Anda di halaman 1dari 10

Gambaran Kelainan Refraksi pada Siswa Sekolah Dasar..

| 1

GAMBARAN KELAINAN REFRAKSI PADA SISWA SEKOLAH


DASAR NEGERI 1 DAN 2 AMAHUSU KECAMATAN NUSANIWE
TAHUN 2018

Mathilda Izaach Uniplaita1, Elna S. Anakotta2, Yuniasih M. J. Taihuttu3


1. Mathilda Izaach Uniplaita: Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura
Ambon, Jln. Ir. M. Putuhena, Poka-Ambon 97233. E-mail: muniplaita@yahoo.com
2. dr. Elna S. Anakotta, Sp.M: Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura
3. Yuniasih M. J. Taihuttu, S.Si, M.Sc : Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura.
Email: yuni.taihuttu@gmail.com

Abstrak
Kelainan refraksi merupakan kelainan pembiasan cahaya yang menyebabkan bayangan tidak fokus pada retina
sehingga penglihatan menjadi kabur. Kelainan refraksi pada anak harus mendapat perhatian khusus karena pada
usia sekolah, kelainan refraksi mulai terjadi. Kelainan refraksi yang tidak terkoreksi pada anak usia sekolah
dapat menjadi masalah dan menyebabkan kebutaan, yang nantinya akan memberikan dampak terhadap proses
belajar dan mutu pendidikan yang selanjutnya akan mempengaruhi kualitas, kreativitas dan produktivitas dalam
pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran kelainan refraksi pada siswa Sekolah Dasar Negeri
1 dan 2 di Amahusu Kecamatan Nusaniwe tahun 2018. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
pendekatan cross sectional yang dilakukan pada siswa SD Kelas IVI yang berjumlah 220 orang berasal dari
Sekolah Dasar Negeri 1 dan 2 Amahusu pada bulan Agustus 2018 dengan teknik total sampling. Data
didapatkan melalui pemeriksaan tajam penglihatan menggunakan Snellen chart dan pinhole di sekolah dan
diikuti pemeriksaan dengan Trial lens apabila ditemukan kelainan refraksi. Hasil penelitian menunjukkan
gambaran kelainan refraksi pada siswa SD Negeri 1 dan 2 Amahusu sebanyak 11 siswa (5,0%) dengan jenis
kelainan tajam penglihatan, yaitu miopia (100%), sedangkan hipermetropia dan astigmatisma tidak ditemukan.
Berdasarkan jenis kelamin, gambaran kelainan refraksi miopia ditemukan pada laki-laki (63,6%) lebih tinggi
dibandingkan perempuan (36,4%). Gambaran kelainan refraksi miopia berdasarkan usia ditemukan paling
tinggi pada usia 6 tahun (36,4%). Gambaran kelainan refraksi menurut tingkatan kelas, gambaran kelainan
refraksi tertinggi ditemukan pada siswa kelas I dan siswa kelas V (36,4%).

Kata Kunci: Kelainan refraksi, siswa sekolah dasar, jenis kelamin, usia, tingkatan kelas.
Gambaran Kelainan Refraksi pada Siswa Sekolah Dasar.. | 2

Abstract
Refractive error is light refraction error that causes the shadow not focus on retina so vision become blurred.
Refractive error in children should got special attention because in school-aged, refractive error begin to occur.
Uncorrected refraction error in school age children can be a problem and causes blindness, which later will have
an impact for process of learn and the quality of education which will next affects quality, creativity, and
productivity in education. This study aims to see an overview of refractive error in elementary school students 1
and 2 Amahusu, sub-districts of Nusaniwe in 2018. This study design was cross sectional by using a sampling
method is total sampling of 220 students which did on elementary students 1 st grade until 6th grade come from
elementary school 1 and 2 Amahusu at August 2018. The data obtained through visual acuity examination using
Snellen chart and pinhole at school and continue by examination using Trial lens if refractive error is founded.
This study result showed description of refractive error in elementary school 1 and 2 Amahusu as many as 11
students (5,0%) with kind of refractive error is myopia (100%) while hypermetropia and astigmatism not founded.
According to gender, description of myopia refractive error found in boys (63,6%) higher than girls (36,4%).
Description of myopia refractive error according of age founded highest on 6 years old (36,4%). Description of
myopia refractive error according of grade founded highest on 1 st grade and 5th grade (36,4%).

Keywords: Refractive error, elementary school students, gender, age, school grade

Pendahuluan
Kelainan refraksi merupakan tahun dan meningkat seiring pertambahan
kelainan pembiasan cahaya yang usia dan mencapai 20% pada usia 15
menyebabkan bayangan tidak fokus pada tahun.3
retina sehingga penglihatan menjadi Menurut data World Health
kabur.1 Kelainan refraksi tidak dapat Organization (WHO) tahun 2014
dicegah namun, dapat didiagnosis dengan diperkirakan 12 juta anak di dunia
pemeriksaan mata dan dikoreksi dengan mengalami kelainan refraksi.4 Kelainan
penggunaan kacamata.1 Kelainan refraksi refraksi yang tidak terkoreksi dapat menjadi
dialami oleh semua usia, status sosial vision impairment yang akan mengurangi
ekonomi dan grup etnik. Statistik tahun kualitas hidup dan menurunkan aktifitas
2013 oleh Stevens2 memperkirakan di yang berhubungan dengan penglihatan.5
seluruh dunia terdapat 32,4 juta orang Diantara 12 juta anak yang mengalami
mengalami kebutaan dan 191 juta orang kelainan refraksi, 1,4 juta mengalami
mengalami masalah penglihatan. kebutaan permanen dan membutuhkan
Masalah penglihatan tidak hanya rehabilitasi untuk pengembangan diri.6
dialami oleh orang dewasa namun, dapat Secara global berdasarkan data dari WHO,
dialami juga oleh anak. Kelainan refraksi penyebab gangguan penglihatan adalah
yang terjadi pada anak harus mendapatkan kelainan refraksi yang tidak terkoreksi
perhatian khusus karena pada usia sekolah dengan persentase 43%.6 WHO juga
kelainan refraksi mulai terjadi. Prevalensi memperkirakan 2-10% anak di seluruh
miopia kurang dari 2% sebelum 7 atau 8 dunia mengalami kelainan refraksi dan
Gambaran Kelainan Refraksi pada Siswa Sekolah Dasar.. | 3

paling banyak dialami oleh kelompok anak anak usia sekolah (5-19 tahun).17 Data
usia sekolah 5-15 tahun.7 prevalensi pada penelitian yang dilakukan
Kelainan refraksi yang tidak oleh Barliana JD et al di Depok
terkoreksi pada anak usia sekolah dapat menunjukkan bahwa prevalensi kelainan
menjadi masalah dan menyebabkan refraksi (miopia) sebesar 25,58%.18
kebutaan8, yang nantinya akan memberikan Menurut Riset Kesehatan Dasar
dampak terhadap proses belajar dan mutu (RISKESDAS) tahun 2013, kelompok
pendidikan yang selanjutnya akan umur 6-14 tahun yang memakai kacamata
mempengaruhi kualitas, kreativitas dan persentasenya sebesar 1,0%. Untuk
produktivitas dalam pendidikan.9,10 Sebuah wilayah Maluku sendiri, angka pemakaian
kelompok studi mengenai kelainan refraksi kacamata untuk usia lebih dari 6 tahun pada
pada anak atau Refractive Error Study in tahun 2013 sebesar 3,5%. Dalam Riskesdas
children (RESC) yang telah dilakukan di 2007 maupun 2013, responden yang
beberapa negara, menempatkan kelainan diperiksa adalah responden yang berusia
refraksi sebagai penyebab terbanyak lebih dari 6 tahun dan memungkinkan
gangguan penglihatan pada anak.11-15 untuk diperiksa visusnya. Pemeriksaan
Prevalensi untuk kelainan refraksi dilakukan tanpa atau dengan koreksi
(miopia, hipermetropia, dan astigmatisma) optimal. Untuk tahun 2013, responden
bervariasi di tiap negara. Li Zhijian, Xu yang dianalisis berjumlah 924.780
Keke et al melakukan penelitian pada anak orang.19,20
usia sekolah di Cina Utara, kelainan refraksi Penelitian mengenai kelainan
dengan prevalensi yang besar adalah miopia refraksi telah dilakukan di wilayah Maluku
sebesar 5,0% diikuti oleh astigmatisma untuk anak SD oleh Lembang pada tahun
sebesar 2,0% dan hipermetropia sebesar 2015.21 Dalam penelitian tersebut
1,6%.16 Penelitian lain yang dilakukan di menyatakan kelainan refraksi banyak
wilayah Debre Markos melaporkan bahwa ditemukan pada usia 6 tahun dengan jenis
kelainan refraksi terbanyak adalah miopia, kelainan refraksi miopia pada perempuan.
diikuti oleh astigmatisma dan Selain itu, Ohman pada tahun 201722
hipermetropia.3 menyatakan bahwa pada siswa kelas VI
Di Indonesia, yang menjadi prevalensi kelainan refraksi miopia lebih
perhatian pada masalah mata adalah tinggi terjadi daripada astigmatisma,
gangguan penglihatan yang diakibatkan sementara hipermetropia tidak ditemukan
oleh kelainan refraksi dengan prevalensi pada penelitian ini. Pada tahun yang sama,
24,7%, 10% diantaranya adalah 66 juta Usmany23 menyatakan bahwa pada siswa
Gambaran Kelainan Refraksi pada Siswa Sekolah Dasar.. | 4

kelas I SD prevalensi kelainan refraksi Besar sampel minimal yang diperoleh


astigmatisma lebih tinggi dibandingkan berdasarkan perhitungan adalah 53 sampel.
dengan miopia. Untuk menghindari adanya sampel yang
drop out, maka peneliti menambahkan 10%
Metode dari 53 sehingga besar keseluruhan sampel
Jenis penelitian ini merupakan adalah sebesar 59 sampel. Total
penelitian deskriptif dengan menggunakan keseluruhan siswa SD Negeri 1 dan 2
desain penelitian cross-sectional. Populasi Amahusu adalah 254 siswa.
penelitian adalah siswa SD Negeri 1 dan 2
Amahusu Kecamatan Nusaniwe. Hasil
Pengambilan sampel dilakukan dengan Data penelitian ini merupakan data
cara total sampling dari kelas I sampai primer yang diperoleh dari pemeriksaan
dengan kelas VI tahun ajaran 2018/2019. mata yang dilakukan langsung oleh dokter
Besar samper dalam penelitian ini spesialis mata. Dari total sampel 254 siswa,
menggunakan rumus: didapatkan sebanyak 220 siswa yang ikut
serta sebagai sampel penelitian ini.
𝑍𝛼 2 𝑃𝑄
𝑛=
𝑑2 Distribusi Responden Berdasarkan Ada
Tidaknya Kelainan Refraksi
Terlihat dari Gambar 1, ditemukan
Keterangan :
bahwa jumlah siswa yang memiliki
n = Besar sampel
kelainan refraksi sebanyak 11 siswa (5%)
Z = Standar deviasi, untuk α= 0,05, Z
dan jumlah siswa yang tidak mengalami
bernilai 1,96
kelainan refraksi sebanyak 209 siswa
P = Taksiran proporsi dari variabel yang
(95%).
diteliti dari penelitian sebelumnya
100 n= 209
(16,24%)
90
Q = [1-P] = 0,8376 80
70
d = Presisi (10%) 60
% 50
Perhitungan besar sampel : 40
30
1,962 × 0,1624 × 0,8376
𝑛= 20
0,12 10 n= 11
0
𝑛 = 53 sampel Ada Kelainan Tidak ada kelainan

Gambar 1. Distribusi responden berdasarkan ada


tidaknya kelainan refraksi.
Gambaran Kelainan Refraksi pada Siswa Sekolah Dasar.. | 5

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Distribusi Responden Berdasarkan Usia


Kelainan Refraksi Berdasarkan penelitian yang telah
Menurut hasil penelitian (Gambar dilakukan, ditemukan (Gambar 4) siswa
2), jenis kelainan refraksi yang ditemukan yang mengalami kelainan refraksi
adalah jenis kelainan refraksi miopia berdasarkan usia yang dominan adalah
dengan jumlah siswa sebanyak 11 siswa siswa berusia 6 tahun dengan jumlah siswa
(100%). Hipermetropia dan astigmatisma sebanyak 4 siswa (36,4%).
tidak ditemukan pada penelitian ini. 50
45
100 n= 11 40 n= 4
90 35
80 30 n= 3
70 % 25
60 n= 2
20
% 50 15
40 n= 1 n= 1
30 10
20 5 n= 0 n= 0 n= 0
10 n= 0 n= 0 0
0

Gambar 4. Distribusi kelainan refraksi

Gambar 2. Distribusi kelainan refraksi berdasarkan usia.

berdasarkan jenis kelainan refraksi.


Distribusi Responden Berdasarkan
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Tingkatan Kelas
Kelamin Pada Gambar 5, dapat dilihat bahwa dari
Pada Gambar 3, dapat dilihat bahwa siswa kelas I sampai siswa kelas VI, siswa
siswa yang mengalami kelainan refraksi pada kelas I dan kelas V yang lebih
(miopia) berdasarkan jenis kelamin paling dominan mengalami kelainan refraksi
banyak ditemukan pada siswa laki-laki dengan jumlah siswa masing-masing
dengan jumlah siswa sebanyak 7 siswa sebanyak 4 siswa (36,4%).
(63,6%). 50
45
100 40 n= 4 n= 4
35
80 30
n= 7
60
% 25 n= 2
20
% n= 4
40 15 n= 1
10
20 5 n= 0 n= 0
0
0 Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas
Perempuan Laki-laki I II III IV V VI

Gambar 3. Distribusi kelainan refraksi Gambar 5. Distribusi kelainan refraksi


berdasarkan jenis kelamin. berdasarkan tingkatan kelas.
Gambaran Kelainan Refraksi pada Siswa Sekolah Dasar.. | 6

Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang fisiologis yang mencapai kondisi emetropia
dilakukan oleh peneliti, ditemukan bahwa pada usia 9-11 tahun.
dari 220 siswa terdapat 11 siswa yang Miopia biasanya muncul pada usia
mengalami kelainan refraksi, yaitu miopia 5-20 tahun. Hasil penelitian ini menemukan
(100%). Hipermetropia dan astigmatisma miopia tertinggi pada usia 6 tahun diikuti
tidak ditemukan pada penelitian ini. Dari 11 usia 10 tahun. Hal ini juga sesuai dengan
siswa yang mengalami kelainan refraksi penelitian yang dilakukan oleh Li Zhijian,
miopia, siswa laki-laki yang mempunyai Xu Keke et al (2014) pada anak usia
angka kelainan refraksi miopia tertinggi, sekolah (5-18 tahun) di Cina Utara bahwa
yaitu 7 siswa (63,6%) dengan usia 6 tahun kelainan refraksi terbanyak adalah miopia
sebanyak 4 siswa (36,4%). Tingkatan kelas sebesar 5% diikuti dengan astigmatisma
dengan kelainan refraksi miopia tertinggi dan hipermetropia masing-masing 2,0%
terdapat pada siswa kelas I dan kelas V dan 1,6%.
(36,4%). Penelitian ini menemukan
Hasil penelitian ini sesuai dengan tingginya angka kelainan refraksi miopia
teori mengenai jenis kelainan refraksi pada laki-laki sebanyak 7 siswa (63,6%).
hipermetropia dan astigmatisma jarang Dari hasil pemeriksaan, visus laki-laki
ditemukan pada anak usia sekolah. dengan miopia lebih tinggi dibandingkan
Astigmatisma relatif sering terjadi pada dengan perempuan. Hal ini bisa disebabkan
bayi tetapi angka kejadian berkurang di karena jumlah sampel siswa laki-laki lebih
tahun-tahun pertama kehidupan, sehingga banyak dibandingkan dengan siswa
hal ini menjadi alasan astigmatisma lebih perempuan. Hasil penelitian ini sesuai
sedikit ditemukan pada anak usia sekolah. dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hipermetropia tidak ditemukan pada Rahman M, Devi B et al tahun 2015 di India
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang bahwa kelainan refraksi pada laki-laki lebih
dilakukan oleh Ohman dan Usmany tinggi yakni sebesar 13,40% dibandingkan
(2017). Pada penelitian tersebut dijelaskan perempuan yang hanya 4,08%. Penelitian
bahwa hal ini dapat disebabkan karena lain yang dilakukan juga oleh Niroula et al
kemampuan akomodasi mata anak yang (2009) menunjukkan hasil kelainan refraksi
masih kuat untuk melihat dengan jelas pada laki-laki lebih tinggi yakni 7,59%
sehingga tidak terdeteksi ketika dibandingkan perempuan sebesar 5,31%.
pemeriksaan serta adanya hipermetropia
Gambaran Kelainan Refraksi pada Siswa Sekolah Dasar.. | 7

Penelitian ini juga menemukan dalam rumah dibandingkan melakukan


kelainan refraksi terbanyak pada kelas I dan aktivitas di luar rumah. Penelitian oleh Wu
kelas V. Pada penelitian ditemukan PC, Tsai CL et al (2013) menyimpulkan
kelainan refraksi pada kedua kelas tersebut bahwa kegiatan diluar ruangan dapat
sebanyak 4 siswa (36,4%). Hasil penelitian mencegah rabun pada anak yang non-
ini juga sesuai dengan penelitian yang miopia tapi bukan pada anak-anak yang
dilakukan oleh Desouky De, Khan NM telah mengalami miopia.
tahun 2014 bahwa ditemukan kelainan
refraksi terbanyak pada kelas V yakni
Keterbatasan Penelitian
sebesar 34%. Penelitian tersebut Penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu

menjelaskan kelas V lebih tinggi jumlah sampel yang tidak sesuai dengan

mengalami kelainan refraksi (miopia) sebelumnya karena pergantian tahun

disebabkan hubungan yang kuat dengan ajaran. Selain itu, beberapa siswa tidak

faktor resiko dan faktor yang terkait dengan mengikuti penelitian karena tidak hadir saat

pendidikan seperti pengajaran dan lama pemeriksaan atau sedang mengikuti

pendidikan. Selain itu, alasan kelas V lebih kegiatan di luar sekolah saat pemeriksaan

mendominasi karena jumlah sampel pada berlangsung.

siswa kelas V lebih banyak dibandingkan


Kesimpulan
kelas yang lain.
Berdasarkan hasil penelitian, maka
Menurut penelitian yang dilakukan
kesimpulan yang dapat diambil adalah
oleh Kodjebacheva G, Brown ER et al
1. Berdasarkan jenis kelainan refraksi,
(2011), alasan siswa kelas I mengalami
kelainan refraksi paling banyak
kelainan refraksi yang tinggi karena kelas I
ditemukan adalah miopia
adalah masa pembentukan kebiasaan
(n=11;100%), sedangkan
belajar untuk perkembangan pendidikan.
hipermetropia dan astigmatisma tidak
Selain itu, miopia tinggi pada siswa kelas I
ditemukan pada penelitian ini.
bisa disebabkan oleh faktor genetik dan
2. Berdasarkan jenis kelamin, yang
lingkungan. Faktor lingkungan dan genetik
mengalami kelainan refraksi terbanyak
bukan hanya dapat menyebabkan miopia
adalah jenis kelamin laki-laki (n=7;
pada kelas I namun, merupakan faktor
63,6%).
resiko terjadinya miopia pada seseorang,
3. Berdasarkan usia, yang mengalami
dalam hal ini bisa terjadi pada siswa kelas I
kelainan refraksi terbanyak adalah usia
sampai siswa kelas VI. Faktor lainnya ialah
6 tahun (n=4; 36,4%).
anak lebih banyak melakukan aktivitas di
Gambaran Kelainan Refraksi pada Siswa Sekolah Dasar.. | 8

4. Berdasarkan tingkatan kelas, yang 3. Sewunet SA, Aredo KK, Gedefew M.


mengalami kelainan refraksi paling Uncorrected refractive error and
banyak adalah siswa kelas I dan kelas associated factors among primary
V (n=4; 36,4%). school children in Debre Markos
District, Northwest Ethiopia. BMC
Saran Ophthalmology. 2014;14:95.
Berdasarkan hasil penelitian ini, 4. World Health Organization. Visual
peneliti memberikan saran kepada pihak impairment and blindness [Online].
sekolah untuk tetap menjaga dan 2014 August [cited 2018 January
memperhatikan kesehatan mata anak 6]:[4 screens]. Available from:
dengan dapat melakukan pemeriksaan mata http://www.who.int/mediacentre/fact
pada anak bekerja sama dengan puskesmas sheets/fs282/en/.
setempat. Peneliti juga menyarankan agar 5. Resnikoff S, Pascolini D, Mariotti
dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai SP, Pokharel GP. Global magnitude
kelainan refraksi pada anak usia sekolah di of visual impairment caused by
Kota Ambon. Pada orang tua, disarankan uncorrected refractive errors in 2004.
jika anak memiliki keluhan terkait Bulletin of the World Health
gangguan penglihatan segera anak dibawa Organization. 2008;86:63-70.
ke dokter spesialis mata untuk 6. World Health Organization. Global
diperiksasehingga dapat mencegah data of visual impairment 2010.
komplikasi yang dapat ditimbulkan di Geneva: WHO; 2012.
kemudian hari. 7. World Health Organization.
Preventing blindness in children:
Daftar Pustaka
report of WHO/LAPB scientific
1. Ilyas HS. Kelainan refraksi dan
meeting. Programme for the
kacamata. Edisi ke-2. Jakarta: Balai
Prevention of Blindness and
Penerbit FKUI; 2006.
Deafness, and International Agency
2. Stevens GA, White RA, Flaxman SR,
for Prevention of Blindness. Geneva:
Price H, Jonas JB, Keeffe J, et al.
WHO; 2000.
Global prevalence of vision
8. Dandona R, Dandona L. Refractive
impairment and blindness. American
error blindness. Bulletin of the World
Academy of Ophthalmology.
Health Organization.
2013;120(12):2377-2384.
2001;79(3):237-243.
Gambaran Kelainan Refraksi pada Siswa Sekolah Dasar.. | 9

9. World Health Organization. group in the field practice areas of a


Assessment of the prevalence of medical college in Bangalore.
visual impairment attributable of International Journal of Medical
refractive error or other causes in Science and Public Health.
school children: protocol and 2013;2(3):641-5.
manual of procedures. Geneva: 15. Naidoo KS, Raghunandan A,
WHO; 2007. Mashige KP, Govender P, Holden
10. Supari SF. Rencana strategi nasional BA, Pokharel GP, et al. Refractive
penanggulangan gangguan error and visual impairment in
penglihatan dan kebutaan untuk African children in South Africa.
mencapai vision 2020. Jakarta: Invest Ophthalmol Vis Sci.
Keputusan Menteri Kesehatan; 2005. 2003;44(9):3764–70.
11. Dandona R, Dandona L, Srinivas M, 16. Li Z, Xu K, Wu S, Lv J, Jin D, Song
Sahare P, Narsaiah S, Muñoz SR, et Z, et al. Population-based survey of
al. Refractive error study in children refractive error among school-aged
in a rural population in India. Invest children in rural northern China: the
Ophthalmol Vis Sci. 2002;43:615– Heilongjiang eye study. Clinical and
22. Experimental Ophthalmology.
12. He M, Zeng J, Liu Y, Xu J, Pokharel 2014;42:379-384.
GP, Ellwein LB. Refractive error and 17. Anma AM. Kebiasaan yang bisa
visual impairment in urban children menyebabkan kejadian rabun jauh di
in southern China. Invest Ophthalmol Poli Mata RSUD Kota Baubau.
Vis Sci. 2004;45:793-9. Makassar. 2014: (1);(1).
13. Awasthi S, Pant BP, Dhakal HP. 18. Barliana JD, Mangunkusumo VW.
Reduced vision and refractive errors, Prevalensi dan faktor resiko miopia
results from a school; vision pada pelajar kelas tiga dan enam
screening program in Kanchanpur sekolah dasar. Ophthalmologica
district of far Western Nepal. Indonesiana. 2005;32(1):74-83.
Kathmandu Univ Med J. 19. Badan Penelitian Dan Pengembangan
2010;9(32):370-4. Kementerian Kesehatan Republik
14. Pavithra MB, Maheswaran R, Rani Indonesia. Riset kesehatan dasar
Sujatha MA. A study on the RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
prevalence of refractive errors among Kemenkes RI; 2013.
school children of 7-15 years age
Gambaran Kelainan Refraksi pada Siswa Sekolah Dasar.. | 10

20. Pusat Data dan Informasi Kementrian


Kesehatan RI. Situasi gangguan
penglihatan dan kebutaan. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI; 2014.
21. Lembang VK. Gambaran kelainan
refraksi pada Siswa SD Negeri 76 dan
SD Inpres 45 di Wayame (Skripsi).
Ambon: Universitas Pattimura; 2015.
22. Ohman S. Prevalensi kelainan tajam
penglihatan pada siswa SD kelas VI
di Kelurahan Uritetu, Kota Ambon
tahun 2017 (Skripsi). Ambon:
Universitas Pattimura, 2017.
23. Usmany JM. Prevalensi kelainan
tajam penglihatan pada siswa SD
kelas I di Kelurahan Uritetu, Kota
Ambon tahun 2017 (Skripsi).
Ambon: Universitas Pattimura, 2017.

Anda mungkin juga menyukai