Anda di halaman 1dari 10

BAB I

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien
Nomor Rekam Medis : 128174
Nama : Tn.A
Umur : 39 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kemiling, Bandar Lampung

II. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada hari Rabu, 16 Oktober 2019 pukul 11.30 WIB.
Keluhan Utama
Pandangan mata kabur terutama mata kiri sejak 2 minggu yang lalu.
Keluhan Tambahan
Os juga mengeluhkan mata kiri berair, seperti ada yang mengganjal dan melihat lampu
berbayang.
Riwayat Penyakit Sekarang
Os datang ke Poli Mata dengan keluhan sejak 2 minggu yang lalu penglihatan kabur terutama
pada mata kiri, berair, seperti ada yang mengganjal dan melihat lampu berbayang. Keluhan
timbul pada saat os kelilipan debu lalu menggosok-gosok matanya.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Hipertensi (-), diabetes mellitus (-)

III. Pemeriksaan fisik


Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital : Tekanan darah 130/70 mmHg
Nadi 130 kali / menit
RR 20 kali / menit
Suhu 36,5oC

1
Status Generalis
Kepala : Normocephali
Leher : KGB dan tiroid tidak teraba
Jantung : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Paru : Suara napas vesicular, ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen : Bising usus (+) normal, hepatomegali (-), splenomegali (-)
Ekstremitas : Akral superior: hangat (+/+), edema (-/-), inferior: hangat (+/+), edema (-/-)
Status Oftalmologis Regio Orbita

Pemeriksaan OD OS
Visus 20/30 20/50
Koreksi -0,50 -1,00 C-1,25 α95
Gerak bola mata

Kedudukan bola mata Orthoforia Orthoforia


Palpebra superior Edema (-), hiperemis (-) Edema (+), hiperemis (-)
Palpebra inferior Edema (-), hiperemis (-) Edema (+), hiperemis (-)
Konjungiva
Tarsalis superior Hiperemis (-) Hiperemis (+)
Tarsalis inferior Hiperemis (-) Hiperemis (+)
Bulbi Injeksi siliar (-) Injeksi konjungtiva (-)
Kornea Infiltrat (-) Infiltrat (-)
COA Cukup Cukup
Iris Coklat tua Coklat tua
Pupil Reflek cahaya (+), Miosis (+) Reflek cahaya (+), Miosis (+)
Lensa Jernih Jernih
Tekanan Intra Okular Normal Normal

2
IV Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.

V Pemeriksaan Anjuran
Snelent chart

VI Resume
Os datang ke Poli Mata dengan keluhan sejak 2 minggu yang lalu penglihatan kabur
terutama pada mata kiri, berair, seperti ada yang mengganjal dan melihat lampu berbayang.
Keluhan timbul pada saat os kelilipan debu lalu menggosok-gosok matanya.
Status generalis : Dalam batas normal
Status oftalmologis : Tajam penglihatan OS menurun (20/50), Palpebra Superior et Inferior
edema (+), Konjungtiva hiperemis (+), Injeksi Konjungtiva (-), Refleks cahaya (+), Miosis (+)

VII Diagnosis banding


Trikiasis
Distikiasis
Entropion

VIII Diagnosis kerja


Trikiasis

IX Penatalaksanaan
Medikamentosa
 LFX ED
S 6 dd gtt I OS
 Cendo Lyteers EDMD
S 6 dd gtt I OS
Non-Medikamentosa
 Epilasi

3
X Prognosis
 Ad vitam : dubia ad bonam
 Ad fungsionam : dubia ad bonam
 Ad sanationam : dubia ad bonam

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi
Trikiasis adalah suatu kelainan dimana bulu mata mengarah ke dalam bola mata
yang dapat menggosok kornea atau konjunctiva yang dapat menyebabkan iritasi.
Trichiasis harus dibedakan daripada entropion, dimana pada entropion terjadi pelipatan
palpebra ke arah dalam. Kemungkinan dimana terjadinya entropion dan trikiasis
bersamaan dapat terjadi, dan dibutuhkan terapi untuk keduanya.7,8

II. Epidemiologi
Trikiasis dapat terjadi pada semua usia, namun lebih sering ditemukan pada orang
dewasa. Belum ditemukan bukti adanya predileksi pada ras-ras tertentu ataupun jenis
kelamin.1

III. Etiologi
Setiap orang dapat terjadi trikiasis, namun umumnya lebih sering terjadi pada
orang dewasa. Trikiasis dapat disebabkan oleh infeksi pada mata, peradangan pada
palpebra, kondisi autoimun, dan trauma. Proses penuaan juga merupakan penyebab
umum terjadinya trikiasis, karena kulit yang kehilangan elastisitas.9
Beberapa kondisi dapat meningkatkan resiko terjadinya trikiasis sebagai berikut1,2,9 :
 Idiopatik
 Blefaritis kronik : Margo palpebra meradang, menebal, berkrusta, erythem
dengan secret ringan dan telangiektasis pembuluh darah
 Sikatriks : Dapat diakibatkan oleh luka palpebra oleh trauma.
 Epiblepharon, penyakit kongenital yang terjadi dimana jaringan longgar di
sekitar mata membentuk lipatan yang abnormal kulit dan otot pretarsal,
menyebabkan bulu mata mengarah ke dalam.

5
 Trachoma, suatu konjunctivitis folikular kronik yang berkembang hingga
terbentuknya jaringan parut. Pada kasus yang berat, trikiasis dapat terjadi
akibat jaringan parut yang berat.
 Penyakit-penyakit lainnya yang dapat mengenai kulit dan membran mukosa
seperti Steven Johnson Syndrome dan cicatrical pemphigoid.

IV. Gejala Klinis


Pasien dapat mengeluhkan sensasi benda asing, iritasi pada permukaan bola mata
yang kronik, lesi pada kelopak mata, gatal, nyeri pada mata, dan mata bengkak. Abrasi
kornea sampai dapat terjadi ulkus kornea, injeksi konjungtiva, keluarnya cairan mucus,
dan pandangan menjadi kabur dapat menyertai penyakit ini.1,7

V. Komplikasi
Keratitis
Suatu kondisi dimana kornea meradang. Masuknya bulu mata dan tepi kelopak ke
kornea dapat menimbulkan iritasi dan rasa sakit. Bila ini berlanjut terus dapat
mengakibatkan terjadinya ulserasi kornea, kemudian sembuh dengan sikatrik kornea.1,2
Jaringan parut yang terbentuk dapat menyebabkan kehilangan penglihatan. Komplikasi
lebih lanjut dapat menyebabkan ulkus kornea menetap.1,2

VI. Diagnosis Banding


1. Distikiasis adalah pertumbuhan abnormal dari bulu mata pada beberapa area dari
kelopak mata
2. Entropion adalah pelipatan kelopak mata ke arah dalam yang dapat disebabkan oleh
involusi, sikatrik, atau congenital. Gangguan ini selalu mengenai kelopak mata
bawah dan merupakan akibat gabungan kelumpuhan otot-otot retractor kelopak mata
, mikrasi ke atas muskulus orbikularis preseptal, dan melipatnya tarsus ke atas.1

VII. Penatalaksanaan
1. Jika hanya sedikit bulu mata yang terlibat, trikiasis dapat diterapi dengan mechanical
epilation, yaitu membuang bulu mata yang tumbuh ke dalam dengan forcep pada slit

6
lamp. Karena pertumbuhan kembali dapat terjadi, epilasi berulang diperlukan setelah
3-8 minggu.
2. Electrolysis dapat digunakan untuk menatalaksana trikiasis. Akan tetapi tingkat
rekurensinya tinggi, selain itu bulu mata normal yang berdekatan dapat menjadi
rusak dan jaringan parut pada jaringan margin palpebra dapat menyebabkan trikiasis
lebih lanjut.
3. Radiosurgery dapat memperbaiki bulu mata yang abnormal dengan menggunakan
ujung jarum yang dimasukkan dari ujung silia ke basis silia. Sinyal radiosurgery
dikirimkan kurang lebih selama 1 detik dengan tenaga yang lemah untuk
menghancurkan folikel rambut. Ketika ujung jarum dipindahkan, maka bulu mata
dapat diangkat dengan mudah.
4. Trikiasis segmental dapat diperbaiki dengan cryotherapy. Cryotherapy hanya
membutuhkan anestesia lokal infiltratif. Folikel dari bulu mata sangat sensitif
terhadap dingin dan dapat dihancurkan pada suhu -20o C. Area yang terlibat
dibekukan kurang lebih selama 25 detik dan kemudian dibiarkan mencair. Kemudian
dibekukan kembali selama 20 detik (double freeze-thaw technique). Beberapa
sumber menyebutkan, membutuhkan 45 detik membekukan dengan 4 menit
mencairkan secara lambat untuk double freeze-thaw technique14. Bulu mata yang
abnormal dapat diangkat dengan forcep.
5. Penggunaan Argon Laser pada trikiasis tidak se-efektif seperti menggunakan
cryotherapy, tetapi dapat sangat berguna ketika hanya sedikit dari bulu mata yang
tersebar membutuhkan ablasi atau ketika stimulasi dari area peradangan yang lebih
besar tidak dibutuhkan. Beberapa pigmen dibutuhkan pada dasar bulu mata untuk
menyerap energi laser dan mengablasi bulu mata, menyebabkan tehnik ini sensitif
terhadap warna rambut. Ablasi menggunakan argon laser membutuhkan sinar dengan
lebar 200_m untuk kelopak mata bawah, dan 250 _m untuk kelopak mata atas, untuk
kedalaman yang sama dengan electrolysis15.
Dari semua tehnik yang telah disebutkan, tingkat keberhasilan dapat bervariasi,
dan penatalaksanaan tambahan biasanya diperlukan. Full thickness pentagonal
resection dengan penutupan primer dapat dipertimbangkan ketika trikiasis terbatas
pada segmen palpebra.

7
Tingkat keberhasilan ablasi bulu mata dapat ditingkatkan dengan
transconjunctival eyelash bulb extirpation di bawah mikroskop16. Hal ini dapat
digunakan sebagai prosedur primer atau ketika upaya elektrolisis atau modalitas
ablasi lainnya telah gagal dan pengobatan lebih lanjut berisiko terbentuknya jaringan
parut.
VIII. Prognosis
Prognosis umumnya baik. Tindak lanjut perawatan berkala dan perhatian terhadap
komplikasi, kekambuhan, atau komplikasi kornea dapat meningkatkankan prognosis
jangka panjang.17
.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Nurcamelia. 2009. Referat Distrikiasis. [diakses dari :


http://www.scribd.com/doc/133626577/DISTRIKIASIS tanggal 13 Mei 2014]
2. Vaughan dan Asbury., Riordan, Paul-Eva., Whitcher, JP. 2009. Oftalmologi Umum Edisi
17. Jakarta : EGC.
3. Standring, Susan dan Neil R. Borley. 2008. Gray's Anatomy: the Anatomical Basis of
Clinical Practice (40th ed.). Edinburgh: Churchill Livingstone/Elsevier. p. 703.
4. AAO. 2007. Orbit, Eyelid, and Lacrimal System.American Academy of Ophtalmology.
5. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, et al. Fetal growth and development. In:
Cunnigham FG, Leveno KL, Bloom SL, et al, eds. Williams Obstetrics. 23rd ed. New
York, NY: McGraw-Hill; 2010:chap 4
6. Frank J. Weinstock. Eyelid Inflammation. [diakses dari : http://
http://www.emedicinehealth.com/eyelid_inflammation_blepharitis/ tanggal 19 Mei 2014]
7. Manners, Ruth. 2011. Information factsheet : ingrowing eyelashes (trichiasis &
distichiasis). [diakses dari : http://www.uhs.nhs.uk/ tanggal 13 Mei 2014]
8. Ilyas, Sidharta. 2008. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
9. The Eye M. D. association. 2014. Trichiasis. American Academy of Ophtalmology.
[diakses dari : http://www.geteyesmart.org/eyesmart/diseases/trichiasis-symptoms.cfm
tanggal 13. Mei 2014]
10. Unknown. 2012. Clinical Management Guidelines Trichiasis. The College of
Optometrists. [diakses dari : http://www.college-optometrists.org/ tanggal 13 Mei 2014]
11. Khooshabeh, Ramona. 2002. Focus On : The Unwanted Eyelash. The Royal College of
Ophthalmologist issue 24.
12. Barber K, Dabbs T. Morphological observation on patients with presumed trichiasis. Br J
Ophthalmol 1988; 72(1): 17-22.
13. Collin, R dan Rose, G. 2001. Fundamentals of Clinical Ophthamology Plastic and Orbital
Surgery. Malaysia : BMJ group.
14. Delaney MR, Rogers PA. A simplified cryotherapy technique for trichiasis and
distichiasis. Aust J Ophthalmology 1984; 12(2): 163-6.

9
15. Elder MJ. Anatomy and physiology of eyelash follicles: relevance to lash ablation
procedures. Ophthalmology Plastic Reconstruction Surgery. 1997; 13(1): 21-5.
16. Dutton JJ, Tawfik HA, DeBaker CM, Lipham WJ. Direct internal eyelash bulb
extirpation for trichiasis. Ophthalmology Plastic Reconstruction Surgery 2000; 16(2):
142-5.
17. Robert H Graham, MD. Trichiasis. Department of Ophthalmology, Mayo Clinic,
Scottsdale, Arizona. [diakses dari : http://emedicine.medscape.com/article/1213321-
overview tanggal 19 Mei 2014]

10

Anda mungkin juga menyukai