Anda di halaman 1dari 5

PANDUAN PRAKTIK KLINIS NEUROLOGI

OTITIS MEDIA AKUT

1. Pengertian
 Otitis media akut (OMA) adalah peradangan
sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid
yang terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu.

 Epidemiologi seluruh dunia terjadinya otitis media


pada anak berusia 1 thn sekitar 62%, sedangkan
anak-anak berusia 3 thn sekitar 83%. Di Amerika
Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami
minimal satu episode otitis media sebelum usia 3
tahun dan hampir setengah dari mereka
mengalaminya tiga kali atau lebih.

2. Anamnesis
Keluhan (tergantung stadium OMA yang sedang
dialami)
 Stadium oklusi tuba
Telinga terasa penuh atau nyeri, pendengaran dapat
berkurang.
 Stadium hiperemis
Nyeri telinga makin intens, demam, rewel
dan gelisah (padabayi / anak), muntah,
nafsu makan hilang, anak biasanya sering
memegang telinga yang nyeri.
 Stadium supurasi
Sama seperti stadium hiperemis
 Stadium perforasi
Keluar sekret dari liang telinga
 Stadium resolusi
Setelah sekret keluar, intensitas keluhan
berkurang (suhu turun, nyeri mereda, bayi /
anak lebih tenang. Bila perforasipermanen,
pendengaran dapat tetap berkurang.

3. Pemeriksaan Fisik  Pemeriksaan Fisik Umum dan Tanda Vital


 Otoskopi
 Tes Garpu Tala
4. Kriteria Diagnosis  Telinga terasa penuh atau nyeri
 Pendengaran dapat berkurang.

 Nyeri telinga makin intens


 Demam, gelisah, muntah, nafsu makan
berkurang
 Keluar sekret dari liang telinga

5. Diagnosis Banding  Otitis media serosa akut


 Otitis eksterna
 Otitis media supuratif kronik
 Tumor ganas faring/laring
 Meningitis
6. Pemeriksaan Penunjang  Audiometri nada murni, bila fasilitas tersedia
 Timpanosentesis, OMA pada bayi dibawah 6
minggu
 Darah perifer lengkap: Leukositosis pada OM
berat
 Kultur darah: bacteremia pada saat demam
tinggi
 Kultur sekret telinga: mengetahui bakteri
etiologi
 Pemeriksaan kadar immunoglobulin jika
diperlukan
7. Tatalaksana Terapi Akut  Topikal
:  Pada stadium oklusi tuba, terapi
bertujuan membuka kembali tuba
eustachius. Obat yang diberikan
adalah:
- Berikan tetes mata Tetrakain-HCl
2% sebanyak 1-2 tetes pada mata
yang terkena benda asing.
- Gunakan kaca pembesar (lup)
dalam pengangkatan benda asing.
- Angkat benda asing dengan
menggunakan lidi kapas atau
jarum suntik ukuran 23G.
- Arah pengambilan benda asing dilakukan dari
tengah ke tepi.
- Oleskan lidi kapas yang
dibubuhkan Povidon Iodin pada
tempat bekas benda asing.
ii. Pada stadium perforasi, diberikan obat cuci
telinga:
- H2O2 3%, 3 kali sehari, 4 tetes di
telinga yang sakit, didiamkan
selama 2 – 5 menit.
- Asam asetat 2%, 3 kali sehari, 4 tetes di
telinga yang sakit.
- Ofloxacin, 2 kali sehari, 5 – 10
tetes di telinga yang sakit, selama
maksimal 2 minggu
 Oral Sistemik: antibiotik,
antihistamin (bila terdapat tanda-
tanda alergi), dekongestan,
analgetik / antipiretik

Farmakologi Profilaksis  Amoxicillin 25-50mg/kgBB (pada anak-anak) dan


3x500mg/hari pada dewasa
 Trimetroprim Sulfameloksazol
 Amoxicillin Asam Clavulanat
 Erithromycin
 Vaksin Hib dan PCV

Catatan: - Terapi pilihan pertama: antibiotik

Indikasi operasi: 1. Terdapat perforasi pada membrane timpani


2. Komplikasi OMA berat
3. Keadaan klinis buruk pada anak dan dewasa
4. Tidak respon dengan antibiotic
5. Pasien immunokompromais
6. Otalgia berat
7. Terdapat komplikasi supuratif

Berbagai tindakan  Miringotomi


pembedahan:  Timpanosintesis
8. Edukasi  Hidup dan istirahat cukup
 Hindari tidur sore
 Hindari alcohol

9. Prognosis Ad vitam : bonam


Ad Sanationam : bonam
Ad Fungsionam : bonam

10. Kewenangan berdasar  Pemberi Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama


Tingkat Pelayanan (PPK 1)
Kesehatan Rujuk ke Spesialis THT-KL jika dicurigai terdapat
nyeri pada telinga dan keluar cairan dari liang
telinga

 PPK 2 (RS tipe B dan C) :


 Tatalaksana medis
 Pemeriksaan otoskopi dan endoskopi telinga

 PPK 3 (RS tipe A) :


 Tatalaksana medis
 Miringotomi dan Timpanosintesis
11. Kepustakaan
1. Adam, GL. Boies LR. Higler, Boies. Buku Ajar
Penyakit THT. Ed. ke-6. Jakarta: EGC. 1997.
2. Hafil, F., Sosialisman, Helmi. Kelainan Telinga
Luar dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga,
Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-6.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta. 2007.
3. Lee, K. Essential Otolaryngology, Head and Neck
Surgery. Ed. Ke-8. McGraw-Hill. 2003.
4. Revai, Krystal et al. Incidence of Acute Otitis
5. Media and Sinusitis Complicating Upper
Respiratory Tract Infection: The Effect of Age.
PEDIATRICS Vol. 119 No. 6 June 2007, pp.
e1408-e1412.2007. (Reyai, 2007)

Anda mungkin juga menyukai