelainan refraksi terbanyak adalah miopia
sebanyak 4 siswa (36,4%). Tingkatan kelas sebesar 5% diikuti dengan astigmatisma
dengan kelainan refraksi miopia tertinggi dan hipermetropia masing-masing 2,0%
terdapat pada siswa kelas I dan kelas V dan 1,6%.
(36,4%). Penelitian ini menemukan
Hasil penelitian ini sesuai dengan tingginya angka kelainan refraksi miopia
teori mengenai jenis kelainan refraksi pada laki-laki sebanyak 7 siswa (63,6%).
hipermetropia dan astigmatisma jarang Dari hasil pemeriksaan, visus laki-laki
ditemukan pada anak usia sekolah. dengan miopia lebih tinggi dibandingkan
Astigmatisma relatif sering terjadi pada dengan perempuan. Hal ini bisa disebabkan
bayi tetapi angka kejadian berkurang di karena jumlah sampel siswa laki-laki lebih
tahun-tahun pertama kehidupan, sehingga banyak dibandingkan dengan siswa
hal ini menjadi alasan astigmatisma lebih perempuan. Hasil penelitian ini sesuai
sedikit ditemukan pada anak usia sekolah. dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hipermetropia tidak ditemukan pada Rahman M, Devi B et al tahun 2015 di India
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang bahwa kelainan refraksi pada laki-laki lebih
dilakukan oleh Ohman dan Usmany tinggi yakni sebesar 13,40% dibandingkan
(2017). Pada penelitian tersebut dijelaskan perempuan yang hanya 4,08%. Penelitian
bahwa hal ini dapat disebabkan karena lain yang dilakukan juga oleh Niroula et al
kemampuan akomodasi mata anak yang (2009) menunjukkan hasil kelainan refraksi
masih kuat untuk melihat dengan jelas pada laki-laki lebih tinggi yakni 7,59%
sehingga tidak terdeteksi ketika dibandingkan perempuan sebesar 5,31%.
pemeriksaan serta adanya hipermetropia
Gambaran Kelainan Refraksi pada Siswa Sekolah Dasar.. | 7
menjelaskan kelas V lebih tinggi jumlah sampel yang tidak sesuai dengan
disebabkan hubungan yang kuat dengan ajaran. Selain itu, beberapa siswa tidak
faktor resiko dan faktor yang terkait dengan mengikuti penelitian karena tidak hadir saat
pendidikan. Selain itu, alasan kelas V lebih kegiatan di luar sekolah saat pemeriksaan